Arsyad Maf’ul
M. ARSYAD MAF’UL
Dosen Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Makassar
Abstrak: Secara umum proses perjalanan bangsa Indonesia sebelum reformasi dapat
dibagi dalam dua bagian yaitu, periode Orde Lama dan periode Orde Baru. Orde Lama
telah dikenal prestasinya dalam memberi identitas, kebanggaan nasional dan
mempersatukan bangsa Indonesia sedangkan orde baru telah mewujudkan bangsa
Indonesia menjadi negara yang sejahtera, meskipun akhirnya juga terdapat berbagai
penyimpanan. Konfigurasi politik mengandung arti sebagai susunan atau konstelasi
kekuatan politik yang secara dikotomi dibagi atas dua konsep yang bertentangan
secara diametral, yaitu konfigurasi politik demokratis dan konfigurasi politik otoriter.
Konfigurasi politik yang ada pada periode orde lama membawa bangsa Indonesia
berada dalam suatu rezim pemerintahan yang otoriter dengan berbagai produk-produk
hukum yang konservatif dan pergeseran struktur pemerintahan yang lebih sentralistik
melalui ketatnya pengawasan pemerintah pusat terhadap pemerintah daerah.
Sedangkan dibawah kepemimpinan rezim Orde Baru yang mengakhiri tahapan
tradisional tersebut pembangunan politik hukum memasuki era lepas landas lewat
proses Rencana Pembangunan Lima Tahun yang berkesinambungan dengan
pengharapan Indonesia dapat menuju tahap kedewasaan (maturing society) dan
selanjutnya berkembang menuju bangsa yang adil dan makmur.
Namun sejarah juga menunjukkan rezim membawa bangsa Indonesia berada dalam
Orde Baru yang dianggap memberikan suatu rezim pemerintahan yang otoriter
perbaikan dan menyelamatkan keadaan dengan berbagai produk-produk hukum yang
bangsa saat itu selama masa konservatif dan pergeseran struktur
pemerintahannya melakukan pemasungan pemerintahan yang lebih sentralistik melalui
terhadap hak-hak politik warga negara, ketatnya pengawasan pemerintah pusat
pembangunan memang dapat berjalan terhadap pemerintah daerah. Pada masa ini
dengan cukup baik dimana tingkat pula politik kepartaian sangat mendominasi
pertumbuhan ekonomi bahkan pernah konfigurasi politik yang terlihat melalui
mencapai 7 %, namun keberhasilan itu hanya revolusi fisik serta sistem yang otoriter
bersifat semu karena semua pembangunan sebagai esensi feodalisme.
dibiayai dari hutang luar negeri yang Sedangkan dibawah kepemimpinan
berakibat timbulnya krisis moneter dan rezim Orde Baru yang mengakhiri tahapan
tumbuh sehatnya Korupsi, Kolusi dan tradisional tersebut pembangunan politik
Nepotisme. hukum memasuki era lepas landas lewat
proses Rencana Pembangunan Lima Tahun
PEMBAHASAN yang berkesinambungan dengan pengharapan
Indonesia dapat menuju tahap kedewasaan
Sejak proklamasi kemerdekaan 17 (maturing society) dan selanjutnya
Agustus 1945 bangsa Indonesia masuk dalam berkembang menuju bangsa yang adil dan
suatu babak kehidupan baru sebagai bangsa makmur.
yang merdeka dan berdaulat penuh. Dalam
perjalanan sejarahnya bangsa Indonesia 1. Kondisi Politik Era Orde Lama
mengalami berbagai perubahan asas, paham, Presiden Soekarno pada tanggal 5 Juli
ideologi dan doktrin dalam kehidupan 1959 mengeluarkan Dekrit Presiden yang
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dan isinya pembubaran konstituante,
melalui berbagai hambatan dan ancaman diundangkan dengan resmi dalam Lembaran
yang membahayakan perjuangan bangsa Negara tahun 1959 No. 75, Berita Negara
indonesia dalam mempertahankan serta 1959 No. 69 berintikan penetapan berlakunya
mengisi kemerdekaan. Wujud berbagai kembali UUD 1945 dan tidak berlakunya lagi
hambatan adalah disintegrasi dan instabilisasi UUDS 1950, dan pembentukan MPRS dan
nasional sejak periode orde lama yang DPAS. Salah satu dasar pertimbangan
berpuncak pada pemberontakan PKI 30 dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959
