SEMARANG
Disusun Oleh:
2018/2019
i
PENGESAHAN
Laporan Praktek Kerja Lapangan ini telah disetujui oleh pembimbing industri
dan disahkan oleh kepala BP2MHP SEMARANG yang telah dilaksanakan pada:
Hari/tanggal :15 Oktober-30 Desember
Tempat :BP2MHP Semarang
Alamat :Jl.Siliwangi No.636 Semarang
Kepala Laboratorium
Ir.Sri Astuti,Msi
NIP.19610907 198902 2 004
ii
PENGESAHAN
Laporan Praktek Kerja Lapangan ini telah disetujui oleh pembimbing industri dan
disahkan oleh kepala BP2MHP SEMARANG yang telah dilaksanakan pada:
Hari/tanggal :15 Oktober-30 Desember
Tempat :BP2MHP Semarang
Alamat :Jl.Siliwangi No.636 Semarang
Kepala Laboratorium
Ir.Sri Astuti,Msi
NIP.19610907 198902 2 004
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat dan karunianya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktik Kerja Lapangan ini dengan lancar.
Praktik Kerja Lapangan (PKL) mempunyai manfaat yang dapat menambah
pengetahuan,memantapkan kompetensi,rasa tanggung jawab,kemandirian dan kematangan
pola pikir serta kedisiplinan kerja dalam dunia kerja yang sesungguhnya. Dengan selesainya
penusunan laporan ini, tidak lupa penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-
pihak yang mendukung dan membantu dalam penyususan laporan Prakti Kerja Lapangan
ini,antara lain :
1. Bapak,yang telah berkenan memberi izin kepada kami untuk
melaksanakan praktik Kerja Lapangan di BP2MHP Semarang.
2. Bapak selaku ketua kejuruan Agribisnis Pengolahan Hasil Pertanian.
3. Teman - teman semua yang mendukung kami.
4. Bapak dan Ibu dirumah yang selalu memberi motivasi serta dukungan
kepada kami.
5. Serta semua pihak yang membantu sehingga tersusun laporan ini.
6. Laporan ini disusun sebagai hasil dari Praktik Kerja Industri (PKL) di
BPMHP SEMARANG. Praktik Kerja Lapangan ini mempunyai
manfaat yang sangat besar bagi penyusun antara lain :
7. Menambah pengetahuan tentang pengujian kimia dan mikrobiologi
8. Menigkatkan rasa tanggung jawab dan pengalaman untuk di dunia
kerja.
Penyusun menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, maka dari itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun sangat penulis harapkan.
Harapan penyusun semoga laporan ini dapat digunakan dan bermanfaat sebagai mana
mestinya.
iv
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul.......................................................................................................... i
Lembar Pengesahan I .............................................................................................. ii
Lembar Pengesahan II ............................................................................................ iii
Kata Pengantar ....................................................................................................... iv
Daftar Isi ..................................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1
A. Latar belakang ............................................................................................1
B .Tujuan.........................................................................................................2
C .Waktu Pelaksanaan ....................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...........................................................................3
A. Sejarah Berdirinya BPMHP Semarang ......................................................3
B .Lokasi dan Tata Letak ................................................................................4
C.Struktur Organisasi .....................................................................................5
D. Fasilitas ......................................................................................................6
BAB III KEGIATAN PRAKTIK DI INDUSTRI .............................................10
A. Teori Pengujian Kimia .............................................................................10
B. Pengujian Kuantitatif ...............................................................................11
C.Analisa Pengujian Kuantitatif...................................................................14
BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL .............................................................22
BAB V PENUTUP ................................................................................................24
A. Kesimpulan ..............................................................................................24
B. Saran ........................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................26
LAMPIRAN..........................................................................................................27
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki kekayaan alam yang
melimpah termasuk, kekayaan laut. Laut Indonesia mengandung sumber daya
hayati yang kaya. . Ikan Indonesia terdiri dari berbagai macam jenis dan
keunggulannya. Besarnya jumlah ikan yang ada di perairan Indonesia
menjadikannya sebagai salah satu komoditi ekspor yang sangat diandalkan dalam
meningkatkan devisa negara (Ditjen PEN, 2014)
Seiring berkembangnya zaman, semakin meningkat kebutuhan manusia
akan produk-produk kesehatan dan makanan – minuman. Produk – produk tersebut
harus aman dikonsumsi, sehingga diperlukan adanya tenaga analisa yang bermutu
dan terampil sebagai tenaga ahli yang bertanggung jawab pada pengawasan mutu
suatu produk.
