Anda di halaman 1dari 7

76 ___________________________Partai Politik pada Masa Orde Baru dan Orde Lama, M.

Arsyad Maf’ul

PARTAI POLITIK PADA MASA ORDE BARU DAN ORDE LAMA

M. ARSYAD MAF’UL
Dosen Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Makassar

Abstrak: Secara umum proses perjalanan bangsa Indonesia sebelum reformasi dapat
dibagi dalam dua bagian yaitu, periode Orde Lama dan periode Orde Baru. Orde Lama
telah dikenal prestasinya dalam memberi identitas, kebanggaan nasional dan
mempersatukan bangsa Indonesia sedangkan orde baru telah mewujudkan bangsa
Indonesia menjadi negara yang sejahtera, meskipun akhirnya juga terdapat berbagai
penyimpanan. Konfigurasi politik mengandung arti sebagai susunan atau konstelasi
kekuatan politik yang secara dikotomi dibagi atas dua konsep yang bertentangan
secara diametral, yaitu konfigurasi politik demokratis dan konfigurasi politik otoriter.
Konfigurasi politik yang ada pada periode orde lama membawa bangsa Indonesia
berada dalam suatu rezim pemerintahan yang otoriter dengan berbagai produk-produk
hukum yang konservatif dan pergeseran struktur pemerintahan yang lebih sentralistik
melalui ketatnya pengawasan pemerintah pusat terhadap pemerintah daerah.
Sedangkan dibawah kepemimpinan rezim Orde Baru yang mengakhiri tahapan
tradisional tersebut pembangunan politik hukum memasuki era lepas landas lewat
proses Rencana Pembangunan Lima Tahun yang berkesinambungan dengan
pengharapan Indonesia dapat menuju tahap kedewasaan (maturing society) dan
selanjutnya berkembang menuju bangsa yang adil dan makmur.

Kata Kunci: Komparasi Politik Orde Baru dan Orde Lama

PENDAHULUAN mengembangkan sistem demokrasi. Sejak


awal Indonesia berdiri, kehidupan politik dan
Secara konseptual, komponen- hukum diwarnai begitu rupa, tidak dalam
komponen pokok yang ada di dalam pengertian hingar bingarnya demokrasi,
pembangunan politik adalah bahwa tetapi justru secara mencolok dapat dikatakan
pemerintah kita harus selalu mampu oleh sentralisasi kekuasaan pada satu tangan,
menanggapi setiap perubahan yang ada meskipun sebenarnya konstitusi telah
dalam masyarakat, sebab suprastruktur dan memberi peluang yang cukup besar kepada
infrastruktur politik yang ada memang efektif hukum.
dan berfungsi secara optimal, yang Secara umum proses perjalanan
kesemuanya didukung oleh warga negara bangsa dapat dibagi dalam dua bagian yaitu,
yang dinamis dan berada dalam naungan periode Orde Lama dan periode Orde Baru.
persamaan hukum dan perundang-undangan. Orde Lama telah dikenal prestasinya dalam
Pencapaian hal-hal tersebut biasanya selalu memberi identitas, kebanggaan nasional dan
akan menimbulkan permasalahan yang mempersatukan bangsa Indonesia. Namun
menyangkut identitas (jati diri) bangsa, demikian, Orde Lama pula yang memberikan
legitimasi kekuasaan, partisipasi anggota peluang bagi kemungkinan kaburnya
masyarakat, serta menyangkut pemerataan identitas tersebut (Pancasila dan Undang-
hasil-hasil pembangunan melalui sistem yang Undang Dasar 1945). Beberapa peristiwa
efektif yang menjangkau keseluruh lapisan pada Orde Lama yang mengaburkan identitas
masyarakat. Setiap kali kita berhasil nasional kita adalah; Pemberontakan PKI
mengatasi suatu permasalahan tersebut maka pada tahun 1948, Demokrasi Terpimpin,
berarti kita “maju” di dalam melakukan Pelaksanaan UUD Sementara 1950,
pembangunan politik di dalam Nasakom dan Pemberontakan PKI 1965.
77