September 1945 sampai lahirlah Supersemar adalah gagalnya konstituante melaksanakan
sebagai titik balik lahirnya tonggak tugasnya. Pada masa ini Soekarno memakai
pemerintahan era Orde Baru yang merupakan sistem demokrasi terpimpin. Tindakan
koreksi total terhadap budaya dan sistem Soekarno mengeluarkan Dekrit pada tanggal
politik Orde Lama dimana masih terlihat 5 Juli 1959 dipersoalkan keabsahannya dari
kentalnya mekanisme, fungsi dan struktur sudut yuridis konstitusional, sebab menurut
politik yang tradisional berlandaskan UUDS 1950 Presiden tidak berwenang
ideologi sosialisme komunisme. “memberlakukan” atau “tidak
Konfigurasi politik, menurut Mahfud memberlakukan” sebuah UUD, seperti yang
MD, mengandung arti sebagai susunan atau dilakukan melalui dekrit. Sistem ini yang
konstelasi kekuatan politik yang secara mengungkapkan struktur, fungsi dan
dikotomis dibagi atas dua konsep yang mekanisme, yang dilaksanakan ini
bertentangan secara diametral, yaitu berdasarkan pada sistem “Trial and Error”
konfigurasi politik demokratis dan yang perwujudannya senantiasa dipengaruhi
konfigurasi politik otoriter. Konfigurasi bahkan diwarnai oleh berbagai paham politik
politik yang ada pada periode orde lama yang ada serta disesuaikan dengan situasi dan
Indonesia dilakukan penyederhanaan dengan pada akhirnya dalam Pemilihan Umum 1977
Penpres No. 7 Tahun 1959 dan Perpres No. terdapat 3 kontestan, yaitu Partai Persatuan
13 Tahun 1960 yang mengatur tentang Pembangunan (PPP) dan Partai Demokrasi
pengakuan, pengawasan dan pembubaran Indonesia (PDI) serta satu Golongan Karya.
partai-partai. Kemudian pada tanggal 14 Hingga Pemilihan Umum 1977, pada
April 1961 diumumkan hanya 10 partai yang masa ini peserta pemilu hanya terdiri
mendapat pengakuan dari pemerintah, antara sebagaimana disebutkan diatas, yakni 2
lain adalah sebagai berikut: PNI, NU, PKI, parpol dan 1 Golkar. Dan selama masa
PSII, PARKINDO, Partai Katholik, PERTI pemerintahan Orde Baru, Golkar selalu
MURBA dan PARTINDO. Namun, setahun memenangkan Pemilu. Hal ini mengingat
sebelumnya pada tanggal 17 Agustus 1960, Golkar dijadikan mesin politik oleh penguasa
PSI dan Masyumi dibubarkan. saat itu.
Dengan berkurangnya jumlah parpol
dari 29 parpol menjadi 10 parpol tersebut, hal PENUTUP
ini tidak berarti bahwa konflik ideologi
dalam masyarakat umum dan dalam Politik hukum pada era Orde Lama
kehidupan politik dapat terkurangi. Untuk dan Orde Baru memiliki perbedaan. Pada era
mengatasi hal ini maka diselenggarakan Orde Lama sejak Presiden Soekarno
pertemuan parpol di Bogor pada tanggal 12 mengeluarkan dekrit yang membubarkan
Desember 1964 yang menghasilkan konstituante lewat rumusan sebuah panitia
"Deklarasi Bogor." kecil yang terdiri dari: Djuanda, A.H.
2) Partai Politik dalam Era Orde Baru Nasution, Moh. Yamin, Ruslan Abdul Gani
Dalam masa Orde Baru yang ditandai dan Wirjono Prodjodikoro, beranggapan
dengan dibubarkannya PKI pada tanggal 12 bahwa dasar hukum dari dekrit ini
Maret 1966 maka dimulai suatu usaha berdasarkan doktrin staatsnoodrecht dan
pembinaan terhadap partai-partai politik. noodstaatsrechts yaitu hak darurat yang
Pada tanggal 20 Pebruari 1968 sebagai dimiliki penguasa untuk mengeluarkan
langkah peleburan dan penggabungan ormas- produk hukum yang menyimpang dari asas
ormas Islam yang sudah ada tetapi belum perundang-undangan, maka Presiden
tersalurkan aspirasinya maka didirikannyalah Soekarno melakukan langkah-langkah
Partai Muslimin Indonesia (PARMUSI) sebagai berikut:
dengan massa pendukung dari 1) Dikeluarkannya Penetapan Presiden No. 2
Muhammadiyah, HMI, PII, Al Wasliyah, Tahun 1999 tentang Majelis
HSBI, Gasbindo, PUI dan IPM. Permusyawaratan Rakyat Sementara
Selanjutnya pada tanggal 9 Maret (MPRS);
1970, terjadi pengelompokan partai dengan 2) Dikeluarkannya Penetapan Presiden No.
