PENDAHULUAN
1 Latar Belakang
berhubungan dengan respons inflamasi kronis pada saluran napas dan paru-
(2013) prevalensi PPOK sebanyak 3,7 % dan provinsi Jawa Timur menduduki
karakteristik usia 25-44 tahun (4,0 %), usia 45-64 tahun (9,5 %), usia > 65
Berdasarkan hasil rekam medik di Rumah Sakit Panti Waluya Kota Malang
yang penulis peroleh didapatkan klien PPOK sebanyak 18 klien pada tahun
2016 dan sebanyak 18 klien pada bulan januari-juli tahun 2017 dengan
Menurut Alvar (2015), PPOK bisa disebabkan oleh bronkiolitis atau emfisema
1
2
penumpukan mukus kental dalam jumlah besar dan sulit dikeluarkan dari
inefektif. Hal ini dapat mengakibatkan obstruksi jalan napas baik parsial
laring dapat terjadi apabila terdapat benda asing seperti sekret pada jalan
napas, jika hal ini tidak segera diatasi maka penderita dapat mengalami gagal
Fenomena yang penulis temukan ketika praktek klinik KMB 1 pada bulan
Januari 2017 di RSU Karsa Husada Batu, terdapat satu klien lansia umur 65
tahun yang terdiagnosis PPOK dengan keluhan sesak dan mengalami kesulitan
tambahan ronchi di seluruh lapang paru bagian kiri, klien memiliki riwayat
Malang fenomena yang penulis temukan ketika praktek Magang 1 pada bulan
Februari 2017, terdapat Satu klien lansia umur 80 tahun yang terdiagnosis
3
jalan napas menjadi efektif dan suplai oksigen ke dalam tubuh menjadi
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis menulis studi kasus yang berjudul
2 Batasan Masalah
Masalah dalam studi kasus ini dibatasi pada asuhan keperawatan pada klien
PPOK dengan masalah bersihan jalan napas inefektif di Rumah Sakit Panti
3 Rumusan Masalah
4 Tujuan
pada klien PPOK dengan masalah bersihan jalan napas inefektif di Rumah
Malang.
2) Menetapkan diagnosis keperawatan pada klien PPOK dengan masalah
Malang.
3) Menyusun perencanaan keperawatan pada klien PPOK dengan
Sawahan Malang.
4) Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien PPOK dengan
Sawahan Malang.
5) Melaksanakan evaluasi keperawatan pada Klien PPOK dengan
Sawahan Malang.
5 Manfaat
obstruksi kronik
2) Bermanfaat untuk perkembangan ilmu keperawatan seperti cara
napas inefektif.
4) Bagi Klien
Manfaat karya tulis ilmiah ini bagi pasien dan keluarga yaitu agar
6 Konsep PPOK
respons inflamasi paru terhadap partikel atau gas yang berbahaya (Budhi,
2011).
Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) merupakan penyakit yang ditandai
1) Emfisema
3
12
2) Bronchitis
a) Asap rokok
terpenting, jauh lebih penting dari faktor penyebab lainnya. Asap rokok
c) Stres oksidatif
2011).
d) Terpajan polutan
12
Bahan kimia, kayu, pupuk dari hewan peliharaan, hasil panen, batu
1) PPOK Ringan
Gejala klinis : dengan atau tanpa batuk, dengan atau tanpa produksi
batuk kronik dan berdahak dengan sesak napas terutama pada saat
2) PPOK Sedang
Gejala klinis : dengan atau tanpa batuk, dengan atau tanpa produksi
sputum, sesak napas : derajat sesak 2 (sesak timbul pada saat aktivitas).
2011)
12
3) PPOK Berat
Gejala klinis : sesak napas derajat sesak 3 dan 4 dengan gagal napas
atau gagal jantung kanan, spirometri : VEP < 70 %, VEP 1 <30% prediksi
atsu VEP 1 >30 % dengan gagal napas kronik. Gagal napas kronik pada
6.4 Gejala
1) Hipoksemia
2) Hipercapnea sampai pada gangguan kognitif.
3) Batuk kronik merupakan batuk yang hilang timbul selama 3 bulan yang
dilakukan dengan teliti, gunakan ukuran sesak napas sesuai skala sesak.
hanya mengalami maslah secara fisik tetapi juga masalah psikologis yang
muncul karena pasien harus terpapar secara berulang dengan gejala yang
mukus kental dalam jumlah besar dan sulit dikeluarkan dari saluran napas.
12
apabila tidak terjadi recoil pasif, maka udara akan terperangkap di dalam
paru dan saluran udara kolaps, sehingga dapat terjadi sesak napas
(Alsagaff, 2010).
Salah satu gejala yang muncul pada pasien PPOK adalah produksi sputum
2011).
12
Disfungsional silia
Timbul peradangan
Respon inflamasi
Hipersekresi
Bersihan Jalan
Napas Inefektif
Hipersekre
2.1.6 Pathway Ketidakefektifan bersihan jalan nafas pada Klien COPD
12
Bagan 2.1 Pathway COPD dengan Bersihan Jalan Napas Inefektif (Alsagaff, 2010)
12
1) Laboratorium darah
2) Radiologi
lain
a) Pada emfisema terlihat gambaran :
(1) Hiperinflasi
(2) Hiperlusen
(3) Ruang retrosternal melebar
(4) Diafragma mendatar
(5) Jantung menggantung (jantung pendulum/tear drop / eye drop
appearance)
b) Pada bronkitis kronik :
(1) Normal
(2) Corakan bronkovaskuler bertambah pada 21% kasus (Alsagaff,
2010)
7) Radiologi
2012).
