Anda di halaman 1dari 12

JURNAL INKUIRI

ISSN: 2252-7893, Vol 5, No. 2, 2016 (hal 8-19)


http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN OTENTIK BERBASIS


SCIENTIFIC LITERACY PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA
SEBAGAI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013
Tutut Widowati1, Nonoh Siti Aminah2, Cari3
1 Magister Pendidikan Sains, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret
Surakarta, 57126, Indonesia
tututwidowati@gmail.com
2 Magister Pendidikan Sains, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret
Surakarta, 57126, Indonesia
nonoh_nst@yahoo.com
3 Magister Pendidikan Sains, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret
Surakarta, 57126, Indonesia
carinln@yahoo.com

Abstrak

Penelitian bertujuan untuk mengetahui proses pengembangan dan kualitas dari instrumen penilaian otentik
berbasis scientific literacy pada pembelajaran Fisika di SMA sebagai implementasi Kurikulum 2013. Penelitian
menggunakan metode Research and Development (R&D). Penelitian utama dilakukan di kelas X-MIA 1 SMA N
5 Surakarta pada tahun pelajaran 2013/2014. Data yang diperoleh berupa: (1) data kualitatif, yaitu hasil
wawancara untuk analisis kebutuhan dan saran serta komentar terhadap kualitas produk dan perangkat (silabus,
RPP, kisi-kisi dan rubrik); dan (2) data kuantitatif, berupa: (a) hasil validasi isi tentang kualitas produk dan
respon produk dilihat dari nilai rata-rata totalnya; (b) hasil validasi konstruk dan reliabilitas lembar observasi dan
angket penilaian; dan (c) taraf kesukaran, daya beda, dan keefektifan pengecoh serta reliabilitas item tes (tes
otentik dan non otentik). Berdasarkan hasil analisis data penelitian dan pembahasan, disimpulkan bahwa: (1)
proses pengembangan instrumen penilaian otentik berbasis scientific literacy pada pembelajaran Fisika di SMA
sebagai implementasi Kurikulum 2013 mengacu pada model 4-D yang dikembangkan oleh Thiagarajan, et.al.,
terdiri dari tahap define, design, develop, dan disseminate; dan (2) kualitas instrumen sangat baik, dilihat dari: (a)
hasil analisis data tahap validasi, yaitu nilai rata-rata validasi isi produk dan validasi isi tiap perangkat memenuhi
kriteria sangat baik; (b) nilai rata-rata respon produk pada tahap uji coba kecil memenuhi kriteria sangat baik; (c)
hasil analisis data uji coba skala besar yang terdiri dari: (i) masing-masing item lembar observasi, angket
penilaian, dan soal evaluasi valid dan reliabel; dan (ii) nilai rata-rata respon produk memenuhi kriteria sangat
baik; (d) nilai rata-rata respon produk pada tahap penyebaran memenuhi kriteria sangat baik; dan (e)
tervalidasinya item tes non otentik dengan nilai reliabilitas yang memenuhi kriteria cukup.
Kata Kunci: penilaian otentik, scientific literacy, pembelajaran Fisika, Kurikulum 2013

Pendahuluan yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia


sebagai pengganti Kurikulum Tingkat Satuan
Berdasarkan Pasal 1 Ayat (19) Undang- Pendidikan (KTSP). Menteri Pendidikan dan
Undang (UU) No 20 Tahun 2003, disebutkan Kebudayaan (Mendikbud) melalui kebijakannya
bahwa, “Kurikulum adalah seperangkat rencana mempertegas bahwa, “Kurikulum 2013
dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan diharapkan dapat menghasilkan insan indonesia
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai yang produktif, kreatif, inovatif, afektif melalui
pedoman penyelenggaraan kegiatan penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan yang terintegrasi” (Kemendikbud, 2013a: 1).
tertentu” (Mendikbud, 2013: 4). Kurikulum Berdasarkan pernyataan Mendikbud,
2013 merupakan hasil perubahan kurikulum

8
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 5, No. 2, 2016 (hal 8-19)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

diintrepetasikan bahwa sistem penilaian pendidik secara utuh tentang perkembangan dan
Kurikulum 2013 menjadi semakin kompleks. pencapaian kompetensi meliputi ranah sikap,
Menurut BSNP (2007: 9), penilaian pengetahuan, dan keterampilan yang dilakukan
adalah oleh peserta didik melalui berbagai teknik
“Serangkaian kegiatan untuk memperoleh, penilaian yang mampu mengungkap,
menganalisis, dan menafsirkan data tentang membuktikan atau menunjukkan secara tepat
proses dan hasil belajar peserta didik yang bahwa tujuan pembelajaran sekaligus
dilakukan secara sistematis dan pembelajaran bermakna telah tercapai. Penilaian
berkesinambungan, sehingga menjadi otentik yang cenderung fokus pada tugas-tugas
informasi yang bermakna dalam kompleks dan kontekstual, memiliki relevansi
pengambilan keputusan.” kuat terhadap pendekatan ilmiah (scientific)
Oleh karena itu, menurut Miller & Leskes, dalam pembelajaran sesuai Kurikulum 2013.
(2005: 1) penilaian selayaknya mampu Penerapan penilaian otentik sebagai
menjawab pertanyaan tentang pembelajaran Standar Penilaian Kurikulum 2013 yang
masing-masing peserta didik, efektivitas suatu diharapkan memberikan dampak positif bagi
mata pelajaran atau program, atau bahkan pendidikan Indonesia ke depan, nyatanya
seluruh institusi. Penilaian sangatlah penting mendapatkan berbagai persepsi dan kritik dalam
dan ketepatan dalam melakukan berbagai teknik perkembangannya. Maruasas (2014: 2) dalam
penilaian menjadi hal yang wajib untuk sebuah media online menyatakan bahwa,
dilakukan. Oleh karena itu, mengacu dari “Penilaian otentik belum sepenuhnya dipahami
Permendikbud No. 66 Tahun 2013 tentang guru”. Hal senada juga diungkapkan oleh
Standar Penilaian, penilaian otentik dirujuk Mohamad (2013: 1) bahwa, “Pada prakteknya
sebagai bentuk penilaian yang mengukur ranah banyak sekolah yang belum mampu
sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara menerapkan standar penilaian yang dilakukan di
berimbang. sekolah sesuai dengan amanat yang tertuang
Penilaian otentik menurut Abdul (2006: dalam permendikbud tersebut”. Selain itu,
186) adalah, “Berdasarkan sebuah survei yang dilakukan
“Proses pengumpulan informasi oleh oleh dosen Universitas Negeri Semarang
pendidik tentang perkembangan dan (Unnes) ditemukan banyak guru yang kesulitan
pencapaian pembelajaran yang di lakukan memahami cara penilaian dalam Kurikulum
siswa melalui berbagai teknik yang mampu 2013” (Margaret, 2013: 1). Ani Rusilowati,
mengungkapkan, membuktikan atau yang melakukan survei terhadap 20 dari 23 guru
menunjukkan secara tepat bahwa tujuan Sekolah Menengah Pertama (SMP) 21
pembelajaran dan kompetensi telah benar- Semarang, menjelaskan bahwa 66% guru masih
benar dikuasai dan dicapai.” kesulitan dalam memahami berbagai model
Secara singkat, Mueller (2005: 2) menyatakan pembelajaran dan 79% guru masih mengalami
bahwa penilaian otentik merupakan suatu kesulitan membuat instrumen penilaian
bentuk penilaian yang menuntut peserta didik (Margaret, 2013: 1).
untuk melakukan tugas-tugas dunia nyata yang Berbagai opini terhadap pelaksanaan
mampu menunjukkan aplikasi secara bermakna penilaian otentik dalam Kurikulum 2013
baik pengetahuan dan keterampilan. mengisyaratkan bahwa, “Pendampingan untuk
Selaras dengan kebijakan Kurikulum dapat mengembangkan penilaian hasil belajar
2013, Kemendikbud (2013b: 4) menyatakan yang tidak sekadar tes, tetapi juga seluruh
bahwa penilaian otentik adalah, “Penilaian yang proses belajar” (Ester, 2013: 2) seperti tuntutan
dilakukan secara komprehensif untuk menilai pada standar penilaian Kurikulum 2013 masih
mulai dari masukan (input), proses, dan sangat dibutuhkan oleh pendidik. Kepala
keluaran (output) pembelajaran, yang meliputi Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 5
ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan”. Surakarta, mengungkapkan bahwa sekolah
Dapat disimpulkan bahwa penilaian otentik pernah mengadakan workshop sistem penilaian
merupakan proses pengumpulan informasi oleh Kurikulum 2013 dengan tujuan yaitu,

