Anda di halaman 1dari 5

Prion memiliki banyak kesamaan dengan virus yang adalah apa yang sering

membingungkan orang. Namun, ada perbedaan yang memisahkan patogen ini. Artikel ini
akan menyoroti perbedaan-perbedaan ini. Meskipun baik virus dan prion muncul sebagai
makhluk hidup, mereka adalah hal-hal non hidup. Mereka sebenarnya parasit kecil yang
membutuhkan sel-sel makhluk hidup untuk tumbuh dan berkembang biak.
Virus
Virus terdiri dari protein dan asam nukleat dan lipid. Asam nukleat (RNA dan DNA) berisi
kode genetik yang membantu virus ini untuk tumbuh dan berkembang biak setelah
mereka menemukan jalan mereka ke organisme hidup. Asam nukleat tetap tertutup
pelindung yang disebut kapsid. Sebelum menyerang makhluk hidup, virus dalam bentuk
ekstraseluler dan dikenal sebagai virion. Viron ini, setelah mereka menemukan sel inang
berubah menjadi bentuk intraseluler ketika kapsid akan dihapus dan yang tetap hanya
asam nukleat. Virus mengambil bantuan bahan bangunan dari inang untuk tumbuh dan
berkembang biak.

VIRUS
Pada tahun 1889, ahli mikrobiologi Belanda bernama Martinus Beijerinck mengemukakan konsep virus
berdasarkan studinya terhadap penyakit mosaik tembakau (Tobacco Mosaic Disease). Seorang
pemenang nobel, Sir Peter Medawar, mengemukakan perasaan para ahli mikrobiologi mengenai virus
dalam pernyataanya, “A virus is a piece of bad news wrapped in a protein.” Virus adalah potongan berita
buruk yang terbungkus dalam protein.

Virus

Virus memiliki untaian asam nukleat yang terbungkus mantel protein, membuatnya sulit untuk
dihancurkan. Mikroorganisme membutuhkan DNA dan RNA untuk bereproduksi. Sebuah virus tidak
dapat membuat faktor pembawa sifat tanpa adanya inang, karena virus memiliki DNA atau RNA, tetapi
tidak keduanya.
Virus (bahasa Latin dari ‘racun”) merupakan parasit obligat intraseluler yang hanya dapat bereplikasi di
dalam sel inang yang hidup. Sekali masuk ke dalam sel inang hidup, virus ikut campur dalam
metabolisme sel inang, membuat virus sulit untuk dikontrol secara kimiawi. Kamu tidak dapat
membunuh virus dengan antibiotik. Obat yang digunakan untuk menghancurkan kemampuan replikasi
virus pada sel inang dapat terlalu beracun dan berakibat negatif, bahkan bisa mengakibatkan kematian
sel inang tersebut.

Sebelum virus memasuki sel, partikel virus bebas disebut virion. Virion tidak dapat tumbuh atau
membawa fungsi biosintetis atau biokimia karena virion bersifat inert secara metabolis. Virus bukan
merupakan sel. Ukurannya bervariasi dari 20 nanometer (virus polio) sampai 300 nanometer
(virus smallpox) dan tidak dapat diidentifikasi menggunakan mikroskop cahaya.

STRUKTUR VIRUS
Komponen utama virus adalah:

 Inti asam nukleat: dapat berupa DNA atau RNA yang membawa informasi genetik (genome)
virus. Genome RNA hanya dimiliki oleh virus.

 Kapsid: merupakan mantel protein yang menyelubungi virus dan melindungi asam nukleat dari
pengaruh lingkungan. Kapsid juga berperan dalam proses pengikatan virus kepada sel inang.
Kapsid terdiri dari satu atau lebih protein unik untuk tiap jenis virus dan menentukan bentuk
virus.

 Dinding Luar: adalah lapisan terluar virus, berupa membran bilayer. Jika virus tidak memiliki
dinding luar, maka disebut sebagai virus telanjang. Penyakit akibat virus telanjang
misalnya chickenpox, penyakit ruam saraf, mononucleosis, dan herpes simplex. Faktor
lingkungan yang dapat merusak dinding luar virus antara lain:

> Bertambahnya temperatur


> Temperatur beku
> pH di bawah 6 atau di atas 8
> Larutan lipid
> Beberapa disinfektan kimia (klorin, hidrogen peroksida, fenol)