Namun sejarah juga menunjukkan rezim membawa bangsa Indonesia berada dalam
Orde Baru yang dianggap memberikan suatu rezim pemerintahan yang otoriter
perbaikan dan menyelamatkan keadaan dengan berbagai produk-produk hukum yang
bangsa saat itu selama masa konservatif dan pergeseran struktur
pemerintahannya melakukan pemasungan pemerintahan yang lebih sentralistik melalui
terhadap hak-hak politik warga negara, ketatnya pengawasan pemerintah pusat
pembangunan memang dapat berjalan terhadap pemerintah daerah. Pada masa ini
dengan cukup baik dimana tingkat pula politik kepartaian sangat mendominasi
pertumbuhan ekonomi bahkan pernah konfigurasi politik yang terlihat melalui
mencapai 7 %, namun keberhasilan itu hanya revolusi fisik serta sistem yang otoriter
bersifat semu karena semua pembangunan sebagai esensi feodalisme.
dibiayai dari hutang luar negeri yang Sedangkan dibawah kepemimpinan
berakibat timbulnya krisis moneter dan rezim Orde Baru yang mengakhiri tahapan
tumbuh sehatnya Korupsi, Kolusi dan tradisional tersebut pembangunan politik
Nepotisme. hukum memasuki era lepas landas lewat
proses Rencana Pembangunan Lima Tahun
PEMBAHASAN yang berkesinambungan dengan pengharapan
Indonesia dapat menuju tahap kedewasaan
Sejak proklamasi kemerdekaan 17 (maturing society) dan selanjutnya
Agustus 1945 bangsa Indonesia masuk dalam berkembang menuju bangsa yang adil dan
suatu babak kehidupan baru sebagai bangsa makmur.
yang merdeka dan berdaulat penuh. Dalam
perjalanan sejarahnya bangsa Indonesia 1. Kondisi Politik Era Orde Lama
mengalami berbagai perubahan asas, paham, Presiden Soekarno pada tanggal 5 Juli
ideologi dan doktrin dalam kehidupan 1959 mengeluarkan Dekrit Presiden yang
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dan isinya pembubaran konstituante,
melalui berbagai hambatan dan ancaman diundangkan dengan resmi dalam Lembaran
yang membahayakan perjuangan bangsa Negara tahun 1959 No. 75, Berita Negara
indonesia dalam mempertahankan serta 1959 No. 69 berintikan penetapan berlakunya
mengisi kemerdekaan. Wujud berbagai kembali UUD 1945 dan tidak berlakunya lagi
hambatan adalah disintegrasi dan instabilisasi UUDS 1950, dan pembentukan MPRS dan
nasional sejak periode orde lama yang DPAS. Salah satu dasar pertimbangan
berpuncak pada pemberontakan PKI 30 dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959
September 1945 sampai lahirlah Supersemar adalah gagalnya konstituante melaksanakan
sebagai titik balik lahirnya tonggak tugasnya. Pada masa ini Soekarno memakai
pemerintahan era Orde Baru yang merupakan sistem demokrasi terpimpin. Tindakan
koreksi total terhadap budaya dan sistem Soekarno mengeluarkan Dekrit pada tanggal
politik Orde Lama dimana masih terlihat 5 Juli 1959 dipersoalkan keabsahannya dari
kentalnya mekanisme, fungsi dan struktur sudut yuridis konstitusional, sebab menurut
politik yang tradisional berlandaskan UUDS 1950 Presiden tidak berwenang
ideologi sosialisme komunisme. “memberlakukan” atau “tidak
Konfigurasi politik, menurut Mahfud memberlakukan” sebuah UUD, seperti yang
MD, mengandung arti sebagai susunan atau dilakukan melalui dekrit. Sistem ini yang
konstelasi kekuatan politik yang secara mengungkapkan struktur, fungsi dan
dikotomis dibagi atas dua konsep yang mekanisme, yang dilaksanakan ini
bertentangan secara diametral, yaitu berdasarkan pada sistem “Trial and Error”
konfigurasi politik demokratis dan yang perwujudannya senantiasa dipengaruhi
konfigurasi politik otoriter. Konfigurasi bahkan diwarnai oleh berbagai paham politik
politik yang ada pada periode orde lama yang ada serta disesuaikan dengan situasi dan