8) Elektrokardiografi (EKG)
9) Bakteriologi
6.7 Diagnosis
alveoli. Sedangkan pada PPOK sedang dan PPOK berat seringkali terlihat
1) Pengobatan farmakologi
2) Higine paru
3) Latihan
Penyebab iritan jalan napas yang harus dihindari di antaranya asap rokok,
polusi udara dan perlu juga mencegah adanya allergen yang masuk tubuh
(Tabrani, 2010).
5) Diet
12
Pemberian porsi yang kecil namun sering lebih baik daripada makanan
7.1 Pengkajian
1) Indentitas klien
Pada tahap ini perlu mengetahui tentang nama, umur, jenis klamin, alamat
2012)
2) Riwayat kesehatan
a) Keluhan utama
Pada klien PPOK biasanya ditemukan keluhan utama berupa sesak
batuk namun tidak keluar dahak, sesak napas, tubuh terasa lemas dan
keluhan seperti adanya riwayat sesak napas, batuk dalam jangka yang
3) Pola hidup
dalam pola hidup misalnya minum alkhol, atau obat tertentu. Kebiasaan
merokok seperti sudah berapa lama, berapa batang perhari, dan jenis rokok
4) Pola tidur
12
Pada klien PPOK biasanya mengalami gangguan tidur yaitu sulit untuk
5) Pemeriksaan fisik
seperti hiperflekmentasi.
b) Pemeriksaan kepala
Inspeksi : Tidak ada ciri khusus pada klien PPOK
Palpasi : Pada klien PPOK jarang ditemukan nyeri tekan pada
daerah kepala. Namun, klien PPOK akan mengeluh pusing
kelenjar teroid
Palpasi : Tidak ada ciri khusus pada klien PPOK
h) Pemeriksaan thoraks
Inspeksi : Pada klien dengan PPOK, terlihat adanya peningkatan
yang terperangkap.
Perkusi ˸ Lapang paru terdengar resonan, jika terdapat penumpukan
9 regio
Perkusi : Terdengar timpani pada setiap rongga abdomen
j) Pemeriksaan musculoskeletal
Inspeksi : Pada klien PPOK tidak ada masalah khusus seperti
1) Dispenia
2) Suara napas tambahan
3) Perubahan pada pola dan frekuensi pernapasan
4) Sianosis
5) Terdapat pernapasan cuping hidung
6) Kesulitan untuk berbicara
7) penurunan suara napas
8) Ortopnea
9) Sputum dalam jumlah berlebih
10) Mata terbuka lebar
adalah:
elveoli
3) Fisiologis: disfungsi neuromuskuler, hyperplasia dinding bronkial,
1) Tujuan
2012).
12
2) Kriteria hasil
bantu napas
h) Tidak mengalami kesulitan verbalisasi
3) Intervensi
untuk dikeluarkan
7. Ajarkan klien menggunakan teknik Teknik ini mencegah glotis dari
ekspirasi paksa, "batuk huff" penutupan selama batuk dan efektif
(Bhowmik, 2009) dalam mengeluarkan secret.
8. Anjurkan klien untuk melakukan Jika klien tidak bisa beraktivitas, putar
aktivitas dan pergerakan yang klien dari sisi ke sisi minimal 2 jam.
dapat ditolerir (Ackley, 2016) Gerakan tubuh membantu pengeluaran
sekresi.
9. Atur posisi semiflower (Muttaqin, Peningkatkan ekspansi dada serta
2012) ventilasi lapang paru dapat dicapai
dengan posisi semiflower
10. Kolaborasi pemberian oksigen Pemberian oksigen secara teratur dapat
sesuai indikasi (Ackley, 2016) menurunkan kegawatan ketidak
bersihan jalan napas dengan
memperbaiki hipoksemia dan
menaikan saturasi oksigen.
11. Kolaborasi dengan dokter tentang a. pemberian bronkodilator via inhalasi
pemberian obat akan langsung menuju area
a. bronkodilator nebulizer bronkhus yang mengalami spasme
b. kortikosteroid (Muttaqin, 2012) sehingga lebih cepat berdilatasi
b. kortikosteroid berguna dengan
keterlibatan luas pada hipoksemia
dan menurunkan reaksi inflamasi
akibat edema mukosa dan dinding
bronkhus
12. Lakukan fisiotrapi dada dengan Postural drainase dengan perkusi dan
teknik postural drainase, perkusi vibrasi menggunakan bantuan gaya
dan fibrasi dada (Priadi, 2016) gravitasi untuk membantu menaikan
sekresi sehingga dapat dikeluarkan
dengan mudah.
Desain dari penelitian ini adalah studi kasus yang mengeksplorasi masalah
jalan nafas inefektif di Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan Malang Pada
studi kasus ini, yang dimaksud dengan asuhan keperawatan adalah proses
3.2.1 Pasien yang didiagnosa medis PPOK dengan masalah Bersihan jalan
3.2.2 Pasien yang berumur > 25 tahun yang sedang dirawat di ruang rawat inap
28
29
3.3 Partisipan
Pada penelitian ini yang menjadi partisipan peneliti adalah 2 Klien PPOK
dengan masalah bersihan jalan napas inefektif di Rumah Sakit Panti Waluya
Waluya Sawahan Malang dan penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 13-15
Maret 2018 pada klien 1 dilakukan pengambilan data diruang rawat inap
Maria Paviliun kamar 46 bed 2 dan tanggal 20-22 Mei 2018 pada klien 2
3.5.1 Wawancara
Pada klien 1 wawancara dilakukan pada klien, anak perempuan klien dan
didapatkan dari list klien PPOK dengan masalah bersihan jalan napas
berikut ini:
data utama yaitu klien, perawat dan keluarga klien yang berkaitan dengan
Kerahasiaan dari klien dijamin dengan jalan identitas klien dibuat inisial.
