Anda di halaman 1dari 89

BAB I

PENDAHULUAN

1 Latar Belakang

Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit yang ditandai

dengan keterbatasan aliran udara secara terus-menerus biasanya progresif dan

berhubungan dengan respons inflamasi kronis pada saluran napas dan paru-

paru terhadap partikel atau gas yang beracun (Alvar, 2015).

Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2012, angka kejadian

PPOK di dunia mencapai 274 juta jiwa. Di Indonesia menurut Riskesdas

(2013) prevalensi PPOK sebanyak 3,7 % dan provinsi Jawa Timur menduduki

peringkat ke-15 dengan jumlah prevalensi sebanyak 3,6 %, dengan

karakteristik usia 25-44 tahun (4,0 %), usia 45-64 tahun (9,5 %), usia > 65

tahun (18 %) dengan proporsi laki-laki 56% dan perempuan 44%.

Berdasarkan hasil rekam medik di Rumah Sakit Panti Waluya Kota Malang

yang penulis peroleh didapatkan klien PPOK sebanyak 18 klien pada tahun

2016 dan sebanyak 18 klien pada bulan januari-juli tahun 2017 dengan

karakteristik 100 % klien tersebut berumur > 25 tahun.

Menurut Alvar (2015), PPOK bisa disebabkan oleh bronkiolitis atau emfisema

yang dalam keadaan kronik, faktor penyebab tersebut akan mengakibatkan

silia yang melapisi bronkus mengalami kelumpuhan atau disfungsional serta

metaplasia yang mengganggu sistem eskalator mukosiliaris, menyebabkan

1
2

penumpukan mukus kental dalam jumlah besar dan sulit dikeluarkan dari

saluran napas sehingga timbul peradangan yang menyebabkan edema jaringan

dan iritasi saluran napas kronis.

Iritasi saluran napas kronis dan edema jaringan paru mengakibatkan

mataplasia mucus dengan produksi sputum kental dan berlebih (Hipersekresi).

Produksi sputum berlebih (Hipersekresi) dan kental dapat menyebabkan

penumpukan sputum pada saluran napas akibatnya bersihan jalan napas

inefektif. Hal ini dapat mengakibatkan obstruksi jalan napas baik parsial

maupun total dan akan menganggu proses inspirasi (Nugroho, 2011)

Obstruksi jalan napas yang terjadi tentunya berhubungan terhadap asupan

oksigen ke dalam tubuh, sehingga kondisi seperti ini sering menunjukan

tanda-tanda sianosis. Selain itu, mekanisme pertahanan tubuh seperti spasme

laring dapat terjadi apabila terdapat benda asing seperti sekret pada jalan

napas, jika hal ini tidak segera diatasi maka penderita dapat mengalami gagal

napas dan berujung pada kematian (Wahid & Suparto, 2013).

Fenomena yang penulis temukan ketika praktek klinik KMB 1 pada bulan

Januari 2017 di RSU Karsa Husada Batu, terdapat satu klien lansia umur 65

tahun yang terdiagnosis PPOK dengan keluhan sesak dan mengalami kesulitan

mengeluarkan dahak. Dari hasil pengkajian frekuensi pernapasan 28 X/m,

SaO2 93 %, terdapat pernapasan cuping hidung, sianosis dan suara napas

tambahan ronchi di seluruh lapang paru bagian kiri, klien memiliki riwayat

merokok sejak umur 14 tahun. Di Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan

Malang fenomena yang penulis temukan ketika praktek Magang 1 pada bulan

Februari 2017, terdapat Satu klien lansia umur 80 tahun yang terdiagnosis
3

PPOK dengan keluhan sesak, dispenia dan mengalami kesulitan mengeluarkan

dahak. Dari hasil pengkajian frekuensi pernapasan 29 X/m, SaO2 93 %,

terdapat pernapasan cuping hidung dan suara napas tambahan ronchi di

seluruh lapang paru bagian kanan.

Sebagai perawat, pertolongan perawatan yang dapat diberikan salah satunya

adalah Air way managemen dengan dilakukan tindakan tersebut diharapkan

jalan napas menjadi efektif dan suplai oksigen ke dalam tubuh menjadi

adekuat (Ambarwati, 2014).

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis menulis studi kasus yang berjudul

“Asuhan Keperawatan Pada Klien PPOK dengan Masalah bersihan Jalan

napas inefektif di Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan Malang”

2 Batasan Masalah

Masalah dalam studi kasus ini dibatasi pada asuhan keperawatan pada klien

PPOK dengan masalah bersihan jalan napas inefektif di Rumah Sakit Panti

Waluya Sawahan Malang.

3 Rumusan Masalah

Bagaimanakah asuhan keperawatan pada klien PPOK dengan masalah bersihan

jalan napas inefektif di Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan Malang?

4 Tujuan

1.1.1 Tujuan Umum


Tujuan penulisan studi kasus ini adalah untuk melakukan asuhan keperawatan

pada klien PPOK dengan masalah bersihan jalan napas inefektif di Rumah

Sakit Panti Waluya Sawahan Malang.


4

1.1.2 Tujuan Khusus


1) Melakukan pengkajian keperawatan pada klien PPOK dengan masalah

bersihan jalan napas inefektif di Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan

Malang.
2) Menetapkan diagnosis keperawatan pada klien PPOK dengan masalah

bersihan jalan napas inefektif di Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan

Malang.
3) Menyusun perencanaan keperawatan pada klien PPOK dengan

masalah bersihan jalan napas inefektif di Rumah Sakit Panti Waluya

Sawahan Malang.
4) Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien PPOK dengan

masalah bersihan jalan napas inefektif di Rumah Sakit Panti Waluya

Sawahan Malang.
5) Melaksanakan evaluasi keperawatan pada Klien PPOK dengan

masalah bersihan jalan napas inefektif di Rumah Sakit Panti Waluya

Sawahan Malang.

5 Manfaat

1.1.3 Manfaat Teoritis


1) Meningkatkan pengetahuan bagi pembaca agar dapat melakukan

pencegahan untuk diri sendiri dan orang disekitarnya, utamanya

penderita bronkiolitis dan emfisema supaya tidak terjadi penyakit paru

obstruksi kronik
2) Bermanfaat untuk perkembangan ilmu keperawatan seperti cara

pengkajian keperawatan, menetapkan diagnosis keperawatan,

menyusun perencanaan keperawatan, malakukan tindakan

keperawatan dan melaksanakan evaluasi keperawatan pada klien

PPOK dengan masalah bersihan jalan napas inefektif


5

3) Sebagai salah satu bahan rujukan penelitian tentang pemberian asuhan

keperawatan PPOK dengan masalah bersihan jalan napas inefektif.


1.1.4 Manfaat Praktis
1) Bagi Perawat
Karya tulis ini diharapkan dapat memberikan informasi dan

menambah wacana keilmuan bagi perawat dalam memberikan asuhan

keperawatan pada klien PPOK dengan masalah keperawatan bersihan

jalan napas inefektif.


2) Bagi Rumah Sakit
Karya tulis ilmiah ini dapat dijadikan acuan dalam melakukan asuhan

keperawatan bagi klien khususnya dengan gangguan sistem

pernapasan penyakit paru obstruksi kronik dan melakukan pencegahan

dengan memberikan penyuluhan kesehatan atau pendidikan kesehatan

kepada pasien PPOK.


3) Bagi Institusi Pendidikan
Dapat dijadikan bahan referensi untuk penelitian selanjutnya. Tentang

pemberian asuhan keperawatan PPOK dengan masalah bersihan jalan

napas inefektif.
4) Bagi Klien
Manfaat karya tulis ilmiah ini bagi pasien dan keluarga yaitu agar

pasien dan keluarga mengetahui gambaran umum tentang gangguan

sistem pernapasan penyakit paru obstruksi kronik serta perawatan

yang benar agar klien mendapat perawatan yang tepat.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

6 Konsep PPOK

6.1 Definisi PPOK

Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronik

dengan karakteristik adanya hambatan aliran udara di saluran napas yang

bersifat progresif nonreversibel atau reversibel parsial, serta adanya

respons inflamasi paru terhadap partikel atau gas yang berbahaya (Budhi,

2011).
Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) merupakan penyakit yang ditandai

hambatan aliran udara persisten, progresif, dan berhubungan dengan

peningkatan respons inflamasi kronik saluran napas dan paru terhadap

berbagai partikel atau gas beracun (Alvar, 2015).

6.2 Etiologi PPOK

Decramer (2012), mengatakan penyebab utama munculnya PPOK adalah

emfisema dan bronchitis.

1) Emfisema

Gangguan klinis yang ditandai dngan pembentukan mucus yang berlebih

dalam bronkus dan dimanifestasikan dalam bentuk batuk kronis serta

membentuk sputum selama 3 bulan dalam setahun, minimal 2 tahun

berturut-turut (Muttaqin, 2012).

3
12

2) Bronchitis

Perubahan anatomi parenkim paru ditandai dengan pelebaran dinding

alveolus, duktus alveolar, dan destruksi dinding alveolar (Muttaqin,

2012).Sedangkan faktor lain sebagai pendukungnya adalah:

a) Asap rokok

Kebiasaan merokok adalah satu-satunya penyebab kausal yang

terpenting, jauh lebih penting dari faktor penyebab lainnya. Asap rokok

mempunyai prevalensi yang tinggi sebagai penyebab gejala respirasi

dan gangguan fungsi paru (Tabrani. 2010).

b) Polusi udara dalam ruangan dan diluar ruangan

Tingginya polusi udara dapat menyebabkan gangguan paru. Mekanisme

polusi di luar ruangan seperti polutan di atmosfer dalam waktu lama

sebagai penyebab PPOK lebih kecil prevalensinya jika dibandingkan

dengan pajanan asap rokok (Tabrani, 2010).

c) Stres oksidatif

Ketika keseimbangan antara oksidan dan antioksidan berubah bentuk,

misalnya ekses oksidan dan atau deplesi antioksidan akan menimbulkan

stres oksidatif. Stres oksidatif tidak hanya menimbulkan efek kerusakan

pada paru tetapi juga menimbulkan aktifitas molekuler sebagai awal

inflamasi paru. Jadi, ketidakseimbangan antara oksidan dan anti

oksidan memegang peranan penting pada patogenesi PPOK (Budhi,

2011).

d) Terpajan polutan
12

Bahan kimia, kayu, pupuk dari hewan peliharaan, hasil panen, batu

bara, pembakaran, kompor listrik. Sebuah bukti menunjukkan bahwa

polutan dari bahan biomas untuk memasak dan menjahit mempunyai

faktor resiko yang sidnifikan terhadap munculnya penyakit paru kronis

(PPOK) (Budhi, 2011).

e) Faktor lain yang beresiko terhadap munculnya PPOK adalah genetik,

abnormalitas dari paru, faktor penuaaan atau usia, hiperactivitas dari

bronkial dan Status sosial ekonomi (Budhi, 2011).

6.3 Klasifikasi PPOK

Penentuan klasifikasi PPOK sebagai berikut :

1) PPOK Ringan

Gejala klinis : dengan atau tanpa batuk, dengan atau tanpa produksi

sputum, sesak napas derajat sesak 0 sampai derajat sesak 1. Spirometri :

VEP (volume ekspirasi paksa) ≥ 80 % prediksi (normal spirometri) atau

VEP < 70 %. Dinyatakan PPOK secara klinis apabila sekurang-kurangnya

pada anamnesis ditemukan adanya riwayat pajanan faktor resiko diserati

batuk kronik dan berdahak dengan sesak napas terutama pada saat

melakukan aktivitas pada seseorang yang berusia pertengahan atau yang

lebih tua (Budhi, 2011)

2) PPOK Sedang

Gejala klinis : dengan atau tanpa batuk, dengan atau tanpa produksi

sputum, sesak napas : derajat sesak 2 (sesak timbul pada saat aktivitas).

Spirometri : VEP < 70 % atau 50 % < VEP 1 < 80 % prediksi (Budhi,

2011)
12

3) PPOK Berat

Gejala klinis : sesak napas derajat sesak 3 dan 4 dengan gagal napas

kronik, eksaserbasi lebih sering terjadi, disertai komplikasi kor pulmonale

atau gagal jantung kanan, spirometri : VEP < 70 %, VEP 1 <30% prediksi

atsu VEP 1 >30 % dengan gagal napas kronik. Gagal napas kronik pada

PPOK ditunjukkan dengan hasil pemeriksaaan analisa gas darah dengan

kriteria hipoksemia dengan normokapne atau hipoksemia dengan

hiperkapnea (Budhi, 2011).

6.4 Gejala

Menurut Estrada (2014), penderita PPOK akan mengalami

1) Hipoksemia
2) Hipercapnea sampai pada gangguan kognitif.
3) Batuk kronik merupakan batuk yang hilang timbul selama 3 bulan yang

tidak hilang dengan pengobatan yang diberikan.


4) Berdahak kronik, kadang pasien menyatakan hanya berdahak terus

menerus tanpa disertai batuk.


5) Sesak napas, terutama pada saat melakukan aktivitas, seringkali pasien

sudah mengalami adaptasi dengan sesak napas yang bersifat progresif

lambat sehingga sesak napas ini tidak dikeluhkan. Anamnesis harus

dilakukan dengan teliti, gunakan ukuran sesak napas sesuai skala sesak.

Tabel 2.1 Skala sesak penderita PPOK


Skala sesak Keluhan sesak berkaitan dengan aktivitas
0 Tidak ada sesak kecuali dengan aktivitas berat
1 Sesak mulai timbul bila berjalan
2 Berjalan lebih lambat karena sesak
3 Sesak timbul bila berjalan 100 m atau setelah beberapa menit
4 Sesak bila mandi atau berpakaian

6) Pada pasien dengan PPOK terjadi gangguan otot pernapasan yang

dipengaruhi konstraksi otot dan kekuatan otot pernapasan.


7) Napas menjadi pendek sehingga menjadi hipoventilasi alveolar yang akan
12

meningkatkan konsumsi oksigen dan menurunkan daya cadang penderita.


8) Frekwensi pernapasan atau frekwensi napas (RR) meningkat sebagai

upaya untuk mengkompensasi volume napas yang mengecil.


9) Gejala psikologis pasien PPOK

Volpato et al (2015), menyatakan bahwa pasien dengan PPOK bukan

hanya mengalami maslah secara fisik tetapi juga masalah psikologis yang

berpengaruh terhadap kualitas hidup pasien (quality of life). Masalah ini

muncul karena pasien harus terpapar secara berulang dengan gejala yang

sama seumur hidup pasien. Masalah psikologis tersebut antara lain :

a) Ganguan emosional/emosi yang tidak stabil


b) Koping strategi yang rendah
c) Gangguan kecemasan
d) Depresi
e) Perasaan tidak berdaya, perasaan tidak mempunyai kekuatan
f) Perasaan kehilangan kebebasan dan aktivitas gerak
g) Terjadinya isolasi social
h) Gangguan dalam menjalin hubungan dengan orang lain.

6.5 Patofisiologi PPOK

PPOK meliputi bronchitis dan emfisema yang sering terjadi bersamaan.

Factor-faktor risiko seperti asap rokok dan polusi akan mempercepat

penurunan fungsi paru dan menyebabkan gejala-gejala resporasi kronik

yang diselingi dengan eksaserbasi akut intermiten, yang akhirnya

mengakibatkan sel-sel penghasil mukus bronkus mengalami perubahan.

Selain itu, silia yang melapisi bronkus mengalami kelumpuhan atau

disfungsional serta metaplasia (Alvar, 2015).

Perubahan-perubahan pada sel-sel penghasil mukus dan silia ini

mengganggu sistem eskalator mukosiliaris dan menyebabkan penumpukan

mukus kental dalam jumlah besar dan sulit dikeluarkan dari saluran napas.
12

Mukus berfungsi sebagai tempat persemaian mikroorganisme penyebab

infeksi dan menjadi sangat purulen. Timbul peradangan yang

menyebabkan edema jaringan. Proses ventilasi terutama ekspirasi

terhambat. Timbul hiperkapnia akibat dari ekspirasi yang memanjang dan

sulit dilakukan akibat mukus yang kental (Alvar, 2015).