Produk perikanan di Indonesia mengalami permintaan yang cukup tinggi
dari dalam dan luar negeri baik dalam bentuk segar maupun olahan. Akan tetapi
setiap negara asal saat ini cenderung menerapkan standar yang berlaku di negara
masing – masing sebagai acuan dalam impor dan ekspor hasil perikanan, hal ini
mengakibatkan banyaknya penolakan bahkan embargo terhadap ekspor hasil
perikanan sehingga diperlukan suatu sistem jaminan mutu dan kemanan pangan
(Maulana et al.,2012).
Produk perikanan yang memenuhi standar keamanan pangan adalah produk
yang bebas dari pencemaran biologi, fisika dan kimia. Salah satu bentuk
pencemaran kimia yaitu adanya kandungan zat kimia berbahaya seperti pestisida,
zat pembersih, antibiotik, logam berat, bahan tambahan makanan dan lain – lain
(Sudarmaji, 2005).
Praktek Kerja Lapangan adalah salah satu metode pendidikan latihan kerja
di sekolah dan di dunia kerja. Dunia industri terus dikembangkan lebih efektif
untuk memberikan kesesuaian dalam ketenagakerjaan serta memberikan nilai
tambah sehingga mendukung ketercapaian kompetensi di bidang pengembangan
1
dan pengalaman praktik kerja di Balai Pengujian dan Penerapan Mutu Hasil
Perikanan Semarang.
B. Tujuan
Tujuan dari kegiatan Praktik Kerja Lapangan yang telah dilaksanakan pada
tanggal 7 Januari - 29 Maret 2018 yaitu :
1. Menambah pengalaman dan wawasan Mahasiswa dalam melakukan
praktik pengujian mikrobiologi.
2. Agar Mahasiswa mampu menerapkan teori yang diterpkan pada
jenjang Akademik dengan praktik di Lapangan.
3. Agar Mahasiswa memperoleh ketrampilan dan pengalaman kerja
praktis.
4. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan dari jenjang
Diploma, Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi “Yayasan Pharmasi”
Semarang.
5. Untuk memahami dan meningkatkan kemampuan praktik dalam
menganalisis pengujian mikrobilogi sesuai SNI yang dilakukan di
BP2MHP Semarang.
C. Waktu Pelaksanaan
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
3
Kabupaten Grobogan, Kabupaten Pati,Kabupaten Kudus, Kabupaten Jepara,
Kabupaten Blora, Kabupaten Rembang, Kabupaten Surakarta, Kota Salatiga,
Kabupaten Boyolali, Kabupaten Klaten, Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten
Karanganyar, Kabupaten Wonogiri, Kabupaten Sragen, Kabupaten Magelang,
Kabupaten Temanggung dan Kabupaten Wonosobo.
4
C. Struktur Organisasi
Berikut Struktur Organisasi BP2MHP Semarang:
KepalaBP2MHP
NIP:19610907 198902
KEPALA SEKSI PENGUJIAN KEPALA SEKSIPENERAPAN KEPALA SUB BAG TATA USAHA
RINI
USMAN HERU SUBANDRIYO
SUSIANAWATI.S.Pi.M.Si
JOKO SUPRIYONO,SE
MULYONO, STP NUR ARIF KURNIAWAN,S.Pi
NIP. 198700807 1992003 1
NIP. 19770302 200604 1
004
NASRILAH
TRI WINARNO
WAGIYAH
5
D. Fasilitas
Balai Pengujian Mutu Hasil Perikanan memiliki tanah keseluruhan seluas
2.320 m2 serta memiliki bangunan laboratorium seluas 324 m2. Fasilitas yang
terdapat di Balai Pengujian Mutu Hasil Perikanan (BPMHP) Semarang berupa
bangunan laboratorium yang permanen serta dilengkapi dengan peralatan
laboratorium, terdiri dari :
a. Ruang Laboratorium Organoleptik
Ruang laboratorium organoleptik terdiri atas dua bagian dapur organoleptik
seluas 24 m2 dan ruang panelis seluas 15 m2.Dapur organoleptik digunakan untuk
mempersiapkan produk perikanan yang akan diuji secara organoleptik,sedangkan
ruang panelis adalah ruangan yang digunakan panelis untuk melakukan pengujian
mutu secara organoleptik. Ruang penilaian organoleptik terdiri atas bilik untuk
enam panelis yang masing masing dilengkapi dengan lampu.Ruangan ini
berhubungan dengan ruangan dapur untuk mempermudah dalam menyajikan obyek
atau produk yang akan diujikan. Bilik/sekatan bertujuan untuk mencegah hubungan
antar panelis secara langsung sehingga tidak mempengaruhi hasil pengujian dan
menghindari hasil pengujian yang tidak subyektif. Dinding dalam ruang uji
organoleptik ini berwarna terang memiliki ventilasi udara yang cukup untuk
menghilangkan bau bau dan pengembunan serta mendapat penerangan yang merata
yang diharapkan dapat mendukung kelancaran uji organoleptik berdasarkan score
sheet organoleptik yang meliputi kenampakan, bau, rasa dan konsistensi dari
produk yang diamati.