9
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 5, No. 2, 2016 (hal 8-19)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

“Meningkatkan kemampuan guru dalam budaya, serta keinginan untuk terlibat dalam
menyusun instrumen penilaian dan isu-isu terkait sains di kehidupan nyata
mengimplementasikannya dalam menjalankan Penilaian berbasis scientific literacy
tugas penilaian. Selain itu, meningkatkan mampu mendorong peserta didik lebih terampil
kemampuan guru dalam mengelola hasil dalam mengamati, bertanya, mengumpulkan
penilaian untuk membuat laporan hasil belajar informasi, bernalar, menyimpulkan, dan
peserta didik” (Himawan, 2013: 1). mengomunikasikan. Scientific literacy yang
Problematika penilaian Kurikulum 2013 menitikberatkan pada penguasaan pengetahuan
semakin menjadi rumit jika mengingat hasil dan pemahaman konsep fundamental,
survey The Programme for International ketrampilan melakukan proses, penyelidikan
Student Assessment (survey PISA), yaitu survei ilmiah, dan penerapannya dalam berbagai
internasional yang diselenggarakan oleh konteks secara luas, mengisyaratkan bahwa
Organization for Economic Cooperation and penilaian berbasis scientific literacy akan
Development (OECD) guna mengukur selaras dan sangat cocok digunakan pada mata
kecakapan peserta didik berusia 15 tahun dalam pelajaran sains khususnya bidang Fisika.
matematika, sains, dan bahasa, yang selalu Fisika sebagai salah satu cabang mata
menuai hasil mengecewakan sejak tahun 2000. pelajaran sains atau Ilmu Pengetahuan Alam
Hasil terakhir pada tahun 2012 yang diikuti oleh (IPA) yang menuntut penguasaan pengetahuan,
peserta didik dari 65 negara, Indonesia kembali sikap, dan keterampilan ilmiah serta
memperoleh hasil buruk yaitu peringkat ke-64 penerapannya dalam kehidupan sehari-hari,
(Abba, 2014: 1). Berdasarkan tulisan Elin selayaknya menerapkan penilaian berbasis
(2013:1), bahwa mayoritas peserta didik scientific literacy dalam mendukung penilaian
Indonesia belum mencapai level 2 untuk sains otentik pada Kurikulum 2013. Penilaian otentik
(66,6%). Lebih memprihatinkan, 24,7% peserta berbasis scientific literacy pada mata pelajaran
didik bahkan belum mencapai level kecakapan Fisika diharapkan dapat memberikan
terendah (level 1) untuk sains. kesempatan kepada peserta didik untuk
Hasil survey PISA yang terus mengecewakan mendapatkan pengalaman yang nyata dan
khususnya untuk aspek scientific literacy, bermakna bagi dirinya, serta menunjukkan
sekiranya bisa menjadi suatu bahan kemampuan berpikir tingkat tinggi yang
pertimbangan, bahwa penilaian pada Kurikulum mengandung dimensi scientific literacy.
2013 juga harus mampu memenuhi standar Harapannya seperti yang diungkapkan oleh
penilaian scientific literacy menurut survey Mendikbud bahwa, “Mereka akan lebih kreatif,
PISA. PISA dalam McGregor & Kearton (2010: inovatif, dan lebih produktif sehingga nantinya
22). mengartikan scientific literacy sebagai mereka bisa sukses dalam menghadapi berbagai
kemampuan untuk menggunakan pengetahuan persoalan dan tantangan di zamannya” (Ester,
sains, mengidentifikasi pertanyaan, dan menarik 2012: 2).
kesimpulan berdasarkan bukti-bukti, dalam Pengembangan instrumen penilaian yang
rangka memahami serta membuat keputusan relevan dan sesuai standar menjadi salah satu
berkenaan dengan alam dan perubahan yang tugas pendidik, khususnya untuk bidang studi
dilakukan terhadap alam melalui aktivitas Fisika, guna diterapkan dalam sistem penilaian
manusia. PISA menyimpulkan bahwa scientific Kurikulum 2013. Keinginan pemerintah
literacy bersifat multidimensional, bukan hanya Indonesia untuk mencapai tujuan pendidikan
pemahaman terhadap pengetahuan sains, sekaligus memperbaiki mutu scientific literacy
melainkan lebih dari itu, yaitu pemahaman di survey PISA, akan benar-benar menuntut
peserta didik selaku manusia yang reflektif pendidik Fisika untuk bekerja ekstra dalam
terhadap karakteristik sains sebagai mengembangkan instrumen penilaian otentik
penyelidikan ilmiah, kesadaran akan betapa berbasis scientific literacy, apalagi jika
pentingnya sains dan teknologi guna dikaitkan dengan kurangnnya referensi,
membentuk lingkungan material, intelektual dan pemahaman, pendampingan, dan pelatihan. Hal
inilah yang kemudian menjadi perhatian untuk

