Kota Medan
2
1
KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERMUKIMAN DAN
IDENTIFIKASI VISI, MISI DAN KEBIJAKAN KOTA
MEDAN
2.1. Kebijakan Nasional
Arah pembangunan jangka panjang nasional tahun 2005-2025, seperti yang tertuang
dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional (RPJPN) Tahun 2005-2025, yang terkait dengan penataan kawasan
permukiman kumuh adalah:
.1 Mewujudkan Pembangunan yang Lebih Merata dan Berkeadilan
Pembangunan yang merata dan dapat dinikmati oleh seluruh komponen bangsa di
berbagai wilayah Indonesia akan meningkatkan partisipasi aktif masyarakat dalam
pembangunan, mengurangi gangguan keamanan, serta menghapuskan potensi konflik
sosial untuk tercapainya Indonesia yang maju, mandiri, dan adil. Untuk mewujudkan
pembangunan yang lebih merata dan berkeadilan, pembangunan nasional dalam jangka
panjang yang terkait dengan penataan kampung kumuh diarahkan untuk:
.a Dalam rangka pembangunan berkeadilan, pembangunan kesejahteraan sosial
dilakukan dengan memberi perhatian yang lebih besar pada kelompok masyarakat
yang kurang beruntung, termasuk masyarakat miskin dan masyarakat yang tinggal
di wilayah terpencil, tertinggal, dan wilayah bencana.
Penataan ruang sebagai suatu sistem perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang,
dan pengendalian pemanfaatan ruang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan
Laporan Antara II-6
Strategi Pengembangan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP)
Kota Medan
antara yang satu dan yang lain dan harus dilakukan sesuai dengan kaidah penataan ruang
sehingga diharapkan: (1) dapat mewujudkan pemanfaatan ruang yang berhasil guna dan
berdaya guna serta mampu mendukung pengelolaan lingkungan hidup yang berkelanjutan;
(2) tidak terjadi pemborosan pemanfaatan ruang; dan (3) tidak menyebabkan terjadinya
penurunan kualitas ruang. Dalam rangka mencapai tujuan penyelenggaraan penataan
ruang tersebut, Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 ini memuat ketentuan pokok yang
antara lain tentang pembagian wewenang antara Pemerintah, pemerintah daerah provinsi,
dan pemerintah daerah kabupaten/kota dalam penyelenggaraan penataan ruang untuk
memberikan kejelasan tugas dan tanggung jawab masing-masing tingkat pemerintahan
dalam mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan
berkelanjutan.
sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan pelaksanaan program beserta
pembiayaannya. Pengendalian pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan tertib
tata ruang.
Lingkup pengaturan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 ini meliputi penataan dan
pengelolaan perumahan dan permukiman, baik di daerah perkotaan maupun perdesaan,
yang dilaksanakan secara terpadu dan terkoordinasi. Penataan perumahan yang dimaksud
meliputi kegiatan pembangunan baru, pemugaran, perbaikan, peremajaan, perluasan,
pemeliharaan, dan pemanfaatannya.
dan penghidupan sehingga fungsi permukiman tersebut dapat berdaya guna dan berhasil
guna.
Hak dan kewajiban masyarakat dalam penataan perumahan dan permukiman diatur
dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 pasal 5 yang menyebutkan bahwa: (1) setiap
warga negara mempunyai hak untuk menempati dan/atau menikmati dan/atau memiliki
rumah yang layak dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi, dan teratur; serta (2) setiap
warga negara mempunyai kewajiban dan tanggung jawab untuk berperan serta dalam
pembangunan perumahan dan permukiman. Rumah yang layak yang dimaksud dalam
Undang-Undang ini adalah bangunan memenuhi persyaratan keselamatan bangunan dan
kecukupan minimum luas bangunan serta kesehatan penghuninya. Sedangkan lingkungan
yang sehat, aman, serasi, dan teratur diartikan sebagai lingkungan yang memenuhi
persyaratan penataan ruang, persyaratan penggunaan tanah, pemilikan hak atas tanah,
dan kelayakan prasarana serta sarana lingkungan.