Prion
Prion adalah patogen yang ditemukan oleh Stanley Prusiner. Ini adalah agen infeksi yang
menyebabkan banyak penyakit neurodegenerative seperti spongiform encephalopathy.
Anehnya, prion terdiri dari protein berbahaya yang ditemukan pada mamalia dan burung.
Tapi protein ini dalam bentuk abnormal dan setelah mereka masuk ke otak manusia,
mereka mampu menginfeksi otak dengan parah. Biasanya prion ini tertelan tetapi mereka
juga dapat terbentuk melalui mutasi gen yang mengandung protein ini. Satu hal yang
memisahkan mereka dari virus adalah bahwa mereka tidak memiliki asam nukleat (RNA
dan DNA).
Begitu prion menemukan jalan mereka ke dalam otak, mereka menyebabkan protein
yang normal berubah menjadi abnormal. Mereka segera berkembang biak menyebabkan
infeksi parah. Lubang muncul di dalam otak yang hanya dapat diobati dengan insinerasi.
Beberapa penyakit yang disebabkan oleh prion Penyakit Sapi Gila, Scrapie (ditemukan
pada domba dan kambing), dan penyakit Creutz-Jakob.

Apa perbedaan Virus dan Prion ?


1. Virus dan prion keduanya adalah patogen yang menyebabkan infeksi.
2. Ada banyak kesamaan antara virus dan prion
3. Sementara virus terdiri dari protein dan asam nukleat, prion kekurangan dalam
kode genetik (asam nukleat)
4. Virus menyebabkan banyak penyakit sementara prion telah diketahui
menyebabkan penyakit otak saja.
https://www.sridianti.com/perbedaan-virus-dan-prion.html

PRION
Prion merupakan partikel infektif kecil yang berisi protein. Beberapa peneliti percaya bahwa prion berisi
protein tanpa asam nukleat, karena prion terlalu kecil untuk menampung asam nukleat dan karena prion
tidak dapat dirusak oleh agen pencerna asam nukleat.

Sketsa Prion

Penyakit karena prion yaitu transmissible spongiform encephalopathies (TSEs) merupakan penyakit
neurologis yang progresif, berakibat fatal pada manusia dan hewan. Para peneliti percaya prion adalah
penyebab penyakit Creutzfeldt-Jakob. Penyakit tersebut tergolong penyakit neurologis yang
menyebabkan dementia progresif, pertama kali diobservasi oleh Hans Gerhard Creutzfeldt dan Alfon
Maria Jakob pada tahun 1920. Pada tahun 1976, Carlton Gajdusek memenangkan hadiah Nobel atas
kerjanya meneliti TSE Kuru. Penyakit Kuru memiliki karakteristik gangguan keseimbangan (ataxia
incapacitation) yang progresif dan berakhir dengan kematian.

Pada tahun 1982, ahli neurobiologi Stanley Prusiner mengajukan pendapat tentang protein yang
menyebabkan penyakit neurologis Scrapie, yang merupakan peristiwa degenerasi neural pada domba.
Prusiner menamakan protein infektif ini prion. Prion juga menyebabkan penyakit neurologis lainnya
seperti Kuru dan sindrom Gertsmann-Strausler-Sheinker.

Sampai saat ini para ilmuwan masih melakukan penelitian tentang prion untuk mempelajari asal mula
prion dan bagaimana prion bereplikasi dan dapat menyebabkan penyakit.

C. Prion
pada tahun 1997, ilmuan amerika , Stanly Prusiner, mendapatkan Hadiah Nobel atas penelitiannya
terhadap protein penginfeksi yang lebih sederhana dari viroid, yaitu prion. Berbeda dengan viroid,
prion merupakan protein yang tidak dapat bereplikasi, tetapi mampu mengubah protein inang menjadi
protein versi prion.
Sebuah hipotesis menjelaskan bahka prion merupakan versi “salah lipat” dari suatu protein yang
biasanya terdapat di sel otak. Jika suatu prion melakukan kontak dengan “kembarannya” (protein yang
normal), prion dapat menginduksi proteun normal tersebut menjadi benntuk abnormal. Reaksi berantai
dan berlanjut terus hingga prion terakumulasi dalam jumlah yang membahayakan, menyebabkan
malfungsi seluler, dan pada akhirya menyebabkan terjadinya degenerasi otak.
Penyakit degenerasi sistem saraf pusat (otak) yang disebabkan oleh prion, anatara lain, csrapie pada
domaba, mad cow disease (penyakit sapi gila), BSE (bovino spongiform encephalopathy) pada sapi,
penyakit CJD (Creuzfeld-jakob disease) pada manusia, penyakit kuru di Papua New Guenia, GSSD
(Gerstemann-Straussler-Scheinker disease), serta penyakit FFI (fatal familial insomnia) atau penyakit
susah tidur yang mematikan pada manusia.
Penyakit BSE pada sapi diduga akibat pemberian pakan ternak MBM (meat born meal) yang terbiat
dari jeroan hewan untuk mamacu produksi susu dan daging. Orag yang mengonsumsi jeroan sapi
yang terinfeksi dikhawatirkan dapat tertular penyakit ini. Sementara itu, penyakit kuru di Papua New
Guinae, sekitar tahun 1950, disebabkan olewh praktik kanibalisme, dengann memakan otak dari
musuh yang terbunuh. Namun, sejak ritual kanibalisme tersebut dilarang, penyakit kuru tidak muncul
lagi.
Kalau Prion, Lebih sederhana dari prion, Merupakan protein, Tidak dapat bereplikasi, Mampu
mengubah protein inang menjadi protein versi prion, Menyebabkan penyakit degeneratif otak.