3.7.3 Kesimpulan.
Dari data yang disajikan, kemudian data dibahas dan dibandingkan dengan
Pada bab ini penulis membahas hasil dan pembahasan tentang asuhan
bersihan jalan napas inefektif di Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan Malang.
Hasil
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Mei 2018 di
inap dewasa kelas 1 yang terdiri dari 11 kamar mulai dari kamar 37
kamar mandi dalam dan TV. Saat pengambilan data klien berada di kamar
46 bed 2 dengan bed 1 sudah ditempati klien lain. Klien 2 berada di ruang
adalah ruang rawat inap dewasa kelas 2 yang terdiri dari 11 kamar mulai
dari ruang 101 sampai ruang 111 dengan kapasitas 3 bed perkamar kecuali
108 hanya 2 bed dan memiliki fasilitas kamar mandi di dalam. Saat
pengambilan data klien berada di kamar 106 bed 1 dengan bed 2 dan 3
32
33
Karateristik Partisipan
Keterangan Keterangan
X : Meninggal X : Meninggal
: Perempuan : Perempuan
: Laki-laki : Laki-laki
: Tinggal satu rumah : Tinggal satu rumah
: Menikah : Menikah
: Anak : Anak
: Klien : Klien
hambar.
Interprestasi Berat Badan : 57 Kg Berat Badan : 70 Kg
Gizi Tinggi Badan: 158 Cm Tinggi Badan: 160 Cm
IMT : 22.8 Ideal IMT : 27.3 Berat badan
berlebih (kecenderungan
obesitas)
Pola kebersihan diri
Di rumah Mandi: 2 kali/ sehari Mandi: 2 kali/ sehari
Gosok gigi: 2 kali/ sehari Gosok gigi: 2 kali/ sehari
Keramas: 1x/minggu Keramas: 2x/minggu
Gunting kuku: saat kuku Gunting kuku: saat kuku
panjang panjang
Ket: keluarga mengatakan Ket: pola kebersihan klien
saat muncul keluhan batuk dilakukan secara mandiri
pola kebersihan klien termasuk saat klien sakit.
dibantu keluarga sebagian
Di rumah Mandi: sampai Mandi: klien mengatakan di
Sakit dilakukannya pengkajian seka 2 kali/sehari
klien sudah diseka 1 kali. Gosok gigi: 1 kali/ dua hari
Gosok gigi: sampai Keramas: sampai dilakukannya
dilakukannya pengkajian pengkajian klien belum
klien belum gosok gigi. keramas. Rambut klien tampak
Keramas: sampai bersih.
dilakukannya pengkajian Gunting kuku: selama di
klien belum keramas Rumah Sakit klien belum
Gunting kuku: sampai pernah gunting kuku, kuku
dilakukannya pengkajian dalam keadaan pendek, rapi
klien belum pernah dan bersih
gunting kuku, kuku Ket: pemenuhan personal
tampak sedikit panjang hygiene klien di bantu
Ket: karena sesak sebagian oleh keluarga dan
bertambah saat bergerak perawat
atau beraktivitas
pemenuhan personal
hygiene klien di bantu
sepenuhnya oleh keluarga
dan perawat
Pola eliminasi
Di rumah BAB : keluarga BAB: keluarga mengatakan
mengatakan klien BAB klien BAB 1-2 kali/sehari,
1x/hari konsistensi konsistensi lembek berwarna
lembek, berwarna kuning kuning, bau khas feses
bau khas feses. BAK: ± 5-7 x / hari, berwarna
BAK : ± 5-6 x/hari, kuning jernih, bau khas urine,
berwarna kuning jernih, Ket: tidak ada
bau khas urine
Ket: tidak ada
Di rumah BAB : sampai BAB : mulai klien dirawat di
Sakit dilakukannya pengkajian rumah sakit sampai dengan
klien mengatakan belum pengkajian keluarga
BAB mengatakan BAB hanya 1x
BAK : sampai dengan konsistesi lembek
38
resonan resonan
Palpasi: Palpasi:
pemeriksaan taktil fremitus pemeriksaan taktil fremitus
didapatkan hasil getaran didapatkan hasil getaran
suara teraba melemah di suara teraba melemah di
seluruh lapang paru lapang paru bagian kiri.