Supremasi, Volume V Nomor 2, Oktober 2010 ISSN 1412-517X


78 ___________________________Partai Politik pada Masa Orde Baru dan Orde Lama, M. Arsyad Maf’ul

kondisi yang cepat berkembang. Maka Yuridis Konstitusional. Akhirnya memang


problema dalam kehidupan bermasyarakat, masalah Dekrit Presiden tersebut dapat
berbangsa dan bernegara yang berkembang diselesaikan oleh pemerintah Orde Baru,
pada waktu itu bukan masalah-masalah yang sehingga Dekrit Presiden 5 Juli 1959 kelak
bersifat ideologis politik yang penuh dengan dijadikan salah satu sumber hukum dalam
norma-norma ideal yang benar, tetapi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
masalah-masalah praktis politik yang bernegara. Selanjutnya pada perang revolusi
mengandung realitas-realitas objektif serta yang berlangsung tahun 1960-1965, yang
mengandung pula kemungkinan- sebenarnya juga merupakan prolog dari
kemungkinan untuk dipecahkan secara baik, pemberontakan Gestapu/PKI pada tahun
walaupun secara normatif ideal kurang atau 1965, telah memberikan pelajaran-pelajaran
tidak benar. Bahkan kemudian muncul politik yang sangat berharga walau harus kita
penamaan sebagai suatu bentuk kualifikasi bayar dengan biaya tinggi.
seperti “Demokrasi Terpimpin” dan
“Demokrasi Pancasila”. Berbagai 2. Kondisi Politik Era Orde Baru
“Experiment” tersebut ternyata menimbulkan Peristiwa yang lazim disebut Gerakan
keadaan “excessive” (berlebihan) baik dalam 30 September/Partai Komunis Indonesia
bentuk “Ultra Demokrasi” (berdemokrasi (G30S/PKI) menandai pergantian orde dari
secara berlebihan) seperti yang dialami Orde Lama ke Orde Baru. Pada tanggal 1
antara tahun 1950-1959, maupun suatu Maret 1966 Presiden Soekarno dituntut untuk
kediktatoran terselubung (verkapte diktatuur) menandatangani sebuah surat yang
dengan menggunakan nama demokrasi yang memerintahkan pada Jenderal Soeharto untuk
dikualifikasi (gekwalificeerde democratie). mengambil segala tindakan yang perlu untuk
Sistem “Trial and Error” telah keselamatan negara dan melindungi
