Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
UNIVERSITASMUHAMMADIYAH MAKASSAR
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. HS
Umur : 80 tahun
Pekerjaan : Pedagang
Alamat : Barukang VI
ANAMNESIS
Seorang laki –laki berusia 80 tahun datang bersama anaknya ke poli kulit Balai
Kesehatan Kulit, Kelamin dan Kosmetik dengan keluhan terdapat gatal sejak 1 tahun
yang lalu. Keluhan dirasakan secara hilang timbul. Rasa gatal dirasakan mulai dari
pasien merasakan bahwa kulitnya menebal serta kering seperti bersisik dan muncul
bengkak merah pada daerah ekstremitas, nyeri disangkal. Pasien merupakan pasien
kontrol yang telah berobat selama 1 tahun secara rutin. Riwayat keluarga juga disangkal.
PEMERIKSAAN KLINIS
b. Kesadaran : (Composmentis/uncomposmentis)
DERMATOLOGIS
Topikal : Lanolin 5%
As. Salisilat 3 %
XEROSIS CUTIS
Xerosis cutis atau yang bisa disebut kulit kering didefinisikan sebagai hilang atau
berkurangnya kadar kelembaban pada lapisan stratum corneum.1,6 Xerosis cutis merupakan
kelainan kulit dimana kulit menjadi kasar, bersisik, berkeriput dan kurang elastis
dibandingkan kulit normal. Seiring dengan pertambahan dari usia maka semakin tinggi
tingkat keparahan dari Xerosis cutis ini, pada geriatri Xerosis kutis merupakan jenis
dermatosis inflamasi yang terbanyak dijumpai. Mengenai hampir 75% lansia berusia diatas
64 tahun. Xerosis cutis dapat menyebabkan pruritus dan terganggunya kualitas hidup
penderita.3,5
Perubahan histopatologis pada lapisan epidermis dan dermis pada kulit menua,
terutama terjadi pada lapisan terluar, yaitu stratum korneum.2 Stratum korneum merupakan
barrier yang terdiri dari sel-sel tak berinti yang banyak mengandung protein (profilaggrin,
flaggrin, dan granul keratohyalin) dan ruang interseluler yang banyak mengandung lipid dan
membran stratum korneum (ceramide, FFA, cholesterol) dan bahan pelembab alami (
Natural Mousturizing Factor) yang mempunyai kemampuan mengikat air sangat kuat.1
Stratum korneum terdiri atas korneosit dan intercelullar substance (the brick and
mortar). Peningkatan jumlah dan ukuran korneosit dapat terjadi di stratum korneum, dengan
penurunan epidermal turnover, serta penurunan jumlah natural moisturizing factor (NMF)
yang berfungsi untuk mempertahankan jumlah air pada kulit. Pembesaran korneosit dalam
jumlah banyak ini menyebabkan fungsi korneosit dalam melindungi kulit terhadap sinar
ultraviolet menurun, selain itu sistem perbaikan DNA pada korneosit yang membesar ini juga
interselular diperlukan pada produksi intercelullar lamellar bilayer (sphingolipid, free sterol,
phospholipid), untuk menahan air dan mencegah water loss. Jumlah lipid pada stratum
korneum berkurang pada usia diatas 75 tahun, dan menyebabkan penurunan fungsi sawar
kulit. Kulit lansia bersisik yang susah lepas akibat gangguan proses deskuamasi terutama
terjadi pada proses deskuamasi memerlukan air. Penurunan lipid interseluler pada lansia yang
berfungsi sebagai barier air menyebabkan kesulitan untuk menahan air di kulit sehingga
GAMBARAN KLINIS
Gambaran klinisnya adalah kulit tampak kasar, kering dengan tekstur kulit lebih jelas,
berwarna lebih gelap serta tampak bersisik, disertai keluhan gatal.1,2,3 Jika memberat, dapat
pula tampak kemerahan. Sebagai respons terhadap gatal, pasien melakukan garukan yang
dapat menyebabkan komplikasi berupa infeksi sekunder, ulserasi, dan luka kronik.1 Akibat
garukan yang berulang, dapat terjadi erosi, ekskoriasi sehingga patogen atau bahan kimia
mudah masuk ke dalam kulit dan ini akan meningkatkan risiko infeksi.1 Predileksi tersering
adalah di ekstremitas (terutama pada tulang kering) , tetapi juga dapat ditemukan di batang
Ini dapat timbul pada kulit normal atau kulit berminyak yang menjadi kering
sementara dan bersifat lokal yang disebabkan oleh faktor-faktor luar, diantaranya :
Tipe ini meliputi banyak jenis kulit kering , dimana bentuk yang parah adalah
bentuk patologik.