10
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 5, No. 2, 2016 (hal 8-19)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

diadakannya penelitian yang bertujuan untuk digunakan untuk mengetahui nilai validitas dan
mengetahui proses pengembangan dan kualitas reliabilitas butir lembar observasi. Sedangkan
dari instrumen penilaian otentik berbasis angket yang terdiri dari: (1) angket validasi,
scientific literacy pada pembelajaran Fisika di digunakan untuk memperoleh data valitas isi
SMA sebagai implementasi Kurikulum 2013. produk; (2) angket respon produk, digunakan
untuk mendapatkan data respon produk; dan (3)
angket penilaian diri dan teman sejawat,
Metode Penelitian digunakan untuk mengetahui nilai validitas dan
reliabilitas butir masing-masing angket
Metode penelitian yang digunakan adalah
Research and Development (R&D) dengan
model 4-D (Four-D Model) yang dikembangkan Hasil Penelitian dan Pembahasan
oleh S. Thiagarajan, et. al. Model 4-D
merupakan model penelitian dan pengembangan Hasil penelitian adalah produk berupa
yang memiliki empat tahapan, yaitu tahap instrumen penilaian otentik berbasis scientific
define (pendefinisian), tahap design literacy pada pembelajaran Fisika di SMA
(perencanaan), tahap develop (pengembangan), sebagai implementasi Kurikulum 2013, yaitu
dan tahap disseminate (penyebaran). Model 4-D untuk kelas X Semester 2 pada materi Suhu dan
dirasa cocok untuk digunakan dalam penelitian Kalor.
guna pengembangan instrumen penilaian otentik Tahap define (pendefinisian) yang telah
berbasis scientific literacy pada pembelajaran dilakukan memberikan beberapa hasil
Fisika sebagai implementasi Kurikulum 2013. penelitian. Pertama, draf wawancara yang siap
Subyek yang diteliti adalah produk digunakan, terdiri dari pokok bahasan sebagai
pengembangan berupa instrumen penilaian berikut: (1) pelaksanaan penilaian otentik,
otentik berbasis scientific literacy pada meliputi: kompetensi pendidik pada aspek
pembelajaran Fisika sebagai implementasi penilaian, rancangan penilaian otentik, dan
Kurikulum 2013. Produk divalidasi oleh sosialisasi penilaian otentik terhadap peserta
validator, yang terdiri dari dua orang ahli, dua didik; (2) pengembangan bentuk penilaian
reviewer, dan dua peer-reviewer. Produk otentik, yang hanya terdiri dari penilaian
pengembangan juga diteliti oleh pendidik Fisika berbasis scientific literacy; dan (3) dampak
serta peserta didik kelas X SMA yang sedang penilaian otentik yang terdiri dari hasil penilaian
melaksanakan pembelajaran Fisika pada peserta didik dan refleksi dari proses penilaian;
semester 2 tahun pelajaran 2013/2014 dengan serta (4) kebutuhan pendidik yang terdiri dari
menggunakan Kurikulum 2013. Penelitian pentingnya akan dan respon terhadap
utama di kelas dilakukan di kelas X-MIA 1 pengembangan instrumen penilaian otentik
SMA N 5 Surakarta yang terdiri dari 32 peserta berbasis scientific literacy.
didik. Sedangkan 10 pendidik Fisika kelas X Kedua, diperoleh hasil analisis yang
SMA yang diteliti berasal dari beberapa sekolah berpedoman pada hasil wawancara yang
negeri dan swasta di wilayah Surakarta dan berhasil didapatkan. Analisis kurikulum 2013
sekitarnya. menghasilkan keputusan bahwa diperlukan
Data tentang kualitas produk pengembangan instrumen penilaian otentik
pengembangan diperoleh dari sumber data yang berbasis scientific literacy sebagai implementasi
telah ditentukan dengan menggunakan teknik Kurikulum 2013 pada pembelajaran Fisika.
probabilitas sampling dengan cara acak. Analisis peserta didik menghasilkan keputusan
Sedangkan instrumen pengumpulan data yang bahwa dengan kemampuan berfikir secara
digunakan terdiri dari instrumen wawancara, abstrak, menalar secara logis, dan menarik
tes, lembar observasi, dan angket. Wawancara kesimpulan dari informasi yang tersedia dari
digunakan untuk memperoleh data analisis peserta didik, instrumen penilaian otentik
kebutuhan. Tes digunakan untuk mengetahui berbasis scientific literacy yang dikembangkan
kevalidan dan reliabilitas item. Lembar disesuaikan dengan karakteristik tersebut.
observasi

11
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 5, No. 2, 2016 (hal 8-19)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