membuahkan sistem multi ideologi dan multi Soekarno sebagai Presiden. Surat yang
partai politik yang pada akhirnya melahirkan kemudian dikenal dengan sebutan Surat
multi mayoritas, keadaan ini terus Perintah Sebelas Maret (Supersemar) itu
berlangsung hingga pecahnya pemberontakan diartikan sebagai media pemberian
DI/TII yang berhaluan theokratisme Islam wewenang kepada Soeharto secara penuh.
fundamental (1952-1962) dan kemudian Orde Baru dikukuhkan dalam sebuah
Pemilu 1955 melahirkan empat partai besar sidang MPRS yang berlangsung pada Juni-
yaitu PNI, NU, Masyumi dan PKI yang Juli 1966. diantara ketetapan yang dihasilkan
secara perlahan terjadi pergeseran politik ke sidang tersebut adalah mengukuhkan
sistem catur mayoritas. Kenyataan ini Supersemar dan melarang PKI berikut
berlangsung selama 10 tahun dan terpaksa ideologinya tubuh dan berkembang di
harus kita bayar tingggi berupa: Indonesia. Menyusul PKI sebagai partai
1. Gerakan separatis pada tahun 1957; terlarang, setiap orang yang pernah terlibat
2. Konflik ideologi yang tajam yaitu antara dalam aktivitas PKI ditahan. Sebagian diadili
Pancasila dan ideologi Islam. dan dieksekusi, sebagian besar lainnya
Oleh karena konflik antara Pancasila diasingkan ke pulau Buru. Pada masa Orde
dengan theokratis Islam fundamentalis itu Baru pula pemerintahan menekankan
telah mengancam kelangsungan hidup stabilitas nasional dalam program politiknya
Negara Pancasila 17 Agustus 1945, maka dan untuk mencapai stabilitas nasional
terjadilah Dekrit Presiden pada tanggal 5 Juli terlebih dahulu diawali dengan apa yang
1959 dengan tujuan kembali ke UUD 1945 disebut dengan konsensus nasional. Ada dua
yang kemudian menjadi dialog Nasional macam konsensus nasional, yaitu :
yang seru antara yang Pro dan yang Kontra. 1. Pertama berwujud kebulatan tekad
Yang Pro memandang dari kacamata politik, pemerintah dan masyarakat untuk
sedangkan yang Kontra dari kacamata melaksanakan Pancasila dan UUD 1945
79