b. Ruang Laboratorium Mikrobiologi
Ruang laboratorium Mikrobiolgi terdiri dari ruang preparasi seluas 36 m2 ruang
inokulasi seluas 12 m2, ruang sterilisasi seluas 12 m2 ruang pencucian seluas 9 m2
ruang peralatan glassware seluas 9 m2.Laboratorium mikrobiologi sebagaimana
terlihat pada gambar 4 digunakan untuk pengujian mutu secara mikrobiologi yang
meliputi penentuan Angka Lempeng Total (ALT),penentuan coliform dan
Escherichia coli,pengujian bakteri Salmonella,Vibrio cholerae dan Staphylococcus
aerus.Ruangan Laboratorium mikribiologi merupakan ruangan steril dan higenis
sebagai tempat untuk melakukan pengujian mikrobiologi.Alat yang digunakan
untuk melakukan pengujian sudah representatif, antara lain: mikroskop, electronic,
6
autoclave, colony conter, digital colony counter, water destilizer, inkubator,
timbangan analit, blender jars, stomacher, meja kerja, refrigerator, petridish,
kompor listrik dan biomate, erlenmayer, tabung reaksi. Semua uji pada
laboratorium ini dilakukan sesuai dengan permintaan buyer (pembeli) produk yang
diujikan.
c. Ruang Laboratorium Kimia
Kegiatan yang dilakukan di ruangan ini antara lain mengenal alat alat yang ada
dan memahami fungsi fungsinya serta mengetahui berbagai uji proksimat yang ada
di laboratorium kimia.Untuk pengujian sudah representatif antara lain water
destilizer, inkubator, timbangan analitik, blender jars, dll.
d. Ruang Pembuatan Media
Ruang pembuatan media seluas 9 m2 merupakan ruangan untuk membuat
media yang digunakan untuk pengujian mikrobiologi.Ruang media sebagaimana
terlihat pada gambar 5 digunakan untuk membuat media yang diperlukan dalam
pengujian. Jenis dan jumlah media yang dibuat dalam ruang ini disesuaikan dengan
kebutuhan pengujian yang akan dilakukan. Media dalam pengujian mikrobiologi
digunakan untuk menumbuhkan mikroba tertentu.Sebelum pembuatan media
peralatan yang digunakan harus steril. Sterilisasi digunakan dengan perlakuan
panas dan tekanan yaitu dengan suhu 1210C selama 15 menit. Meja pembuatan
media serta tangan analis yang membuat media harus steril,yaitu dengan cara
menyemprotkan alkohol 90%. Bahan-bahan kimia yang diperlukan untuk
pembuatan media ditempatkan dalam lemari kaca yang disusun berdasarkan angka
yang dipisahkan sesuai dengan kebutuhan bakteri uji sehingga memudahkan
pencarian. Selama pembuatan media, orang yang menggerjakannya harus
menggunakan masker yang bertujuan keamanan analis karena beberapa macam
bahan dapat bersifat toksik. Selain itu, penggunaan masker juga bertujuan untuk
menghindari kontaminasi yang berasal dari mulut. Ruang media ini dilengkapi
dengan kompor listrik, membran filter, dehumidityfier, magnetic stirer dan
timbangan analitik.
