Anda di halaman 1dari 11

Kelompok 6 :

1. Anggita Ongky L NIM. 16812141005


2. Rugayah Widayana NIM. 16812141037
3. Davis Giola Lesmana NIM. 16812141045
4. Aningtyas Ratri P NIM. 16912144010
5. Esti Novia Maharani NIM. 16812144032
6. Ni’ma Fitrotillah NIM. 16812144033

1. Kasus WorldCom’s
a. Pada tanggal 6 Agustus 2002 dan Chapter 11 Section 1104(c)(2) of the
United States Bankruptcy Code.
b. Worldcom adalah salah satu perusahaan besar yang memiliki masalah
keuangan sehingga mendorong perusahaan tersebut melakukan
manipulasi Laporan Keuangan. Penyebab terjadinya kasus tersebut yang
pertama adalah adanya masalah fundamental ekonomi pada worldcom
yaitu kapasitas telekomunikasi yang terlalu besar. Hal ini terjadi pada
1998 saat Amerika mengalami resesi ekonomi sehingga permintaan
infrastruktur internet berkurang. Padahal biaya akuisisi dan investasi
infrastrukur berasal dari sumber pendanaan luar (utang). Penyebab yang
kedua adalah CEO WorldCom yaitu Bernie Ebbers yang menggunakan
uang perusahaan untuk kepentingan pribadi. Bernie Ebbers meminjam
uang perusahaan untuk memborong saham WorldCom yang diyakini
akan terus naik tetapi dalam kenyataanya digunakan untuk kepentingan
pribadinya sendiri sehingga Bernard J. Ebbers tidak bias
mengembalikan pinjaman tersebut. Penyebab yang ketiga ialah terdapat
beberapa manipulasi dalam pencatatan akuntansi sehingga terjadi
penurunan beban secara derastis kemudian asset dinaikkan. Penyebab
yang keempat ialah Praktik akuntansi yang keliru ini dapat terealisasi
karena dibantu oleh eksternal Arthur Andersen dan staf akuntansi
perusahaan tersebut; Dalam kasus WorldCom, Arhur Andersen selaku
Auditor eksternal tidak menjalankan tugasnya sesuai dengan prosedur,
karena tidak melaporkan laporan temuan audit yang telah dimanipulasi
oleh perusahaan WorldCom .
c. Kesalahan praktik akuntansi dalam WorldCom ialah Manajemen
WorldCom:
Menggelembungkan angka pada periode berjalan dengan cara
menggelembungkan arus kas dan pendapatan. Hal ini di lakukan dengan
cara memanipulasi biaya jaringan atau biaya yang dibayarkan kepada
pihak ketiga dari penyedian jaringan telekomunikasi atas hak untuk
mengakses jaringan pihak ketiga, di pertanggungjawabkan dengan tidak
benar. Seharusnya biaya jaringan ini dibebankan dalam laporan laba
rugi, namun oleh WorldCom di bebankan ke rekening modal. Hal ini
dapat menjadikan laba periode berjalan tampak lebih besar dari laba
sebenarnya yang seharusnya diperoleh oleh perusahaan. Dengan cara
ini WorldCom dapat menggelembungkan pendapatan sebesar $3,85
miliar. Penggelembungan terjadi karena praktik akuntansi yang keliru
dan manipulasi laporan keuangan oleh pihak manajemen puncak
perusahaan
Kesalahan yang kedua ialah “cookie jar” , yaitu WorldCom
menciptakan dana cadangan untuk beberapa biaya operasional yang
dinaikkan oleh perusahaan. Dana cadangan yang sudah terbentuk, akan
dikurangi secara tidak benar oleh perusahaan untuk memanipulasi
jumlah keuntungan yang diperoleh perusahaan pada periode berjalan.
Dengan cara ini ini, Worldcom berhasil memanipulasi keuntungannya
sebesar $2 M
d.
e. Setelah mengalami kebangkrutan dan memperoleh perlindungan
kebangkrutan dari federal, Worldcom melakukan merger dengan MCI.
Dibawah nama MCI ini, perusahaan berusaha untuk bangkit dari
kebangkrutan dan berhasil menurunkan utang dari 41 milyar dollar
menjadi 6 milyar dollar. Di antara utang yang dibayar adalah utang
obligasi, utang bank, dan utang dagang. Pada saat pengajuan
kebangkrutan, Worldcom mencatatkan beberapa utang seperti utang