secara murni dan konsekuen. Konsensus Tujuannya antara lain memberikan


pertama ini disebut juga dengan perlindungan kepada kelompok-kelompok
konsensus utama. fungsional dan mengkoordinir mereka dalam
2. Sedangkan konsensus kedua adalah front nasional. Sekber Golkar ini merupakan
konsensus mengenai cara-cara organisasi besar yang dikonsolidasikan
melaksanakan konsensus utama. Artinya, dalam kelompok-kelompok induk organisasi
konsensus kedua lahir sebagai lanjutan seperti SOKSI, KOSGORO, MKGR dan
dari konsensus utama dan merupakan lainnya sebagai “Political Battle Unit “
bagian yang tidak terpisahkan. Konsensus rezim orde baru.
kedua lahir antara pemerintah dan partai- Pasca pemilu 1971 muncul kembali
partai politik dan masyarakat. ide-ide penyederhanaan partai yang dilandasi
Secara umum, elemen-elemen penilaian hal tersebut harus dilakukan karena
penting yang terlibat dalam perumusan partai politik selalu menjadi sumber yang
konsensus nasional antara lain pemerintah, mengganggu stabilitas, gagasan ini
TNI dan beberapa organisasi massa. menimbulkan sikap Pro dan Kontra karena
Konsensus ini kemudian dituangkan kedalam dianggap membatasi atau mengekang
TAP MPRS No. XX/1966, sejak itu aspirasi politik dan membentuk partai-partai
konsensus nasional memiliki kekuatan hanya kedalam golongan nasional, spiritual
hukum yang mengikat bagi seluruh rakyat dan karya.
Indonesia. Beberapa hasil konsensus tersebut Pada tahun 1973 konsep
antara lain penyederhanaan partai politik dan penyederhanaan partai (Konsep Fusi) sudah
keikutsertaan TNI/Polri dalam keanggotaan dapat diterima oleh partai-partai yang ada
MPR/DPR. Berdasarkan semangat konsensus dan dikukuhkan melalui Undang-Undang No.
nasional itu pemerintah Orde Baru dapat 3/1975 tentang Partai Politik dan Golongan,
melakukan tekanan-tekanan politik terhadap sistem fusi ini berlangsung hingga lima kali
partai politik yang memiliki basis massa luas. Pemilu selama pemerintahan orde baru
Terlebih kepada PNI yang nota bene partai (1977, 1982, 1987, 1992 dan 1997).
besar dan dinilai memiliki kedekatan dengan
rezim terdahulu. Pemerintah orde baru juga 3. Partai Politik Pada Masa Orde Lama
melakukan tekanan terhadap partai-partai dan Orde Baru
dengan basis massa Islam. Satu contoh ketika Melihat sejarah sepanjang Orde Lama
para tokoh Masyumi ingin menghidupkan sampai Orde Baru partai politik mempunyai
kembali partainya yang telah dibekukan peran dan posisi yang sangat penting sebagai
pemerintah Orde Lama, pemerintah memberi kendaraan politik sekelompok elite yang
izin dengan dua syarat. Pertama, tokoh-tokoh berkuasa, sebagai ekspresi ide, pikiran,
lama tidak boleh duduk dalam kepengurusan pandangan dan keyakinan kebebasan. Pada
partai. Kedua, masyumi harus mengganti umumnya para ilmuwan politik
nama sehingga terkesan sebagai partai baru. menggambarkan adanya empat fungsi partai
Pada Pemilu 1971 partai-partai politik politik, menurut Miriam Budiardjo meliputi:
disaring melalui verifikasi hingga tinggal a) Sarana komunikasi politik;
sepuluh partai politik yang dinilai memenuhi b) Sosialisasi politik;
syarat untuk menjadi peserta pemilu. Dalam c) Sarana rekruitmen politik;
pemilu kali ini didapati Golongan Karya d) Pengatur konflik.
(Golkar) menjadi peserta pemilu. Pada Keempat fungsi tersebut sama-sama
mulanya Golkar merupakan gabungan dari terkait dimana partai politik berperan dalam
berbagai macam organisasi fungsional dan upaya mengartikulasikan kepentingan
kekaryaan, yang kemudian pula pada 20 (Interests Articulation) dimana berbagai ide-
Oktober 1984 mendirikan Sekretariat ide diserap dan diadvokasikan sehingga dapat
Bersama Golongan Karya (Sekber Golkar). mempengaruhi materi kebijakan kenegaraan.