Analisis materi menghasilkan peta Selanjutnya, dilakukan pemilihan media


konsep dan perumusan pengetahuan prosedural dengan hasil seperti pada Tabel 2.
dan faktual untuk materi Suhu dan Kalor. Tabel 2. Media Penilaian dalam Instrumen
Materi tersebut disusun dari hal-hal yang Penilaian Otentik Berbasis Scientific
konkret melalui proses ilmiah menuju ke hal-hal Literacy
yang lebih abstrak, sehingga diharapkan dapat Ranah
memudahkan peserta didik dalam proses Bentuk Penggunaan Kompetensi
Media Media yang dapat
pemahamannya, serta sesuai dengan KI dan KD Dinilai
dalam Kurikulum 2013. Analisis tugas Lembar Setiap pertemuan - Ranah Sikap
menghasilkan bentuk tugas baik individu Diskusi pembelajaran materi - Ranah
maupun kelompok, berupa lembar diskusi, tugas Suhu dan Kalor Pengetahuan
- Ranah
mandiri, dan tugas proyek, yang kesemuanya Ketrampilan
akan terdapat pada instrumen penilaian yang Evaluasi Setiap akhir - Ranah
dikembangkan dalam penelitian ini. Terakhir, pertemuan Pengetahuan
dilakukan penetapan tujuan pembelajaran pembelajaran materi
dengan merumuskan indikator sesuai Suhu dan Kalor
Tugas Diberikan kepada - Ranah
kompetensi yang hendak dicapai dalam mandiri peserta didik setiap Pengetahuan
Kurikulum 2013 dan didasarkan atas hasil akhir pertemuan
analisis sebelumnya. Tujuan pembelajaran yang pembelajaran materi
tercantum dalam RPP, merupakan dasar untuk Suhu dan Kalor
Tugas Diberikan kepada - Ranah Sikap
menyusun tes dan desain instruksional pada
Proyek peserta didik pada (ket: jika
produk pengembangan. Individu pertemuan 1 dan dilakukan
Tahap design (perencanaan) menjadi pertemuan 4 presentasi)
tahapan yang harus dilalui setelah melakukan pembelajaran materi - Ranah
tahap define (pendefinisian), juga memberikan Suhu dan Kalor Pengetahuan
- Ranah
beberapa hasil penelitian. Penentuan tes acuan Ketrampilan
patokan menghasilkan butir-butir soal tes (ket: jika
otentik, yaitu yang tes tiap akhir pertemuan dilakukan
pembelajaran materi Suhu dan Kalor. Selain itu, presentasi)
dikembangkan pula tes non otentik, yaitu tes Tugas Diberikan kepada - Ranah Sikap
Proyek peserta didik pada (ket: jika
pada akhir materi pokok Suhu dan Kalor. Kelomp pertemuan 1 dan dilakukan
Nantinya, semua tes tersebut akan menjadi ok pertemuan 4 presentasi)
bagian isi dalam instrumen penilaian otentik pembelajaran materi - Ranah
berbasis scientific literacy yang dikembangkan -
Suhu dan Kalor - Pengetahua
dalam penelitian ini. Rinciannya dapat dilihat di - Ranah
Tabel 1. Ketrampilan
Tabel 1. Bentuk Tes dalam Instrumen Penilaian (ket: jika
Otentik Berbasis Scientific Literacy dilakukan
Bentuk presentasi)
Pelaksanaan Tes Jumlah Soal Soal Diberikan kepada - Ranah
Tes
Pilihan Pertemuan akhir 30 soal Latihan peserta didik Pengetahuan
Ganda untuk materi Suhu menjelang
dan kalor. pertemuan tes
Uraian Setiap akhir - Pada pertemuan 1 materi Suhu dan
pertemuan terdapat lima soal Kalor
pembelajaran - Pada pertemuan 2 Tes (non Pada pertemuan tes - Ranah
materi Suhu dan terdapat empat otentik) materi Suhu dan Pengetahuan
Kalor. soal Kalor
- Pada pertemuan 3
terdapat delapan Sedangkan untuk format instrumen penilaian
soal
- Pada pertemuan 4 yang dikembangkan, disusun berdasarkan tes
terdapat lima soal acuan patokan dan media yang telah ditentukan
dengan disesuaikan format penilaian otentik

12
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 5, No. 2, 2016 (hal 8-19)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

pada Kurikulum 2013 dan sintaks dari scientific Tabel 4. Perbaikan Draf I dan Perangkatnya
literacy. Akhirnya, dihasilkan rancangan awal Jenis Draf Perbaikan
produk atau draf I yang terdiri dari draf Penilaian Penambahan sumber pustaka pada
Otentik gambar, keterangan gambar ditulis
penilaian otentik I dan draf panduan penilaian Fisika I dengan lebih singkat dan jelas,
otentik Fisika I. Draf I beserta perangkatnya perbaikan beberapa gambar, pencetakan
kemudian dikonsultasikan dengan kedua dosen yang lebih bagus, perbaikan dalam
penggunaan bahasa dan kosa kata,
pembimbing untuk mendapatkan perbaikan. pengaturan paragraf dalam penulisan,
Draf I dan perangkat yang telah direvisi perbaikan untuk beberapa kesalahan
kemudian digunakan pada tahap develop. penulisan kata dan kalimat, penyesuaian
kolom untuk penulisan rumus maupun
Tahap develop (pengembangan) kalimat jawaban peserta didik.
merupakan tahap berikutnya yang terdiri dari Panduan Direvisinya beberapa tabel, perbaikan
Penilaian beberapa judul pedoman instrumen
tiga rangkaian kegiatan yaitu validasi, uji coba Otentik penilaian, direvisinya indikator atau
skala kecil dan uji coba skala besar. Pada Fisika I pernyataan negatif dalam beberapa
masing-masing kegiatan tersebut, diperoleh pedoman instrumen penilaian,
direvisinya pernyataan yang masih
penilaian terhadap draf yang telah disusun, memiliki lebih dari satu komponen
hingga diperoleh produk akhir pengembangan untuk dinilai pada beberapa pedoman
instrumen penilaian, indikator atau
yang disebarkan pada tahap disseminate. pernyataan yang terdapat dalam
Pada tahap validasi, draf I yang terdiri pedoman instrumen penilaian ditulis
dari draf penilaian otentik Fisika I dan draf secara lebih singkat dan jelas, perbaikan
terhadap beberapa kesalahan penulisan,
panduan penilaian otentik Fisika I beserta direvisinya beberapa tabel yang belum
perangkatnya memperoleh penilaian dari memiliki heading table, dan
masing-masing validator. Rangkuman dari nilai dimasukkannya kisi-kisi dan rubrik
instrumen penilaian pada bagian
yang telah diperoleh dapat dilihat di Tabel 3. lampiran.
Perangkat Lebih detail dalam menjabarkan
Tabel 3. Hasil Validasi Isi Draf I
rancangan kegiatan pada RPP,
Validator menambah metode pembelajaran pada
Total
Jenis Peer RPP, menambah materi prosedural pada
Revie- rata- Kriteria
Draf Ahli Revie- rata RPP, perbaikan penulisan di RPP dan
wer kisi-kisi instrumen penilaian, digantinya
wer
Draf kalimat negatif yang masih terdapat
Penilaian Sangat dalam kisi-kisi instrumen penilaian,
Otentik 3,56 3,51 3,31 3,46 direvisinya beberapa indikator dalam
baik
Fisika I kisi-kisi instrumen penilaian, dan
Draf direvisinya indikator yang masih
Panduan memiliki lebih dari satu komponen
Sangat untuk dinilai dalam kisi-kisi instrumen
Penilaian 3,51 3,43 3,56 3,50
baik penilaian.
Otentik
Fisika I
Sangat Draf I yang telah berhasil direvisi disebut
Nilai rata-rata draf I 3,48 dengan draf II, dan draf II selanjutnya diuji coba
baik
skala kecil untuk mendapatkan penilaian
Berdasarkan Tabel 3., draf I mendapatkan
kembali.
nilai rata-rata 3,48 (sangat baik). Demikian
Pada tahap ini juga dilakukan uji coba
halnya dengan perangkat yang terdiri dari
item tes non otentik dalam penilaian otentik
silabus, RPP, kisi-kisi dan rubrik instrumen
Fisika. Uji coba dilakukan sebanyak dua kali
penilaian memiliki kriteria sangat baik dengan
guna mengetahui nilai validitas dan
nilai rata-rata untuk masing-masingnya lebih
reliabilitasnya. Data yang diperoleh kemudian
dari 3,25. Jadi, dapat dikatakan bahwa draf I
dianalisis dengan program QUEST.
dan perangkatnya layak digunakan untuk tahap
Berdasarkan hasil analisis uji coba I, akan
berikutnya. Namun demikian, adanya saran dan
diketahui jumlah soal yang masih perlu direvisi.
komentar dari para validator, menjadi bahan
pertimbangan untuk dilakukannya revisi pada
draf I dan perangkatnya. Revisi yang dilakukan
pada perangkat dan draf I dapat dilihat di Tabel
4.