Peran pemerintah dalam penataan perumahan dan permukiman diatur dalam pasal
27 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 ini. Pemerintah memberikan bimbingan, bantuan
dan kemudahan kepada masyarakat baik dalam tahap perencanaan maupun dalam tahap
pelaksanaan, serta melakukan pengawasan dan pengendalian untuk meningkatkan kualitas
Laporan Antara II-9
Strategi Pengembangan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP)
Kota Medan
Pada pasal 28 Undang-Undang ini diatur mengenai peran Pemerintah Daerah dalam
penataan perumahan dan permukiman. Untuk terciptanya lingkungan permukiman yang
memenuhi persyaratan keamanan, kesehatan, kenyamanan dan keandalan bangunan,
suatu lingkungan permukiman yang tidak sesuai dengan tata ruang, kepadatan bangunan
sangat tinggi, kualitas bangunan sangat rendah, prasarana lingkungan tidak memenuhi
syarat dan rawan, yang dapat membahayakan kehidupan dan penghidupan masyarakat
penghuni, dapat ditetapkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota yang bersangkutan
sebagai lingkungan permukiman kumuh yang tidak layak huni dan perlu diremajakan.
Dalam pelaksanaan program peremajaan lingkungan kumuh tersebut, perlu adanya
kesepakatan antara masyarakat pemilik tanah dan/atau penghuni dengan Pemerintah
Daerah, karena dalam pelaksanaan peremajaan tersebut dapat terjadi perombakan
menyeluruh, sehingga penghuni untuk sementara waktu dimukimkan di tempat lain untuk
kemudian dimukimkan kembali di kawasan yang telah diremajakan tersebut.
Peran serta masyarakat dalam penataan perumahan dan permukiman diatur dalam
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 pasal 29. Masyarakat mempunyai hak dan
kesempatan yang sama dan seluas-luasnya untuk berperan serta dalam pembangunan
perumahan dan permukiman. Hak dan kesempatan untuk berperan serta yang sebesar-
besarnya tersebut meliputi kegiatan dalam proses pemugaran, perbaikan, peremajaan
lingkungan, dan pembangunan perumahan. Agar masyarakat bersedia dan mampu berperan
serta dalam kegiatan tersebut, Pemerintah menyelenggarakan penyuluhan dan
pembimbingan, pendidikan, serta pelatihan yang sesuai dengan kemampuan masyarakat.
Peran serta masyarakat dilibatkan secara dini, mulai dari tahapan menyepakati
Penataan kawasan kumuh tidak akan berhasil apabila tidak disertai dengan
pembangunan sosial masyarakat di kawasan tersebut. Pembangunan sosial tidak terkait
dengan individu, baik dalam bentuk pemberian bantuan dan pelayanan, penyembuhan
ataupun rehabilitasi, melainkan memfokuskan pada komunitas atau masyarakat serta pada
proses dan struktur sosial secara luas. Oleh karena itu, pembangunan sosial bersifat
komprehensif dan universal. Pembangunan sosial bersifat dinamis, yakni mendorong dan
meningkatkan proses pertumbuhan dan perubahan. Pembangunan sosial berusaha
membuat mata rantai antara usaha-usaha pembangunan sosial dengan ekonomi. Di dalam
proses pembangunan, pembangunan sosial dan pembangunan ekonomi bagaikan dua sisi
dari sebuah mata uang logam. Pembangunan sosial tidak akan banyak berperan tanpa
pembangunan ekonomi, dan begitu pula sebaliknya, pembangunan ekonomi tidak akan
berarti kecuali disertai perbaikan kesejahteraan sosial bagi masyarakat secara
keseluruhan.
Untuk dapat memahami konsep pembangunan sosial dengan lebih mendalam, ada
tiga kategori makna pembangunan sosial yang perlu dipahami terlebih dahulu, yaitu:
.1 Pembangunan sosial sebagai pengadaan pelayanan masyarakat. Dalam konsep ini,
pembangunan sosial diartikan sebagai upaya memenuhi kebutuhan dasar manusia yang
antara lain berupa pendidikan, kesehatan, pangan, sandang dan perumahan. Pada
konsep ini Pemerintah cenderung menempatkan manusia si penerima pelayanan
sebagai aktor yang harus secara pasif menerima pelayanan apapun yang diberikan oleh
birokrasi Pemerintah sesuai dengan kebijakan mereka dengan cara, waktu dan tempat
yang telah ditentukan oleh birokrasi. Konsep ini mendekati metode konvensional top
down yang bercirikan charity strategy.
.2 Pembangunan masyarakat sebagai upaya terencana untuk mencapai tujuan sosial yang
kompleks dan bervariasi. Konsep ini tidak hanya menekankan aspek pelayanan sosial
saja, tetapi unsur manusia sebagai penerima pelayanan sosial juga turut mendapatkan
perhatian. Tujuan utama dari pembangunan sosial adalah melibatkan setiap pribadi
dalam proses pembebasan dirinya sendiri dari setiap bentuk dominasi atau tekanan,
sehingga setiap individu dapat tumbuh secara lengkap dalam hubungannya dengan
orang lain.