Supremasi, Volume V Nomor 2, Oktober 2010 ISSN 1412-517X


80 __________________________Partai Politik pada Masa Orde Baru dan Orde Lama, M. Arsyad Maf’ul

Terkait sebagai sarana komunikasi politik, pendirian dan pergeseran masing-masing


partai politik juga berperan organisasi politik dan golongan fungsional
mensosialisasikan ide, visi dan kebijakan yang ada, yaitu:
strategis yang menjadi pilihan partai politik a) Kesamaan Cara untuk melaksanakan
serta sebagai sarana rekruitmen kaderisasi gerak kehidupan politik, organisasi politik
pemimpin Negara. Sedangkan peran sebagai dan golongan fungsional, yaitu didasarkan
pengatur konflik, partai politik berperan pada persatuan dan kesatuan yang
menyalurkan berbagai kepentingan yang bersumber pada kepentingan nasional dan
berbeda-beda. Disamping itu, partai politik bermuara pada kepentingan internasional.
juga memiliki fungsi sebagai pembuat Untuk mewujudkan hal-hal tersebut
kebijaksanaan, dalam arti bahwa suatu partai ditempuh melalui prinsip adanya
politik akan berusaha untuk merebut kedaulatan rakyat Indonesia.
kekuasaan secara konstitusional, sehingga b) Sedangkan landasan (faham, aliran atau
setelah mendapatkan kekuasaannya yang ideologi) yang digunakan untuk
legitimate maka partai politik ini akan mewujudkan persatuan dan kesatuan serta
mempunyai dan memberikan pengaruhnya kedaulatan rakyat tersebut berbeda satu
dalam membuat kebijaksanaan yang akan sama lain.
digunakan dalam suatu pemerintahan. Kemudian, keberadaan partai politik-
Dengan demikian, fungsi partai politik secara partai politik ini sesungguhnya untuk
garis besar adalah sebagai kendaraan untuk meramaikan pesta demokrasi sebagai tanda
memenuhi aspirasi warga negara dalam adanya atau berlangsungnya proses
mewujudkan hak memilih dan hak dipilihnya pemilihan umum. Dalam proses pemilihan
dalam kehidupan bernegara. umum ini, setidaknya terdapat 3 (tiga) tujuan
Selanjutnya, sejarah kepartaian di pemilihan umum di Indonesia, antara lain:
Indonesia merupakan bagian yang tidak pertama, memungkinkan terjadinya
dapat dipisahkan dari sejarah perjuangan pergantian pemerintah secara damai dan
bangsa dalam merebut kemerdekaan tertib; kedua, kemungkinan lembaga negara
Indonesia. Dari sejarah tersebut dapai dilihat berfungsi sesuai dengan maksud UUD 1945;
bahwa keberadaan kepartaian di Indonesia dan ketiga, untuk melaksanakan hak-hak
bertujuan untuk: (a) untuk menghapuskan asasi warga negara. Dengan demikian,
penindasan dan pemerasan di Indonesia antara partai politik dengan pemilihan umum
khususnya dan didunia pada umumnya bagaikan dua sisi dalam mata uang yang
(kolonialisme dan imperialisme); (b) untuk sama. Mereka tidak dapat dipisahkan satu
mencerdaskan bangsa Indonesia; (c) untuk sama lain dikarenakan keduanya saling
meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan bergantungan dan mengisi.
rakyat Indonesia.
Untuk melaksanakan tujuan utama 1) Partai Politik dalam Era Orde Lama
diatas perlu ditentukan sasaran antara, yaitu; Pada masa sesudah kemerdekaan,
a) Kemerdekaan di bidang politik, ekonomi Indonesia menganut sistem multi partai yang
dan budaya nusa dan bangsa; ditandai dengan hadirnya 25 partai politik.
b) Pemerintahan Negara yang demokratis; Hal ini ditandai dengan Maklumat Wakil
c) Menentukan Undang-Undang Dasar Presiden No. X tanggal 16 Oktober 1945 dan
Negara yang memuat ketentuan-ketentuan Maklumat Pemerintah tanggal 3 November
dan norma-norma yang sesuai dengan 1945. Menjelang Pemilihan Umum 1955
nilai-nilai sosialistis paternalistic yang yang berdasarkan demokrasi liberal bahwa
agamais dan manusiawi. jumlah parpol meningkat hingga 29 parpol
Dari perjalanan sejarah kehidupan dan juga terdapat peserta perorangan.
politik Indonesia tersebut, secara umum Pada masa diberlakukannya Dekrit
terdapat dua ciri utama yang mewarnai Presiden 5 Juli 1959, sistem kepartaian
81