Auskultasi: Auskultasi:
Terdapat suara napas Terdapat suara napas
tambahan ronchi tambahan ronchi
Ronchi Whezing Ronchi Whezing
4 4 5 5
Keterangan: Keterangan:
Kekuatan otot berkurang Kekuatan otot utuh
5) Pemeriksaan Penunjang
Tabel 4.7 Pemeriksaan Penunjang Klien 1 pada tanggal 13 Maret 2018
Pemeriksaan Hasil klien 1 Normal
Hematologi
Darah lengkap
Jumlah leukosit H 11.28 4-11 10^3/ul
Jumlah eritrosit H 6.63 4.5-5.5 10^6/ul
Hemoglobin 13.1 11-15 g/dl
Hematokrit 41.2 40-50%
MCV 62.1 82-92 fl
MCH 19.8 27-31 pg
MCHC 31.8 32-37 g/dl
Jumlah trombosit 310 150-400 10^3/ul
RDW-SD 35 35-47 fl
RDW-CV 17.8 11-14 %
PDW 12.4 9-13 fl
MPV 9.7 7.2-11.1 fl
P-LCR 25.4 15.0-25.0%
PCT 0.300 0.150-0.400%
Neutrophil 86.0 50-70%
Limfosit 4.6 20-40%
Monosit 8.9 2-8%
Eosinophil 0.1 1-3%
Basophil 0.4 0-1%
Jumlah Neutrophil 9.7 1.5-7 10^3/ul
Jumlah Limfosit 0.5 1-3.7 10^3/ul
Jumlah Monosit 1.00 0.16-1 10^3/ul
Jumlah Eosinophil 0.0 0-0.8 10^3/ul
Jumlah Basophil 0.0 0.0.2 10^3/ul
Laju endap darah 70 <20 mm/jam
Faal ginjal
Ureum 30.4 21-43 mg/dl
BUN 14.2 10-20 mg/dl
Kreatinin 0.48 <0.95 mg/dl
43
SGOT 30 0-31
SGPT 21 0-32
6) Terapi obat
Tabel 4.9 Terapi Obat Klien 1
Nama obat Dosis Waktu Pemberian Fungsi obat
Indexon 5 mg/ml 3x1 amp IV Glukokortikoid sintetik yang
mempunyai efek
antiinflamasi dan antialergi.
Diduga bekerja dengan cara
mempengaruhi sintesa
protein pada proses
transkripsi RNA.
7) Analisa Data
Tabel 4.11 Analisa Data
Analisa Data Etiologi Masalah
Klien1
DS: Faktor risiko (Asap Bersihan
- Klien mengatakan sesak saat rokok/perokok pasif) 46
Jalan Napas
bernapas. Inefektif
- Keluarga mengatakan 3 Emfisema
minggu yang lalu klien
mengalami batuk berdahak Perubahan sel penghasil
- Keluarga mengatakan sejak mukus bronkus
tanggal 8 Maret 2018 (4 hari
sebelum rawat inap) klien Sistem eskalator
mengeluh sesak saat bernapas mukosiliaris terganggu
- Klien mengatakan saat batuk,
sulit mengeluarkan dahak Disfungsional silia
- Klien mengatakan dahak yang
keluar hanya sedikit dan Mukus menjadi sangat
berwarna hijau kental purulent
- keluarga mengatakan
almarhum suami klien adalah Timbul peradangan kronik
perokok berat sejak menikah. pada paru.
- Keluarga klien mengatakan
bulan januari 2017 klien Peningkatan sel goblet
pernah memiliki keluhan
sesak dan batuk-batuk dan Hipersekresi Sputum
dirawat di Rumah Sakit
selama 6 hari. Reflek batuk tidak efektif
- Keluarga mengatakan klien
sering mengeluh batuk namun Sputum tertimbun di jalan
biasanya sembuh dalam kurun napas
waktu 4 hari tanpa
mengunakan obat. Bersihan Jalan Napas
Inefektif
DO
- Klien tampak lemas
- Terdapat pernapasan cuping
hidung
- Klien tampak kesulitan
berbicara
- Pernapasan lewat mulut
- RR: 28 x/menit pernapasan
dangkal dan cepat
- Pemeriksaan getaran suara
taktil fremitus teraba melemah
di seluruh lapang paru kiri dan
kanan.
- Terdapat suara napas
tambahan ronchi.
- Ronchi
8) Diagnosa Keperawatan
Tabel 4.12 Diagnosa Keperawatan
Tanggal Diagnosa Keperawatan
Klien 1
17 Maret 2018 Bersihan Jalan Napas Inefektif berhubungan
dengan batuk yang tidak efektif
Klien 2
24 Mei 2018 Bersihan Jalan Napas Inefektif berhubungan
dengan batuk yang tidak efektif
9) Intervensi Keperawatan
Tabel 4.13 Intervensi Keperawatan Klien 1
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
keperawatan Hasil
Klien 1
Bersihan Tujuan jangka 1. Observasi warna, 1. Karakteristik
Jalan pendek: kekentalan dan sputum dapat
Napas Klien mampu banyak sputum menunjukkan berat
Inefektif mengeluarkan (Muttaqin, 2012) ringannya obtruksi
berhubunga Sputum secara 2. Observasi pola 2. Dengan sekret di
n dengan mandiri setelah pernapasan, jalan napas, laju
batuk yang diberikan asuhan termasuk tingkat, pernapasan akan
tidak keperawatan selama kedalaman, dan meningkat. Dengan
efektif 1x24 jam. usaha klien dalam demikian dapat
bernapas (Ackley, diketahui adanya
2016) secret di jalan napas
48
pemberian menurunkan
oksigen sesuai kegawatan ketidak
indikasi (Ackley, bersihan jalan napas
2016) dengan
memperbaiki
hipoksemia dan
menaikan saturasi
oksigen.