.3 Pembangunan sosial sebagai upaya terencana untuk meningkatkan kemampuan
manusia untuk berbuat. Konsep pembangunan sosial ini meliputi suatu usaha
terencana untuk meningkatkan kemampuan dan potensi manusia dan untuk
mengerahkan minat mereka untuk ikut serta dalam proses pembentukan keputusan
mengenai berbagai hal yang memiliki dampak bagi mereka dan bagi penerapan
keputusan tersebut. Konsep pembangunan sosial ini banyak diakui sebagai konsep ideal
Laporan Antara II-13
Strategi Pengembangan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP)
Kota Medan
Ada tiga strategi pembangunan sosial yang dapat dikembangkan dalam penataan
kampung kumuh, yaitu sebagai berikut:
.1 Strategi Pembangunan Sosial Melalui Pendekatan Individu
Pendekatan individu menganggap bahwa kesejahteraan masyarakat akan meningkat
jika individu anggota masyarakat berusaha untuk meningkatkan kesejahteraan sendiri
di mana peran pemerintah masih diharapkan untuk membantu individu untuk
berpartisipasi efektif dalam kehidupan ekonomi pasar. Strategi ini dikembangkan
melalui:
.a Pengembangan Budaya Wiraswasta untuk Meningkatkan Kemajuan Sosial
Para pendukung strategi ini menganggap bahwa pengembangan wiraswasta secara
positif harus diciptakan dan didukung oleh pemerintah maupun organisasi yang
relevan. Intervensi tertentu sangat diperlukan dalam memaksimalkan kesempatan
bagi individu untuk berpartisipasi serta berfungsi dalam kegiatan pasar.
.b Pengembangan Usaha Kecil
Dalam strategi ini diyakini bahwa pemerintah menciptakan kondisi yang kondusif
bagi tumbuhnya kegiatan usaha kecil, yang disebut sebagai sektor informal yang
mampu memberikan kesempatan kepada masyarakat miskin dalam memaksimalkan
sumber daya yang mereka miliki untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri.
.c Pengembangan Kesejahteraan Sosial Melalui Peningkatan Keberfungsian Individu
Para pendukung strategi ini meyakini bahwa jika masyarakat ingin mengembangkan
kesejahteraannya, mereka harus mampu melaksanakan keberfungsiannya secara
efektif serta mampu bekerja dengan penuh keyakinan dalam konteks budaya
wiraswasta. Strategi ini berusaha menciptakan serta mengembangkan budaya
wiraswasta maupun usaha kecil.
.2 Strategi Pembangunan Sosial yang Lebih Menekankan pada Pentingnya Masyarakat
Lokal
Pandangan ini beranggapan bahwa pembangunan sosial sebaiknya dilakukan oleh
masyarakat sendiri, atau biasa disebut dengan pendekatan communitarian. Para
pendukung strategi ini yakin bahwa masyarakat memiliki kemampuan dalam
Laporan Antara II-14
Strategi Pengembangan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP)
Kota Medan
kebijakan ekonomi maupun sosialnya. Ada beberapa strategi yang dapat digunakan
dalam pendekatan ini, yaitu:
.a Strategi Memajukan Pembangunan Sosial Melalui Perencanaan Secara Terpadu
Penerapan strategi ini mengharuskan pemerintah untuk mengupayakan seoptimal
mungkin harmonisasi dari perencanaan pembangunan ekonomi serta perencanaan
pembangunan sosial. Selain itu, strategi ini juga mengharuskan adanya penekanan
yang sama pada pertumbuhan ekonomi maupun kemajuan sosial, serta
mengharuskan para perencana ekonomi maupun sosial untuk bersama membahas
upaya perencanaan peningkatan kesejahteraan bagi seluruh rakyat.
.b Strategi Pertumbuhan Ekonomi, Kesejahteraan dan Persamaan
Model strategi ini beranggapan bahwa dengan pertumbuhan ekonomi secara pesat
akan menjamin munculnya industri dengan secara besar yang akan menyerap
ribuan bahkan jutaan tenaga kerja, yang dengan sendirinya akan meningkatkan
taraf kesejahteraan sosial bagi seluruh buruh, mengurangi kemiskinan, dan pada
akhirnya dapat meningkatkan taraf kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat.