Tipe kulit kering konstitusional ini juga dipengaruhi oleh faktor eksternal
o Fragile skin : adalah bentuk antara kulit kering dengan kulit normal dan
kebanyakan dijumpai pada wanita atau pada orang-orang dengan kulit lembut,
struktur baik. Sering dijumpai eritema, rosasea dan lebih sensitif terhadap
o Senile skin : kekeringan terjadi pada kulit menua, dimana terjadi perubahan
o Minor dry skin (xerosis vulgaris) : hal ini berasal dari genetik umumnya
dijumpai pada wanita dengan tampilan pucat. Xerosis terjadi khususnya pada
2. Pathological skin
o Chtyosis : pada kulit ini terjadi kerusakan keratinisasi secara genetik, dimana
o Kulit kering pada dermatitis atopik : pada penyakit ini terjadi defek secara
pemeriksaan penunjang dapat dilakukan dengan uji TEWL dengan alat transepidermal
waterloss untuk menilai kemampuan kulit menahan air ( skin capacitance).5 Keluhan pruritus
akibat xerosis juga dapat ditunjang dengan pemeriksaan kerokan kulit dan KOH untuk
menyingkirkan kemungkinan penyebab lain dari pruritus seperti scabies, candidiasis cutis dan
dermatofitosis.
DIAGNOSIS BANDING
A. Dermatitis Numularis
Dermatitis numularis adalah peradangan kulit yang bersifat kronis, ditandai dengan
lesi berbentuk mata uang koin atau agak lonjong, berbatas tegas, dengan efloresensi berupa
papulovesikel yang biasanya mudah pecah sehingga membasah.5 Dermatitis numularis sering
ditemukan pada orang dewasa dan sering terjadi pada laki-laki dengan perempuan.5 Usia
puncak awitan pada kedua jenis kelamin berkisar 50-65 tahun.5 Gambaran klinisnya berupa
B. Dermatitis Atopik
Dermatitis atopik (DA) adalah peradangan kulit yang kronis dan residif, disertai rasa
gatal tertutama di wajah pada bayi (fase infantil) dan bagian fleksural ekstremitas (pada fase
anak).5 Dermatitis atopik kerap terjadi pada bayi dan anak dan sering berhubungan dengan
peningkatan IgE dalam serum dan riwayat atopi keluarga atau penderita (DA, rhinitis alergi,
kehidupan, mulai dari saat bayi hingga dewasa.5 Pada setiap anak didapatkan tingkat
keparahan yang berbeda, tetapi secara umum mereka mengalami pola distribusi lesi yang
serupa.5 Bentuk lesi pada fase dewasa hampir serupa dengan lesi kulit fase akhir anak-anak.5
Manifestasi lain berupa kulit kering dan sukar berkeringat, gatal-gatal terutama jika
berkeringat.5
C. Neurodermatitis Sirkumskripta
Kelainan ini ditandai dengan plakat yang menebal, karena terjadi likenifikasi, gatal
dan lokasi terbatas, perjalanan penyakit kronis. Paling sering ditemukan pada pergelangan
kaki, tetapi juga dapat timbul di bagian lain ( tengkuk, skrotum). Kelainan ini disebabkan
karena kebiasaan menggaruk dan menggosok kulit. Insiden pada usia 30 – 50 tahun. Biasanya
lesi hanya satu dan daerah predileksinya pada skrotum, perineum (pria) serta labia mayora
TATALAKSANA
Pada kasus Xerosis cutis penderita cenderung mudah mengalami inflamasi dan
infeksi. Jenis obat yang digunakan adalah keratolitik, pelembab dan steroid topikal.1,3 Untuk
menjaga kulit tetap lembab setelah mandi gunakan pelembab yang mengandung aquaphor
Karena xerosis cutis disertai gatal, radang, eritem, disamping diberikan pelembab
untuk mengatasi kekeringan kulit dapat pula ditambahkan menthol 0,25% untuk mengurangi
rasa gatal. Selain itu dapat diberikan minyak alami misalnya krim dengan bahan dasar lanolin
atau campuran dengan parafin. Disamping itu dapat diberikan antihistamin dan kortikosteroid
topikal. Kortikosteroid lemah dengan dasar urea sangat cepat dan dianjurkan. Pada kasus-
Xerosis cutis adalah salah satu jenis kelainan kulit yang paling sering terjadi pada
pasien geriatri. Gambaran klinisnya adalah kulit tampak kasar, kering dengan tekstur kulit
lebih jelas, berwarna lebih gelap serta tampak bersisik, disertai keluhan gatal. Etiologi
disebabkan karena faktor degeneratif yakni adanya perubahan struktur dan penurunan fungsi
barrier kulit.
pemeriksaan penunjang dapat dilakukan dengan uji TEWL dengan alat transepidermal
waterloss.
DAFTAR PUSTAKA
1. Anggowarsito J. Aspek Fisiologi Penuaan Kulit. Jurnal Widya Medika Surabaya. Vol
2. Damayanti. Penuaan Kulit dan Perawatan Kulit Dasar Pada Usia Lanjut. Jurnal
Berkala Ilmu Kesehatan Kulit Dan Kelamin. Vol. 29. No. 1. April 2017
3. Darmawan H, Tan SW.2016. Iktiosis Vulgaris. Dalam : Buku Panduan Ilmu Penyakit
Pada Kulit Kering. Jurnal Kedokteran Diponegoro. Vol.6, No.2, April 2017. P. 347-
356.
5. Menaldi SLSW, Bramono K , Indritami W. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed.7.
6. Bianti M. Kulit Kering pad Usia Lanjut. Continuing Medical Education. Vol 43 No