kepada JP Morgan Trust Co sebesar $17,2 milyar, Mellon Bank sebesar
$6,6 milyar, Citibank sebesar $3,29 milyar, JP Morgan Chase sebesar
$3,0 milyar, Bear Stearns sebesar $2,72 milyar, dan masih banyak
lainnya. Dalam prosesnya selama 2 tahun, operasional perusahaan
diawasi sangat ketat oleh federal kebangkrutan. MCI menjual saham ke
bursa efek dengan harga $18 per lembar dan kemudian mengalami
penurunan $1,75. MCI juga memindahkan kantor pusatnya dari Clinton,
Miss ke Ashburn, Va. Dalam usahanya untuk kembali menjadi
perusahaan yang sehat setelah kebangkrutan, MCI mengalami
penurunan pendapatan sebanyak 10% menjadi 12% pada tahun 2004.
Untuk mengimbangi penurunan pendapatan tersebut, perusahaan
berusaha memotong biaya, salah satunya dengan memecat 4.000
karyawannya.
Oleh karena perusahaan diawasi oleh dewan pengawas, laporan
keuangan yang dibuat juga perlu dilaporkan kepada dewan pengawas.
Selama periode reorganisasi, Worldcom dan MCI menggabungkan aset,
liabilitas, dan ekuitas yang dimiliki masing-masing, kemudian
menanggung kewajibannya bersama-sama di bawah nama MCI untuk
bisa terlepas dari ebangkrutan. Dalam laporan keuangannya, perusahaan
mencantumkan istilah a debtor in possession (DIP) yang berarti orang
atau atau perusahaan yang telah mengajukan perlindungan
kebangkrutan tetapi masih memiliki property dimana kreditur masih
memiliki hak atas property tersebut. Hal ini merupakan istilah yang
digunakan untuk menggambarkan sebuah perusahaan yang terus
melakukan bisnis sementara masih di bawah Chapter 11 proses
kebangkrutan. DIP, dalam hal ini Worldcom terus menjalankan bisnis
dan memiliki kekuatan dan kewajiban dari wali amanat untuk beroperasi
demi kepentingan terbaik kreditor. Worldcom dapat melakukan
kegiatan bisnis biasa, namun untuk tindakan yang berada di luar ruang
lingkup kegiatan bisnis biasa, maka Worldcom wajib mendapatkan
persetujuan dari pengadilan. Worldcom juga harus menyimpan catatan
keuangan yang akurat, memastikan setiap property, dan mengajukan
pengembalian pajak yang sesuai.
f. Dengan memindahkan akun beban kepada akun modal, Worldcom
mampu menaikkan pendapatan atau laba. Worldcom mampu menaikan
laba karena akun beban dicatat lebih rendah, sedangkan akun aset dicatat
lebih tinggi karena bebankapitalisasi disajikan sebagai beban investasi.
Kalau hal itu tidak terdeteksi praktek ini akan berakibat pendapatan
bersih yang lebih rendah dalam taun-tahun brikutnya. Karena beban
kapitalisasi jaringan tersebut akan didepresiasikan secara esensi beban
kapitalisasi jaringan akan memungkinkan perusahaan untuk
mengalokasikan biyanya dalam beberapa tahun dimasa depan,mungkin
antara 10 tahun bahkan lebih. WorldCom menggelembungkan laba 3,8
milyar dollar A. Pada tanggal 25 Juni 2002, WorldCom mengumumkan
bahwa mereka bermaksud menyatakan kembali laporan keuangannya
untuk tahun 2001 dan kuartal pertama tahun 2002. Ia menyatakan bahwa
pihaknya telah menetapkan bahwa transfer tertentu berjumlah $ 3,852
miliar selama periode tersebut dari biaya "biaya garis" (biaya transmisi)
panggilan) ke akun aset tidak dibuat sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku umum ("GAAP"). WorldCom kemudian mengumumkan
bahwa mereka telah menemukan tambahan $ 3,831 miliar dalam
pendapatan yang dilaporkan tidak benar sebelum pajak untuk tahun
1999, 2000, 2001 dan kuartal pertama 2002. Ini juga telah menghapus
sekitar $ 80 miliar dari nilai buku yang dinyatakan dari aset pada neraca
Perusahaan di saat penipuan itu diumumkan.