7
Kemudian ada ruangan – ruangan lain sabagai berikut :
1. Ruang sterilisasi
Ruang sterilisasi, sebagaimana terlihat pada gambar 7 memiliki ruang
seluas 12 m2, digunakan untuk mensterilkan peralatan dan media yang akan
digunakan untuk pengujian. Pada ruangan sterilisasi dilengkapi oleh
autoklaf sebanyak 2 buah dengan menggunakan suhu 1210C selama 15
menit.
2. Ruang inkubasi
Ruang ini seluas 12 m2 merupakan ruangan yang digunakan untuk
inkubasi biakan mikroba yang akan ditumbuhkan sehingga biakan yang
diinginkan dapat tumbuh. Ruangan ini terdiri dari beberapa inkubator dan
waterbath yang digunakan secara khusus untuk setiap pengujian mikrobia.
3. Ruang pencucian
Ruang pencucian sebagaimana yang tertera pada gambar 8 memiliki
ruang seluas 9 m2, digunakan untuk membersihkan dan mencuci peralatan
yang telah digunakan untuk pengujian sebelum dilakukan sterilisasi. Sisa
media yang telah digunakan didestruksi terlebih dahulu sebelum dibuang ke
tempat pembuangan. Destruksi dilakukan bertujuan untuk mematikan
biakan mikroba dan untuk menghindari pencemaran. Sisa media yang telah
disterilkan dibuang ke tempat pembuangan sampah. Alat penunjangnya
ialah autoclave. Sisa media yang telah disterilkan dibuang melalui saluran
WC yang khusus untuk pembuangan media sisa.
4. Ruang penerimaan contoh pengujian dan tata usaha
Ruang penerimaan contoh pengujian dan tata usaha memiliki luas 12
m2. Ruang penerimaan contoh merupakan tempat penerimaan contoh atau
sampel yang akan diujikan dari pengguna jasa. Kemasan sampel yang telah
diterima sebelum dibawa ke ruang uji harus dilepas terlebih dahulu dan
diberi kode dengan tertentu, sehingga sampel masuk dalam ruang pengujian
dalam keadaan polos dan menggunakan kode tertentu. Penghilangan
identitas asli sampel bertujuan untuk menjaga objektivitas hasil pengujian
oleh petugas penguji sampel. Ruangan tata usaha juga mengurus registrasi
sampel dan tempat pengambilan sertifikat atau hasil pengujian sampel.
8
Selain itu, tata usaha juga bertanggung jawab terhadap penyediaan bahan-
bahan dan peralatan yang diperlukan oleh laboratorium.
5. Ruang pimpinan dan pertemuan
Ruang pimpinan digunakan untuk ruang kerja kepala BP2MHP. Selain
itu juga digunakan untuk rapat antara kepala laboratorium dan staf karyawan
serta pertemuan dari kunjungan pemerintah maupun instansi tertentu.
6. Ruang staf laboratorium (analis)
Ruang staf laboratorium (analis) digunakan sebagai ruang kerja
staf/analis diluar pekerjaan laboratorium. Ruang staf laboratorium (analis)
memiliki luas 72 m2 yang dibagi menjadi tiga ruangan.
7. Ruang tamu
Ruang tamu seluas 20 m2 digunakan untuk menerima tamu.
8. Ruang mushola
Ruang mushola seluas 9 m2 digunakan untuk sholat.
9. Perpustakaan
Ruang perpustakaan seluas 9 m2 digunakan untuk tempat buku-buku
dan tempat baca.
10. Kamar mandi dan WC
Kamar mandi seluas 16 m2 terdiri dari 4 buah.
11. Dapur
Dapur seluas 9 m2 digunakan untuk tempat pembuatan minum staf dan
tamu.
9
BAB III
KEGIATAN PRAKTIK INDUSTRI
A. Pengujian Kimia
Pengujian kimia merupakan salah satu jenis uji yang penting,karena
selain untuk mengetahui kandungan gizi yang terdapat pada produk, uji
kimia juga dapat digunakan untuk mengetahui kandungan zat toksik dalam
produk. Uji kimia ada beberapa macam diantaranya uji zat gizi/ uji
proksimat (kadar air, kadar abu, kadar garam, kadar lemak, kadar protein,
dan kadar karbohidrat),
B. Pengujian Kuantitatif
Pengujian kuantitatif adalah suatu rangkaian pekerjaan analisis yang
bertujuan untuk mengetahui jumlah suatu unsur atau senyawa dalam suatu
sampel yang kita analisa. Zat yang ditetapkan tersebut, yang sering kali
dinyatakan sebagai konstituen atau analit, menyusun sebagian kecil atau
sebagian besar sampel yang di analisis. Pengertian lain dari analisa
kuantitatif adalah analisa yang bertujuan untuk mengetahui jumlah kadar
senyawa kimia dalam suatu bahan atau campuran bahan.