Mediator-mediator peradangan secara progresif merusak struktur-struktur

penunjang di paru. Akibat hilangnya elastisitas saluran udara dan

kolapsnya alveolus, maka ventilasi berkurang. Parenkim paru kolaps

terutama pada ekspirasi karena ekspirasi normal terjadi akibat

pengempisan (recoil) paru secara pasif setelah inspirasi. Dengan demikian,

apabila tidak terjadi recoil pasif, maka udara akan terperangkap di dalam

paru dan saluran udara kolaps, sehingga dapat terjadi sesak napas

(Alsagaff, 2010).

Salah satu gejala yang muncul pada pasien PPOK adalah produksi sputum

meningkat (Hipersekresi) (Khotimah, 2013). Hipersekresi mucus

simptopatik ini disebabkan Mataplasia mucus dengan peningkatan sel

goblet dan pembesaran kelenjar submucosal sebagai respon terhadap iritasi

saluran napas kronis. Hipersekresi menyebabkan proses pembersihan silia

tidak berjalan lancar sehingga sputum tertimbun di jalan napas. Kemudian

akan mengakibatkan masalah Bersihan jalan napas inefektif (Nugroho,

2011).
12

Mucus tidak dapat dikeluarkan


Hipersekresi
Bronchitis,emfisema dan asma.
Factor resiko (Asap rokok,polutan)

Perubahan sel penghasil mukus bronkus

Sistem eskalator mukosiliaris terganggu

Disfungsional silia

Mukus menjadi sangat purulen

Timbul peradangan

Edema jaringan Keterangan :


= Diteliti
= Tidak diteliti
Hiperkapnia

Peradangan kronik pada paru.

Respon inflamasi

Peningkatan sel goblet Pembesaran kelenjar submucosal

Hipersekresi

Mucus tertimbun di jalan napas

Bersihan Jalan
Napas Inefektif
Hipersekre
2.1.6 Pathway Ketidakefektifan bersihan jalan nafas pada Klien COPD
12

Bagan 2.1 Pathway COPD dengan Bersihan Jalan Napas Inefektif (Alsagaff, 2010)
12

6.6 Pemeriksaan penunjang

Adapun pemeriksaan penunjang pada PPOK

1) Laboratorium darah

Hb, Ht, Tr, Lekosit Analisis Gas Darah (Alsagaff, 2010)

2) Radiologi

Foto toraks PA dan lateral berguna untuk menyingkirkan penyakit paru

lain
a) Pada emfisema terlihat gambaran :
(1) Hiperinflasi
(2) Hiperlusen
(3) Ruang retrosternal melebar
(4) Diafragma mendatar
(5) Jantung menggantung (jantung pendulum/tear drop / eye drop

appearance)
b) Pada bronkitis kronik :
(1) Normal
(2) Corakan bronkovaskuler bertambah pada 21% kasus (Alsagaff,

2010)

3) Faal paru lengkap

Volume Residu (VR), Kapasiti Residu Fungsional (KRF), Kapasiti Paru

Total (KRT), VR/KRF, VR/KPT meningkat


a) DLCO menurun pada emfisema
b) Raw meningkat pada bronkitis kronik
c) Sgaw meningkat
d) Variabiliti Harian APE kurang dari 20% (Brashers, 2007)

4) Uji latih kardiopulmoner

a) Sepeda statis (ergocycle)


b) Jentera (treadmill)
c) Jalan 6 menit, lebih rendah dari normal (Brashers, 2007).

5) Uji provokasi bronkus

Untuk menilai derajat hipereaktivitas bronkus, pada sebagian kecil PPOK

terdapat hipereaktivitas bronkus derajat ringan (Brashers, 2007).


12

6) Analisis gas darah Terutama untuk menilai :

a) Gagal napas kronik stabil


b) Gagal napas akut pada gagal napas kronik (Budhi, 2011)

7) Radiologi

a) CT-Scan resolusi tinggi


b) Mendeteksi emfisema dini dan menilai jenis serta derajat emfisema

atau bula yang tidak terdeteksi oleh foto toraks polos


c) Scan ventilasi perfusi Mengetahui fungsi respirasi paru (Muttaqin,

2012).

8) Elektrokardiografi (EKG)

Mengetahui komplikasi pada jantung yang ditandai oleh P pulmonal dan

hipertrofi ventrikel kanan (Muttaqin, 2012).

9) Bakteriologi

Pemeriksaan bakteriologi sputum pewarnaan Gram dan kultur resistensi

diperlukan untuk mengetahui pola kuman dan untuk memilih antibiotik

yang tepat. Infeksi saluran napas berulang merupakan penyebab utama

eksaserbasi akut pada penderita PPOK di Indonesia (Muttaqin, 2012).

6.7 Diagnosis

Dalam mendiagnosis PPOK (Kemenkes, Keputusan Menteri Kesehatan

repoblik Indonesia no 1022/menkes/sk/XI/2008 tentang pedoman

pengendalian penyakit paru obstruktif kronik, 2008), dimulai dari

anamnesis, pemeriksaan fisik dan foto thoraks dapat menentukan PPOK

klinis. Apabila dilanjutkan dengan pemeriksaan spirometri akan dapat

menentukan diagnosis PPOK sesuai derajat ( PPOK ringan, PPOK sedang

dan PPOK berat). Diagnosis PPOK klinis ditegakkan apabila pada

pemeriksaan fisik seringkali tidak ditemukan kelainan yang jelas terutama


12

auskultasi pada PPOK ringan, karena sudah mulai terdapat hiperinflasi

alveoli. Sedangkan pada PPOK sedang dan PPOK berat seringkali terlihat

perubahan cara bernapas

6.8 Penatalaksanaan PPOK

Adapun penatalaksanaan pada pasien PPOK adalah:

1) Pengobatan farmakologi

a) Anti-inflamasi (kortikosteroid, natrium kromolin, dan lain-lain)


b) Bronkodilator.
Adrenergic: efedrin, epineprin dan beta adrenergic agonis selektif.
c) Antihistamin.
d) Steroid.
e) Antibiotik
f) Ekspektoran.

Oksigen digunakan 3 liter/menit dengan nasal kanul (Brashers, 2007)

2) Higine paru

Cara ini bertujuan untuk membersikan secret dari paru, meningkatkan

kerja silia dan menurunkan risiko infeksi. Dilaksanakan dengan nebulizer,

fisiotrapi dada dan postural drainase (Muttaqin, 2012).

3) Latihan

Bertujuan untuk mempertinggi kebugaran dan melatih fungsi otot skeletal

agar lebih efektif. Dilaksanakan dengan jalan sehat (Muttaqin, 2012).

4) Menghindari bahan iritan

Penyebab iritan jalan napas yang harus dihindari di antaranya asap rokok,

polusi udara dan perlu juga mencegah adanya allergen yang masuk tubuh

(Tabrani, 2010).

5) Diet
12

Klien sering mengalami kesulitan makan karena adanya dispnea.

Pemberian porsi yang kecil namun sering lebih baik daripada makanan

sekaligus banyak (Tabrani, 2010).

7 Konsep Asuhan Keperawatan Pada PPOK

7.1 Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap penting dari proses pemberian asuhan

keperawatan, agar dapat memberi arah kepada tindakan keperawatan.

Pengkajian mencangkup informasi tentang gejala-gejala terakhir dan

manifestasi pada klien (Zaidin Ali.2014).

Menurut Muttaqin (2012), data-data yang dikaji meliputi:

1) Indentitas klien

Pada tahap ini perlu mengetahui tentang nama, umur, jenis klamin, alamat

rumah, agama, suku bangsa, status perkawinan, pendidikan terakhir,

nomor registrasi, pekerjaan klien dan penanggung jawab. Namun, ada

beberapa hal yang penting tentang identitas klien PPOK yaitu:

a) Umur : Menurut Muttaqin (2012) kasus PPOK sering


terjadi pada klien dewasa dan lebih banyak terjadi

pada lansia umur > 65 tahun


b) Perkerjaan :Perkerjaan yang dekat dengan polusi pabrik
berisiko terkena PPOK, karena salah satu faktor

risiko adalah polusi.


c) Jenis kelamin :Penderita laki-laki lebih banyak dari pada
perempuan dengan proporsi laki-laki 56% dan

perempuan 44% (Riskesdas 2013).


d) Alamat :Untuk mengetahui keadaan lingkungan rumah
dari sistim ventilasi udara, kelembaban, adanya
polusi (Muttaqin, 2012).
e) Agama :Untuk menentukan bagaimana tenaga kesehatan
12

yang menangani kasus PPOK dalam memberikan

dukungan dan motivasi pada penderita (Muttaqin,

2012)

2) Riwayat kesehatan

a) Keluhan utama
Pada klien PPOK biasanya ditemukan keluhan utama berupa sesak

napas (Muttaqin, 2012).


b) Riwayat penyakit sekarang
Klien dengan PPOK akan diawali dengan adanya tanda-tanda seperti

batuk namun tidak keluar dahak, sesak napas, tubuh terasa lemas dan

berat badan menurun, dispenia dan sianosis (Muttaqin, 2012).


c) Riwayat penyakit dahulu
Tanyakan tentang penyakit yang pernah dialami klien sebelumnya.

Misalnya apakah Klien pernah dirawat sebelumnya dengan penyakit

emfisema atau bronchitis (Muttaqin, 2012).


d) Riwayat penyakit keluarga
Perlu dicari riwayat keluarga yang dapat memberikan predisposisi

keluhan seperti adanya riwayat sesak napas, batuk dalam jangka yang

lama dari generasi terdahulu atau adakah riwayat anggota keluarga

yang menderita asma (Muttaqin, 2012).

3) Pola hidup

Tanyakan situasi tempat atau lingkungannya. Kebiasaan social, kebiasaan

dalam pola hidup misalnya minum alkhol, atau obat tertentu. Kebiasaan

merokok seperti sudah berapa lama, berapa batang perhari, dan jenis rokok

yang dihisap (Muttaqin, 2012).

4) Pola tidur
12

Pada klien PPOK biasanya mengalami gangguan tidur yaitu sulit untuk

tidur karena sesak (Muttaqin, 2012).

5) Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik pada klien PPOK meliputi keadaan umum, GCS,

pemeriksaan tanda-tanda vital meliputi nadi dalam batas normal 60-


o,
100x/menit, tekanan darah 100-130/70-90 mmHg, suhu 36.5-37.5 C

frekuensi pernapasan lebih dari batas normal (16-20 x/menit), dan

mengalami penurunan saturasi (Muttaqin, 2012). Berikut ini adalah

pemeriksaan fisik menggunakan system head to toe.

a) Kulit dan kuku


Pada klien PPOK kulit dan kuku tidak menunjukan suatu kelainan

seperti hiperflekmentasi.
b) Pemeriksaan kepala
Inspeksi : Tidak ada ciri khusus pada klien PPOK
Palpasi : Pada klien PPOK jarang ditemukan nyeri tekan pada
daerah kepala. Namun, klien PPOK akan mengeluh pusing

karena suplai O2 menurun (penurunan saturasi)


c) Pemeriksaan mata
Inspeksi : Pada klien PPOK terdapat kantung mata atau mata panda
sebab pasien PPOK mengalami keslitan tidur karena sesak
Palpasi : Pada klien PPOK bola mata teraba kenyal
d) Pemeriksaan hidung
Inspeksi : Pada klien PPOK terdapat pernapasan cuping hidung, dan
tampak ada secret didalam hidung
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada sinus
e) Pemeriksaan telinga
Inspeksi : Telinga simetris kanan dan kiri, lubang telinga bersih, tidak

ada cairan yang keluar dari telinga.


Palpasi : Tidak ada ciri khusus pada klien PPOK
f) Pemeriksaan mulut
Inspeksi : Pada klien PPOK mukosa bibir kering, sianosis atau bibir

tampak biru dan terdapat cara napas purse lips breathing

(seperti orang meniup)


g) Pemeriksaan leher
12

Inspeksi : Persebaran warna kulit merata, tidak tampak pembesaran

kelenjar teroid
Palpasi : Tidak ada ciri khusus pada klien PPOK
h) Pemeriksaan thoraks
Inspeksi : Pada klien dengan PPOK, terlihat adanya peningkatan

usaha dan frekuensi pernapasan, serta penggunaan otot

bantu napas (sternokleidomastoid). Tidak jarang terdapat

klien mempunyai bentuk dada barrel chest akibat udara

yang terperangkap.
Perkusi ˸ Lapang paru terdengar resonan, jika terdapat penumpukan

secret maka terdengar pekak.


Palpasi : Getaran taktil fremitus teraba melemah pada salah satu

atau kedua lapang paru yang terdapat secret atau cairan.


Auskultasi : Terdapat suara napas tambahan seperti ronchi dan

wheezing di salah satu atau kedua lapang paru.


i) Pemeriksaan abdomen
Inspeksi : Tidak ada ciri khusus pada klien PPOK
Auskultasi : Pada klien PPOK tidak ada ciri khusus pada auskultasi

seperti turunnya suara paristatik perut


Palpasi : Klien PPOK umumnya tidak mengalami nyeri tekan pada

9 regio
Perkusi : Terdengar timpani pada setiap rongga abdomen
j) Pemeriksaan musculoskeletal
Inspeksi : Pada klien PPOK tidak ada masalah khusus seperti

perubahan anatomi anggota gerak. Naman, kien PPOK

akan mengalami penurunan kekuatan otot


Palpasi : Pada klien PPOK jarang ditemukan adanya odema

7.2 Diagnosa Keperawatan pada PPOK

Menurut Muttaqin (2012) salah satu diagnosa keperawatan proritas pada

PPOK adalah Bersihan Jalan Napas Inefektif.


12

Bersihan Jalan Napas Inefektif adalah ketidakmampuan membersikan

sekresi atau obtruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan

napas (Heather 2015).