13
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 5, No. 2, 2016 (hal 8-19)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

Tabel 5. Rangkuman Hasil Uji Coba Item Tes I Tabel 6. Rangkuman Hasil Analisis Uji Coba
Kriteria Nilai Hasil Uji I Item Tes I
Jumlah soal 30
Jumlah peserta tes 27 Jenis Jumlah
Skor rata-rata 15.22 Klasifikasi Nomor Item Ket.
Analisis Item
Standar deviasi 3.33
Taraf Mudah 4, 6, 8, 15, 5 -
Skor terendah 9
Kesukar (0,7 < P ≤ 25
Skor tertinggi 21
-an Item 1,00)
Median 15
Koefisisen
0.46 Sedang 1, 2, 3, 5, 18 -
reliabilitas
(0,3 ≤ P ≤ 7,9, 10, 11,
Berdasarkan Tabel 5., dapat diketahui 0,7) 12, 14, 17,
18, 19, 21,
nilai reliabilitas item tes yaitu sebesar 0,46. 22, 28, 29,
Menurut teknik formula Kuder-Richardson-20 30
atau KR-20, reliabilitas item tes tersebut Sukar 16, 20, 6 -
(P < 0,3) 23,24, 26,
tergolong cukup. Dengan demikian, berdasarkan 27
nilai reliabilitas yang diperoleh, maka item tes Daya 0,40 atau 2, 7, 10, 15, 8
cukup memenuhi kriteria untuk terpenuhinya Pembe- lebih 17, 27, 28, 30
da Item diterima
kualitas instrumen penilaian yang baik. 0,30– 3, 8, 9, 11, 6
Selanjutnya, dilakukan analisis item tes untuk 0,39 12, 29
mengetahui kevalidan item dilihat dari taraf 0,20– 6, 16, 19, 21, 5 direvisi
0,29 25
kesukaran item, daya pembeda item, dan kurang 1, 4, 5, 14, 10 direvisi/
keefektifan pengecoh serta nilai INFIT MNSQ dari 0,20 18, 20, 22, ditolak
23, 24, 26
yang terangkum dalam Tabel 6. Keefekti 4 1, 2, 3, 4, 5, 29 baik
Berdasarkan rangkuman hasil analisis -fan pengecoh 6, 7, 8, 9, 10,
item tes pada Tabel 6., hanya terdapat 29 item Penge- berfungsi 11, 12, 14,
coh 15, 16, 17,
tes yang diuji. Satu item tes yaitu nomor 13 18, 19, 20,
diralat karena penulisan alternatif jawaban yang 21, 22, 23,
salah dan akan direvisi untuk digunakan pada 24, 25, 26,
27, 28, 29, 30
uji item tes berikutnya. Berdasarkan Tabel 6., 3 - - tidak
dibuat keputusan penerimaan item tes pengecoh baik
berfungsi
berdasarkan kriteria penerimaan menurut Elvin 2 - - tidak
(2010: 336), yaitu: (1) item diterima, jika item pengecoh baik
memenuhi semua kriteria; (2) item direvisi, jika berfungsi
1 - - tidak
salah satu atau lebih dari ketiga kriteria pengecoh baik
karakteristik item soal tidak diterima; dan (3) berfungsi
item ditolak, jika item memiliki karakteristik INFIT INFIT 1, 23 2 belum fit
MNSQ MNSQ > dengan
yang tidak memenuhi semua kriteria. 1,30 model
Berdasarkan kriteria penerimaan dan hasil Rasch
0,77 ≤ 2, 3, 4, 5, 6, 27 fit
konsultasi dosen pembimbing, dapat diambil INFIT 7, 8, 9, 10, dengan
keputusan bahwa item tes yang diterima dan MNSQ ≤ 11, 12, 14, model
bisa langsung digunakan sebanyak 14 item, 1,30 15, 16, 17, Rasch
18, 19, 20,
sehingga jumlah soal yang perlu direvisi 21, 22, 24,
sebanyak 16 item. Selanjutnya, item-item yang 25, 26, 27,
telah direvisi diujicobakan kembali dengan 28, 29, 30
INFIT - -
item yang diterima pada MNSQ <
uji coba tes II. 0,77

Melalui teknik analisis yang sama pada


uji coba tes I, namun dengan jumlah soal yang
dianalisis sebanyak 30 butir, hasil analisis uji
coba yang kedua menghasilkan nilai reliabilitas
sebesar 0,57 dan dengan 11 soal yang masih