terbentuknya Kelompok Demokrasi 3 Tahun 1959 tentang Dewan
Pembangunan yang terdiri dari PNI, Partai Pertimbangan Agung Sementara;
Katholik, Parkindo, IPKI dan Murba. 3) Pembaharuan susunan Dewan Perwakilan
Kemudian tanggal 13 Maret 1970 terbentuk Rakyat melalui penetapan Presiden No. 3
kelompok Persatuan Pembangunan yang Tahun 1960;
terdiri atas NU, PARMUSI, PSII, dan Perti. 4) Penyusunan Dewan Perwakilan Rakyat
Serta ada suatu kelompok fungsional yang Gotong Royong (DPRGR) dengan
dimasukkan dalam salah satu kelompok Penetapan Presiden No. 4 Tahun 1960
tersendiri yang kemudian disebut Golongan sekaligus pemberhentian dengan hormat
Karya. Dengan adanya pembinaan terhadap Dewan Perwakilan Rakyat;
parpol-parpol dalam masa Orde Baru maka 5) Penyusunan Majelis Permusyawaratan
terjadilah perampingan parpol sebagai wadah Rakyat Sementara dengan Penetapan
aspirasi warga masyarakat kala itu, sehingga Presiden No. 12 Tahun 1960.
MPRS yang dibentuk oleh Soekarno Faith, Herbert. The Indonesian Elections of
kemudian menetapkan Soekarno sebagai 1955. Jakarta: KPG, 1999.
Presiden seumur hidup melalui Ketetapan Herbert Faith, The Indonesian Elections of
MPRS No. III Tahun 1963 yang jelas-jelas 1955, (Jakarta: KPG, 1999).
melanggar ketentuan pasal 7 UUD 1945. Kusnardi, M. Pengantar Hukum Tata Negara
Jatuhnya legitimasi Presiden Indonesia. Jakarta: FH UI, 1983.
Soekarno dalam memegang kekuasaan Manan, Bagir, Teori dan Politik Konstitusi,
Negara ditandai oleh peristiwa Gerakan 30 (Yogyakarta: FH UII PRESS, 2004).
September Partai Komunis Indonesia hingga Mahfud, MD. Moh. Politik Hukum Diktat
berakibat pembunuhan besar-besaran Program Pasca Sarjana UII Tahun
terhadap anggota Partai Komunis Indonesia 1998/1999. Yogyakarta: UII, 1998.
di berbagai daerah serta dikeluarkannya __________. Politik Hukum di Indonesia,
Supersemar yang pada hakekatnya Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia.
merupakan bentuk penyerahan kekuasaan 1998.
kepada Soeharto.[20] Morissan, Hukum Tata Negara RI: Era
Pada era Orde Baru dengan gagalnya Reformasi. Jakarta: Ramdina
Gerakan 30 September 1965 dan turunnya Prakarsa, 2005.
Soekarno dari kekuasaan menimbulkan suatu M. Serbo, Hukum, Pemaksaan dan Ketaatan
situasi baru (disebut Orde Baru), semboyan serta Interprestasi Hukum di
untuk melaksanakan UUD 1945 secara murni Indonesia: Jurnal Tata Negara,
dan konsekuen banyak dikemukakan (Jakarta: Pusat Studi Hukum Tata
pemerintah Orde Baru Pimpinan Soeharto, Negara FH UI, 2003).
sistem pemerintahan dengan menitikberatkan Notosusanto, Nugroho. Tercapainya
pada aspek kestabilan politik dalam rangka Konsensus Nasional 1966-1969.
menunjang pembangunan nasional. Pada era Jakarta: Balai Pustaka, 1985.
ini pula mulai memasukkan hak-hak politik Serbo, M. Hukum, Pemaksaan dan Ketaatan
warga Negara dan munculnya konsep serta Interprestasi Hukum di
penyederhanaan partai. Indonesia: Jurnal Tata Negara.
Jakarta: Pusat Studi Hukum Tata
Negara FH UI, 2003.
DAFTAR PUSTAKA Suhardiman. Pembangunan Politik Satu
Abad. Jakarta: Yayasan Lestari
Asshiddiqie, Jimly. Kemerdekaan Berserikat Budaya, 1996.
Pembubaran Partai Politik dan Sumarkidjo, Atmadji. Mendung di Atas
Mahkamah Konstitusi. Jakarta: Istana Merdeka. Jakarta: s.n. 2000.
Konpress, 2005. Syam, Nur. Kegagalan Mendekatkan Jarak
Azed, Abdul Bari. "Sistem Pemilihan Umum Ideologi Partai Politik, Pengalaman
di Indonesia," dalam Sistem-Sistem Indonesia Orde Baru, Jurnal IAIN
Pemilihan Umum: Suatu Himpunan Sunan Ampel Edisi XVII, 1999.
Pemikiran. Jakarta: Badan Penerbit
FHUI, 2000.
___________ dan Makmur Amir. Pemilu
dan Partai Politik di Indonesia.
Jakarta: Pusat Studi HTN FHUI,
2005.
Budiardjo, Miriam. Pengantar Ilmu Politik.
Jakarta: Gramedia, 2000.
BJ Boland, Pergumulan Islam di Indonesia,
(Jakarta: Grafiti Press, 1985).