.c Strategi Kesejahteraan dan Kebutuhan Dasar
Para pendukung strategi ini berkeyakinan bahwa pertumbuhan ekonomi tidak akan
mampu mengurangi kemiskinan serta tidak akan mampu meningkatkan standar
hidup bagi rakyat. Pertumbuhan ekonomi yang diperoleh melalui pemberian
dorongan bagi pertumbuhan industri maupun bisnis dengan skala besar akan
menghasilkan ketimpangan yang justru akan memicu permasalahan lain yang
memerlukan biaya yang sangat besar. Penerapan strategi ini mengharuskan
pemerintah untuk mengupayakan perencanaan sosial maupun program pelayanan
sosial yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan dasar keluarga miskin.
.d Strategi Pembangunan yang Berkelanjutan
Dalam strategi ini mengharuskan pemerintah untuk melakukan intervensi bagi
perlindungan terhadap lingkungan, sekaligus juga tidak mengabaikan aspek
ekonomi dan lingkungan yang dapat dimanfaatkan untuk mensejahterakan rakyat.
Aspek ekonomi dari lingkungan ini berupa migas, hutan, air serta unsur-unsur
tambang lainnya.
Konsep ini diadopsi dari konsep yang diterapkan oleh P2KP (Proyek Penanggulangan
Kemiskinan di Perkotaan). Pada konsep Tridaya ini sebenarnya suatu konsep yang sejalan
dengan konsep Pembangunan Sosial yang telah dijelaskan di atas. P2KP menerapkan
Laporan Antara II-16
Strategi Pengembangan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP)
Kota Medan
Gambar 2.1
Konsep Tridaya dalam Penataan Kampung Kumuh
Melalui NUSSP proses pembangunan akan dimulai pada kelurahan yang memiliki area
kumuh sebagai wilayah pusat kegiatan (nuclear spot area). Selanjutnya diperluas pada
area lain di kelurahan yang sama dan selanjutnya dapat dikembangkan di seluruh wilayah
kota/kabupaten yang bersangkutan.
Prinsip yang harus diterapkan dan disepakati secara konsisten oleh para pelaku dalam
penyelenggaraan NUSSP:
.1 Lokasi sesuai dengan Rencana Tata Ruang setempat, NUSSP hanya melayani KBR yang
tinggal di permukiman kumuh yang legal.
.2 Membangun tanpa menggusur, pengalaman menunjukkan bahwa penggusuran pada
kenyataannya sering menimbulkan permasalahan baru dan berakibat kontra-produktif
terhadap upaya pemenuhan kebutuhan rumah.
.3 Mengembangkan potensi lokal, mengembangkan potensi yang ada secara maksimal
melalui penggalian sumberdaya yang ada dalam masyarakat.
.4 Mendorong kepedulian terhadap lingkungan, kegiatan NUSSP dilaksanakan dengan
mengutamakan keamanan, keselamatan dan kelestarian lingkungan hidup.
.5 Mengembangkan partisipasi dan keterpaduan, melibatkan semua pelaku terkait secara
mandiri, seimbang dan harmonis serta menjalin keterpaduan dengan berbagai pihak.
.6 Mendorong desentralisasi, pengertian desentralisasi memiliki makna sejalan dengan
transformasi kewenangan dalam pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan dan
pelaksanaan kegiatan NUSSP harus diposisikan sedekat mungkin dengan penerima
manfaat dan penerima dampak.
Pada Sidang Umum PBB, yang diselenggarakan tahun 2000 tercapai kesepakatan
tujuan pembangunan global yang tertuang dalam Millennium Development Goals (MDGs).
Salah satu targetnya adalah peningkatan kualitas hidup 100 juta masyarakat dunia di
perumahan dan permukiman kumuh pada tahun 2020. Selanjutnya, Kongres Perumahan
dan Permukiman II yang dilaksanakan pada tanggal 18-19 Mei 2009 yang lalu juga
menargetkan tercapainya kota tanpa permukiman kumuh tahun 2025 dalam Agenda
Menyongsong Era Baru Perumahan dan Permukiman Indonesia.
Gambar 2.2
Prinsip Penanganan Lingkungan Perumahan dan Permukiman Kumuh Berbasis Kawasan
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 Pasal 27, lingkup penanganan
lingkungan permukiman kumuh mencakup hal-hal berikut di bawah ini.
.1 Perbaikan dan Pemugaran
Secara konseptual, implementasi prinsip perbaikan dan pemugaran meliputi:
.a Revitalisasi, adalah upaya menghidupkan kembali suatu kawasan mati, yang pada
masa silam pernah hidup, atau mengendalikan dan mengembangkan kawasan untuk
menemukan kembali potensi yang dimiliki atau pernah dimiliki atau seharusnya
dimiliki oleh sebuah kota.