Adapun batasan karakteristik bersihan jalan napas inefektif pada PPOK

menurut Judith (2011)

1) Dispenia
2) Suara napas tambahan
3) Perubahan pada pola dan frekuensi pernapasan
4) Sianosis
5) Terdapat pernapasan cuping hidung
6) Kesulitan untuk berbicara
7) penurunan suara napas
8) Ortopnea
9) Sputum dalam jumlah berlebih
10) Mata terbuka lebar

Sedangkan faktor yang berhubungan Bersihan Jalan Napas Inefektif

adalah:

1) Lingkungan: merokok, menghirup asap rokok, dan perokok pasif


2) Obtruksi jalan napas: spasme jalan napas, retensi secret, mucus

berlebih, adanya jalan napas buatan, terdapat benda asing di jalan

napas, penumpukan secret, batuk yang tidak efektif dan eksudat di

elveoli
3) Fisiologis: disfungsi neuromuskuler, hyperplasia dinding bronkial,

infeksi, asma, jalan napas alergik (trauma) (Wilkinson, 2016)

7.3 Intervensi Keperawatan Bersihan jalan napas inefektif pada PPOK

1) Tujuan

Jalan napas kembali efektif ditandai dengan berkurangnya kuantitas dan

viskositas sputum untuk memperbaiki ventilasi paru dan pertukaran gas

setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam (Muttaqin,

2012).
12

2) Kriteria hasil

Kriteria hasil menurut Ackley (2016).

a) Mampu menyatakan dan mendemostrasikan batuk HUFF


b) Tidak ada suara napas tambahan seperti wheezing, roncchi
c) Mengetahui metode yang berguna untuk meningkatkan pengeluaran

sekresi dari jalan napas


d) Tidak ada sianosis dan dypnea
e) Mampu bernapas dengan mudah
f) Tidak terdapat pernapasan cuping hidung (PCH)
g) Pernapasan klien normal (16-20 x / menit) tanpa ada penggunaan alat

bantu napas
h) Tidak mengalami kesulitan verbalisasi

3) Intervensi

Tabel 2.2 Intervensi Keperawatan Bersihan jalan napas inefektif pada


PPOK
Intervensi Keperawatan Rasional
1. Observasi warna, kekentalan dan Karakteristik sputum dapat
banyak sputum (Muttaqin, 2012) menunjukkan berat ringannya obtruksi
2. Observasi pola pernapasan, Tingkat pernapasan normal untuk
termasuk tingkat, kedalaman, dan orang dewasa tanpa dyspnea adalah 12
usaha klien dalam bernapas sampai 16. Dengan sekret di jalan
(Ackley, 2016) napas, laju pernapasan akan
meningkat. Dengan demikian dapat
diketahui adanya secret di jalan napas.
3. Auskultasi suara napas tambahan Mengetahui adanya perubahan fungsi
(Muttaqin, 2012) respirasi melalui suara napas. Seperti
halnya ditemukan suara Ronchi yang
menunjukan adanya sekret dan
obstruksi di dalam jalan napas
4. Pantau tingkat saturasi oksigen Saturasi oksigen kurang dari 90%
(Ackley, 2016) (normal: 95% sampai 100%) atau
tekanan parsial oksigen kurang dari 80
(normal: 80 sampai 100) menunjukkan
masalah oksigenasi yang signifikan
dengan adanya secret di jalan napas
menurunkan angka saturasi oksigen
dengan turunnya saturasi oksigen
menandakan kegawatan klien
5. Anjurkan minum air hagat setiap Membantu mengencerkan secret dan
kali klien minum (Muttaqin, 2012) mengefektifkan pembersihan jalan
napas
6. Ajarkan klien latihan napas dalam Ventilasi maksimal membuka jalan
(Muttaqin, 2012) napas dan meningkatkan gerakan
secret ke dalam jalan napas besar
12

untuk dikeluarkan
7. Ajarkan klien menggunakan teknik Teknik ini mencegah glotis dari
ekspirasi paksa, "batuk huff" penutupan selama batuk dan efektif
(Bhowmik, 2009) dalam mengeluarkan secret.
8. Anjurkan klien untuk melakukan Jika klien tidak bisa beraktivitas, putar
aktivitas dan pergerakan yang klien dari sisi ke sisi minimal 2 jam.
dapat ditolerir (Ackley, 2016) Gerakan tubuh membantu pengeluaran
sekresi.
9. Atur posisi semiflower (Muttaqin, Peningkatkan ekspansi dada serta
2012) ventilasi lapang paru dapat dicapai
dengan posisi semiflower
10. Kolaborasi pemberian oksigen Pemberian oksigen secara teratur dapat
sesuai indikasi (Ackley, 2016) menurunkan kegawatan ketidak
bersihan jalan napas dengan
memperbaiki hipoksemia dan
menaikan saturasi oksigen.
11. Kolaborasi dengan dokter tentang a. pemberian bronkodilator via inhalasi
pemberian obat akan langsung menuju area
a. bronkodilator nebulizer bronkhus yang mengalami spasme
b. kortikosteroid (Muttaqin, 2012) sehingga lebih cepat berdilatasi
b. kortikosteroid berguna dengan
keterlibatan luas pada hipoksemia
dan menurunkan reaksi inflamasi
akibat edema mukosa dan dinding
bronkhus
12. Lakukan fisiotrapi dada dengan Postural drainase dengan perkusi dan
teknik postural drainase, perkusi vibrasi menggunakan bantuan gaya
dan fibrasi dada (Priadi, 2016) gravitasi untuk membantu menaikan
sekresi sehingga dapat dikeluarkan
dengan mudah.

7.4 Implementasi Keperawatan

Implementasi merupakan langkah keempat dari proses keperawatan yang

telah direncanakan oleh perawat untuk dikerjakan dalam rangka membantu

klien untuk mencegah, mengurangi, dan menghilangkan dampak atau

respons yang ditimbulkan oleh masalah keperawatan dan kesehatan

(Zaidin Ali, 2014)

7.5 Evaluasi Keperawatan

Evaluasi dilakukan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya

dalam perencanaan, membandingkan hasil tindakan keperawatan yang


12

telah dilaksanakan dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dan

menilai efektivitas proses keperawatan mulai dari tahap pengkajian,

perencanaan dan pelaksanaan (Setiadi, 2012). Evaluasi dilakukan mengacu

kepada kriteria hasil yang ditentukan.


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Desain dari penelitian ini adalah studi kasus yang mengeksplorasi masalah

asuhan keperawatan pada PPOK dengan bersihan jalan napas inefektif di

Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan Malang.

3.2 Batasan Istilah


Asuhan keperawatan pada Klien PPOK yang mengalami masalah Bersihan

jalan nafas inefektif di Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan Malang Pada

studi kasus ini, yang dimaksud dengan asuhan keperawatan adalah proses

asuhan keperawatan yang dilakukan pada 2 klien yang memiliki diagnosa

medis PPOK, pasien yang dimaksud adalah:

3.2.1 Pasien yang didiagnosa medis PPOK dengan masalah Bersihan jalan

nafas inefektif yang ditandai dengan:

1) Terdapat suara napas tambahan


2) Perubahan pada pola dan frekuensi pernapasan
3) Terdapat pernapasan cuping hidung
4) penurunan suara napas

3.2.2 Pasien yang berumur > 25 tahun yang sedang dirawat di ruang rawat inap

Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan Malang .

28
29

3.3 Partisipan
Pada penelitian ini yang menjadi partisipan peneliti adalah 2 Klien PPOK

dengan masalah bersihan jalan napas inefektif di Rumah Sakit Panti Waluya

Sawahan Malang yang itu Ny. E dan Ny. R.

3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian


Studi kasus ini dilaksanakan di ruang rawat inap dewasa Rumah Sakit Panti

Waluya Sawahan Malang dan penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 13-15

Maret 2018 pada klien 1 dilakukan pengambilan data diruang rawat inap

Maria Paviliun kamar 46 bed 2 dan tanggal 20-22 Mei 2018 pada klien 2

dilakukan pengambilan data di ruang Placida Pavilium kamar 106 bed 1.

3.5 Pengumpulan Data


Dalam mencari data Klien PPOK masalah Bersihan jalan napas inefektif atau

terdapat penumpukan secret pada jalan napas.


Penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

3.5.1 Wawancara
Pada klien 1 wawancara dilakukan pada klien, anak perempuan klien dan

perawat, sedangkan pada klien 2 wawancara dilakukan pada klien, anak

perempuan klien dan perawat


3.5.2 Observasi dan Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan menggunakan pendekatan

inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi pada sistem pernapasan klien

PPOK dengan masalah bersihan jalan napas inefektif


3.5.3 Studi dokumen
Studi dokumen yang digunakan untuk melengkapi hasil penelitian

didapatkan dari list klien PPOK dengan masalah bersihan jalan napas

inefektif di Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan Malang meliputi

pemeriksaan laboratorium, photo thorax dan terapi obat klien.

3.6 Uji Keabsahan Data


30

Disamping integritas penulis, uji keabsahan data dilakukan dengan cara

berikut ini:

3.6.1 Pada penelitian ini tidak dilakukan perpanjangan Waktu.


3.6.2 Sumber informasi tambahan menggunakan triangulasi dari tiga sumber

data utama yaitu klien, perawat dan keluarga klien yang berkaitan dengan

masalah yang diteliti.

3.7 Analisis Data

3.7.1 Pengumpulan data.


Data dikumpulkan dari hasil WOD (wawancara, observasi, dokumen).

Hasil ditulis dalam bentuk catatan lapangan, kemudian disalin dalam

bentuk transkrip (catatan terstruktur).


3.7.2 Penyajian data.
Penyajian data dapat dilakukan dengan tabel, bagan maupun teks naratif.

Kerahasiaan dari klien dijamin dengan jalan identitas klien dibuat inisial.

3.7.3 Kesimpulan.
Dari data yang disajikan, kemudian data dibahas dan dibandingkan dengan

hasil-hasil penelitian terdahulu dan secara teoritis dengan perilaku

kesehatan. Penarikan kesimpulan dilakukan dengan metode induksi. Data

yang dikumpulkan terkait dgn data pengkajian, diagnosis, prencanaan,

tindakan, dan evaluasi

3.8 Etik Penelitian


Dicantumkan etika yang mendasari penyusunan studi kasus, terdiri dari :

3.8.1 Informed Consent (persetujuan menjadi klien)


Lembar persetujuan diberikan kepada responden yang telah memenuhi

batasan karakteristik dan disertai judul penelitian serta manfaat penelitian,

pada responden 1 legalitas (tanda tangan) pada lembar persetujuan


31

dilakukan oleh klien, responden 2 legalitas diwakili oleh penanggung

jawab klien (suami klien) dan tanpa ada unsur paksaan.


3.8.2 Anonimity (tanpa nama)
Untuk menjaga kerahasiaan peneltian tidak mencantumkan nama

responden namun hanya dicantumkan inisial saja.


3.8.3 Confidentiality (kerahasiaan)
Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti dan hanya

kelompok data tertentu yang dilaporkan hasil penelitian.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis membahas hasil dan pembahasan tentang asuhan

keperawatan pada Klien Penyakit Paru Obstruktif Kronik dengan masalah

bersihan jalan napas inefektif di Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan Malang.

Hasil

Gambaran Lokasi Pengambilan Data

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Mei 2018 di

RS Panti Waluya Malang. Klien 1 berada di ruang Maria Paviliun pada

tanggal 13 – 15 Maret 2018. Ruang Maria Paviliun adalah ruang rawat

inap dewasa kelas 1 yang terdiri dari 11 kamar mulai dari kamar 37

sampai kamar 49 dengan kapasitas 2 bed perkamar dan memiliki fasilitas

kamar mandi dalam dan TV. Saat pengambilan data klien berada di kamar

46 bed 2 dengan bed 1 sudah ditempati klien lain. Klien 2 berada di ruang

Placida Paviliun pada tanggal 20 – 22 Mei 2018. Ruang Placida Paviliun

adalah ruang rawat inap dewasa kelas 2 yang terdiri dari 11 kamar mulai

dari ruang 101 sampai ruang 111 dengan kapasitas 3 bed perkamar kecuali

108 hanya 2 bed dan memiliki fasilitas kamar mandi di dalam. Saat

pengambilan data klien berada di kamar 106 bed 1 dengan bed 2 dan 3

sudah ditempati klien lain.

32
33

Karateristik Partisipan

Tabel 4.1 Identitas Klien


Identitas Klien Klien 1 Klien 2
Nama Ny. E Ny R
Umur 64 tahun 57 tahun
Jenis kelamin Perempuan Perempuan
Alamat Jl R 5 Lawang Jl B Sukun
Agama Kristen Islam
Pendidikan SD SLTP
Pekerjaan Ibu rumah tangga Penjual ayam bakar sejak
20 tahun yang lalu
Status pernikahan Menikah Menikah
Suku Bangsa Jawa Jawa
Tanggal MRS 12-3-2018 / 21:37 18-05-2018/ 9:15
Tanggal pengkajian 13-3-2018 / 08:00 20-05-2018/ 08:15
Diagnosa Medis PPOK PPOK

Tabel 4.2 Identitas Penanggung Jawab


IDENTITAS PENANGUNG JAWAB Klien 1 Klien 2
Nama Ny. S Tn M
Umur 32 tahun 59 tahun
Hubungan Anak ke 4 Suami
Agama Kristen Islam
Pendidikan SLTP SLTP
Pekerjaan Swasta Pedagang

Data Asuhan Keperawatan


1) Data riwayat Klien
Tabel 4.3 Riwayat Penyakit
Riwayat
Klien 1 Klien 2
penyakit
Keluhan utama Klien mengatakan sesak Klien mengeluh saat
saat bernapas. bernapas terasa sesak.
Riwayat Keluarga mengatakan 3 Keluarga mengatakan hari
penyakit minggu yang lalu/sejak jumat tanggal 11 mei 2018
sekarang tanggal 27 Februari klien klien mengeluh sesak saat
mengalami batuk berdahak, bernapas dan batuk
pada tanggal 8 Maret 2018 berdahak. Kemudian
klien mengeluh sesak saat tanggal 18 mei 2018 sesak
bernapas, kemudian pada klien bertambah berat
tanggal 12 Maret 2018 hingga kesulitan bernapas,
sesak klien semakin sehingga klien dibawa oleh
memberat hingga klien keluarga ke IGD Rumah
tidak bisa bicara, wajah Sakit Panti Waluya
tampak pucat dan bibir Sawahan Malang. Hasil
kebiruan. Kemudian klien pemeriksaan di IGD
dibawa keluarga ke IGD didapatkan data Tekanan
Rumah Sakit Panti Waluya Darah: 150/90 mmHg,
34

Sawahan Malang. Hasil Denyut Nadi: 86 x/mnt


pemeriksaan di IGD ireguler, RR : 26x/mnt ,
didapatkan data Tekanan suhu: 36,6 C saturasi 93 %
Darah: 160/90 mmHg, tanpa menggunakan alat
Denyut Nadi: 76 x/mnt bantu O2. Di IGD klien
reguler, RR : 27 x/mnt , mendapatkan tindakan
suhu: 36,9 C, saturasi 90 % pemasangan O2 nasal 4
tanpa menggunakan alat ltr/mnt, infus Nacl 0,9% 10
bantu O2. Saat di IGD klien tts/mnt, injeksi furosemide
mendapatkan tindakan 20 mg, dan dilakukan
pemasangan O2 NRBM 8 pemeriksaan penunjang
ltr/mnt, infus Nacl 09 % 10 antara lain Darah Lengkap
tts/mnt dan dilakukan dan Foto Thorak PA.
pemeriksaan Penunjang Kemudian dokter
antara lain Lab Darah menegakkan diagnosa
Lengkap, CR, UL, DT, PT PPOK dan menganjurkan
dan Foto Thorak PA. klien untuk dilakukan
Kemudian dokter rawat inap. Pada pukul
menegakkan diagnosa 10:15 klien tiba di ruang
PPOK dan menganjurkan PP kamar 1061. Saat
klien untuk dilakukan rawat pengkajian tanggal 20 Mei
inap. Pada pukul 22.10 2018 jam 07:30. Klien
klien tiba di ruang MP mengeluh sesak, batuk
kamar 462. Saat pengkajian berdahak, sulit
tanggal 13 maret 2018 jam mengeluarkan dahak,
07:30. Klien mengeluh dahak yang dikeluarkan
sesak, batuk berdahak, sulit hanya sedikit dan berwarna
mengeluarkan dahak, dahak putih kental.
yang keluar hanya sedikit
dan berwarna hijau kental.
Keluarga mengatakan
almarhum suami klien
adalah perokok berat sejak
menikah.
Riwayat Keluarga mengatakan klien Klien mengatakan 30 tahun
penyakit dahulu sering mengeluh batuk yang lalu pernah
namun biasanya sembuh mengalami sesak dan
dalam kurun waktu 4 hari batuk-batuk dan di rawat
tanpa menggunakan obat. rumah sakit selama 7 hari,
klien mengatakan paru-
Keluarga klien mengatakan paru nya ada flex.
bulan januari 2017 klien
pernah memiliki keluhan Klien mengatakan sering
sesak dan batuk-batuk dan mengalami batuk berdahak
dirawat di Rumah Sakit dan sulit mengeluarkan
selama 6 hari. Informasi dahak namun tidak sesak,
yang didapat keluarga dari sehingga klien memilih
tenaga medis klien terkena untuk membeli obat di
infeksi pada paru-paru. toko. Klien mengatakan
ketika batuk tersebut
kambuh klien masih tetap
berkerja.
35