Prion (proteinaceous infectious particles) adalah pembawa penyakit menular yang diketahui terdiri
dari protein. Beberapa peneliti percaya bahwa prion hanya berisi protein tanpa asam nukleat,
karena prion terlalu kecil untuk menampung asam nukleat dan karena prion tidak dapat dirusak oleh
agen pencerna asam nukleat. Dia tahan terhadap semua prosedur yang bertujuan mengubah atau
menghidrolisa asam nukleat termasuk ensim protease, sinar ultraviolet, radiasi dan berbagai zat
kimia seperti deterjen, zat yang menimbulkan denaturasi protein seperti obat disinfektan atau
pemanasan/perebusan.
Penyakit yang disebabkan oleh prion disebut Transmissible Spongiform Encephalopathies (TSEs)
merupakan penyakit yang menyerang susunan syaraf pusat dengan gejala histopatologik utama
terbentuknya lubang-lubang kosong di dalam sel-sel otak, dapat menular kepada manusia dan
menyebabkan penyakit yang dalam istilah kedokteran disebut Subacute Spongiform
Encephalopathy (SSE). TSE dapat berakibat fatal pada manusia dan hewan. Yang termasuk TSE di
antaranya penyakit kuru, scrapie, Creutzfeldt-Jakob disease (vCJD), dan bovine spongiform
encephalopathy (BSE atau sapi gila). Semua penyakit ini menyerang otak atau sistem saraf lainnya,
mematikan, dan belum dapat disembuhkan.
Yang mengherankan dari prion ini adalah dia memiliki kemampuan memperbanyak diri melalui
mekanisme yang hingga saat ini belum diketahui. Sampai saat ini para ilmuwan masih melakukan
penelitian tentang prion untuk mempelajari asal mula prion, bagaimana prion bereplikasi, dan
bagaimana ia dapat menyebabkan penyakit.

Cara Penyebaran Penyakit Prion


 Dari hewan ke hewan, melalui pemberian pakan hewan yang berasal dari hewan sakit (serbuk
tulang, dll).
 Hewan ke manusia, melalui makanan yang berasal dari hewan (sapi) yang sakit BSE, material
medis & produk hewan seperti: enzim, kapsul, vaksin yang menggunakan biakan sel otak yang
berasal dari hewan sakit.
 Manusia ke Manusia, melalui jalur Iatrogenik seperti transplantasi kornea, penggunaan electrode
pada EEG, alat-alat nekropsi terkontaminasi, hormon pituitary, dan transfusi.
Pencegahan Penyakit Prion
Pencegahan adalah cara terbaik bagi penyakit prion, karena hingga kini belum ada obatnya. Maka
langkah-langkah yang perlu dipertimbangkan:
1. Meminimalisasi resiko pada manusia akibat penggunaan produk & alat medis yang berasal dari
sapi seperti: Seleksi sumber material dari sapi, penggunaan material dari sapi, kondisi
pengumpulan material asal sapi dan besarnya material asal sapi yang digunakan, cara
pemberian/penggunaan material asal sapi
2. Meminimalisasi resiko pada manusia akibat penggunaan produk & alat medis yang berasal dari
manusia seperti:

a. Resiko transmisi dari CJD akibat penggunaan peralatan/ instrumen, hormon pituitary, dan
durameter.
b. Resiko transmisi dari CJD akibat penggunaan darah dan produk darah.
c. Resiko transmisi dari CJD akibat konsumsi produk makanan yang berasal dari hewan
sapi/ruminansia seperti:
Keamanan susu
Resiko kejadian BSE/Prion pada Domba
Penggunaan gelatin pada rantai makanan

Anda mungkin juga menyukai