.b Rehabilitasi, merupakan upaya mengembalikan kondisi komponen fisik lingkungan
permukiman yang mengalami degradasi.
.c Renovasi, melakukan perubahan sebagian atau beberapa bagian dari komponen
pembentukan lingkungan permukiman.
.d Rekonstruksi, merupakan upaya mengembalikan suatu lingkungan permukiman
sedekat mungkin dari asalnya yang diketahui, dengan menggunakan komponen-
komponen baru maupun lama.
.e Preservasi, merupakan upaya mempertahankan suatu lingkungan permukiman dari
penurunan kualitas atau kerusakan. Penanganan ini bertujuan untuk memelihara
komponen yang berfungsi baik dan mencegah dari proses penyusutan dini
(kerusakan), misalnya dengan menggunakan instrumen: Ijin Mendirikan Bangunan
(IMB). Ketentuan atau pengaturan tentang: Koefisien Lantai Bangunan, Koefisien
Dasar Bangunan, Garis Sempadan Bangunan, Garis Sempadan Jalan, Garis
Sempadan Sungai, dan lain sebagainya.
.2 Peremajaan
Peremajaan adalah upaya pembongkaran sebagian atau keseluruhan lingkungan
perumahan dan permukiman dan kemudian di tempat yang sama dibangun prasarana
dan sarana lingkungan perumahan dan permukiman baru yang lebih layak dan sesuai
dengan rencana tata ruang wilayah. Tujuan utama dari kegiatan ini adalah untuk
meningkatkan nilai pemanfaatan lahan yang optimal sesuai dengan potensi lahannya.
Di samping itu, diharapkan mampu memberikan nilai tambah secara ekonomis dan
memberi vitalitas baru dari lahan permukiman yang diremajakan. Pada umumnya,
peremajaan ini memberikan konsekuensi bentuk teknis penanganan seperti halnya:
land consolidation, land re-adjustment, dan land sharing.
.3 Pengelolaan dan Pemeliharaan Berkelanjutan
Pengelolaan dan pemeliharaan berkelanjutan adalah upaya-upaya untuk mencegah,
mengendalikan atau mengurangi dampak negatif yang timbul, serta meningkatkan
dampak positif yang timbul terhadap lingkungan hunian.
2.2.1. Visi dan Misi dalam RPJP Kota Medan tahun 2006-2025
Visi dan Misi Kota Medan menurut RPJP Kota Medan tahun 2006-2025 adalah :
Visi : Kota Medan Yang Maju, Sejahtera, Religius Dan Berwawasan Lingkungan.
Misi :
Mewujudkan prasarana dan sarana kota yang modern, handal dan berwawasan
lingkungan.
Mewujudkan kota yang aman, nyaman dan religius melalui pembangunan kota yang
berkeadilan.
Visi dan Misi Kota Medan berdasarkan RPJMD Kota Medan tahun 2006-2010 adalah :
Makna Visi Modern : Kota modern yang akan diwujudkan adalah jasa,perdagangan,
keuangan dan pendidikan yang siap bersaing secara regional dan global, dengan
sistem lalulintas keuangan yang efisien serta kompetitif, dengan dukungan
infrastruktur sosial ekonomi lengkap, pondasi perekonomian daerah yang kuat,
stabilitas keamanan, sosial politik yang kondusif dan tata pemerintahan yang
efisien dan efektif, serta pembangunan yang berfokus pada kemajuan, peningkatan
kemakmuran serta kesejahteraan masyarakat, kualitas SDM, IPTEK, serta Iman dan
Taqwa (IMTAQ).
Makna Visi Madani : Kota Madani akan diwujudkan adalah kota beradab dan agamis
sebagaimana tercermin dalam cara berfikir, sikap dan perilaku yang berbudaya,
mandiri, menghargai ilmu pengetahuan, kemajemukan, adil, terbuka dan
demokrasi.
Makna Visi Religius : Kota religius akan diwujudkan adalah kota dengan masyarakat
dinamis, menjunjung tinggi nilai ajaran agama, sehingga menjadikan agama
sebagai landasan etika dan moral, serta terwujudnya, sikap toleransi dan
kerukunan hidup beragama antar umat beragama dan antar etnik serta antar umat
beragama yang tercermin dalam kehidupan sehari-hari.