11.Pemberian
11. Kolaborasi bronkodilator via
dengan dokter inhalasi akan
tentang langsung menuju
pemberian obat area bronkhus yang
a. bronkodilator mengalami spasme
nebulizer sehingga lebih cepat
berdilatasi
Kortikosteroid
b. kortikosteroid berguna dengan
(Muttaqin, keterlibatan luas
2012) pada hipoksemia
dan menurunkan
reaksi inflamasi
akibat edema
mukosa dan dinding
bronchus
12. Menggunakan
12. Lakukan bantuan gaya
fisiotrapi dada gravitasi untuk
dengan teknik membantu
postural drainase, menaikan sekresi
perkusi dan sehingga dapat
fibrasi dada dikeluarkan
(Priadi, 2016) dengan mudah
Kortikosteroid
b. kortikosteroid berguna dengan
(Muttaqin, keterlibatan luas
2012) pada hipoksemia
dan menurunkan
reaksi inflamasi
akibat edema
mukosa dan dinding
bronchus
12. Menggunakan
12. Lakukan bantuan gaya
fisiotrapi dada gravitasi untuk
dengan teknik membantu
postural drainase, menaikan sekresi
perkusi dan sehingga dapat
fibrasi dada dikeluarkan
(Priadi, 2016) dengan mudah
10) Implementasi Keperawatan
Tabel 4.15 Implementasi Keperawatan
52
Dx
Hari 1 Hari 2 Hari 3
Keperawatan
Klien 1 Tanggal 13-03-2018 Tanggal 14-03-2018 Tanggal 15-03-2018
Bersihan Jalan 09.00 1. Melakukan kolaborasi 08.50 1. Mempertahankan posisi 09.00 1. Mempertahankan posisi klien
Napas dengan dokter tentang klien semifowler semifowler
Inefektif pemberian obat nebulizer 09.00 2. Melakukan kolaborasi 09.03 2. Melakukan kolaborasi dengan
berhubungan Combivent 2 Flash dengan dokter tentang dokter tentang pemberian obat
dengan batuk 11.15 2. Melakukan kolaborasi pemberian obat nebulizer nebulizer Combivent 2 Flash
yang tidak pemberian oksigen via O2 Combivent 2 Flash 09.18 3. Melakukan kolaborasi
efektif nasal 4 lpm 09.17 3. Melakukan kolaborasi pemberian oksigen via O2
11.20 3. Mengajarkan klien cara pemberian oksigen via O2 nasal 3 lpm.
melakukan teknik napas nasal 4 lpm 09.30 4. Mengevaluasi cara klien
dalam 09.20 4. Mengevaluasi teknik napas melakukan teknik ekspirasi
11.35 4. Mengajarkan klien cara dalam yang sudah diajarkan paksa, "batuk huff"
melakukan teknik ekspirasi 09.35 5. Mengajarkan kembali 09.45 5. Menganjurkan minum air
paksa, "batuk huff" teknik ekspirasi paksa, hagat setiap kali klien minum
13.05 5. Menganjurkan minum air "batuk huff" 09.50 6. Mengingatkan kepada
hagat setiap kali klien 17.00 6. Melakukan kolaborasi keluarga dan klien supaya
minum dengan dokter tentang klien tidak melakukan
13.10 6. Mengiformasikan kepada pemberian obat nebulizer aktivitas dan pergerakan yang
keluarga dan klien supaya Combivent 2 Flash menambah sesak
klien tidak melakukan 17.15 7. Menanyakan kepada klien 10.00 7. Melakukan fisiotrapi dada
aktivitas dan pergerakan tentang warna, kekentalan perkusi dan vibrasi
yang menambah sesak dan banyak sputum 17.00 8. Melakukan kolaborasi dengan
17.00 7. Melakukan kolaborasi 17.17 8. Melakukan observasi pada dokter tentang pemberian obat
dengan dokter tentang pola pernapasan, termasuk nebulizer Combivent 2 Flash
pemberian obat nebulizer tingkat, kedalaman, dan 17.15 9. Menanyakan kepada klien
Combivent 2 Flash usaha klien dalam bernapas tentang warna, kekentalan dan
17.15 8. Menanyakan kepada klien 17.20 9. Mendengarkan suara napas banyak sputum
tentang warna, kekentalan klien 17.17 10.Melakukan observasi pada
dan banyak sputum 17.23 10. Memeriksa tingkat saturasi pola pernapasan, termasuk
9. Melakukan observasi pada oksigen tingkat, kedalaman, dan usaha
17.17 pola pernapasan, termasuk klien dalam bernapas
tingkat, kedalaman, dan 17.20 11.Mendengarkan suara napas
usaha klien dalam bernapas klien
17.20 10.Mendengarkan suara napas 17.23 12.Memeriksa tingkat saturasi
klien oksigen
17.23 11.Memeriksa tingkat saturasi
oksigen
Klien 2 Hari 1 Hari 2 Hari 3
Tanggal 20-05-2018 Tanggal 21-05-2018 Tanggal 22-05-2018
Bersihan Jalan 10.00 1. Mengubah posisi klien 07.00 1. Mempertahankan posisi 07.00 1. Mempertahankan posisi klien
Napas semifowler klien semifowler semifowler 53
Inefektif 10.00 2. Melakukan kolaborasi 07.03 2. Melakukan kolaborasi 07.04 2. Melakukan kolaborasi dengan
berhubungan pemberian oksigen via O2 dengan dokter tentang dokter tentang pemberian obat
dengan batuk nasal 4 lpm pemberian obat nebulizer nebulizer Combivent 1 Flash
11) Evaluasi Keperawatan
Tabel 4.16 Evaluasi Keperawatan
54
hidung pekak pada lobus atas dan resonan - Tidak terdapat pernapasan cuping
- Klien tampak kesulitan berbicara pada lobus bawah hidung
- Pernapasan dangkal dan cepat - Terdapat suara napas tambahan - Klien sudah bicara jelas namun
- Perkusi lapang paru terdengar ronchi di bagian kiri dan kanan. terengah-engah
pekak pada lobus atas dan resonan - Pernapasan dangkal dan cepat
pada lobus bawah Ronchi Whezing - Perkusi lapang paru terdengar
- Getaran taktil fremitus teraba pekak pada lobus atas dan
melemah di seluruh lapang paru resonan pada lobus bawah
kiri dan kanan. - Getaran taktil fremitus teraba
- Terdapat suara napas tambahan melemah di seluruh lapang paru
ronchi di bagian kiri dan kanan. kiri dan kanan.