Referensi :
https://yvesrey.wordpress.com/2011/02/10/kasus-skandal-akuntansi-pada-
worldcom/
https://prayanddoit.wordpress.com/2014/05/01/kasus-worldcom/
https://www.sec.gov/Archives/edgar/data/723527/000093176303001862/dex991.
htm#ex991902_4
https://caselaw.findlaw.com/us-2nd-circuit/1165927.html

2. Perusahaan yang melakukan Reorganisasi dan Restrukturisasi

Reorganisasi PT. Barito Pasific Tbk.


a. PT. Barito Pasific Tbk atau biasa disebut dengan kode BRPT
merupakan salah satu perusahaan yang pernah melakukan
reorganisasi atau lebih tepatnya melakukan kuasi reorganisasi.
Kuasi reorganisasi adalah prosedur akuntansi untuk
merestrukturisasi perusahaan dengan cara menilai kembali akun-
akun aktiva dan kewajiban perusahaan pada nilai wajar dan
mengeliminasi saldo defisit tanpa melalui proses reorganisasi secara
hukum. Kuasi reorganisasi ini bertujuan untuk memperbaiki kinerja
keuangan BRPT dimana masih menyisakan deficit saldo laba
sebesar Rp. 5,99 triliun di akhir tahun 2010 akibat dari krisis
ekonomi tahun 1997/1998. Selain itu juga tujuan lainnya adalah agar
para pemegang saham bisa mendapatkan dividen. (Sumber :
http://id.beritasatu.com/home/barito-pacific-siap-lakukan-kuasi-
reorganisasi/23631 )
b. Yang dilakukan oleh BRPT adalah pertama mengeliminasi defisit
yang sudah ditentukan penggunaannya Rp 40 miliar. Kedua, BRPT
mengeliminasi defisit dengan saldo selisih nilai transaksi
restrukturisasi entitas pengendali 31 Desember 2010 sejumlah Rp
950,42 miliar. Ketiga BRPT mengeliminasi saldo defisit dengan
selisih penilaian kembali aset dan kewajiban. Berdasarkan penilaian
kembali aset dan kewajiban dari penilai independen nilainya Rp
10,82 triliun. Sedangkan selisih dengan nilai tercatat Rp 1,21 triliun.
Tahapan keempat BRPT mengeliminasi saldo defisit dengan saldo
laba yang belum terealisasi Rp 103,14 miliar. Terakhir, eliminasi
juga akan dilakukan pada saldo tambahan setoran modal Rp 5,62
triliun. Hasilnya adalah keuangan BRPT semakin tumbuh dengan
baik dan pada tahun 2018 berhasil membagikan dividen kepada
investornya. Berikut merupakan perbandingan laporan keuangan
sebelum dan sesudah melakukan reorganisasi. (Sumber :
https://investasi.kontan.co.id/news/pasca-kuasi-reorganisasi-
ekuitas-brpt-bakal-naik-menjadi-rp-707-triliun-1 )

Sebelum Reorganisasi (Sumber : Aplikasi FAST)


Setelah Reorganisasi (Sumber : Aplikasi FAST)
Restrukturisasi PT. Bank BRI (Persero) Tbk.
a. Pada tahun 2011 BBRI resmi mengakuisisi perusahaan pembiayaan
agrobisnis yaitu PT. Bank Agro Niaga Tbk (AGRO). Alasan BBRI
mengakuisisi AGRO adalah karena BBRI melihat potensi pertumbuhan
sektor agribisnis yang masih sangat besar di Indonesia. BBRI mengeluarkan
dana Rp. 330 miliar unutk mengakuisisi AGRO (76%).
Sumber : https://economy.okezone.com/read/2011/03/04/278/431264/bri-
resmi-akuisisi-bank-agro
b. Dari aksi akusisi tersebut dapat disimpulkan bahwa aksi tersebut berdampak
baik pada kedua perusahaan. Dapat di lihat dari pendapatan dari tahun 2011
terus mengalami kenaikan.
Sumber :
https://www.viva.co.id/arsip/132147-kenapa-bri-layak-akuisisi-bank-
agroniaga
https://ekonomi.kompas.com/read/2012/11/19/14504738/Bank.Agroniaga.
Beralih.Nama.Menjadi.BRI.Agro
Keterangan :
1. Laporan Laba/Rugi PT. BRI Agroniaga Tbk (2011-2014)
2. Laporan Laba/Rugi PT. BRI Agroniaga Tbk (2014-2017)
3. Laporan Laba/Rugi PT. Bank Rakyat Indonesa (Persero) Tbk (2011-2014)
4. Laporan Laba/Rugi PT. Bank Rakyat Indonesa (Persero) Tbk (2014-2017)

Anda mungkin juga menyukai