Secara garis besar metode yang digunakan dalam analisis kuantitatif
dibagi menjadi dua macam yaitu kimia analisis kuantitatif instrumental,
yaitu metode analisis bahan-bahan kimia menggunakan alat-alat instrumen,
dan analisa kimia konvensional. Metode dalam analisa kuantitatif dibedakan
menjadi 2 bagian: metode gravimetri, yaitu penetapan kadar suatu unsur
atau senyawa berdasarkan berat, tetapnya dengan cara penimbangan. Cara
dilakukan dengan unsur atau senyawa yang diselidiki dan bahan yang
menyusunnya. Bagian terbesar yang dilakukan metode gravimetri adalah
perubahan unsur berat tetapnya. Berat senyawa selanjutnya dapat dianalisa
berdasarkan jenis senyawa. Metode volumetri, adalah analisa kuantitatif
yang dilakukan dengan cara menambahkan sejumlah larutan baru yang lebih
diketahui kadarnya. Dengan mengetahui jumlah larutan baru yang
10
ditambahkan dan reaksinya berjalan secara kuantitatif sehingga senyawa
yang dianalisis dapat dihitung jumlahnya.
11
Kandungan abu dan komposisinya tergantung pada jenis bahan dan
cara pengabuannya. Bahan pangan yang terdapat di alam mengandung
mineral yang berupa abu. Mineral yang terdapat dalam satu bahan dapat
merupakan dua macam garam yaitu garam organik dan garam anorganik.
Garam organik terdiri dari garam-garam asam malat, oksalat, asetat, dan
pektat, sedangkan garam anorganik antara lain dalam bentuk garam fosfat,
karbonat, klorida, sulfat, dan nitrat. Mineral juga biasanya berbentuk
sebagai senyawa kompleks yang bersifat organis (Sediaoetomo 2000).
12
jumlah nitrogennya ditentukan dengan menitrasi destilat. Cara kjeldahl pada
umumnya dapat dibedakan atas tiga cara, yaitu cara makro, semimikro, dan
mikro. Cara makro kjeldahl digunakan untuk contoh yang sukar
dihomogenisasi dan besar contoh 1-3 gram, semimakro kjeldahl dirancang
untuk contoh ukuran kecil yaitu kurang dari 300 mg dari bahan yanng
homogen, dan cara mikro digunakan untuk contoh yang lebih kecil lagi yaitu
10-30 mg. Cara kjeldahl ini terdiri dari beberapa tahap sebagai berikut:
I. Tahap Destruksi
Dalam tahap ini, sampel dipanaskan dalam asam sulfat
pekat sehinngga terurai menjadi unsur-unsurnya. Elemen karbon,
hidrogrennya teroksidasi menjadi CO, CO2, H2O, sedangkan
nitrogennya berubah menjadi NH4HSO4. Untuk mempercepat
proses destruksi, ditambah selenium sebagai indkator.
II. Tahap Destilasi
Pada tahap ini amonium hidrogen sulfat dipecah menjadi
amonia (NH3) dengan penambahan NaOH sampai alkalis dan
dipanaskan. Agar tidak menghasilkan gelembung gas yang bebas
maka dapat ditambah dengan logam seng.
Ammonia yang dibebaskan selanjutnya ditangkap oleh
larutan asam, asam yang dapat dipakai adalah asam borat 4%.
Agar kontak antara asa dan ammonia lebih baik maka diusahakan
ujung tabung destilasi tercelup sedalam mungkin dalam larutan
asam. Destilasi diakhiri apabila semua ammonia terdestilasi
sempurna yaitu destilasi tidak basa lagi.
NH4HSO4 + 2NaOH Na2SO4 + NH3 + 2H2O3NH3 + H3BO3
(NH4)3BO3
III. Tahap Titrasi
Pada tahap ini destilat dititrasi dengan HCl 0,02 N dengan
menggunakan indikator methil orange (MO) sampai terjadi
perubahan warna dari kuning menjadi orange.