Klien mengatakan 10 tahun


yang lalu, mata sebelah kiri
pernah terbentur lemari,
saat diperiksakan ke
Rumah sakit Informasi
yang didapat keluarga dari
tenaga medis syaraf pada
mata kiri terputus.
Riwayat Keluarga mengatakan Klien mengatakan ia
penyakit bahwa klien memiliki memiliki riwayat penyakit
keluarga riwayat penyakit keturunan keluarga Hipertensi dari
hipertensi dari Ayahnya. Ibunya.
HT HT

Keterangan Keterangan
X : Meninggal X : Meninggal
: Perempuan : Perempuan
: Laki-laki : Laki-laki
: Tinggal satu rumah : Tinggal satu rumah
: Menikah : Menikah
: Anak : Anak
: Klien : Klien

2) Pola Konsep Diri


Tabel 4.4 Persepsi Diri

Persepsi diri Klien 1 Klien 2


Gambaran Klien mengatakan sangat Klien mengatakan sangat
diri bahagia karena diberi tubuh bersyukur karena masih bisa
fisik yang utuh. melihat meski mata sebelah
kiri sudah tidak bisa
digunakan
Identitas diri Klien dapat menyebutkan Klien dapat menyebutkan
identitas diri seperti nama, identitas diri seperti nama,
tanggal lahir dan jenis tanggal lahir dan jenis
kelamin. Klien kelamin. Klien
berpenampilan layaknya berpenampilan wanita
wanita berdandan dan berdandan dan memakai rok
memakai pakaian wanita panjang
(Daster)
Peran diri Klien mengatakan ia sebagai Klien mengatakan dirumah
ibu rumah tangga yang ia sebagai ibu dan nenek,
melakukan kegiatan rumah selain itu klien mengatakan
tangga di bantu oleh anaknya ia membantu anaknya
dan di rumah klien berusaha memasak di warung ayam
36

berperan sebagai ibu yang bakar


baik
Ideal diri Klien mengatakan Klien mengatakan
mempunyai harapan sebagai mempunyai harapan untuk
ibu dan nenek yang baik buat bisa segera pulih dan ingin
anak dan cucunya dan klien cepat pulang bisa berkumpul
ingin segera pulih pulang ke bersama keluarga serta dapat
rumah berkumpul dengan membantu anaknya untuk
keluarga besar. berjualan ayam bakar.
Harga diri Klien merasa diperlakukan Klien merasa diperlakukan
dengan baik oleh tenaga dengan baik oleh tenaga
medis yang ada di rumah medis yang ada di rumah
sakit. Klien mengatakan ingin sakit. Klien mengatakan
segera sembuh dan tidak sedikit cemas karena tidak
ingin merepotkan keluarga bisa berkerja akibat sesak

3) Perubahan Pola Kesehatan


Tabel 4.5 Pola Kesehatan
Pola kesehatan Klien 1 Klien 2
Pola Nutrisi
Di rumah Makan 2 x/hari (porsi Makan 1-2 x/hari (porsi makan
makan cenderung sedikit) habis)
Jenis makanan : bubur, Jenis makanan : nasi, lauk,
lauk, sayur, buah sayur,
Makanan kesukaan: nasi Makanan kesukaan: gorengan
goreng Minum ± 1500-2000 cc/ hari
Minum ± 1500 cc/ hari Jenis minuman : air putih dan
Jenis minuman : air putih kopi.
Minuman kesukaan: Air Minuman kesukaan: Kopi,
putih klien mengatakan merasa
Ket : pola makan pusing jika tidak minum kopi
cenderung tidak teratur, Ket : Klien mengatakan ia
keluarga mengatakan terbiasa untuk makan sedikit
sejak batuk, nafsu makan dan makan 1x/hari. Keluarga
klien menurun dan jarang mengatakan sejak sakit, porsi
menghabiskan porsi makan klien berkurang
makan
Di rumah Makan 3 x/hari terlihat Makan 3x/ hari (hanya
Sakit tersisa ½ porsi makan menghabiskan 3-4 sendok
yang tidak dihabiskan makan atau 1/3 porsi)
Jenis makan : bubur diit Jenis makan : bubur tim diit
(RGRL) rendah garam (RGRL) rendah garam rendah
rendah lemak lemak
Minum: ±800cc/hari Minum: ±900cc/hari
Jenis minuman : air putih, Jenis minuman : air putih, teh,
teh dan susu dan susu
Ket: klien mengatakan Ket: klien mengatakan tidak
tidak menghabiskan porsi suka makanan rumah sakit
makan karena mual dan karena dingin dan hambar dan
merasa bahwa masakan klien sudah terbiasa makan
rumah sakit terasa sedikit.
37

hambar.
Interprestasi Berat Badan : 57 Kg Berat Badan : 70 Kg
Gizi Tinggi Badan: 158 Cm Tinggi Badan: 160 Cm
IMT : 22.8 Ideal IMT : 27.3 Berat badan
berlebih (kecenderungan
obesitas)
Pola kebersihan diri
Di rumah Mandi: 2 kali/ sehari Mandi: 2 kali/ sehari
Gosok gigi: 2 kali/ sehari Gosok gigi: 2 kali/ sehari
Keramas: 1x/minggu Keramas: 2x/minggu
Gunting kuku: saat kuku Gunting kuku: saat kuku
panjang panjang
Ket: keluarga mengatakan Ket: pola kebersihan klien
saat muncul keluhan batuk dilakukan secara mandiri
pola kebersihan klien termasuk saat klien sakit.
dibantu keluarga sebagian
Di rumah Mandi: sampai Mandi: klien mengatakan di
Sakit dilakukannya pengkajian seka 2 kali/sehari
klien sudah diseka 1 kali. Gosok gigi: 1 kali/ dua hari
Gosok gigi: sampai Keramas: sampai dilakukannya
dilakukannya pengkajian pengkajian klien belum
klien belum gosok gigi. keramas. Rambut klien tampak
Keramas: sampai bersih.
dilakukannya pengkajian Gunting kuku: selama di
klien belum keramas Rumah Sakit klien belum
Gunting kuku: sampai pernah gunting kuku, kuku
dilakukannya pengkajian dalam keadaan pendek, rapi
klien belum pernah dan bersih
gunting kuku, kuku Ket: pemenuhan personal
tampak sedikit panjang hygiene klien di bantu
Ket: karena sesak sebagian oleh keluarga dan
bertambah saat bergerak perawat
atau beraktivitas
pemenuhan personal
hygiene klien di bantu
sepenuhnya oleh keluarga
dan perawat
Pola eliminasi
Di rumah BAB : keluarga BAB: keluarga mengatakan
mengatakan klien BAB klien BAB 1-2 kali/sehari,
1x/hari konsistensi konsistensi lembek berwarna
lembek, berwarna kuning kuning, bau khas feses
bau khas feses. BAK: ± 5-7 x / hari, berwarna
BAK : ± 5-6 x/hari, kuning jernih, bau khas urine,
berwarna kuning jernih, Ket: tidak ada
bau khas urine
Ket: tidak ada
Di rumah BAB : sampai BAB : mulai klien dirawat di
Sakit dilakukannya pengkajian rumah sakit sampai dengan
klien mengatakan belum pengkajian keluarga
BAB mengatakan BAB hanya 1x
BAK : sampai dengan konsistesi lembek
38

dilakukannya pengkajian berwarna kuning, bau khas


klien BAK 2X, berwarna feses
kuning, bau khas urine BAK : klien mengatakan BAK
dan volume ± 600 cc 4-5X/hari, bau khas urine,
berwarna kuning jernih,
volume ± 1000 cc/hari,
Pola aktivitas
Di rumah Aktivitas klien sehari-hari Klien mengatakan mulai pukul
adalah mengerjakan 07.00-17-00 klien berkerja di
pekerjaan rumah tangga. warung.
Ket: keluarga mengatakan Ket: keluarga mengatakan
sejak klien merasa sesak sejak klien merasa sesak klien
aktivitas klien dibantu istirahat dan tidak bekerja
keluarga sebagian
Di rumah Klien hanya bisa Klien dapat melakukan
Sakit beristirahat dan aktivitas ringan seperti miring
melakukan aktivitasnya kanan-kiri dan duduk namun
diatas tempat tidur seperti harus bantu keluarga.
miring kanan-kiri dan
duduk.
Pola istirahat tidur
Di rumah Tidur siang : biasanya Tidur siang: tidak pernah
klien tidur ± 2 jam mulai Tidur malam: ±4 jam, klien
jam 10.00 – 12.00 biasa tidur jam 21.00 dan
Tidur malam : ± 6 jam , bangun jam 01.00
pada 22.00-04.00 Keterangan: klien mengatakan
Ket : klien mengatakan sejak batuk klien sulit tidur dan
sejak batuk klien merasa saat sudah terbangun sulit
sulit tidur untuk tidur kembali.
Di rumah Tidur siang : tidak dapat Tidur siang : tidak tidur siang
Sakit tidur siang Tidur malam: 22.00-01.00
Tidur malam : 23.00- Ket : klien mengatakan ia tidak
03.00 bisa tidur malam karena Klien
Ket : klien mengatakan ia disampingnya terlalu ramai
sulit tidur karena sesak
dan klien tidak bisa tidur
lelap karena sering
terbangun akibat batuk-
batuk
4) Pemeriksaan Fisik
Tabel 4.6 Pemeriksaan Fisik
Observasi Klien 1 Klien 2
Keadaan umum lemas lemas
Kesadaran Composmentis Composmentis
GCS 4-5-6 4-5-6
TD 160/ 90 mmHg 140/90 mmHg
Nadi 80x/menit/reguler/kuat 82x/menit/iregular/kuat
Suhu 36,9 C 36,5 C
Respirasi 28x/menit 27x/menit
Sat O2 99% dengan O2 NRBM 8 97% dengan O2 nasal 4 lpm
lpm
39

Pemeriksaan Inspeksi: Inspeksi:


Kulit dan Kuku Kulit berwarna sawo Warna kulit sawo matang,
matang, persebaran warna persebaran warna kulit
kulit merata, kuku sedikit merata, tidak ada lesi, kuku
panjang. tampak pendek,
Palpasi: Palpasi:
Kondisi kulit : lembab Kondisi kulit: lembab
Piting edema < 2 detik Piting edema < 2 detik
CRT : < 2 detik CRT : < 2 detik
Tidak tampak sianosis Tidak tampak sianosis
Pemeriksaan Inspeksi: Inspeksi:
Kepala Bentuk kepala: Bentuk kepala:
Normochepal Normochepal
Rambut: persebaran warna Rambut: warna rambut
rambut tidak merata hitam, bersebaran rambut
sebagian berwarna putih. merata.
Kondisi kepala sedikit kotor Kondisi kepala bersih, tidak
dan lembab, tidak terdapat terdapat lesi.
lesi. Palpasi: tidak ada nyeri
Palpasi: tidak ada nyeri tekan
tekan Ket: tidak ada masalah
Ket: tidak ada masalah
Pemeriksaan Inspeksi: Inspeksi:
Mata Mata simetris kanan dan Mata simetris kanan dan
kiri, penyebaran bulu mata kiri, penyebaran bulu mata
merata, persebaran alis merata, pupil anisokor,
merata, sklera berwarna reflek cahaya +/-, lensa
putih kekuningan, mata kiri berwarna putih,
konjungtiva merah muda, sklera berwarna putih,
terdapat kantong mata, mata konjungtiva merah muda,
terbuka lebar, pupil isokor, saat dilakukan visus
reflek cahaya +/+, saat sederhana dengan
dilakukan visus sederhana menyebutkan jumlah jari
dengan menyebutkan perawat dalam jarak 2
jumlah jari perawat dalam meter mata kanan dapat
jarak 2 meter mata kanan menjawab jumlah jari
dan kiri dapat menjawab dengan benar sedangkan
jumlah jari dengan benar mata kiri tidak bisa
Palpasi: menjawab jumlah jari
Tidak terdapat nyeri tekan, dengan benar
teraba kenyal Palpasi:
Tidak terdapat nyeri tekan,
teraba kenyal.
Ket: Klien mengatakan
mata sebelah kiri tidak
dapat digunakan untuk
melihat
Pemeriksaan Inspeksi: Inspeksi:
Hidung Persebaran warna kulit Tepat berada ditengah,
merata, tepat berada terdapat secret, persebaran
ditengah, tidak ada warna kulit merata, tidak
epistaksis. Klien terpasang ada bekas luka, terpasang
40

O2 NRBM 8 lpm, terdapat O2 nasal kanul 4 lpm,


pernapasan cuping hidung. terdapat pernapasan cuping
Palpasi: hidung, tidak ada epistaksis
Tidak terdapat nyeri tekan Palpasi:
pada sinus, Ket: tidak ada Tidak terdapat nyeri tekan
masalah pada sinus.
Ket: tidak ada masalah
Pemeriksaan Inspeksi: Inspeksi:
Telinga Daun telinga: simetris Daun telinga: simetris
kanan dan kiri kanan dan kiri
Kondisi lubang telinga: Kondisi lubang telinga:
bersih, tidak terdapat bersih, tidak terdapat
serumen, membrane serumen, membrane
timpani utuh. timpani utuh.
Palpasi: Palpasi:
Tidak ada nyeri tekan. Tidak ada nyeri tekan.
Ket: pendengaran klien
menurun
Pemeriksaan Inspeksi: Inspeksi:
Mulut Mukosa bibir kering, uvula Mukosa bibir kering, lidah
tempat berada ditengah, tampak berwarna putih
lidah tampak berwarna kotor, tonsil tepat di
putih kotor, tonsil tepat tengah, gigi tidak ada yang
ditengah, gigi tampak tanggal, bibir sekitar mulut
beberapa yang tanggal, tampak tidak sianosis, klien
bibir sekitar mulut tidak mengalami kesulitan bicara
tampak sianosis, klien karena sesak
mengalami kesulitan bicara
karena sesak, kadang klien
terlihat bernapas lewat
mulut
Pemeriksaan Inpeksi: Inpeksi:
Leher Kondisi kulit: bersih, tidak Kondisi kulit: bersih, tidak
ada lesi, terdapat otot bantu ada lesi, tidak ada otot
napas leher. bantu napas.
Palpasi: Palpasi:
Kelenjar tiroid: tidak ada Kelenjar tiroid: tidak ada
pembesaran kelenjar tiroid. pembesaran kelenjar tiroid.
Vena jugularis: tidak ada Vena jugularis: tidak ada
distensi vena jugularis. distensi vena jugularis.
Trakea: tidak ada deviasi Trakea: tidak ada deviasi
trakea trakea
Kelenjar limfe: tidak teraba Kelenjar limfe: tidak teraba
pembesaran kelenjar limfe. pembesaran kelenjar limfe.
Pemeriksaan Inspeksi: Inspeksi:
Thorax persebaran warna kulit persebaran warna kulit
merata, tidak terdapat lesi, merata, tidak adanya lesi,
pernapasan dangkal dan pernapasan dangkal dan
cepat, tidak ada retraksi cepat, tidak ada retraksi
dinding dada dinding dada
Perkusi Perkusi:
lapang paru terdengar lapang paru terdengar
41

resonan resonan
Palpasi: Palpasi:
pemeriksaan taktil fremitus pemeriksaan taktil fremitus
didapatkan hasil getaran didapatkan hasil getaran
suara teraba melemah di suara teraba melemah di
seluruh lapang paru lapang paru bagian kiri.
Auskultasi: Auskultasi:
Terdapat suara napas Terdapat suara napas
tambahan ronchi tambahan ronchi
Ronchi Whezing Ronchi Whezing

Pemeriksaan Inspeksi: Inspeksi:


Jantung Ictus Cordis : tampak pada Ictus Cordis : tampak pada
ICS 5 midclavicula sinistra ICS 5 midclavicula sinistra
Kondisi kulit : persebaran Kondisi kulit : persebaran
warna kulit merata, tidak warna kulit merata, tidak
ada lesi atau bekas operasi ada lesi atau bekas operasi
Palpasi: Palpasi:
Ictus cordis : tinggi tidak Ictus cordis : tinggi tidak
lebih dari 1 cm lebih dari 1 cm
Perkusi: Perkusi:
Pada ics 3-5 terdengar Pada ics 3-5 terdengar
pekak pekak
Auskultasi: Auskultasi:
Bj I : Bunyi jantung 1 Bj I : Bunyi jantung 1
terdengar (lup) tunggal terdengar (lup) tunggal
Bj II : Bunyi jantung II Bj II : Bunyi jantung II
terdengar (dup) tunggal terdengar (dup) tunggal
Bj III : tidak ada bunyi Bj III : tidak ada bunyi
jantung tambahan (normal) jantung tambahan (normal)
Ket: Klien mengeluh dada
bagian kiri terasa nyeri
Pemeriksaan Inspeksi: Bentuk abdomen Inspeksi: bentuk abdomen
Abdomen normal, tidak ada lesi,tidak normal, tidak ada lesi ,
ada bekas operasi atau luka. persebaran warna kulit
Auskultasi: Terdengar merata
bising usus 9 x/menit Auskultasi: Bising usus
Palpasi: tidak ada nyeri 15x/menit
tekan dibagian abdomen, Palpasi: tidak terdapat nyeri
tidak teraba massa. tekan abdomen, tidak
Perkusi: terdengar pekak di terdapat benjolan.
hipokondiria kanan dan Perkusi: terdengar pekak di
terdengar timpani di region hipokondiria kanan dan
lainnya. terdengar timpani di region
lainnya.
Pemeriksaan Tidak diijinkan untuk dikaji Tidak diijinkan untuk dikaji
Genetalia
Pemeriksaan Inpeksi: Inspeksi:
Muskoloskeletal Simetris ekstremitas atas Simetris ekstremitas atas
42

dan bawah, tidak terdapat dan bawah, tidak terdapat


lesi (bekas luka) pada lesi (bekas luka) pada
ektermitas atas dan bawah. ektermitas atas dan bawah.
Palpasi: Palpasi:
Tidak terdapat nyeri tekan Tidak terdapat nyeri tekan
pada ekstremitas atas dan pada ekstremitas atas dan
bawah, tidak ada petting bawah, ekstremitas atas dan
edema bawah, tidak ada petting
Kekuatan otot: edema
Kekuatan otot:
4 4 5 5

4 4 5 5

Keterangan: Keterangan:
Kekuatan otot berkurang Kekuatan otot utuh

5) Pemeriksaan Penunjang
Tabel 4.7 Pemeriksaan Penunjang Klien 1 pada tanggal 13 Maret 2018
Pemeriksaan Hasil klien 1 Normal
Hematologi
Darah lengkap
Jumlah leukosit H 11.28 4-11 10^3/ul
Jumlah eritrosit H 6.63 4.5-5.5 10^6/ul
Hemoglobin 13.1 11-15 g/dl
Hematokrit 41.2 40-50%
MCV 62.1 82-92 fl
MCH 19.8 27-31 pg
MCHC 31.8 32-37 g/dl
Jumlah trombosit 310 150-400 10^3/ul
RDW-SD 35 35-47 fl
RDW-CV 17.8 11-14 %
PDW 12.4 9-13 fl
MPV 9.7 7.2-11.1 fl
P-LCR 25.4 15.0-25.0%
PCT 0.300 0.150-0.400%
Neutrophil 86.0 50-70%
Limfosit 4.6 20-40%
Monosit 8.9 2-8%
Eosinophil 0.1 1-3%
Basophil 0.4 0-1%
Jumlah Neutrophil 9.7 1.5-7 10^3/ul
Jumlah Limfosit 0.5 1-3.7 10^3/ul
Jumlah Monosit 1.00 0.16-1 10^3/ul
Jumlah Eosinophil 0.0 0-0.8 10^3/ul
Jumlah Basophil 0.0 0.0.2 10^3/ul
Laju endap darah 70 <20 mm/jam
Faal ginjal
Ureum 30.4 21-43 mg/dl
BUN 14.2 10-20 mg/dl
Kreatinin 0.48 <0.95 mg/dl
43

SGOT 30 0-31
SGPT 21 0-32

Natrium 129 135-145 mEq/L


Kalium 3.68 3.50-5.50 mEq/L
Klorida 94 94-110 mEq/L

Foto thorax Kedua sinus/diagfragma normal


Bentuk dan besar cor normal
Tidak tampak infiltrate proses/ metastase proses
Corakan bronchovascular paru kasar
Kesimpulan:
PPOK + EMFISEMA LUNG

Tabel 4.8 Pemeriksaan penunjang Klien 2 pada tanggal 18 Mei 2018


Pemeriksaan Hasil klien 2 Normal
Hematologi
Darah lengkap + LED
Jumlah leukosit 8.31 4-11 10^3/ul
Jumlah eritrosit H 5.29 4.5-5.5 10^6/ul
Hemoglobin 14.8 11-15 g/dl
Hematokrit 44.6 40-50%
MCV 84.3 82-92 fl
MCH 28 27-31 pg
MCHC 33.2 32-37 g/dl
Jumlah trombosit 373 150-400 10^3/ul
RDW-SD 40 35-47 fl
RDW-CV 13.1 11-14 %
PDW 10.1 9-13 fl
MPV 9.4 7.2-11.1 fl
P-LCR 19.8 15.0-25.0%
PCT 0.350 0.150-0.400%
Hitung Jenis
Neutrophil 63.7 50-70%
Limfosit 21.9 20-40%
Monosit H 14.2 2-8%
Eosinophil L 0.1 1-3%
Basophil 0.1 0-1%
Jumlah Neutrophil 5.3 1.5-7 10^3/ul
Jumlah Limfosit 1.8 1-3.7 10^3/ul
Jumlah Monosit H 1.18 0.16-1 10^3/ul
Jumlah Eosinofil 0.0 0-0.8 10^3/ul
Jumlah Basofil 0.0 0.0.2 10^3/ul
Laju Endap Darah H 102 <20 mm/jam
Foto thorax Kedua sinus/diagfragma normal
Bentuk dan besar cor normal
Gambaran Bronchitis Chronic paru kiri/kanan
Kesimpulan:
PPOK + BRONCHITIS
44

6) Terapi obat
Tabel 4.9 Terapi Obat Klien 1
Nama obat Dosis Waktu Pemberian Fungsi obat
Indexon 5 mg/ml 3x1 amp IV Glukokortikoid sintetik yang
mempunyai efek
antiinflamasi dan antialergi.
Diduga bekerja dengan cara
mempengaruhi sintesa
protein pada proses
transkripsi RNA.

Omeprazol 20 mg 2x1 Flas IV Mengurangi sekresi asam


lambung dengan
menghambat secara spesifik
enzim lambung pompa
proton H+/ K+- ATPase
dalam sel parietal.

Romicef 1 gr 2x1 IV Obat yang digunakan untuk


mengobati infeksi saluran
pernafasan, infeksi kulit dan
jaringan lunak, serta infeksi
saluran kemih (isk) dan
kelamin. Romicef
mengandung Cefpirome,
antibiotik golongan
cephalosporin generasi
keempat yang aktif terhadap
bakteri gram negatif mapun
gram positif.

Nac ½ Flas 1x1 IV Mengencerkan dahak pada


penyakit saluran pernafasan
dimana terjadi banyak lendir
atau dahak. Obat ini
digunakan sebagai terapi
pada orang dengan kondisi
paru-paru tertentu seperti
cystic fibrosis, emfisema,
bronkitis, pneumonia dan
PPOK

Antacide 1 5x1 PO Obat yang berguna untuk


sendok mengurangi keasaman
makan lambung

Combivent 2Flas 3x1 Oral/ Obat ini memiliki kandungan


Nebul albuterol atau salbutamol
sulfat dan ipratropium
bromida. Combivent
memiliki cara kerja dengan
membuka saluran udara ke
45

paru-paru serta melakukan


relaksasi atau mengendurkan
otot-otot pada saluran napas.

Tabel 4.10 Terapi Obat Klien 2


Nama obat Dosis Waktu Pemberian Fungsi obat
Indexon 5 mg/ml 2x1 IV Glukokortikoid sintetik yang
mempunyai efek
antiinflamasi dan antialergi.
Diduga bekerja dengan cara
mempengaruhi sintesa
protein pada proses
transkripsi RNA.

Levofloxac 250 mg 1x1 IV Menghentikan pertumbuhan


in bakteri. Lefofloxacin tidak
bisa digunakan untuk infeksi
virus (seperti pilek, flu)

Amlodipine 6mg 1x1 IV/Syirige Mengatasi hipertensi atau


tekanan darah tinggi. Obat ini
juga bisa digunakan untuk
membantu mengatasi
serangan angina pectoris.

Combivent 1 flash 3x1 Oral/Neb Obat ini memiliki kandungan


ul albuterol atau salbutamol
sulfat dan ipratropium
bromida. Combivent
memiliki cara kerja dengan
membuka saluran udara ke
paru-paru serta melakukan
relaksasi atau mengendurkan
otot-otot pada saluran napas.

Pulmicart 2ml 3x1 Oral/Neb Sebagai anti radang dan


ul untuk melongarkan saluran
pernapasan.

7) Analisa Data
Tabel 4.11 Analisa Data
Analisa Data Etiologi Masalah
Klien1
DS: Faktor risiko (Asap Bersihan
- Klien mengatakan sesak saat rokok/perokok pasif) 46
Jalan Napas
bernapas. Inefektif
- Keluarga mengatakan 3 Emfisema
minggu yang lalu klien
mengalami batuk berdahak Perubahan sel penghasil
- Keluarga mengatakan sejak mukus bronkus
tanggal 8 Maret 2018 (4 hari
sebelum rawat inap) klien Sistem eskalator
mengeluh sesak saat bernapas mukosiliaris terganggu
- Klien mengatakan saat batuk,
sulit mengeluarkan dahak Disfungsional silia
- Klien mengatakan dahak yang
keluar hanya sedikit dan Mukus menjadi sangat
berwarna hijau kental purulent
- keluarga mengatakan
almarhum suami klien adalah Timbul peradangan kronik
perokok berat sejak menikah. pada paru.
- Keluarga klien mengatakan
bulan januari 2017 klien Peningkatan sel goblet
pernah memiliki keluhan
sesak dan batuk-batuk dan Hipersekresi Sputum
dirawat di Rumah Sakit
selama 6 hari. Reflek batuk tidak efektif
- Keluarga mengatakan klien
sering mengeluh batuk namun Sputum tertimbun di jalan
biasanya sembuh dalam kurun napas
waktu 4 hari tanpa
mengunakan obat. Bersihan Jalan Napas
Inefektif
DO
- Klien tampak lemas
- Terdapat pernapasan cuping
hidung
- Klien tampak kesulitan
berbicara
- Pernapasan lewat mulut
- RR: 28 x/menit pernapasan
dangkal dan cepat
- Pemeriksaan getaran suara
taktil fremitus teraba melemah
di seluruh lapang paru kiri dan
kanan.
- Terdapat suara napas
tambahan ronchi.

- Ronchi

- Saturasi O2 99% terpasang


O2 NRBM 8 lpm

- Hasil Photo Thorax


 Kedua sinus/diagfragma
normal
 Bentuk dan besar cor
normal
 Tidak tampak infiltrate
proses/ metastase proses
 Corakan bronchovascular
paru kasar
Kesimpulan:
PPOK + EMFISEMA LUNG
47

8) Diagnosa Keperawatan
Tabel 4.12 Diagnosa Keperawatan
Tanggal Diagnosa Keperawatan
Klien 1
17 Maret 2018 Bersihan Jalan Napas Inefektif berhubungan
dengan batuk yang tidak efektif
Klien 2
24 Mei 2018 Bersihan Jalan Napas Inefektif berhubungan
dengan batuk yang tidak efektif

9) Intervensi Keperawatan
Tabel 4.13 Intervensi Keperawatan Klien 1
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
keperawatan Hasil
Klien 1
Bersihan Tujuan jangka 1. Observasi warna, 1. Karakteristik
Jalan pendek: kekentalan dan sputum dapat
Napas Klien mampu banyak sputum menunjukkan berat
Inefektif mengeluarkan (Muttaqin, 2012) ringannya obtruksi
berhubunga Sputum secara 2. Observasi pola 2. Dengan sekret di
n dengan mandiri setelah pernapasan, jalan napas, laju
batuk yang diberikan asuhan termasuk tingkat, pernapasan akan
tidak keperawatan selama kedalaman, dan meningkat. Dengan
efektif 1x24 jam. usaha klien dalam demikian dapat
bernapas (Ackley, diketahui adanya
2016) secret di jalan napas
48

Tujuan jangka 3. Auskultasi suara 3. Mengetahui adanya


panjang: napas tambahan perubahan fungsi
Jalan napas klien (Muttaqin, 2012) respirasi melalui
kembali efektif suara napas.
setelah dilakukan 4. Pantau tingkat 4. Saturasi oksigen
Asuhan saturasi oksigen kurang dari 90%
keperawatan selama (Ackley, 2016) menunjukkan
3 x 24 jam masalah oksigenasi
yang signifikan
Kriteria hasil : dengan adanya
1) Mampu secret di jalan napas
menyatakan dan menurunkan angka
mendemostrasi-kan saturasi oksigen
batuk huff dengan turunnya
2) Tidak ada suara saturasi oksigen
napas tambahan menandakan
seperti wheezing, kegawatan klien
ronchi 5. Anjurkan minum 5. Membantu
3) Mengetahui air hangat setiap mengencerkan
metode yang kali klien minum secret dan
berguna untuk (Muttaqin, 2012) mengefektifkan
meningkatkan pembersihan jalan
pengeluaran sekresi napas
dari jalan napas 6. Ajarkan klien 6. Ventilasi maksimal
4) Tidak ada sianosis latihan napas membuka jalan
dan dypnea dalam (Muttaqin, napas dan
5) Mampu bernapas 2012) meningkatkan
dengan mudah gerakan secret ke
6) Tidak terdapat dalam jalan napas
pernapasan cuping besar untuk
hidung (PCH) dikeluarkan
7) Pernapasan klien 7. Ajarkan klien 7. Teknik ini
normal (16-20 x / menggunakan mencegah glotis
menit) tanpa ada teknik ekspirasi dari penutupan
penggunaan alat paksa, "batuk selama batuk dan
bantu napas huff" (Bhowmik, efektif dalam
8) Tidak mengalami 2009) mengeluarkan
kesulitan secret.
verbalisasi atau 8. Anjurkan klien 8. Jika klien tidak bisa
bicara untuk melakukan beraktivitas, putar
aktivitas dan klien dari sisi ke sisi
pergerakan yang minimal 2 jam.
dapat ditolerir Gerakan tubuh
(Ackley, 2016) membantu
pengeluaran sekresi.
9. Peningkatkan
9. Atur posisi ekspansi dada serta
semiflower ventilasi lapang
(Muttaqin, 2012) paru dapat dicapai
dengan posisi
semifowler
10.Pemberian oksigen
10. Kolaborasi secara teratur dapat
49

pemberian menurunkan
oksigen sesuai kegawatan ketidak
indikasi (Ackley, bersihan jalan napas
2016) dengan
memperbaiki
hipoksemia dan
menaikan saturasi
oksigen.
11.Pemberian
11. Kolaborasi bronkodilator via
dengan dokter inhalasi akan
tentang langsung menuju
pemberian obat area bronkhus yang
a. bronkodilator mengalami spasme
nebulizer sehingga lebih cepat
berdilatasi