Indonesia dilakukan penyederhanaan dengan pada akhirnya dalam Pemilihan Umum 1977
Penpres No. 7 Tahun 1959 dan Perpres No. terdapat 3 kontestan, yaitu Partai Persatuan
13 Tahun 1960 yang mengatur tentang Pembangunan (PPP) dan Partai Demokrasi
pengakuan, pengawasan dan pembubaran Indonesia (PDI) serta satu Golongan Karya.
partai-partai. Kemudian pada tanggal 14 Hingga Pemilihan Umum 1977, pada
April 1961 diumumkan hanya 10 partai yang masa ini peserta pemilu hanya terdiri
mendapat pengakuan dari pemerintah, antara sebagaimana disebutkan diatas, yakni 2
lain adalah sebagai berikut: PNI, NU, PKI, parpol dan 1 Golkar. Dan selama masa
PSII, PARKINDO, Partai Katholik, PERTI pemerintahan Orde Baru, Golkar selalu
MURBA dan PARTINDO. Namun, setahun memenangkan Pemilu. Hal ini mengingat
sebelumnya pada tanggal 17 Agustus 1960, Golkar dijadikan mesin politik oleh penguasa
PSI dan Masyumi dibubarkan. saat itu.
Dengan berkurangnya jumlah parpol
dari 29 parpol menjadi 10 parpol tersebut, hal PENUTUP
ini tidak berarti bahwa konflik ideologi
dalam masyarakat umum dan dalam Politik hukum pada era Orde Lama
kehidupan politik dapat terkurangi. Untuk dan Orde Baru memiliki perbedaan. Pada era
mengatasi hal ini maka diselenggarakan Orde Lama sejak Presiden Soekarno
pertemuan parpol di Bogor pada tanggal 12 mengeluarkan dekrit yang membubarkan
Desember 1964 yang menghasilkan konstituante lewat rumusan sebuah panitia
"Deklarasi Bogor." kecil yang terdiri dari: Djuanda, A.H.
2) Partai Politik dalam Era Orde Baru Nasution, Moh. Yamin, Ruslan Abdul Gani
Dalam masa Orde Baru yang ditandai dan Wirjono Prodjodikoro, beranggapan
dengan dibubarkannya PKI pada tanggal 12 bahwa dasar hukum dari dekrit ini
Maret 1966 maka dimulai suatu usaha berdasarkan doktrin staatsnoodrecht dan
pembinaan terhadap partai-partai politik. noodstaatsrechts yaitu hak darurat yang
Pada tanggal 20 Pebruari 1968 sebagai dimiliki penguasa untuk mengeluarkan
langkah peleburan dan penggabungan ormas- produk hukum yang menyimpang dari asas
ormas Islam yang sudah ada tetapi belum perundang-undangan, maka Presiden
tersalurkan aspirasinya maka didirikannyalah Soekarno melakukan langkah-langkah
Partai Muslimin Indonesia (PARMUSI) sebagai berikut:
dengan massa pendukung dari 1) Dikeluarkannya Penetapan Presiden No. 2
Muhammadiyah, HMI, PII, Al Wasliyah, Tahun 1999 tentang Majelis
HSBI, Gasbindo, PUI dan IPM. Permusyawaratan Rakyat Sementara
Selanjutnya pada tanggal 9 Maret (MPRS);
1970, terjadi pengelompokan partai dengan 2) Dikeluarkannya Penetapan Presiden No.
terbentuknya Kelompok Demokrasi 3 Tahun 1959 tentang Dewan
Pembangunan yang terdiri dari PNI, Partai Pertimbangan Agung Sementara;
Katholik, Parkindo, IPKI dan Murba. 3) Pembaharuan susunan Dewan Perwakilan
Kemudian tanggal 13 Maret 1970 terbentuk Rakyat melalui penetapan Presiden No. 3
kelompok Persatuan Pembangunan yang Tahun 1960;
terdiri atas NU, PARMUSI, PSII, dan Perti. 4) Penyusunan Dewan Perwakilan Rakyat
Serta ada suatu kelompok fungsional yang Gotong Royong (DPRGR) dengan
dimasukkan dalam salah satu kelompok Penetapan Presiden No. 4 Tahun 1960
tersendiri yang kemudian disebut Golongan sekaligus pemberhentian dengan hormat
Karya. Dengan adanya pembinaan terhadap Dewan Perwakilan Rakyat;
parpol-parpol dalam masa Orde Baru maka 5) Penyusunan Majelis Permusyawaratan
terjadilah perampingan parpol sebagai wadah Rakyat Sementara dengan Penetapan
aspirasi warga masyarakat kala itu, sehingga Presiden No. 12 Tahun 1960.