(NH4)3BO3 + 3HCl 3NH4Cl + H3BO3
(Sudarmaji, dkk, 1989).
13
C. Analisa Pengujian Kuantitatif
1. Analisa Kadar Air dan Kadar Abu
Metode yang digunakan dalam pengujian kadar tode
gravimetri SNI 01-2354.2-2015 (Kadar Air). Gravimetri
merupakan metode analisa yang didasarkan pada penimbangan
atau berat. Prinsip dari pengujian kadar air adalah molekul air
dihilangkan melalui pemanasan baik dengan oven vakum dan
tidak vakum maupun alat penetuan kadar air lainnya yang
menggunakan panas dengan suhu 105°C hingga diperoleh berat
kering konstan.
Pengujian kadar abu dilakukan dengan metode
gravimetri. Prinsip analisis kadar abu berdasarkan SNI 01-2354.1-
2010 (Kadar Abu) adalah dioksida atau dipijarkan pada tanur
dengan suhu 550°C sampai diperoleh abu yang berwarna putih.
Sebanyak 2 gram sampel homogen kering dimasukkan ke dalam
cawan porselin, lalu dipindahkan ke tanur pengabuan. Panaskan
pada suhu 550°C.
I. Sampel yang digunakan adalah tepung ikan
II. Peralatan sampel
Oven
Cawan Krusibel
Desikator
Tangkrus
Neraca analitik
III. Prosedur
a.) Kadar Air
1. Melakukan minimal pengujian duplo
2. Mengoven cawan krusibel selama 30 menit
3. Mengambil cawan kurs dengan tangkrus, mendiamkan
dalam desikator selama 2-3 menit
4. Menimbang cawan menggunakan neraca analitik
5. Menimbang sampel sebanyak 2 gram
14
6. Mengoven sampel + cawan selama 3 jam
7. Mengambil sampel + cawan yang sudah dioven dengan
tang krus
8. Mendiamkan sampel + cawan dalam desikator selama 2-
3 menit
9. Menimbang sampel + cawan konstan
10. Menghitung persentase kadar air
IV. Perhitungan
𝐵−𝐶
% Kadar Air = 𝑥100%
𝐵−𝐴
Keterangan:
A : bobot crussibel kosong (g)
B : bobot crussible + sampel (g)
C : bobot crussible + sampel (g)
𝐶−𝐴
% Kadar Abu = 𝑥100%
𝐵
Keterangan :
A : bobot crussible kosong (g)
B : bobot sampel (g)
C : bobot crussible + sampel (g)
15
V. Hasil Penimbangan
I. Tabel Hasil Penimbangan Kadar Air & Kadar Abu
bobot crussible +
Bobot crussibel Memenuhi standar
No. Sampel sampel (g)
kosong (g) SNI
Air Abu
Kadar Air (Memenuhi)
A1
1. Sempel 38,2766 38,7587 38,2985
Kadar Abu
107
(Memenuhi)
Kadar Air
A2 (Memenuhi)
2. Sempel 39,6604 40,0483 39,6782
107 Kadar Abu
(Memenuhi)
Dari hasil pengujian kadar air & kadar abu tersebut bahwa untuk
pengujian kadar air memenuhi standar SNI,karena standar SNI
untuk kadar air adalah max 12%.Sedangkan untuk pengujian kadar
abu belum memenuhi standar SNI,karena standar SNI untuk kadar
abu adalah max 25 %.
𝑪−𝑨
b) % Kadar Abu = × 𝟏𝟎𝟎 %
𝑩
𝟑𝟖.𝟐𝟗𝟖𝟓−𝟑𝟖.𝟐𝟕𝟔𝟔 𝟎.𝟎𝟐𝟏𝟗
A1 = × 𝟏𝟎𝟎 % = × 𝟏𝟎𝟎% = 𝟎, 𝟗𝟔%
𝟐.𝟐𝟕𝟓𝟕 𝟐.𝟐𝟕𝟓𝟕
𝟑𝟗.𝟔𝟕𝟖𝟐−𝟑𝟗.𝟔𝟔𝟎𝟒 𝟎.𝟎𝟏𝟕𝟖
A2 = × 𝟏𝟎𝟎 % = × 𝟏𝟎𝟎% = 𝟎, 𝟖𝟓%
𝟐.𝟎𝟗𝟒𝟕 𝟐.𝟎𝟗𝟒𝟕
16
RPD (%)
No.