Ronchi Whezing - TD: 160/90 mmHg - Terdapat suara napas tambahan
- Nadi: 80 x/menit ronchi di bagian kiri dan kanan.
- Suhu: 36,30C Ronchi Whezing
- RR: 24 x/menit
- Saturasi O2 98% terpasang O2
- TD: 170/90 mmHg nasal 4 lpm
- Nadi: 82 x/menit A: Masalah teratasi sebagian
- Suhu: 37,10C P: Lanjutkan intervensi. - TD: 160/80 mmHg
- RR: 28 x/menit - Nadi: 76 x/menit
- Saturasi O2 96% terpasang O2 - Suhu: 36,60C
nasal 4 lpm - RR: 24 x/menit
- Terlihat tremos air hangat di - Saturasi O2 97% terpasang O2
lemari klien Nasal 3 lpm
A: Masalah belumteratasi A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi. P: Intervensi dilanjutkan perawat
ruangan
Hari 1 Hari 2 Hari 3
Klien 2
Jam 14.30 /Tanggal 20-05-2018 Jam 12.00 /Tanggal 21-05-2018 Jam 12.30 /Tanggal 22-05-2018
Bersihan Jalan Napas S: S: S:
Inefektif berhubungan - Klien mengeluh batuk berdahak - Klien mengatakan sesak sudah - Klien mengatakan suadah tidak
55
dengan batuk yang dan susah keluar berkurang, sesak
tidak efektif - Klien mengatakan sesak, Sesak - Klien mengatakan masih batuk - Klien mengatakan masih batuk
bertambah saat beraktifitas seperti berdahak berdahak
duduk - Kelien mengatakan dahak - Kelien mengatakan sudah bisa
- Kelien mengatakan dahak berwarna putih. mengeluarkan dengan batuk huff
berwarna putih kental. - Keluarga mengatakan klien sering - Klien mengatakan dahak
- Keluarga mengatakan klien sering mengunakan teknik batuk huff berwarna putih.
mengunakan teknik batuk huff jika ingin batuk - Keluarga mengatakan klien
jika ingin batuk O: sering mengunakan teknik batuk
- Klien mengatakan ia meminum - Klien tampak lebih segar huff jika ingin batuk
air hangat jika haus - Tidak sianosis - Keluarga mengatakan klien jika
O: - Klien dapat melakukan teknik haus meminum air hangat
- Klien tampak lemas napas dalam O:
- Tidak sianosis - Klien bisa melakukan batuk huff - Klien tampak segar
- Klien dapat melakukan teknik - Terdapat pernapasan cuping - Tidak sianosis
napas dalam hidung - Klien dapat melakukan teknik
- Klien bisa melakukan teknik - Klien sudah bicara jelas namun napas dalam
batuk huff terengah-engah - Klien bisa melakukan batuk huff
- terdapat kantung mata - Getaran taktil fremitus teraba - Tidak ada pernapasan cuping
- Mata terbuka lebar melemah di seluruh lapang paru hidung
- Terdapat pernapasan cuping kiri - Klien sudah bicara lebih jelas
hidung - Terdapat suara napas tambahan - Getaran taktil fremitus teraba
- Klien tampak kesulitan berbicara ronchi di bagian kiri dan kanan. sama di seluruh lapang paru kiri
- Klien tampak bernapasan lewat Ronchi Whezing dan kanan.
mulut. - Tidak terdapat suara napas
- Pernapasan klien dangkal dan tambahan
cepat Ronchi Whezing
- Getaran taktil fremitus teraba
-melemah
- di seluruh lapang paru - TD: 140/80 mmHg
-kiri - Nadi: 78 x/menit
-
- -=Terdapat suara napas tambahan - Suhu: 36,6y0C
+
56
ronchi di bagian kiri dan kanan. - RR: 22 x/menit
- Saturasi O2 97% terpasang O2 - TD: 150/90 mmHg
Nasal kanul 3 lpm dengan. - Nadi: 74 x/menit
Ronchi Whezing A: masalah teratasi sebagian - Suhu: 36,30C
P: lanjutkan intervensi. - RR: 19 x/menit
- Saturasi O2 96% tanpa bantuan
alat O2
A: masalah teratasi
- TD: 140/90 mmHg P: Hentikan intervensi.
- Nadi: 80 x/menit
- Suhu: 36,90C
- RR: 24 x/menit
- Saturasi O2 98% terpasang O2
Nasal kanul 4 lpm dengan.