Kortikosteroid
b. kortikosteroid berguna dengan
(Muttaqin, keterlibatan luas
2012) pada hipoksemia
dan menurunkan
reaksi inflamasi
akibat edema
mukosa dan dinding
bronchus
12. Menggunakan
12. Lakukan bantuan gaya
fisiotrapi dada gravitasi untuk
dengan teknik membantu
postural drainase, menaikan sekresi
perkusi dan sehingga dapat
fibrasi dada dikeluarkan
(Priadi, 2016) dengan mudah

Tabel 4.14 Intervensi Keperawatan Klien 2


Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
keperawatan Hasil
Klien 2
Bersihan Tujuan jangka 1. Observasi warna, 1. Karakteristik
Jalan pendek: kekentalan dan sputum dapat
Napas Klien mampu banyak sputum menunjukkan berat
Inefektif mengeluarkan (Muttaqin, 2012) ringannya obtruksi
berhubunga Sputum secara 2. Observasi pola 2. Dengan sekret di
n dengan mandiri setelah pernapasan, jalan napas, laju
batuk yang diberikan asuhan termasuk tingkat, pernapasan akan
tidak keperawatan selama kedalaman, dan meningkat. Dengan
efektif 1x24 jam. usaha klien dalam demikian dapat
bernapas (Ackley, diketahui adanya
Tujuan jangka 2016) secret di jalan napas
panjang: 3. Auskultasi suara 3. Mengetahui adanya
Jalan napas klien napas tambahan perubahan fungsi
50

kembali efektif (Muttaqin, 2012) respirasi melalui


setelah dilakukan suara napas.
Asuhan 4. Pantau tingkat 4. Saturasi oksigen
keperawatan selama saturasi oksigen kurang dari 90%
3 x 24 jam (Ackley, 2016) menunjukkan
masalah oksigenasi
Kriteria hasil : yang signifikan
1) Mampu dengan adanya
menyatakan dan secret di jalan napas
mendemostrasi-kan menurunkan angka
batuk huff saturasi oksigen
2) Tidak ada suara dengan turunnya
napas tambahan saturasi oksigen
seperti wheezing, menandakan
ronchi kegawatan klien
3) Mengetahui 5. Anjurkan minum 5. Membantu
metode yang air hangat setiap mengencerkan
berguna untuk kali klien minum secret dan
meningkatkan (Muttaqin, 2012) mengefektifkan
pengeluaran sekresi pembersihan jalan
dari jalan napas napas
4) Tidak ada sianosis 6. Ajarkan klien 6. Ventilasi maksimal
dan dypnea latihan napas membuka jalan
5) Mampu bernapas dalam (Muttaqin, napas dan
dengan mudah 2012) meningkatkan
6) Tidak terdapat gerakan secret ke
pernapasan cuping dalam jalan napas
hidung (PCH) besar untuk
7) Pernapasan klien dikeluarkan
normal (16-20 x / 7. Ajarkan klien 7. Teknik ini
menit) tanpa ada menggunakan mencegah glotis
penggunaan alat teknik ekspirasi dari penutupan
bantu napas paksa, "batuk selama batuk dan
8) Tidak mengalami huff" (Bhowmik, efektif dalam
kesulitan 2009) mengeluarkan
verbalisasi atau secret.
bicara 8. Anjurkan klien 8. Jika klien tidak bisa
untuk melakukan beraktivitas, putar
aktivitas dan klien dari sisi ke sisi
pergerakan yang minimal 2 jam.
dapat ditolerir Gerakan tubuh
(Ackley, 2016) membantu
pengeluaran sekresi.
9. Peningkatkan
9. Atur posisi ekspansi dada serta
semiflower ventilasi lapang
(Muttaqin, 2012) paru dapat dicapai
dengan posisi
semifowler
10.Pemberian oksigen
10. Kolaborasi secara teratur dapat
pemberian menurunkan
oksigen sesuai kegawatan ketidak
51

indikasi (Ackley, bersihan jalan napas


2016) dengan
memperbaiki
hipoksemia dan
menaikan saturasi
oksigen.
11.Pemberian
11. Kolaborasi bronkodilator via
dengan dokter inhalasi akan
tentang langsung menuju
pemberian obat area bronkhus yang
a. bronkodilator mengalami spasme
nebulizer sehingga lebih cepat
berdilatasi

Kortikosteroid
b. kortikosteroid berguna dengan
(Muttaqin, keterlibatan luas
2012) pada hipoksemia
dan menurunkan
reaksi inflamasi
akibat edema
mukosa dan dinding
bronchus
12. Menggunakan
12. Lakukan bantuan gaya
fisiotrapi dada gravitasi untuk
dengan teknik membantu
postural drainase, menaikan sekresi
perkusi dan sehingga dapat
fibrasi dada dikeluarkan
(Priadi, 2016) dengan mudah
10) Implementasi Keperawatan
Tabel 4.15 Implementasi Keperawatan

52
Dx
Hari 1 Hari 2 Hari 3
Keperawatan
Klien 1 Tanggal 13-03-2018 Tanggal 14-03-2018 Tanggal 15-03-2018
Bersihan Jalan 09.00 1. Melakukan kolaborasi 08.50 1. Mempertahankan posisi 09.00 1. Mempertahankan posisi klien
Napas dengan dokter tentang klien semifowler semifowler
Inefektif pemberian obat nebulizer 09.00 2. Melakukan kolaborasi 09.03 2. Melakukan kolaborasi dengan
berhubungan Combivent 2 Flash dengan dokter tentang dokter tentang pemberian obat
dengan batuk 11.15 2. Melakukan kolaborasi pemberian obat nebulizer nebulizer Combivent 2 Flash
yang tidak pemberian oksigen via O2 Combivent 2 Flash 09.18 3. Melakukan kolaborasi
efektif nasal 4 lpm 09.17 3. Melakukan kolaborasi pemberian oksigen via O2
11.20 3. Mengajarkan klien cara pemberian oksigen via O2 nasal 3 lpm.
melakukan teknik napas nasal 4 lpm 09.30 4. Mengevaluasi cara klien
dalam 09.20 4. Mengevaluasi teknik napas melakukan teknik ekspirasi
11.35 4. Mengajarkan klien cara dalam yang sudah diajarkan paksa, "batuk huff"
melakukan teknik ekspirasi 09.35 5. Mengajarkan kembali 09.45 5. Menganjurkan minum air
paksa, "batuk huff" teknik ekspirasi paksa, hagat setiap kali klien minum
13.05 5. Menganjurkan minum air "batuk huff" 09.50 6. Mengingatkan kepada
hagat setiap kali klien 17.00 6. Melakukan kolaborasi keluarga dan klien supaya
minum dengan dokter tentang klien tidak melakukan
13.10 6. Mengiformasikan kepada pemberian obat nebulizer aktivitas dan pergerakan yang
keluarga dan klien supaya Combivent 2 Flash menambah sesak
klien tidak melakukan 17.15 7. Menanyakan kepada klien 10.00 7. Melakukan fisiotrapi dada
aktivitas dan pergerakan tentang warna, kekentalan perkusi dan vibrasi
yang menambah sesak dan banyak sputum 17.00 8. Melakukan kolaborasi dengan
17.00 7. Melakukan kolaborasi 17.17 8. Melakukan observasi pada dokter tentang pemberian obat
dengan dokter tentang pola pernapasan, termasuk nebulizer Combivent 2 Flash
pemberian obat nebulizer tingkat, kedalaman, dan 17.15 9. Menanyakan kepada klien
Combivent 2 Flash usaha klien dalam bernapas tentang warna, kekentalan dan
17.15 8. Menanyakan kepada klien 17.20 9. Mendengarkan suara napas banyak sputum
tentang warna, kekentalan klien 17.17 10.Melakukan observasi pada
dan banyak sputum 17.23 10. Memeriksa tingkat saturasi pola pernapasan, termasuk
9. Melakukan observasi pada oksigen tingkat, kedalaman, dan usaha
17.17 pola pernapasan, termasuk klien dalam bernapas
tingkat, kedalaman, dan 17.20 11.Mendengarkan suara napas
usaha klien dalam bernapas klien
17.20 10.Mendengarkan suara napas 17.23 12.Memeriksa tingkat saturasi
klien oksigen
17.23 11.Memeriksa tingkat saturasi
oksigen
Klien 2 Hari 1 Hari 2 Hari 3
Tanggal 20-05-2018 Tanggal 21-05-2018 Tanggal 22-05-2018
Bersihan Jalan 10.00 1. Mengubah posisi klien 07.00 1. Mempertahankan posisi 07.00 1. Mempertahankan posisi klien
Napas semifowler klien semifowler semifowler 53
Inefektif 10.00 2. Melakukan kolaborasi 07.03 2. Melakukan kolaborasi 07.04 2. Melakukan kolaborasi dengan
berhubungan pemberian oksigen via O2 dengan dokter tentang dokter tentang pemberian obat
dengan batuk nasal 4 lpm pemberian obat nebulizer nebulizer Combivent 1 Flash
11) Evaluasi Keperawatan
Tabel 4.16 Evaluasi Keperawatan

Diagnosa Keperawatan Hari 1 Hari 2 Hari 3


Klien 1 Jam 17.30 /Tanggal 13-03-2018 Jam 17.30 /Tanggal 14-03-2018 Jam 20.00 /Tanggal 15-03-2018
Bersihan Jalan Napas S: S: S:
Inefektif berhubungan - Klien mengatakan sesak - Klien mengatakan masih merasa - Klien mengatakan sesak
dengan batuk yang bertambah saat dibuat beraktifitas sesak dan sesak bertambah saat berkurang
tidak efektif - Klien mengatakan ia sulit dibuat beraktifitas - Klien mengatakan ia sudah bisa
mengeluarkan dahak - Klien mengatakan ia masih sulit mengeluarkan dahak sedikit
- Keluarga mengatakan dahak klien mengeluarkan dahak - Keluarga mengatakan dahak
berwarna hijau kental - Keluarga mengatakan dahak klien klien berwarna putih kental.
- Klien mengatakan belum bisa berwarna hijau - Klien mengatakan bisa
melakukan batuk huff - Klien mengatakan belum bisa melakukan batuk huff
- Keluarga mengatakan klien hanya melakukan batuk huff - Keluarga mengatakan klien sudah
berbaring di tempat tidur O: mobilisasi duduk namun masih
- Klien mengatakan ia meminum - Klien tampak lemas sesak
air hangat jika haus - Tidak sianosis - Keluarga mengatakan klien jika
O: - Klien dapat melakukan teknik haus meminum air hangat
- Klien tampak lemas napas dalam O:
- Tidak sianosis - Klien dapat melakukan batuk huff - Klien tampak lemas
- Klien dapat melakukan teknik - Terdapat pernapasan cuping - Tidak sianosis
napas dalam hidung - Klien dapat melakukan teknik
- Klien tidak dapat melakukan - Klien tampak kesulitan berbicara napas dalam
batuk huff - Pernapasan dangkal dan cepat - Klien dapat melakukan batuk
- Terdapat pernapasan cuping - Perkusi lapang paru terdengar huff

54
hidung pekak pada lobus atas dan resonan - Tidak terdapat pernapasan cuping
- Klien tampak kesulitan berbicara pada lobus bawah hidung
- Pernapasan dangkal dan cepat - Terdapat suara napas tambahan - Klien sudah bicara jelas namun
- Perkusi lapang paru terdengar ronchi di bagian kiri dan kanan. terengah-engah
pekak pada lobus atas dan resonan - Pernapasan dangkal dan cepat
pada lobus bawah Ronchi Whezing - Perkusi lapang paru terdengar
- Getaran taktil fremitus teraba pekak pada lobus atas dan
melemah di seluruh lapang paru resonan pada lobus bawah
kiri dan kanan. - Getaran taktil fremitus teraba
- Terdapat suara napas tambahan melemah di seluruh lapang paru
ronchi di bagian kiri dan kanan. kiri dan kanan.
Ronchi Whezing - TD: 160/90 mmHg - Terdapat suara napas tambahan
- Nadi: 80 x/menit ronchi di bagian kiri dan kanan.
- Suhu: 36,30C Ronchi Whezing
- RR: 24 x/menit
- Saturasi O2 98% terpasang O2
- TD: 170/90 mmHg nasal 4 lpm
- Nadi: 82 x/menit A: Masalah teratasi sebagian
- Suhu: 37,10C P: Lanjutkan intervensi. - TD: 160/80 mmHg
- RR: 28 x/menit - Nadi: 76 x/menit
- Saturasi O2 96% terpasang O2 - Suhu: 36,60C
nasal 4 lpm - RR: 24 x/menit
- Terlihat tremos air hangat di - Saturasi O2 97% terpasang O2
lemari klien Nasal 3 lpm
A: Masalah belumteratasi A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi. P: Intervensi dilanjutkan perawat
ruangan
Hari 1 Hari 2 Hari 3
Klien 2
Jam 14.30 /Tanggal 20-05-2018 Jam 12.00 /Tanggal 21-05-2018 Jam 12.30 /Tanggal 22-05-2018
Bersihan Jalan Napas S: S: S:
Inefektif berhubungan - Klien mengeluh batuk berdahak - Klien mengatakan sesak sudah - Klien mengatakan suadah tidak

55
dengan batuk yang dan susah keluar berkurang, sesak
tidak efektif - Klien mengatakan sesak, Sesak - Klien mengatakan masih batuk - Klien mengatakan masih batuk
bertambah saat beraktifitas seperti berdahak berdahak
duduk - Kelien mengatakan dahak - Kelien mengatakan sudah bisa
- Kelien mengatakan dahak berwarna putih. mengeluarkan dengan batuk huff
berwarna putih kental. - Keluarga mengatakan klien sering - Klien mengatakan dahak
- Keluarga mengatakan klien sering mengunakan teknik batuk huff berwarna putih.
mengunakan teknik batuk huff jika ingin batuk - Keluarga mengatakan klien
jika ingin batuk O: sering mengunakan teknik batuk
- Klien mengatakan ia meminum - Klien tampak lebih segar huff jika ingin batuk
air hangat jika haus - Tidak sianosis - Keluarga mengatakan klien jika
O: - Klien dapat melakukan teknik haus meminum air hangat
- Klien tampak lemas napas dalam O:
- Tidak sianosis - Klien bisa melakukan batuk huff - Klien tampak segar
- Klien dapat melakukan teknik - Terdapat pernapasan cuping - Tidak sianosis
napas dalam hidung - Klien dapat melakukan teknik
- Klien bisa melakukan teknik - Klien sudah bicara jelas namun napas dalam
batuk huff terengah-engah - Klien bisa melakukan batuk huff
- terdapat kantung mata - Getaran taktil fremitus teraba - Tidak ada pernapasan cuping
- Mata terbuka lebar melemah di seluruh lapang paru hidung
- Terdapat pernapasan cuping kiri - Klien sudah bicara lebih jelas
hidung - Terdapat suara napas tambahan - Getaran taktil fremitus teraba
- Klien tampak kesulitan berbicara ronchi di bagian kiri dan kanan. sama di seluruh lapang paru kiri
- Klien tampak bernapasan lewat Ronchi Whezing dan kanan.
mulut. - Tidak terdapat suara napas
- Pernapasan klien dangkal dan tambahan
cepat Ronchi Whezing
- Getaran taktil fremitus teraba
-melemah
- di seluruh lapang paru - TD: 140/80 mmHg
-kiri - Nadi: 78 x/menit
-
- -=Terdapat suara napas tambahan - Suhu: 36,6y0C

+
56
ronchi di bagian kiri dan kanan. - RR: 22 x/menit
- Saturasi O2 97% terpasang O2 - TD: 150/90 mmHg
Nasal kanul 3 lpm dengan. - Nadi: 74 x/menit
Ronchi Whezing A: masalah teratasi sebagian - Suhu: 36,30C
P: lanjutkan intervensi. - RR: 19 x/menit
- Saturasi O2 96% tanpa bantuan
alat O2
A: masalah teratasi
- TD: 140/90 mmHg P: Hentikan intervensi.
- Nadi: 80 x/menit
- Suhu: 36,90C
- RR: 24 x/menit
- Saturasi O2 98% terpasang O2
Nasal kanul 4 lpm dengan.
- Terlihat tremos air hangat di
lemari klien
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi

57
58

4.2 Pembahasan

4.2.1 Pengkajian

Tabel 4.17 Pembahasan Pengkajian

Klien 1 Klien 2
Klien 1, usia 64 tahun, datang ke IGD Klien 2, usia 57 tahun, datang ke
RSPW pada tanggal 12 maret 2018 IGD RSPW pada tanggal 18 mei
dengan keluhan sesak dan batuk 2018 dengan keluhan sesak, batuk
berdahak sejak 3 minggu yang lalu. namun sulit mengeluarkan dahak
Saat dilakukan pemeriksaan sejak 5 hari ini. Pada saat
Respiration Rate, Respiration Rate pengkajian tanggal 20 mei 2018 jam
klien adalah 28 x/menit, TD: 160/90 07:30 ditemukan data terdapat
mmHg, Nadi: 80 x/menit Suhu: pernapasan cuping hidung, kesulitan
36,90C, terdapat pernapasan cuping berbicara, pernapasan lewat mulut,
hidung, kesulitan berbicara, serta Tanda-tanda vital TD: 140/90
pernapasan lewat mulut. Informasi mmHg, Nadi: 80 x/menit Suhu:
yang didapat penulis dari keluarga 36,90C, RR: 27 x/menit terpasang O2
klien adalah Almarhum suami klien Nasal kanul 4 lpm dengan saturasi
adalah perokok berat sejak menikah, O2 97%.
klien sering mengeluh batuk namun
biasanya sembuh dalam kurun waktu 4 Klien mengatakan 30 tahun yang
hari tanpa menggunakan obat dan lalu pernah mengalami flex pada
pada bulan januari 2017 klien pernah paru-paru nya, klien sering
dirawat di RS selama 6 hari karena mengalami batuk berdahak dan sulit
infeksi pada paru-paru. mengeluarkan dahak namun tidak
sesak, sehingga klien memilih untuk
Pada tanggal 13 Maret 2018, dilakukan membeli obat di toko.
pemeriksaan foto thorax. Setelah hasil
keluar ditemukan bahwa klien positif Klien mengatakan ia membantu
mengalami PPOK anaknya memasak ayam bakar untuk
dijual di warung sehingga terus
terpapar asap pembakaran dan
ketika keluhan batuk kambuh klien
masih tetap berkerja.

Pada tanggal 18 Mei 2018,


dilakukan pemeriksaan foto thorax.
Setelah hasil keluar ditemukan
bahwa klien positif mengalami
PPOK
Opini:
Menurut penulis, klien 1 mengalami PPOK karena factor pencetus yaitu klien
adalah perokok pasif, klien 1 sering mengalami keluhan batuk dan memiliki
riwayat infeksi pada paru-paru 1 tahun yang lalu, hal ini mengakibatkan
perubahan sel penghasil mukus bronkus kemudian timbul peradangan kronik
pada paru.
Klien 2 bekerja sebagai juru masak dan penjual ayam bakar di warung sejak
20 tahun yang lalu sehingga setiap hari harus terpapar asap dari pembakaran,
klien sering mengalami batuk berdahak namun tidak sesak, sehingga klien
memilih untuk membeli obat di toko. Selain itu saat batuk, klien masih tetap
59

berkerja dan 30 tahun yang lalu klien mengalami flex pada paru-paru hal
tersebut menjadi salah satu factor pencetus PPOK.
Kedua klien akan mengalami peningkatan sel goblet dan hipersekresi sputum
kemudian sputum akan tertimbun di jalan napas, hal ini ditandai dengan
keluhan sesak saat bernapas, sesak memberat saat bernapas, klien mengalami
batuk berdahak, klien sulit mengeluarkan dahak, dahak klien berwarna putih
kental, klien tampak kesulitan berbicara, pernapasan klien dangkal dan cepat
dan terdapat suara napas tambahan ronchi
Teori:
Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) merupakan penyakit yang ditandai
hambatan aliran udara persisten, progresif, yang disebabkan oleh beberapa
faktor diantaranya adalah Emfisema dan Bronchitis (Decramer, 2012). Faktor
lain sebagai pendukungnya adalah asap rokok, polusi udara, stress oksidatif
dan terpajan polutan (Tabrani,2010). Menurut Alvar (2015) Semua faktor-
faktor diatas akan mempercepat penurunan fungsi paru dan menyebabkan
gejala-gejala respirasi kronik yang diselingi dengan eksaserbasi akut
intermiten, yang akhirnya mengakibatkan sel-sel penghasil mukus bronkus
mengalami perubahan sehingga terjadi Hipersekresi mucus. Hipersekresi
menyebabkan proses pembersihan silia tidak berjalan lancar sehingga sputum
tertimbun di jalan napas. Kemudian akan mengakibatkan masalah Bersihan
jalan napas inefektif (Nugroho, 2011). Adapun Tanda dan gejala seseorang
mengalami Bersihan jalan napas inefektif adalah terdapat suara napas
tambahan,dispenia, perubahan pola dan frekuensi pernapasan, kesulitan bicara
dan sputum dalam jumlah berlebih (Judith, 2011).

4.2.2 Diagnosa Keperawatan


Tabel 4.18 Pembahasan Diagnosa Keperawatan
Klien 1 Klien 2
Hasil pengkajian terhadap klien 1 Hasil pengkajian terhadap klien 2
dapat ditegakkan diagnosa Bersihan juga dapat ditegakkan diagnosa
Jalan Napas Inefektif berhubungan Bersihan Jalan Napas Inefektif
dengan batuk yang tidak efektif. berhubungan dengan batuk yang
tidak efektif.
Opini:
Menurut penulis klien 1 dan 2 ditetapkannya diagnosa keperawatan yang
sama, yaitu Bersihan Jalan Napas Inefektif didukung dengan data klien 1 dan
2 mengalami batuk berdahak, sulit mengeluarkan dahak, terdapat suara napas
tambahan ronchi, frekuensi pernapasan lebih dari batas normal (16-20 x/mnt),
terdapat pernapasan cuping hidung, pada pemeriksaan getaran taktil fremitus
getaran suara teraba melemah dan klien mengalami kesulitan untuk berbicara.
Teori:
Menurut Judith (2011) bahwa batasan karakteristik pada diagnosa
keperawatan Bersihan Jalan Napas Inefektif adalah:
1) Terdapat suara napas tambahan
2) Perubahan pada pola dan frekuensi pernapasan
3) Terdapat pernapasan cuping hidung
4) Kesulitan untuk berbicara
5) penurunan suara napas
6) Sputum dalam jumlah berlebih
7) Kesulitan verbalisasi
60

4.2.3 Rencana Keperawatan

Berdasarkan dari diagnosa yang telah ditegakkan pada Klien 1 dan Klien

2, dapat dilakukan perencanaan tindakan keperawatan kepada kedua klien

berdasarkan teori.
Tabel 4.19 Pembahasan Tujuan Intervensi Keperawatan

Tujuan Intervensi Klien 1 Klien 2


Keperawatan
Jalan napas klien Pada klien 1 ditetapkan Pada klien 2 juga
kembali efektif Asuhan tujuan yang sama dengan ditetapkan tujuan yang
keperawatan selama 3 tujuan intervensi sama dengan tujuan
x 24 jam keperawatan pada teori. intervensi keperawatan
pada teori.
Opini:
Menurut penulis, tujuan yang ditetapkan pada klien 1 dan 2 adalah sama, hal ini
dikarnakan pada kedua klien ditemukan diagnosa keperawatan yang sama yaitu
Bersihan Jalan Napas Inefektif dan dengan ditetapkannya tujuan seperti tersebut
di atas maka diharapkan masalah keperawatan klien dapat teratasi dalam waktu
3x24 jam.
Teori:
Tujuan yang ditetapkan pada kedua pasien dan pada tinjauan pustaka sudah
sesuai dengan teori Muttaqin (2012) yang mengatakan bahwa penetapan tujuan
bagi rencana keperawatan pada klien PPOK dengan masalah Bersihan Jalan
Napas Inefektif adalah Jalan napas kembali efektif yang ditandai dengan
berkurangnya kuantitas dan viskositas sputum untuk memperbaiki ventilasi paru
dan pertukaran gas setelah dilakukan asuhan keperawatan.

Tabel 4.20 Pembahasan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan


Kriteria hasil pada teori Klien 1 Klien 2
1) Mampu menyatakan dan Pada klien 1 ditetapkan Pada klien 2 juga
mendemostrasikan batuk kriteria hasil yang sama ditetapkan kriteria
huff dengan kriteria hasil hasil yang sama
2) Tidak ada suara napas pada teori. dengan kriteria hasil
tambahan seperti pada teori.
wheezing, atau ronchi
3) Mengetahui metode
yang berguna untuk
meningkatkan
pengeluaran sekresi dari
jalan napas
4) Tidak ada sianosis dan
dypnea
5) Mampu bernapas
dengan mudah
6) Tidak terdapat
pernapasan cuping
hidung (PCH)
7) Pernapasan klien normal
61

(16-20 x / menit) tanpa


ada penggunaan alat
bantu napas
8) Tidak mengalami
kesulitan verbalisasi
atau bicara
Opini:
Menurut penulis, kriteria hasil yang ditetapkan pada klien 1 dan 2 adalah sama,
hal ini dikarnakan pada kedua klien ditetapkan tujuan keperawatan yang sama
yaitu jalan napas klien kembali efektif dan dengan ditetapkannya kriteria hasil
seperti tersebut di atas maka diharapkan dapat menunjukan tingkat keberhasilan
dalam mengatasi masalah keperawatan Bersihan Jalan Napas Inefektif.
Teori:
Kriteria hasil yang ditetapakan pada klien 1 dan klien 2 sesuai dengan teori pada
tinjauan pustaka menurut Ackley (2016) yaitu klien Mampu menyatakan dan
mendemostrasikan batuk huff, Tidak ada suara napas tambahan seperti
wheezing, ronchi, Mengetahui metode yang berguna untuk meningkatkan
pengeluaran sekresi dari jalan napas, Dapat mengidentifikasi dan menghindari
faktor spesifik yang menghambat pembersihan saluran napas yang efektif, Tidak
ada sianosis dan dypnea, Mampu bernapas dengan mudah, Tidak terdapat
pernapasan cuping hidung (PCH), Pernapasan klien normal (16-20 x / menit)
tanpa ada penggunaan alat bantu napas dan klien tidak mengalami kesulitan
verbalisasi

Tabel 4.21 Pembahasan Intervensi Keperawatan


Intervensi
Klien 1 Klien 2
62

1. Observasi warna, kekentalan Pada klien 1 telah Pada klien 2 juga


dan banyak sputum disusun intervensi telah disusun
(Muttaqin, 2012) sesuai tinjauan teori intervensi sesuai
2. Observasi pola pernapasan, yaitu intervensi tinjauan teori yaitu
termasuk tingkat, nomor 1 sampai intervensi nomor 1
kedalaman, dan usaha klien dengan 12 sampai dengan 12
dalam bernapas (Ackley,
2016)
3. Auskultasi suara napas
tambahan (Muttaqin, 2012)
4. Pantau tingkat saturasi
oksigen (Ackley, 2016)
5. Anjurkan minum air hangat
setiap kali klien minum
(Muttaqin, 2012)
6. Ajarkan klien latihan napas
dalam (Muttaqin, 2012)
7. Ajarkan klien menggunakan
teknik ekspirasi paksa,
"batuk huff" (Bhowmik,
2009)
8. Anjurkan klien untuk
melakukan aktivitas dan
pergerakan yang dapat
ditolerir (Ackley, 2016)
9. Atur posisi semiflower
(Muttaqin, 2012)
10. Kolaborasi pemberian
oksigen sesuai indikasi
(Ackley, 2016)
11. Kolaborasi dengan dokter
tentang pemberian obat
a. bronkodilator nebulizer
b. kortikosteroid (Muttaqin,
2012)
12. Lakukan fisiotrapi dada
dengan teknik postural
drainase, perkusi dan fibrasi
dada (Priadi, 2016)
Opini:
Intervensi yang ditetapkan pada kedua klien adalah sama, dikarnakan pada kedua
klien telah ditetapkan tujuan keperawatan dan kriteria hasil yang sama. Selain itu
berdasarkan kondisi kedua klien memungkinkan untuk dilakukan 12 rencana
tindakan keperawatan tersebut diatas.
Teori:
Intervensi yang telah direncanakan pada pasien 1 dan 2 sudah sesuai dengan
teori pada bab II, adapun intervensi ungulan pada klien PPOK dengan masalah
bersihan jalan napas inefektif sudah sesuai dengan jurnal Bhowmik (2009) yaitu
bantu klien menggunakan teknik ekspirasi paksa, "batuk huff".

4.2.4 Implementasi Keperawatan


63

Tabel 4.22 Pembahasan Implementasi Keperawatan


Klien 1 Klien 2
Implementasi yang dilakukan pada klien Implementasi yang dilakukan pada klien
1 sesuai dengan intervensi 1 sampai 12, 2 juga sesuai dengan intervensi 1 sampai
dimana tindakan dilakukan berdasarkan 12, dimana tindakan dilakukan
Informed Consent dari klien dan berdasarkan Informed Consent dari klien
keluarga. dan keluarga.
Opini:
Pada penelitian ini penulis memberikan implementasi sesuai dengan intervensi
keperawatan yang sudah direncanakan. Intervensi yang terdiri dari 12 rencana
tindakan tersebut dapat dilakukan seluruhnya pada klien 1 dan klien 2. Namun
intervensi no 12 yaitu fisiotrapi dada dapat diimplementasikan klien 1 pada hari ke 3
perawatan dan klien 2 hari ke 2 perawatan. Hal ini dikarenakan sesak klien
bertambah parah terutama saat duduk ataupun miring.
Teori:
Implementasi merupakan langkah keperawatan yang telah direncanakan untuk
dikerjakan dalam rangka membantu klien untuk mencegah, mengurangi, dan
menghilangkan dampak atau respons yang ditimbulkan oleh masalah keperawatan
dan kesehatan. (Zaidin Ali, 2014). Menurut Aklay (2016) implementasi yang dapat
dilakukan pada klien yang mengalami bersihan jalan napas inefektif adalah
kolaborasi pemberian oksigen sesuai indikasi, memeriksa tingkat saturasi oksigen,
menanyakan kepada klien tentang pola pernapasan, termasuk tingkat, kedalaman,
dan usaha klien dalam bernapas dengan dilakukannya Implementasi tersebut
diharapkan diagnosa keperawatan dapat teratasi.