Misi :
Mewujudkan tata pemerintahan yang baik dengan birokrasi yang lebih efisien,
efektif, kreatif, inovatif dan responsif
Penataan kota yang ramah lingkungan berdasarkan prinsip keadilan sosial ekonomi,
membangun dan mengembangkan pendidikan, kesehatan serta budaya daerah
Visi Kota Medan telah dirumuskan dalam VISI DAN MISI KOTA MEDAN 2011-2015.
Dalam dokumen tersebut telah ditetapkan :
Kota Metropolitan yang ingin diwujudkan juga ditandai dengan semakin besarnya
peranan Kota Medan dalam pengembangan kawasan yang terintegrasi secara
regional, sekaligus sebagai barometer pertumbuhan sosial ekonomi Sumatera Utara.
Sebagai mesin penggerak pertumbuhan, maka kota medan berkembang dengan
Kota Metropolitan juga didukung oleh kawasan industri yang besar dan terspesialisasi
sebagai kawasan khusus yang pengembangannya dipicu dengan kemudahan, fasilitas
dan insentif penanaman modal yang sangat menarik bagi investor. Intinya, Kota
Metropolitan yang dibangun secara terstuktur baik fisik, sosial-budaya maupun
ekonominya, sehingga serasi, selaras dan seimbang dengan daerah-daerah lainnya
secara menonjol, sekaligus mampu menjadi pemimpin pasar terhadap berbagai
produk yang dipasarkan secara lokal, regional dan nasional.
Kota berdaya saing yang ingin diwujudkan adalah kota yang mengoptimalkan
pemanfaatan tenaga kerja yang semakin terdidik dan produktif dengan dukungan
ketersediaan infrastruktur yang handal. Kemampuan daya saing yang ingin
diwujudkan juga adalah kemampuan untuk mengantisipasi pengaruh eksternal dari
lingkungan makro dan stratejiknya, sehingga Kota Medan tetap menjadi pilihan
berinvestasi yang menonjol dengan menghasilkan berbagai produk dengan kualitas
tinggi dan terspesialisasi serta dengan harga yang ekonomis. Untuk itu, kota
kompetitif yang diwujudkan mengacu pada prinsip keunggulan kompetitif dan
keunggulan skala ekonomi, dengan kemampuan menciptakan regional branding dan
regional competitivenes melalui efesiensi alokasi dan efisiensi produksi serta
penguasaan pasar.
Selanjutnya, kota melayani diartikan dan dimaknai sebagai kota yang menyediakan
kualitas pelayanan umum yang distandarisasi. Untuk itu, pemerintah kota dapat
berfungsi sebagai pengendali dan katalisator penyelenggaraan pelayanan umum,
mendorong partisipasi luas masyarakat dan swasta berfungsi sebagai penyedia
kebutuhan pelayanan umum. Kota melayani akan semakin tercermin dari inovasi
daerah yang berkembang, kemauan politik yang konsisten dan penerapan
e-goverment.
Selanjutnya visi utama masyarakat Kota Medan yang berkesejahteraan adalah kota
yang mampu menurunkan secara signifikan jumlah kemiskinan absolut, kota yang
memberikan kualitas pelayanan pendidikan dan kesehatan secara merata terhadap
Selanjutnya keterkaitan dan keterpaduan antara wilayah inti kota dengan lingkar
luar dalam dimensi kultural adalah upaya membangun satu kultur (sikap dan
prilaku) masyarakat perkotaan yang modern, dengan sikap dan prilaku rasional
guna dapat mengembangkan pengelolaan sumber daya ekonomi daerah yang
semakin efisien, efektif dan ekonomis.
Untuk itu, misi pembangunan ekonomi kota 5 (lima) tahun ke depan akan
difokuskan kepada upaya sistematis meningkatkan kemampuan kompetitif
daerah secara ekonomi melalui strategi menghasilkan produk-produk yang
berskala ekonomi tinggi dengan dukungan kelembagaan ekonomi yang kokoh dan
pengintegrasian sektor-sektor ekonomi yang memiliki keunggulan komperatif
daerah. Kota Medan akan ditumbuhkembangkan sebagai pusat pertumbuhan
Indonesia bagian barat, sehingga mampu mengantisipasi kecenderungan-
kecenderungan lingkungan stratejik yang cenderung sangat dinamis.