- Terlihat tremos air hangat di
lemari klien
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
57
58
4.2 Pembahasan
4.2.1 Pengkajian
Klien 1 Klien 2
Klien 1, usia 64 tahun, datang ke IGD Klien 2, usia 57 tahun, datang ke
RSPW pada tanggal 12 maret 2018 IGD RSPW pada tanggal 18 mei
dengan keluhan sesak dan batuk 2018 dengan keluhan sesak, batuk
berdahak sejak 3 minggu yang lalu. namun sulit mengeluarkan dahak
Saat dilakukan pemeriksaan sejak 5 hari ini. Pada saat
Respiration Rate, Respiration Rate pengkajian tanggal 20 mei 2018 jam
klien adalah 28 x/menit, TD: 160/90 07:30 ditemukan data terdapat
mmHg, Nadi: 80 x/menit Suhu: pernapasan cuping hidung, kesulitan
36,90C, terdapat pernapasan cuping berbicara, pernapasan lewat mulut,
hidung, kesulitan berbicara, serta Tanda-tanda vital TD: 140/90
pernapasan lewat mulut. Informasi mmHg, Nadi: 80 x/menit Suhu:
yang didapat penulis dari keluarga 36,90C, RR: 27 x/menit terpasang O2
klien adalah Almarhum suami klien Nasal kanul 4 lpm dengan saturasi
adalah perokok berat sejak menikah, O2 97%.
klien sering mengeluh batuk namun
biasanya sembuh dalam kurun waktu 4 Klien mengatakan 30 tahun yang
hari tanpa menggunakan obat dan lalu pernah mengalami flex pada
pada bulan januari 2017 klien pernah paru-paru nya, klien sering
dirawat di RS selama 6 hari karena mengalami batuk berdahak dan sulit
infeksi pada paru-paru. mengeluarkan dahak namun tidak
sesak, sehingga klien memilih untuk
Pada tanggal 13 Maret 2018, dilakukan membeli obat di toko.
pemeriksaan foto thorax. Setelah hasil
keluar ditemukan bahwa klien positif Klien mengatakan ia membantu
mengalami PPOK anaknya memasak ayam bakar untuk
dijual di warung sehingga terus
terpapar asap pembakaran dan
ketika keluhan batuk kambuh klien
masih tetap berkerja.
berkerja dan 30 tahun yang lalu klien mengalami flex pada paru-paru hal
tersebut menjadi salah satu factor pencetus PPOK.
Kedua klien akan mengalami peningkatan sel goblet dan hipersekresi sputum
kemudian sputum akan tertimbun di jalan napas, hal ini ditandai dengan
keluhan sesak saat bernapas, sesak memberat saat bernapas, klien mengalami
batuk berdahak, klien sulit mengeluarkan dahak, dahak klien berwarna putih
kental, klien tampak kesulitan berbicara, pernapasan klien dangkal dan cepat
dan terdapat suara napas tambahan ronchi
Teori:
Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) merupakan penyakit yang ditandai
hambatan aliran udara persisten, progresif, yang disebabkan oleh beberapa
faktor diantaranya adalah Emfisema dan Bronchitis (Decramer, 2012). Faktor
lain sebagai pendukungnya adalah asap rokok, polusi udara, stress oksidatif
dan terpajan polutan (Tabrani,2010). Menurut Alvar (2015) Semua faktor-
faktor diatas akan mempercepat penurunan fungsi paru dan menyebabkan
gejala-gejala respirasi kronik yang diselingi dengan eksaserbasi akut
intermiten, yang akhirnya mengakibatkan sel-sel penghasil mukus bronkus
mengalami perubahan sehingga terjadi Hipersekresi mucus. Hipersekresi
menyebabkan proses pembersihan silia tidak berjalan lancar sehingga sputum
tertimbun di jalan napas. Kemudian akan mengakibatkan masalah Bersihan
jalan napas inefektif (Nugroho, 2011). Adapun Tanda dan gejala seseorang
mengalami Bersihan jalan napas inefektif adalah terdapat suara napas
tambahan,dispenia, perubahan pola dan frekuensi pernapasan, kesulitan bicara
dan sputum dalam jumlah berlebih (Judith, 2011).
Berdasarkan dari diagnosa yang telah ditegakkan pada Klien 1 dan Klien
berdasarkan teori.
Tabel 4.19 Pembahasan Tujuan Intervensi Keperawatan
Opini :
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 hari, klien 1 didapatkan hasil
Assesment masalah teratasi sebagian dengan mencapai 4 dari 8 kriteria hasil
yang telah ditetapkan. Sedangkan klien 2 didapatkan hasil Assesment masalah
teratasi dengan mencapai semua kriteria hasil yang telah ditetapkan.
Perbedaan ini dikarenakan tingkat keparahan penyakit atau kondisi klien yang
berbeda saat pengkajian terbukti dengan data suara napas tambahan lebih
banyak ditemukan pada klien 1, lama batuk klien 1 lebih lama dari klien 2 dan
perbedaan saturasi O2 berdasarkan pemakaian alat bantu O2 (klien 1 SpO2 99 %
dengan NRBM 8 lpm dan klien 2 SpO2 97 % dengan O2 Nasal 4 lpm).
Teori:
Menurut teori, Evaluasi dilakukan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan
sebelumnya dalam perencanaan, membandingkan hasil tindakan keperawatan
yang telah dilaksanakan dengan tujuan yang telah ditetapkan (Setiadi, 2012).