14
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 5, No. 2, 2016 (hal 8-19)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

perlu direvisi. Setelah semua soal direvisi, soal pembelajaran dengan menggunakan draf
nantinya digabungkan dengan soal yang penilaian otentik Fisika III selama empat kali
diterima untuk digunakan dalam tes pada pertemuan ditambah pertemuan tes, masing-
penilaian otentik Fisika. masing dari mereka memberikan penilaian
Pada tahap uji coba skala kecil, setelah berikut saran dan komentar terhadap draf
mengamati dan meneliti isi dan tampilan tersebut. Selama melaksanakan uji coba
keseluruhan draf II, tiga pendidik memberikan tersebut, hanya beberapa bagian dari draf
penilaian beserta saran dan komentar untuk draf penilaian otentik Fisika III yang digunakan.
penilaian otentik Fisika II dan draf panduan Namun demikian, peserta didik dianggap sudah
penilaian otentik Fisika II. Sedangkan untuk memahami secara garis besar draf penilaian
peserta didik, setelah mencoba mengerjakan otentik Fisika III dan dinilai layak untuk
sebagian tugas pada pertemuan I dari draf memberikan penilaian terhadap produk tersebut.
penilaian otentik Fisika II, masing-masing dari Tabel 8. Hasil Angket Respon pada Uji Coba
mereka memberikan penilaian berikut saran dan Skala Besar
komentar untuk draf tersebut. Draf
Draf Penilaian Panduan
Hasil angket respon produk pada tahap Otentik Fisika Penilaian
uji coba kecil, baik dari pendidik maupun dari III Otentik Kriteria
peserta didik, dapat dilihat pada Tabel 7. Fisika III
Peserta
Pendidik Pendidik
Tabel 7. Hasil Angket Respon pada Uji Coba didik
Skala Kecil Nilai rata- Sangat
rata 3,52 3,48 3,58
Draf baik
Panduan Nilai rata-
Draf Penilaian Sangat
Penilaian rata tiap 3,50 3,58
Otentik Fisika II baik
Otentik Kriteria draf
Fisika II Nilai rata- Sangat
Peserta 3,54
Pendidik Pendidik rata akhir baik
didik
Nilai rata-
3,51 3,45 3,55
Sangat Berdasarkan penilaian seluruh responden
rata baik
Nilai rata-
dalam uji coba skala besar, draf III memperoleh
Sangat nilai rata-rata 3,54 (sangat baik) dan layak
rata tiap 3,48 3,55
baik
draf digunakan pada tahap berikutnya. Namun
Nilai rata- Sangat
rata akhir
3,50
baik demikian, masih ada saran yang menjadi bahan
pertimbangan untuk memperbaiki draf III
Berdasarkan penilaian dari keseluruhan kembali. Revisi yang dilakukan terhadap draf
responden dalam uji coba skala kecil, draf II III adalah perbaikan beberapa kesalahan
memperoleh nilai rata-rata 3,50 (sangat baik) penulisan pada draf III dan perbaikan sistem
dan layak digunakan pada tahap pengembangan penskoran serta format yang sesuai Kurikulum
berikutnya. Meskipun begitu, masih ada saran 2013. Draf III yang telah direvisi disebut
yang menjadi bahan pertimbangan untuk dengan draf akhir, dan draf ini merupakan
memperbaiki draf II. Revisi yang dilakukan produk pengembangan yang akan digunakan
terhadap draf II adalah adanya perbaikan untuk pada tahap disseminate.
beberapa masalah tata tulis, penggunaan istilah, Pendidik yang menjadi pendamping di
dan format tabel pada draf II. Draf II yang telah kelas penelitian juga memberikan respon,
direvisi disebut dengan draf III dan draf inilah bahwa meskipun akan merasa kesulitan dan
yang digunakan untuk uji coba skala besar. membutuhkan waktu yang lama jika harus
Pada tahap uji coba skala besar, setelah menyusun sekaligus menyelenggarakan
mengamati dan meneliti isi keseluruhan dari instrumen penilaian otentik berbasis scientific
draf III, tujuh pendidik memberikan penilaian literacy, tetapi instrumen tersebut layak untuk
beserta saran dan komentar untuk draf penilaian digunakan dan dikembangkan. Belum
otentik Fisika III dan draf panduan penilaian ditemuinya kesulitan yang berarti dalam
otentik Fisika III. Sedangkan untuk peserta melakukan rekapitulasi nilai dan
didik, setelah melaksanakan uji coba model mengintrepetasikan hasil penilaian, kemampuan

15
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 5, No. 2, 2016 (hal 8-19)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

instrumen dalam merangsang peserta didik meneliti, dan memahami isi dari draf akhir,
untuk berpartisipasi aktif dalam penilaian, dan masing-masing responden kemudian
respon baik/positif dari peserta didik menjadi memberikan penilaiannya ke dalam angket
landasan dari pertimbangan pendidik. penilaian.
Selain data respon, didapatkan hasil Tabel 9. Hasil Angket Respon pada Tahap
jawaban soal evaluasi tiap pertemuan dengan Penyebaran
penilaian otentik Fisika dari peserta didik dan Aspek
Hasil Penilaian
Kriteria
Draf Akhir
hasil isian lembar observasi serta angket Kaidah penulisan 3,60 Sangat baik
penilaian guna mengetahui nilai validitas dan Kejelasan produk 3,70 Sangat baik
reliabilitasnya. Data hasil jawaban soal evaluasi Sistematika 3,70 Sangat baik
tiap pertemuan Fisika dari peserta didik yang Kesesuaian isi 3,60 Sangat baik
Nilai rata-rata akhir 3,65 Sangat baik
diperoleh kemudian dianalisis dengan program
QUEST. Sedangkan data hasil isian lembar Berdasarkan hasil penilaian dari seluruh
observasi serta angket penilaian dianalisis responden, produk pengembangan mendapatkan
dengan SPSS program SPSS 18.0. Berdasarkan nilai rata-rata 3,65 (sangat baik). Hal ini
hasil analisis, diperoleh hasil bahwa semua soal menandakan bahwa draf akhir memiliki kualitas
evaluasi dan item masing-masing lembar sangat baik dan layak untuk digunakan bagi
observasi serta angket penilaian memenuhi kepentingan maupun masyarakat luas. Revisi
kriteria valid dan reliabel. dilakukan atas beberapa saran yang diberikan
Di sisi lain, hasil jawaban (lembar terkait perbaikan format isi draf akhir serta
diskusi, soal evaluasi, soal latihan, dan tes non perbaikan proses pencetakan. Draf akhir yang
otentik) menjadi bahan analisis untuk telah direvisi inilah yang disebut dengan produk
mengintrepetasikan secara garis besar kinerja akhir pengembangan, yaitu instrumen penilaian
peserta didik. Hasilnya, masih banyak dari otentik berbasis scientific literacy pada
mereka yang belum mampu menjawab pembelajaran Fisika sebagai implementasi
pertanyaan sesuai kunci jawaban yang ada. Kurikulum 2013 di SMA.
Selain itu, penilaian terhadap karakter peserta Produk yang berhasil dikembangkan
didik melalui hasil jawaban untuk pertanyaan setelah melalui empat tahapan menurut model
yang bersifat terbuka, digunakan sebagai bahan 4-D, akhirnya dinilai kualitasnya guna
pendukung bagi pendidik dalam mengetahui layak/tidaknya produk untuk
mengintepretasi hasil penilaian aspek sikap dan digunakan oleh khalayak luas. Kualitas
ketrampilan melalui lembar observasi dan instrumen yang dikembangkan dilihat dari: (a)
angket. Sedangkan pertanyaan bersifat tertutup hasil analisis data validasi, antara lain: (i) nilai
hanya dapat digunakan untuk menilai aspek rata-rata validasi isi produk pada tahap validasi,
pengetahuan peserta didik. Kesimpulan dari yaitu sebesar 3,48 yang berarti memenuhi
hasil intepretasi adalah peserta didik perlu kriteria sangat baik; (ii) nilai validasi isi tiap
dibiasakan untuk mendapatkan penilaian yang perangkat pada tahap validasi yang memenuhi
bermakna, yang mampu menilai secara kriteria sangat baik dengan nilai rata-rata
keseluruhan dan mendetail setiap aspek sikap, masing-masing perangkat > 3,25; (b) nilai rata-
pengetahuan, dan ketrampilan. rata respon produk pada tahap uji coba kecil
Tahap disseminate (penyebaran) sebesar 3,50 yang berarti memenuhi kriteria
merupakan tahap akhir penelitian. Pada tahap sangat baik; (c) hasil analisis data uji coba skala
ini, draf akhir beserta angket penilaian diberikan besar yang terdiri dari: (i) kevalidan dan
secara langsung kepada kesepuluh responden reliabilitas dari masing-masing lembar
secara terpisah. Kesepuluh responden observasi; (ii) kevalidan dan reliabilitas dari
merupakan pendidik Fisika kelas X SMA yang masing-masing angket penilaian diri; (iii)
menyelenggarakan pembelajaran sesuai kevalidan dan reliabilitas dari masing-masing
Kurikulum 2013 dan dinilai layak untuk angket penilaian teman sejawat; (iv) kevalidan
memberikan penilaian terhadap draf akhir dan reliabilitas dari soal evaluasi tiap pertemuan
dalam penelitian ini. Setelah mengamati, Fisika; dan (v) nilai rata-rata respon produk