pengembangan peran dan fungsi Kota Medan sebagai Pusat Kegiatan Nasional, serta
tanggap dengan dinamika perkembangan dan permasalahan Kota Medan saat ini, maka
Tujuan Pembangunan Kota Medan yang akan dituju, adalah:
“Terciptanya wilayah Kota Medan yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan
serta mempunyai daya saing dan daya tarik sebagai daerah tujuan investasi”
Untuk mewujudkan tujuan pembangunan tersebut, maka melalui Rencana Tata Ruang
Wilayah Kota Medan Tahun 2008-2028 ini, ditetapkan beberapa Tujuan Penataan Ruang
Kota Medan, yaitu ;
2. Terwujudnya pemanfaatan ruang Kota Medan yang sesuai dengan fungsi Kota Medan
sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) dan Kota Metropolitan serta tanggap terhadap
dinamika perkembangan kota yang pesat;
5. Meningkatkan pelayanan sarana dan prasarana kota yang dapat dijangkau oleh
segenap warga;
6. Terlaksananya pengendalian pemanfaatan ruang yang efektif dan efisien dengan
memperhatikan aspirasi masyarakat;
8. Penataan Ruang Kota Medan harus berwawasan lingkungan dengan mengikuti kaidah-
kaidah dan norma-norma perencanaan yang tepat dengan memberikan kesempatan
kepada masyarakat untuk berpartisipasi dalam proses perencanaan dan
implementasinya;
Laporan Antara II-33
Strategi Pengembangan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP)
Kota Medan
11. Rencana Penataan Ruang Kota Medan ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dan pertahanan keamanan;
1. Membatasi proposal kawasan perumahan maksimum 60% dari luas lahan kota
2. Mendorong oengembangan perumahan di wilayah Medan Utara dengan pola Kasiba
dan Lisiba yang berdiri sendiri
3. Mengembangkan perumahan secara vertikal untuk wilayah kecamatan atau kawasan
yang padat penduduk dengan memperhatikan ketersediaan prasarana yang ada.
Perumahan vertikal meliputi rumah susun dengan ketinggian maksimum 5 laintai,
aparteemen rendah dengan ketinggian sampai 8 lantai dan apartemen tinggi
dengan ketinggian lebih dari 8 lantai. Prasarana yang harus dipertimbangkan
terutama ketersediaan kapasitas prasarana jalan dan air bersih
4. Meremajakan dan merehabilitasi lingkungan yang menurun kualitasnya diupayakan
dikembangkan menjadi rumah susun sederhana sewa lengkap dengan saran dan
prasarana lingkungannya.
5. Melestarikan lingkungan perumahan lama yang mempunyai karakter khusus
(Kawasan lindung cagar budaya) dari alih fungsi perubahan fisik bangunan
6. Membatasi luas lantai bangunan perumahan yang diperbolehkan untuk kegiatan
usaha serta menyediakan prasarana memadai terutama parkiran
Kota Medan telah memiliki RPIJM. Visi dan misi pengembangan infrastruktur RPIJM
2013 Kota Medan adalah sebagai berikut :
Visi :
Terwujudnya sanitasi yang bersih dan sehat di Kota Medan pada Tahun 2013
Misi :
Laporan Antara II-34
Strategi Pengembangan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP)
Kota Medan
Pembangunan perumahan
2. Meningkatkan kuantitas dan kualitas data base perencanaan jalan, jembatan, drainse
serta energi dan sumber daya mineral melalui pengembangan sistem informasi dan
pelaksanaan studi.
• Jumlah perumahan type besar ditetapkan sebesat 10% dari total kebutuhan
rumah dengan menggunakan konsep 1:3:6, yang artinya setiap pembangunan 10
unit rumah 1 unit rumah dialokasikan untuk rumah type besar, 3 unit rumah type
sedang dan 6 unit rumah type kecil.
• Jumlah perumahan type sedang ditetapkan sebesat 30% dari total kebutuhan
rumah dengan menggunakan konsep 1:3:6.
• Jumlah perumahan type kecil ditetapkan sebesat 60% dari total kebutuhan
rumah dengan menggunakan konsep 1:3:6.
1. Untuk mendukung aksesibilitas semua jenis komponen fasilitas kota dan aksesibilitas
dalam skala bagian wilayah kota, maka diperlukan peningkatan dan pembangunan
jaringan jalan secara terpadu yang memudahkan hubungan pergerakan antar
bagian wilayah kota. Pemisahan dan penegasan fungsi dari ruas-ruas jalan sangat
diperlukan mengingat intensitas kegiatan yang diarahkan dan terdapatnya lalulintas
lokal dan regional yang melalui wilayah perencanaan sehingga tercipta struktur kota
yang dituju.