Sampel A1 A2 RPD %
17
asam amino, sedangkan protein gabungan adalah protein yang
terdiri dari protein dan gugus bukan protein (Sudarmaji, 1989).
I. Sampel yang digunakan adalah tepung ikan
II. Pereaksi
1. Tablet katalis mengandung 3,5 gr K2SO4 dan 0,175 gr HgO
atau yang setara.
2. Kertas timbang bebas N (Whattman 541)
3. Batu didih.
4. Asam borat 4%.
5. Melarutkan 4 gr H3BO3 dalam air tambahkan 0,7 ml laritan
indikator methyl red 0,1% dalam ethanol dan 1 ml larutan
indikator bromcresol green 0,1% dalam ethanol dan
mengencerkan sampai 100 ml.
6. Asam sulfat (H2SO4) pekat 95-97% p.a.
7. Hidrogen peroksida (H2O2) 30-35% p.a.
8. Larutan natrium hidroksida-natrium thiosulfat. Larutkan
2000gr NaOH an 125 gr Na2S2O3 dalam air dan encerkan
menjadi 5 liter (kira-kira penggunaan per analisa 50 ml).
9. Larutan standar asam klorida (HCl) 0,2
III. Peralatan
1. Timbangan analitis ketelitian 0.0001 g
2. Alat destruksi kjedahl ukuran 250 ml
3. Alat destilasi uap
4. Peralatan labu destilat 250 ml,labu takar,corong gelas,
buret 50 ml pipet
5. Volumetri 25 ml, erlenmeyer 250 ml, gelas ukur 50 ml, gelas
piala 50 ml, pipet tetes dan batang pengaduk
6. Saringan no. 20 ukuran mesh 0,0331 inci, diameter kawat
0,355 mm
IV. Prosedur
18
1. Dilakukan pengujian minimal duplo (dua kali).
2. Sampel ditimbang kira - kira 2 gr homogenat contoh pada
kertas timbang, lipat - lipat dan masukkan kedalam labu
destruksi
3. Ditambah 1 buah tablet katalis
4. Ditambahkan 15 ml H2SO4 pekat (95% - 97%) dan 3 ml
H2O2 secara perlahan-lahan dan diamkan selama 10 menit
dalam ruang asam.
5. Didestruksi pada suhu 410°C selama ± 3 - 4 jam atau sampai
larutan jernih, diamkan hingga mancapai suhu kamar dan
tambahkan 50-75 ml aqudes.
6. Disiapkan erlenmeyer berisi 25 ml larutan H3BO3 4% yang
mengandung indikator sebagai penampung destilat.
7. Dipasang labu yang berisi hasil destruksi pada rangkaian alat
destilasi uap.
8. Ditambahkan 50-75 ml larutan natrium hidroksida-thiosulfat.
9. Dilakukan destilasi dan tampung destilat dalam erlenmeyer
tersebut (6.5) hingga volume mencapai minimal 150 ml (hasil
destilat akan berubah menjadi Hijau).
10. Dititrasi hasil destilat dengan HCI 0,2 N yang sudah
dibakkukan dititrasi sampai warna berubah dari hijau
menjadi merah muda (natural red).
11. Hitung jumlah persen kadar protein dengan rumus.
V. Perhitungan
Keterangan :
VA : ml HCl untuk titrasi contoh
VB : ml HCl untuk titrasi blanko
N : Normalitas HCl standar yang digumakan
19
14,007 : Berat atom nitrogen
6,25 : Faktor konversi protein
W : Berat contoh (g)
ii. Perhitungan
(𝑽𝑨−𝑽𝑩)𝑯𝑪𝒍 𝒙 𝑵 𝑯𝑪𝒍 𝒙 𝟏𝟒.𝟎𝟎𝟕 𝒙 𝟔.𝟐𝟓 𝒙 𝟏𝟎𝟎 %
Kadar N % = 𝒘 𝒙 𝟏𝟎𝟎𝟎
(𝟔𝟏−𝟎.𝟓)𝑯𝑪𝒍 𝒙 𝟎.𝟐 𝒙 𝟏𝟒.𝟎𝟎𝟕 𝒙 𝟔.𝟐𝟓 𝒙 𝟏𝟎𝟎 %
(A1) = = 52.8952%
𝟐.𝟎𝟎𝟐𝟔 𝒙 𝟏𝟎𝟎𝟎
Kadar Protein
Sampel RSD (%)
(%)
A1 (Tepung ikan) 52.8952 2.6950%
2,0026
A2 (Tepung ikan) 51.4886
2,0063
20
Dari hasil uji protein tersebut RSD yang dihasilkan 2,6950%
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
21
saat praktik. Kesalahan praktik bisa terjadi, seperti saat membuka
tutup desikator yang terlalu lebar. Sampel dapat menyerap air dari
udara yang masuk pada desikator.