16
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 5, No. 2, 2016 (hal 8-19)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

pada tahap uji coba besar sebesar 3,54 yang Penilaian otentik Fisika juga memuat beberapa
berarti memenuhi kriteria sangat baik; (d) nilai gambar terkait dengan desain karya yang akan
rata-rata respon produk pada tahap penyebaran dihasilkan oleh peserta didik guna membantu
sebesar 3,65 yang berarti memenuhi kriteria mereka dalam mempelajari dan memahami
sangat baik; dan (e) Kevalidan dan reliabilitas isinya. Penilaian otentik Fisika dan panduan
sebesar 0,565 dari soal tes non otentik Fisika. penilaian otentik Fisika yang merupakan produk
Berdasarkan keseluruhan hasil tersebut, akhir dari pengembangan instrumen penilaian
menunjukkan bahwa instrumen tersebut otentik berbasis scientific literacy, diharapkan
memiliki kualitas yang sangat baik. dapat membantu para pendidik, khususnya
Instrumen penilaian otentik berbasis pendidik Fisika kelas X SMA, dalam
scientific literacy yang terdiri dari penilaian menyelenggarakan pembelajaran sekaligus
otentik Fisika dan panduan penilaian otentik penilaian sesuai implementasi Kurikulum 2013.
Fisika, nyatanya memang disusun secara
terpadu, sistematis, dan rapi, serta telah
disesuaikan dengan kebijakan yang ada di Kesimpulan dan Rekomendasi
Kurikulum 2013. Penilaian otentik Fisika
Berdasarkan hasil analisis data dan
merupakan panduan yang diberikan pendidik
pembahasan dalam penelitian ini, dapat
kepada peserta didik untuk melaksanakan
diperoleh kesimpulan bahwa: (1) Proses
pembelajaran dengan menggunakan instrumen
pengembangan instrumen penilaian otentik
penilaian otentik berbasis scientific literacy.
berbasis scientific literacy pada pembelajaran
Penilaian otentik Fisika terdiri dari sejumlah
Fisika di SMA sebagai implementasi Kurikulum
desain karya yang akan dikerjakan oleh peserta
2013 mengacu pada model 4-D yang
didik, terdiri dari empat kali pertemuan
dikembangkan oleh Thiagarajan, et.al., terdiri
pembelajaran, satu kali pertemuan latihan soal,
dari: (a) tahap define; (b) tahap design; (c) tahap
dan satu kali pertemuan tes. Indikator yang
develop; (d) tahap disseminate; dan (2) Kualitas
hendak dicapai melalui berbagai desain karya
instrumen penilaian otentik berbasis scientific
pada masing-masing pertemuan juga terdapat
literacy pada pembelajaran Fisika di SMA
pada penilaian otentik Fisika. Selain itu,
sebagai implementasi Kurikulum 2013 dinilai
petunjuk untuk beberapa tugas juga dilampirkan
sangat baik. Kualitas tersebut dilihat dari
dalam penilaian otentik Fisika. Nantinya, karya
kevalidan dan reliabilitas produk serta respon
yang dihasilkan oleh masing-masing peserta
produk. Hal ini dapat diuraikan sebagai berikut:
didik akan dinilai dengan panduan penilaian
(a) Hasil analisis data validasi, yaitu nilai rata-
otentik Fisika yang dimiliki oleh pendidik.
rata validasi isi produk dan validasi isi tiap
Dengan demikian, panduan penilaian otentik
perangkat memenuhi kriteria sangat baik; (b)
Fisika merupakan panduan yang berisi
Nilai rata-rata respon produk pada tahap uji
sekumpulan pedoman untuk guru dalam
coba kecil memenuhi kriteria sangat baik; (c)
melakukan penilaian terhadap kompetensi yang
Hasil analisis data uji coba skala besar yang
dimiliki oleh peserta didik baik sikap,
terdiri dari: (i) masing-masing item lembar
pengetahuan, maupun ketrampilan, sesuai
observasi valid dan reliabel; (ii) masing-masing
dengan skenario pembelajaran menurut
item angket penilaian diri valid dan reliabel;
penilaian otentik Fisika. Kisi-kisi dan rubrik
(iii) masing-masing item angket penilaian teman
instrumen penilaian juga terlampir dalam
sejawat valid dan reliabel; (iv) masing-masing
panduan penilaian otentik Fisika, sehingga
soal evaluasi tiap pertemuan Fisika valid (taraf
diharapkan dapat membantu pendidik dalam
kesukaran dan daya pembeda) dan reliabel; dan
menggunakan panduan tersebut.
(v) nilai rata-rata respon produk memenuhi
Instrumen penilaian otentik berbasis
kriteria sangat baik; (d) nilai rata-rata respon
scientific literacy yang terdiri dari penilaian
produk pada tahap penyebaran memenuhi
otentik Fisika dan panduan penilaian otentik
kriteria sangat baik; dan (e) tervalidasinya (taraf
Fisika, dilengkapi dengan tampilan grafis yang
kesukaran, daya pembeda, dan
membuat tampilan produk semakin menarik.
proporsi/distribusi alternatif jawaban) soal tes