4. Mengembangkan pola jaringan jalan yang paling efisien untuk mendukung pergerakan
penduduk. Mengingat topografi yang datar tanpa kendala berarti, pola jaringan grid
sesuai dikembangkan untuk Kota Medan.
6. Membuat jalur pemisah antara kecepatan tinggi dengan kecepatan rendah pada jalan-
jalan arteri kota;
8. Mengembangkan pola jaringan jalan tidak sebidang untuk mengatasi kemacetan lalu-
lintas.
10. Dalam pengembangan jaringan utilitas, beban yang menjadi tanggungan pemakai
hendaknya disesuaikan dengan tingkat pelayanan yang diberikan.
11. Penyediaan air bersih dilakukan dengan memperhatikan sumber daya alam yang
ada dan disalurkan kepada masyarakat secara efisien.
12. Pembuangan air hujan dan air limbah dilakukan dengan menggunakan sistem
tertutup secara bertahap sesuai kemampuan pembiayaan kota.
13. Kebijaksanaan tahap pertama untuk sistem drainase adalah perbaikan jaringan
yang ada. Tahap selanjutnya adalah usaha penanggulangan genangan secara
komprehensif (menyeluruh).
14. Pembuangan sampah diatur dengan baik melalui sistem yang efisien dan efektif
yaitu menjalin kerja sama antara masyarakat, pemulung, pengumpul dan
pengangkutan sampah ke tempat pembuangan akhir sampah.
15. Penyediaan utilitas umum perlu mendapat perhatian serius mengingat Kota Medan
merupakan wilayah yang sedang dan terus berkembang dengan pesat. Oleh karena
itu perlu penanganan yang tegas mengenai dimensi dan pola distribusi serta
pelayanan kebutuhan akan utilitas umum.
Rencana struktur ruang kota merupakan susunan yang diharapkan dari unsur-unsur
pembentuk rona lingkungan alam, rona lingkungan sosial, dan rona lingkungan buatan yang
secara hirarkis dan struktural saling berhubungan satu sama lain, sehingga membentuk
tata ruang kota. Rencana Struktur Wilayah Kota Medan digambarkan dalam bentuk :
4. Rencana Sistem Jaringan Utilitas adalah pengembangan sistem jaringan pelayanan yang
memungkinkan kota dapat terlayani secara optimal dengan memperhatikan arahan
Rencana pola ruang kota adalah bentuk pengaturan pemanfaatan ruang kota yang
menggambarkan ukuran, fungsi serta karakter kegiatan manusia dan/atau kegiatan alam
yang diwujudkan dalam bentuk kawasan lindung dan kawasan budidaya. Pengaturan
pemanfaatan tersebut harus dapat menggambarkan keterpaduan, keterkaitan dan
keseimbangan perkembangan serta keserasian antar-sektor pembangunan kota.
- Kawasan komersial
- Kawasan industri
- Fasilitas pelayanan
- Kawasan khusus
GAMBAR 2.3
GAMBAR 2.4
b. Kegiatan lain di bidang yang sejenis dan kegiatan di bidang lainnya; dan/atau
Jenis kawasan strategis, antara lain, adalah kawasan strategis dari sudut
kepentingan pertahanan dan keamanan, pertumbuhan ekonomi, sosial, budaya,
pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi, serta fungsi dan daya dukung
lingkungan hidup.
GAMBAR 2.5
Tabel
Identifikasi kebijakan permukiman dan Infrastruktur Kota Medan
Tabel 2.2
1.
Visi dan Misi Kota Medan
VISI MISI
Kota Metropolitan
yang berdaya saing,
melayani,
berkesejahteraan, Kualitas SDM dan peran
serta masyarakat
berbudaya dan
berkelanjutan Mewujudkan tata
pemerintahan yang baik
dengan birokrasi yang lebih
efisien, efektif, kreatif,
inovatif dan responsif
(RPJP)
Penataan kota yang ramah Peningkatan keterpaduan antarkegiatan budi daya darat dan perairan
lingkungan berdasarkan serta keseimbangan antar bagian wilayah kota sesuai dengan daya
prinsip keadilan sosial tampung dan daya dukung lingkungan;
ekonomi, membangun dan
mengembangkan
pendidikan, kesehatan
serta budaya daerah
Terselenggaranya
pemanfaatan ruang Kota
Medan yang berkelanjutan
dan berwawasan
lingkungan sesuai dengan
Laporan Antara daya dukung lingkungan II-50
hidup serta kebijaksanaan
pembangunan nasional dan
daerah;
Strategi Pengembangan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP)
Kota Medan