4.2.5 Evaluasi Keperawatan


Tabel 4.23 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi
Klien 1 Klien 2
Evaluasi hari ke tiga didapatkan data Evaluasi hari ke tiga didapatkan data
yang sesuai dengan kriteria hasil: yang sesuai dengan kriteria hasil:
1) Klien 1 mampu menyatakan dan 1) Klien 2 mampu menyatakan dan
mendemostrasikan batuk huff mendemostrasikan batuk huff
2) Klien 1 mengetahui metode yang 2) Tidak terdapat suara napas
berguna untuk meningkatkan tambahan
pengeluaran sekresi dari jalan 3) Klien 2 mengetahui metode yang
napas berguna untuk meningkatkan
3) Tidak ada sianosis dan dypnea pengeluaran sekresi dari jalan
4) Tidak terdapat pernapasan cuping napas
hidung (PCH) 4) Tidak ada sianosis dan dypnea
5) Tidak terdapat pernapasan cuping
hidung (PCH)
6) Mampu bernapas dengan mudah
7) Pernapasan klien normal (16-20 x
/ menit) tanpa ada penggunaan
alat bantu napas
8) Tidak mengalami kesulitan
verbalisasi atau bicara
64

Opini :
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 hari, klien 1 didapatkan hasil
Assesment masalah teratasi sebagian dengan mencapai 4 dari 8 kriteria hasil
yang telah ditetapkan. Sedangkan klien 2 didapatkan hasil Assesment masalah
teratasi dengan mencapai semua kriteria hasil yang telah ditetapkan.
Perbedaan ini dikarenakan tingkat keparahan penyakit atau kondisi klien yang
berbeda saat pengkajian terbukti dengan data suara napas tambahan lebih
banyak ditemukan pada klien 1, lama batuk klien 1 lebih lama dari klien 2 dan
perbedaan saturasi O2 berdasarkan pemakaian alat bantu O2 (klien 1 SpO2 99 %
dengan NRBM 8 lpm dan klien 2 SpO2 97 % dengan O2 Nasal 4 lpm).
Teori:
Menurut teori, Evaluasi dilakukan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan
sebelumnya dalam perencanaan, membandingkan hasil tindakan keperawatan
yang telah dilaksanakan dengan tujuan yang telah ditetapkan (Setiadi, 2012).
Menurut Muttaqin (2012) untuk diagnosa PPOK dengan masalah bersihan jalan
napas inefektif, tujuan tercapai ditandai dengan Jalan napas kembali efektif
ditandai dengan berkurangnya kuantitas dan viskositas sputum, tidak ada suara
napas tambahan, tidak ada sianosis dan dypnea, mampu bernapas dengan
mudah, tidak terdapat pernapasan cuping hidung (PCH), pernapasan klien
normal (16-20 x / menit) tanpa ada penggunaan alat bantu napas dan tidak
mengalami kesulitan verbalisasi atau bicara
66

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini disajikan kesimpulan dan saran penelitian tentang ”Asuhan

keperawatan pada Klien Penyakit Paru Obstruktif Kronik dengan masalah

bersihan jalan napas inefektif di Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan Malang”.

5.1 Kesimpulan
Asuhan keperawatan pada klien Penyakit Paru Obstruktif Kronik dengan

masalah bersihan jalan napas inefektif di Rumah Sakit Panti Waluya

Sawahan Malang telah dilaksanakan pada klien 1 dan 2 dengan waktu 3x24

jam. Pada klien 1 masalah teratasi sebagian dengan memenuhi 4 dari 8

kriteria hasil yang telah ditetapkan. Sedangkan klien 2 masalah teratasi

dengan semua kriteria hasil yang telah ditetapkan.


5.1.1 Pengkajian
Kedua klien menunjukan gejala dan faktor pendukung yang sama yaitu

asap, klien 1 karena menjadi perokok pasif dan memiliki riwayat infeksi

paru, sedangkan klien 2 memiliki perkerjaan yang mengharuskan terpapar

asap pembakaran setiap hari, Selain itu klien 2 memiliki riwayat penyakit

paru sebelumnya dan dengan pemeriksaan penujang, ke-2 klien terdiagnosa

PPOK. Berdasarkan data subyektif dan obyektif pada ke-2 klien, klien

memiliki masalah jalan napas tidak efektif.

66
67

5.1.2.Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan hasil pengkajian dari kedua klien penulis menemukan data

objektif dan subyektif yang mendukung penegakan diagnosa keperawatan,

berdasarkan data tersebut kedua klien ditetapkan diagnosa keperawatan

yang sama yaitu bersihan jalan napas inefektif berhubungan dengan batuk

yang tidak efektif.


5.1.3 Rencana Keperawatan
Berdasarkan data diagnosa keperawatan yang ada dapat disusun rencana

keperawatan pada klien Penyakit Paru Obstruktif Kronik dengan masalah

bersihan jalan napas inefektif. Rencana keperawatan tidak ada perbedaan

pada Rencana Keperawatan antara klien 1 dan 2, rencana yang diberikan 12

rencana keperawatan sesuai teori berdasarkan diagnosa yang diperoleh.


5.1.4 Implementasi Keperawatan
Peneliti melakukan tindakan keperawatan berdasarkan intervensi

keperawatan bersihan jalan napas inefektif. Berdasarkan 12 intervensi yang

telah direncanakan, semua dapat diimplementasikan kepada kedua klien

tanpa adanya kontra indikasi.


5.1.5 Evaluasi
Pada kedua pasien telah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam

dan berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan, klien 1 didapatkan hasil

Assesment masalah teratasi sebagian. Sedangkan klien 2 didapatkan hasil

Assesment masalah teratasi. Perbedaan ini dikarenakan tingkat keparahan

penyakit atau kondisi klien yang berbeda saat pengkajian.

5.2 Saran
5.2.1 Bagi Lahan Penelitian

Penulis menyarankan bagi lahan penelitihan yaitu Rumah Sakit Panti

Waluya Sawahan Malang, selain mengunakan trapi farmakologi (obat)

dalam mengatasi PPOK yang mengalami bersihan jalan napas, dapat


68

mengunakan teknik non farmakologi salah satunya adalah teknik ekspirasi

paksa, "batuk huff" untuk dilakukan dalam penangan klien PPOK dengan

masalah bersihan jalan napas inefektif teknik ini mencegah glotis dari

penutupan selama batuk sehinga efektif dalam mengeluarkan secret

5.2.2 Bagi Instistusi Pendidikan


Penulis berharap dari hasil penelitian ini dapat dijadikan refrensi tambahan

bagi institusi pendidikan mengenai asuhan keperawatan pada klien penyakit

paru obstruktif kronik dengan masalah bersihan jalan napas inefektif


5.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya
Penulis berharap hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan atau

data awal dan sebagai bahan pertimbangan penelitian lebih lanjut serta

diharapkan peneliti selanjutnya mampu melanjutkan atau mengembangkan

penelitian yang berkaitan dengan “Asuhan keperawatan pada klien penyakit

paru obstruktif kronik dengan masalah bersihan jalan napas inefektif”

dengan lebih baik.


DAFTAR PUSTAKA

Ackley, Betty J dkk. 2016, Nursing Diagnosis Handbook: An Evidence-Based Guide


to Planning Care, 11th Edition. Mosby Elsevier. St Louis, Missouri

Alsagaff, H. Mukty, H.A, 2010. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit paru. Surabaya:


Airlanga University Press.

Alvar Agusti. Bartolome R. Celli dkk..2015, Global Strategy for the Diagnosis,
Managemen, and Prevention of Cronic Obtructive Pulmonary Disease,
GOLD, www.goldcopd.org , Diakses pada 17.04.2017

Ambarwati, F. R. 2014. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia. Yogyakarta: Pranama


Ilmu.

Bhowmik, A,. Chahal, K,. & Austin, G. 2009. Improving mucociliary clearance in
chronic obstructive pulmonary diseanse. Respiratory Medicine, 103(4), 496-
502.

Brashers, L,V., 2007. AplikasiKlinis Patofisiologi : Pemeriksaan dan Manajemen ed


2. Jakarta:EGC

Budhi, Antariksa dkk.. 2011 (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia), Penyakit Paru
Obstruktif Kronik: Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan. Jakarta: PDPI
Book

Decramer., Janssens W., Miravitlles M. 2012. Choronic Obstructive Pulmonary


Disease. Lancet 379 (9823): 1341-51.

Heather Herman T.2015.Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017


edisi 10. Jakarta:EGC

Jackson, D .2014. Keperawatan Medikal Bedah edisi 1. Yogyakarta: Rapha


Publisisng.

Khotimah, S.2013. Latihan Endurance Meningkatkan Kualitas Hidup Lebih Baik


dari pada Latihan Pernapasan pada Pasien PPOK di BP4 Yogyakarta. Aport
and Fitness Jurnal, Juni 2013:1.. No.20-32.

69
70

Muttaqin, Arif. 2012. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
Sistem Pernapasan. Jakarta:Salemba Medika

Nugroho, A. Y. 2011. Batuk Efektif Dalam Pengeluaran Dahak Pada Pasien


dengan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas Di Instalasi Rehabilitasi
Medic Rumah Sakit Baptis Kediri. Jurnal STIKES RS. Baptis Kediri.
Volume 4. No. 2 Desember 2011.

Priadi, dkk. 2016 Pengaruh Fisioterapi Dada Terhadap Ekspektorasi Sputum


Dan Peningkatan Saturasi Oksigen Penderita PPOK di RSP Dungus
Madiun. Jurnal Keperawatan Madiun Vol. 3 No. 1 Maret 2016

Riskesdas. 2013. Hasil Laporan Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013, Jakarta:
Bepartemen Kesehatan RI

Setiadi. 2012. Konsep & Penulisan Dokumentasi Asuhan Keperawatan Teori


dan Praktik. Yogyakarta : Graha Ilmu

Smeltzer, Suzanne C. Dan Bare, Brenda G. 2009. Buku Ajar Keperawatan


Medikal Bedah Brunner dan Suddarth Ed 8. Alih bahasa oleh Agung
Wahyono dkk. Jakarta:EGC

Tabrani, R. 2010. Ilmu Penyakit Paru. Jakarta:Trans Info Media

Volpato, Eleonora., dkk. 2015. Relaxation Techniques for people with Choronic
Obstructive Pulmonary Disease: A Syestematic Reviewand a Meta-
Analysis. Hindawi Publishing Corporation, Article ID 628365

Wahid, Abd & Suparto, Imam. 2013. Keperawatan Medikal Bedah (Asuhan.
Keperawatan Pada Gangguan Sistem Respirasi). Jakarta : CV Trans. Info
Media

WHO, Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD), Fact sheet No 315,


November 2012, http:www.who.int/mediacentre/factsheets/fs315/en
Diakses tanggal 13.04.2017.

Wilkinson, Judith M. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan,. Jakarta:EGC

Zaidin Ali.2014. Dasar-dasar Dokumentasi Keperawatan Jakarta:EGC

70
LAMPIRAN
Lampiran 1 : Studi Pendahuluan

Lampiran 2 : Studi Penelitian

71
72
73

Lampiran 3 : Surat Balasan Pendahuluan


74

Lampiran 4 : Surat Balasan Ijin Penelitian


75

Lampiran 5 : Konsul Pembimbing 1


76
77
78
79

Lampiran 6 : Konsul Pembimbing 2


80
81
82
83

Lampiran 7 : Konsul Pembimbing 3


84

Lampiran 8 : Surat Persetujuan Klien 1


85

Lampiran 9 : Surat Persetujuan Klien 2


86

Lampiran 10 :SAP
SATUAN ACARA PENYULUHAN TEKNIK BATUK HUFF

Pokok Bahasan : Teknik Batuk Huff


Sasaran : Klien 1 dan Klien 2
Tanggal : 13-15 Maret 2018 dan 20-22 Mei 2018
Waktu : 30 menit
Tempat : Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan Malang
A. Tujuan Umum
Pada akhir proses penyuluhan klien mampu memahami teknik batuk huff
serta dapat mendemostrasikan Batuk Huff dengan benar.

B. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan klien dapat
1. Menjelaskan definisi batuk huff coughing
2. Menjelaskan tujuan batuk huff coughing
3. Menjelaskan cara batuk huff coughing
4. Manfaat batuk huff coughing
5. Menyebutkan alat yang digunakan
6. Mengetahui etika batuk

C. Sasaran
Klien

D. Materi Terlampir
1. Definisi Batuk Huff
2. Tujuan batuk Huff
3. Cara batuk Huff
4. Alat yang digunakan
5. Etika Batuk
E. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab

F. Media
1. Leaflet

G. Kegiatan Penyuluhan

No Waktu Kegiatan penyuluhan Kegiatan Sasaran


1 3 Pembukaan

menit 1. Salam pembuka 1. Menjawab salam


2. Memperkenalkan diri 2. Memperhatikan
3. Menjelaskan tujuan 3. Memperhatikan
penyuluhan
4. Menyebutkan materi yang 4. Memperhatikan
87

akan diberikan

2. 15 Pelaksanaan
1. Definisi batuk huff
Menit 2. Tujuan batuk huff 1. Memperhatikan
3. Cara batuk huff 2. Memperhatikan
4. Manfaat batuk huff 3. Memperhatikan
5. Alat yang digunakan 4. Memperhatikan
6. Etika Batuk 5. Memperhatikan
6. Memperhatikan

3. 7 Evaluasi
1. Bertanya dan
menit 1. Memberikan kesempatan mendengar jawaban
untuk bertanya 2. Menjelaskan materi
2. Meminta audience
menjelaskan tentang
materi batuk Huff

4. 5 Terminasi

Menit 1. Mengucapkan terima 1. Memperhatikan


kasih atas perhatian yang
diberikan 2. Menjawab salam
2. Mengucapkan salam

H. Penyaji : Joko Waluyo

I. Evaluasi
1. Menjelaskan definisi batuk huff
2. Menjelaskan tujuan batuk huff
3. Menjelaskan cara batuk huff
4. Menjelaskan manfaat batuk huff
5. Menyebutkan alat yang digunakan
6. Mengetahui etika batuk
88

MATERI PENYULUHAN

1. Definisi Batuk Huff


Batuk Huff adalah teknik mengontrol batuk yang dapat digunakan pada
pasien menderita penyakit paru-paru seperti PPOK.
2. Tujuan Batuk Huff
a. Membebaskan jalan nafas dari hambatan dahak
b. Mencegah terjadinya perdarahan
c. Mengurangi sesak nafas akibat penumpukkan dahak
d. Meningkatkan distribusi udara saat bernafas
3. Cara Batuk Huff
a. Untuk menyiapkan paru-paru dan saluran napas dari Teknik Batuk huff,
keluarkan semua udara dari dalam paru-paru dan saluran napas. Mulai
dengan bernapas pelan. Ambil napas secara perlahan, akhiri dengan
mengeluarkan napas secara perlahan selama 3 – 4 detik.
b. Tarik napas secara diafragma, lakukan secara pelan dan nyaman, jangan
sampai overventilasi paru-paru.
c. Setelah menarik napas secara perlahan, tahan napas selama 3 detik,
dilakukan untuk mengontrol napas dan mempersiapkan melakukan batuk
huff secara efektif
d. Angkat dagu agak ke atas, dan gunakan otot perut untuk melakukan
pengeluaran napas cepat sebanyak 3 kali dengan saluran napas dan mulut
terbuka, keluarkan dengan bunyi Ha,ha,ha atau huff, huff, huff. Tindakan
ini membantu epligotis terbuka dan mempermudah pengeluaran mukus.
e. Kontrol napas, kemudian ambil napas pelan 2 kali.
f. Ulangi teknik batuk di atas sampai mukus sampai ke belakang
tenggorokkan
g. Setelah itu batukkan dan keluarkan mukus/dahak.

4. Manfaat batuk Coughing


a. Untuk mengeluarkan secret yang menyumbat jalan nafas
b. Untuk memperingan keluhan saat terjadi sesak nafas

5. Alat Yang Digunakan


a. Tissue/sapu tangan
b. Wadah tertutup tempat penampung dahak
c. Gelas berisi air hangat

6. Mengetahui Etika Batuk


89

Langkah 1
Sedikit berpaling dari orang yang ada disekitar kita, tutup hidung dan mulut
dengan menggunakan tissue atau sapungan atau dengan lengan atas dalam
baju anda setiap kali merasakan dorongan untuk batuk atau bersin.
Langkah 2
Segera buang tissue yang sudah digunakan ketempat sampah
Langkah 3
Ambil kesempatan untuk mencuci tangan dikamar kecil terdekat atau
menggunakan gel pembersih tangan.
Langkah 4
Setelah itu gunakan masker
90

Daftar Pustaka

Bhowmik, A,. Chahal, K,. & Austin, G. 2009. Improving mucociliary clearance in
chronic obstructive pulmonary diseanse. Respiratory Medicine, 103(4),
496-502.
Lampiran 11 : Leaflet

93
94
95

Anda mungkin juga menyukai