17
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 5, No. 2, 2016 (hal 8-19)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

non otentik Fisika dengan nilai reliabilitas yang Kabupaten Sleman Menggunakan Pendekatan
memenuhi kriteria cukup. Teori Tes Klasik dan Teori Respon Butir.
Rekomendasi atau sumbangan ide Prosiding Seminar Nasional Fisika dan
berkaitan dengan peningkatan kualitas penilaian Pendidikan Science. Hlm: 335-342.
Surakarta. FKIP Universitas Sebelas Maret.
dalam pembelajaran Fisika di Kurikulum 2013,
Ester Lince Napitupulu. (2012). Kurikulum Baru
antara lain: (1) Pendidik wajib mendukung Berbasis Pendekatan Sains. Diperoleh 1
penuh dan aktif mengikuti setiap program Januari 2014, dari
pelatihan, pendampingan, maupun program http://edukasi.kompas.com/read/2012/11/26/0
sejenis lainnya guna meningkatkan kualitas 8344414/Kurikulum.Baru.Berbasis.Pendekata
yang dimiliki dalam mengembangkan dan n.Sains.
melaksanakan penilaian yang berkualitas sesuai . (2013). Guru masih
yang diharapkan dalam Kurikulum 2013. Kebingungan Soal Kurikulum 2013.
Pendidik selayaknya mau dan mampu Diperoleh 1 Januari 2014, dari
mengembangkan penilaian yang menyeluruh http://edukasi.kompas.com/read/2013/04/02/1
7341915/Guru.Masih.Kebingungan.soal.Kuri
dan bermakna bagi peserta didik serta
kulum.2013.
membantu mereka untuk dapat ber-scientific Himawan Ardhi Ristanto. (2013). Kurikulum 2013-
literacy guna kehidupannya kelak. Harapannya, SMAN 5 Solo Gelar Workshop. Diperoleh 10
diperolah insan berkualitas sesuai cita-cita September 2014, dari
Kurikulum 2013; dan (2) Peneliti lain yang http://www.solopos.com/2013/11/24/kurikulu
berminat melakukan penelitian sejenis, dapat m-2013-sman-5-solo-gelar-work shop -
menjadikan instrumen penilaian otentik berbasis 467830.
scientific literacy sebagai bahan rujukan dalam Kemendikbud. (2013a). Pedoman Kegiatan
pengembangan instrumen penilaian berikutnya, Pendampingan Implementasi Kurikulum 2013
baik untuk materi yang sama atau berbeda. bagi Pengawas Sekolah, Kepala Sekolah, dan
Guru Inti. Jakarta: Kementrian Pendidikan
Hendaknya, peneliti lain dapat melakukan
dan Kebudayaan.
penelitian lanjutan yang lebih mendalam dan Kemendikbud. (2013b). Model Penilaian Hasil
komprehensif, sehingga dapat memperkaya Belajar Peserta Didik. Jakarta: Kementrian
penilaian otentik lainnya dan dapat membantu Pendidikan dan Kebudayaan.
dalam mewujudkan penilaian yang berkualitas Margaret Puspitarini. (2013). Masih Banyak Guru
serta mengatasi berbagai permasalahan Kesulitan Implementasi Kurikulum 2013.
penilaian yang terjadi selama ini. Diperoleh 14 Oktober 2014, dari
http://kampus.okezone.
com/read/2013/12/16/560/913092/masih-
Daftar Pustaka banyak-guru-kesulitan-implementasi-
kurikulum-baru.
Abdul Majid. (2006). Perencanaan Pembelajaran. Maruasas Sianturi. (2014). Implementasi Kurikulum
Bandung: PT. Remaja Rosda Karya 2013. Diperoleh 12 Oktober 2014, dari
Abba Gabrillin. (2014). Anies Baswedan Sebut http://edukasi.kompasiana
Pendidikan Indoenesia Gawat Darurat. .com/2014/05/14/kasus-kurikulum-2013 -
Diperoleh 15 Desember 2014, dari 655425.html.
http://edukasi.kompas.com/read/2014/12/01/1 McGregor, D. & Kearton, G. (2010). What do
3455441/Anies.Baswedan.Sebut.Pendidikan.I Researchers Say about Scientific Literacy in
ndonesia.Gawat.Darurat. Schools. EIS: Research Focus, p:22-23.
BSNP. (2007). Standar Proses: Untuk Satuan Mendikbud. (2013). Peraturan Menteri
Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Pendidikan dan Kebudayaan Republik
BSNP. Indonesia Nomor 70 Tahun 2013 tentang
Elin Driana. (2013). Responding to the Results of Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum
PISA 2012. Diperoleh 15 September 2014, Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah
dari https://acdpindonesia.word Aliyah Kejuruan. Jakarta: Mendikbud.
press.com/2013/12/06/ responding-to-the- Miller, R. & Leskes, A. (2005). Levels of Assessment
results-of-pisa-2012/. from the Student to the Institution.
Elvin Yusliana Ekawati. (2010). Analissis Kualitas
Tes Fisika Semester I Kelas X SMA Ngaglik

18
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 5, No. 2, 2016 (hal 8-19)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

Washington, DC: Association of American


Colleges and Universities.
Mohamad Khotib. (2013). Laporan Capaian
Kompetensi Peserta Didik-Model Rapor
Kurikulum 2013. Diperoleh 12 Oktober 2014,
dari http://edukasi. kompasiana.
com/2013/10/20/laporan-capaian-kompe -
tensi-peserta-didik-model-rapor-kuriku -lum-
2013-600609.html.
Mueller, J. (2005). The Authentic Assessment
Toolbox: Enhancing Student Learning
through Faculty Development. Journal of
Online Learning and Teaching. 1(1)

19

Anda mungkin juga menyukai