2. Pengujian Kadar Abu
Pengujian kadar abu dilakukan setelah selesai melakukan
pengujian kadar air, menggunakan cawan yang sama dan sampel
yang sama. Metode yang digunakan pada praktik kadar abu ini
adalah thermogravimetri. Sampel diabukan pada furnace dengan
suhu 550oC sampai warna menjadi putih dan berbentuk abu setelah
itu didiamkan selama 16 – 20 jam. Pada sampel tepung ikan yang
diuji diatas memiliki kadar abu yang tinggi. Itu berarti kandungan
anorganik yang terkandung dalam tepung ikan olahan tersebut
banyak.
22
borat. Pada tahapan titrasi, hasil destilasi tersebut dititrasi dengan
dengan larutan HCL 0,2 N.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
23
4. Hasil rata-rata kadar air dan abu Tepung ikan A(1) 8.1820 dan A(2) 8.9550.
Dari hasil tersebut dapat disimpulkan jika kadar air untuk produk tepung
ikan memenuhi syarat mutu SNI yang ditetapkan yaitu maksimal 12%.
5. Hasil rata-rata kadar protein tepung ikan A(1) 52.8952 dan A(2) 51.4886.
Hasil rata-rata pengujian memenuhi syarat mutu SNI yang ditetapkan yaitu
max 55% tepung ikan tersebut mengandung protein yang lumayan tinggi.
B. Saran
1. Untuk siswa magang yang sedang melakukan uji untuk didampingi agar
tidak terjadi kekeliruan saat melakukan pengujian.
2. Saat reagen kimia sudah habis,dimohon Bapak/Ibu penyelia kimia segera
melapor kepada Kepala Pengujian,agar tidak terjadi hambatan saat
melakukan pengujian.
3. Supaya saat melakukan pengujian berlangsung aman,dimohon untuk
menyediakan sarung tangan/masker yang masih layak dipakai.
4. Kebersihan di ruang kimia kurang diperhatikan, sebaiknya dilakukan
pembersihan secara rutin.
5. Jam dinding yang mati,harap diganti baterainya, agar dalam melakukan
pengujian lebih akurat waktunya.
6. Dimohon alat alat di laboratorium kimia dicek secara rutin,agar tahu alat
apa saja yang masih bisa dipakai.
7. Ruang penyimpanan reagen kimia diharap selalu dibersihkan,karena
ruangan tersebut digunakan juga untuk membuat media
8. Penyediaan label untuk menamai sampel yang diuji harap dipastikan selalu
ada, untuk mencegah kesalahan dalam menguji.
24
DAFTAR PUSTAKA
http://wwwfahmi-puja-anggara.blogspot.co.id/2009/12/analisa-kuantitatif.html
(Pengujian Kuantitatif)
https://amaliana2015.wordpress.com/2015/07/28/laporan-praktikum-kadar-abu/
(Peengujian Kadar Abu)
http://selembarharapanku.blogspot.co.id/2014/03/analisa-kadar-protein-pada-bahan-
pangan.html (Pengujian Kadar Protein)
http://wahyudi93.blogspot.com/2013/05/laporan-praktikum-analisa-kadar-
protein.html (Pengujian Protein)
WWW.PengujianKimiaMenurutStandarNasionalIndonesia.COM
25
LAMPIRAN
26
1. Gambar Pengujian Kadar Air
27
2. Gambar Pengujian Kadar Abu
28
3. Gambar Pengujian Kadar Protein
29
30
31
4. Gambar Alat dan Media di Laboratorium Pengujian
Kimia
32
Lemak Ekstraksi Furnace
Oven H2SO4
33
H2O2 H3BO3 3% & 4%
34
NaOH 30%
35
6. Biodata Peserta Praktik Kerja Lapangan
a.
36