Supremasi, Volume V Nomor 2, Oktober 2010 ISSN 1412-517X


82 ___________________________Partai Politik pada Masa Orde Baru dan Orde Lama, M. Arsyad Maf’ul

MPRS yang dibentuk oleh Soekarno Faith, Herbert. The Indonesian Elections of
kemudian menetapkan Soekarno sebagai 1955. Jakarta: KPG, 1999.
Presiden seumur hidup melalui Ketetapan Herbert Faith, The Indonesian Elections of
MPRS No. III Tahun 1963 yang jelas-jelas 1955, (Jakarta: KPG, 1999).
melanggar ketentuan pasal 7 UUD 1945. Kusnardi, M. Pengantar Hukum Tata Negara
Jatuhnya legitimasi Presiden Indonesia. Jakarta: FH UI, 1983.
Soekarno dalam memegang kekuasaan Manan, Bagir, Teori dan Politik Konstitusi,
Negara ditandai oleh peristiwa Gerakan 30 (Yogyakarta: FH UII PRESS, 2004).
September Partai Komunis Indonesia hingga Mahfud, MD. Moh. Politik Hukum Diktat
berakibat pembunuhan besar-besaran Program Pasca Sarjana UII Tahun
terhadap anggota Partai Komunis Indonesia 1998/1999. Yogyakarta: UII, 1998.
di berbagai daerah serta dikeluarkannya __________. Politik Hukum di Indonesia,
Supersemar yang pada hakekatnya Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia.
merupakan bentuk penyerahan kekuasaan 1998.
kepada Soeharto.[20] Morissan, Hukum Tata Negara RI: Era
Pada era Orde Baru dengan gagalnya Reformasi. Jakarta: Ramdina
Gerakan 30 September 1965 dan turunnya Prakarsa, 2005.
Soekarno dari kekuasaan menimbulkan suatu M. Serbo, Hukum, Pemaksaan dan Ketaatan
situasi baru (disebut Orde Baru), semboyan serta Interprestasi Hukum di
untuk melaksanakan UUD 1945 secara murni Indonesia: Jurnal Tata Negara,
dan konsekuen banyak dikemukakan (Jakarta: Pusat Studi Hukum Tata
pemerintah Orde Baru Pimpinan Soeharto, Negara FH UI, 2003).
sistem pemerintahan dengan menitikberatkan Notosusanto, Nugroho. Tercapainya
pada aspek kestabilan politik dalam rangka Konsensus Nasional 1966-1969.
menunjang pembangunan nasional. Pada era Jakarta: Balai Pustaka, 1985.
ini pula mulai memasukkan hak-hak politik Serbo, M. Hukum, Pemaksaan dan Ketaatan
warga Negara dan munculnya konsep serta Interprestasi Hukum di
penyederhanaan partai. Indonesia: Jurnal Tata Negara.
Jakarta: Pusat Studi Hukum Tata
Negara FH UI, 2003.
DAFTAR PUSTAKA Suhardiman. Pembangunan Politik Satu
Abad. Jakarta: Yayasan Lestari
Asshiddiqie, Jimly. Kemerdekaan Berserikat Budaya, 1996.
Pembubaran Partai Politik dan Sumarkidjo, Atmadji. Mendung di Atas
Mahkamah Konstitusi. Jakarta: Istana Merdeka. Jakarta: s.n. 2000.
Konpress, 2005. Syam, Nur. Kegagalan Mendekatkan Jarak
Azed, Abdul Bari. "Sistem Pemilihan Umum Ideologi Partai Politik, Pengalaman
di Indonesia," dalam Sistem-Sistem Indonesia Orde Baru, Jurnal IAIN
Pemilihan Umum: Suatu Himpunan Sunan Ampel Edisi XVII, 1999.
Pemikiran. Jakarta: Badan Penerbit
FHUI, 2000.
___________ dan Makmur Amir. Pemilu
dan Partai Politik di Indonesia.
Jakarta: Pusat Studi HTN FHUI,
2005.
Budiardjo, Miriam. Pengantar Ilmu Politik.
Jakarta: Gramedia, 2000.
BJ Boland, Pergumulan Islam di Indonesia,
(Jakarta: Grafiti Press, 1985).

Anda mungkin juga menyukai