Menurut Muttaqin (2012) untuk diagnosa PPOK dengan masalah bersihan jalan
napas inefektif, tujuan tercapai ditandai dengan Jalan napas kembali efektif
ditandai dengan berkurangnya kuantitas dan viskositas sputum, tidak ada suara
napas tambahan, tidak ada sianosis dan dypnea, mampu bernapas dengan
mudah, tidak terdapat pernapasan cuping hidung (PCH), pernapasan klien
normal (16-20 x / menit) tanpa ada penggunaan alat bantu napas dan tidak
mengalami kesulitan verbalisasi atau bicara
66
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini disajikan kesimpulan dan saran penelitian tentang ”Asuhan
bersihan jalan napas inefektif di Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan Malang”.
5.1 Kesimpulan
Asuhan keperawatan pada klien Penyakit Paru Obstruktif Kronik dengan
Sawahan Malang telah dilaksanakan pada klien 1 dan 2 dengan waktu 3x24
asap, klien 1 karena menjadi perokok pasif dan memiliki riwayat infeksi
asap pembakaran setiap hari, Selain itu klien 2 memiliki riwayat penyakit
PPOK. Berdasarkan data subyektif dan obyektif pada ke-2 klien, klien
66
67
5.1.2.Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan hasil pengkajian dari kedua klien penulis menemukan data
yang sama yaitu bersihan jalan napas inefektif berhubungan dengan batuk
5.2 Saran
5.2.1 Bagi Lahan Penelitian
paksa, "batuk huff" untuk dilakukan dalam penangan klien PPOK dengan
masalah bersihan jalan napas inefektif teknik ini mencegah glotis dari
data awal dan sebagai bahan pertimbangan penelitian lebih lanjut serta
Alvar Agusti. Bartolome R. Celli dkk..2015, Global Strategy for the Diagnosis,
Managemen, and Prevention of Cronic Obtructive Pulmonary Disease,
GOLD, www.goldcopd.org , Diakses pada 17.04.2017
Bhowmik, A,. Chahal, K,. & Austin, G. 2009. Improving mucociliary clearance in
chronic obstructive pulmonary diseanse. Respiratory Medicine, 103(4), 496-
502.
Budhi, Antariksa dkk.. 2011 (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia), Penyakit Paru
Obstruktif Kronik: Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan. Jakarta: PDPI
Book
69
70
Muttaqin, Arif. 2012. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
Sistem Pernapasan. Jakarta:Salemba Medika
Riskesdas. 2013. Hasil Laporan Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013, Jakarta:
Bepartemen Kesehatan RI
Volpato, Eleonora., dkk. 2015. Relaxation Techniques for people with Choronic
Obstructive Pulmonary Disease: A Syestematic Reviewand a Meta-
Analysis. Hindawi Publishing Corporation, Article ID 628365
Wahid, Abd & Suparto, Imam. 2013. Keperawatan Medikal Bedah (Asuhan.
Keperawatan Pada Gangguan Sistem Respirasi). Jakarta : CV Trans. Info
Media
70
LAMPIRAN
Lampiran 1 : Studi Pendahuluan
71
72
73
Lampiran 10 :SAP
SATUAN ACARA PENYULUHAN TEKNIK BATUK HUFF
B. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan klien dapat
1. Menjelaskan definisi batuk huff coughing
2. Menjelaskan tujuan batuk huff coughing
3. Menjelaskan cara batuk huff coughing
4. Manfaat batuk huff coughing
5. Menyebutkan alat yang digunakan
6. Mengetahui etika batuk
C. Sasaran
Klien
D. Materi Terlampir
1. Definisi Batuk Huff
2. Tujuan batuk Huff
3. Cara batuk Huff
4. Alat yang digunakan
5. Etika Batuk
E. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab
F. Media
1. Leaflet
G. Kegiatan Penyuluhan
akan diberikan
2. 15 Pelaksanaan
1. Definisi batuk huff
Menit 2. Tujuan batuk huff 1. Memperhatikan
3. Cara batuk huff 2. Memperhatikan
4. Manfaat batuk huff 3. Memperhatikan
5. Alat yang digunakan 4. Memperhatikan
6. Etika Batuk 5. Memperhatikan
6. Memperhatikan
3. 7 Evaluasi
1. Bertanya dan
menit 1. Memberikan kesempatan mendengar jawaban
untuk bertanya 2. Menjelaskan materi
2. Meminta audience
menjelaskan tentang
materi batuk Huff
4. 5 Terminasi
I. Evaluasi
1. Menjelaskan definisi batuk huff
2. Menjelaskan tujuan batuk huff
3. Menjelaskan cara batuk huff
4. Menjelaskan manfaat batuk huff
5. Menyebutkan alat yang digunakan
6. Mengetahui etika batuk
88
MATERI PENYULUHAN
Langkah 1
Sedikit berpaling dari orang yang ada disekitar kita, tutup hidung dan mulut
dengan menggunakan tissue atau sapungan atau dengan lengan atas dalam
baju anda setiap kali merasakan dorongan untuk batuk atau bersin.
Langkah 2
Segera buang tissue yang sudah digunakan ketempat sampah
Langkah 3
Ambil kesempatan untuk mencuci tangan dikamar kecil terdekat atau
menggunakan gel pembersih tangan.
Langkah 4
Setelah itu gunakan masker
90
Daftar Pustaka
Bhowmik, A,. Chahal, K,. & Austin, G. 2009. Improving mucociliary clearance in
chronic obstructive pulmonary diseanse. Respiratory Medicine, 103(4),
496-502.
Lampiran 11 : Leaflet
93
94
95