Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

DI BALAI PENGUJIAN DAN PENERAPAN

MUTU HASIL PERIKANAN (BP2MHP)

SEMARANG

Disusun Oleh:

1.Muhammad Abied Musyafa’

2.Muhammad Yusril Ihzani

3.Rizal Dwi Kristiyanto

AGRIBISNIS PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN

PEMERINTAHAN PROVINSI JAWA TENGAH

DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

SMK NEGERI 1 JEPARA

2018/2019

i
PENGESAHAN

Laporan Praktek Kerja Lapangan ini telah disetujui oleh pembimbing industri
dan disahkan oleh kepala BP2MHP SEMARANG yang telah dilaksanakan pada:
Hari/tanggal :15 Oktober-30 Desember
Tempat :BP2MHP Semarang
Alamat :Jl.Siliwangi No.636 Semarang

Semarang, Desember 2018

Kepala Seksi Pengujian Pembimbing

Dewi Yuliawati, S.P, M.Si Heny Akbar M.,SP ,M.Sc


NIP.19680703 199203 2 007 NIP.19810929 200604 1 015

Kepala Laboratorium

Ir.Sri Astuti,Msi
NIP.19610907 198902 2 004

ii
PENGESAHAN

Laporan Praktek Kerja Lapangan ini telah disetujui oleh pembimbing industri dan
disahkan oleh kepala BP2MHP SEMARANG yang telah dilaksanakan pada:
Hari/tanggal :15 Oktober-30 Desember
Tempat :BP2MHP Semarang
Alamat :Jl.Siliwangi No.636 Semarang

Semarang, Desember 2018

Kepala Seksi Pengujian Pembimbing

Dewi Yuliawati, S.P, M.Si Mulyono, STP


NIP.19680703 199203 2 007 NIP. 19770302 200604 1 004

Kepala Laboratorium

Ir.Sri Astuti,Msi
NIP.19610907 198902 2 004

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat dan karunianya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktik Kerja Lapangan ini dengan lancar.
Praktik Kerja Lapangan (PKL) mempunyai manfaat yang dapat menambah
pengetahuan,memantapkan kompetensi,rasa tanggung jawab,kemandirian dan kematangan
pola pikir serta kedisiplinan kerja dalam dunia kerja yang sesungguhnya. Dengan selesainya
penusunan laporan ini, tidak lupa penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-
pihak yang mendukung dan membantu dalam penyususan laporan Prakti Kerja Lapangan
ini,antara lain :
1. Bapak,yang telah berkenan memberi izin kepada kami untuk
melaksanakan praktik Kerja Lapangan di BP2MHP Semarang.
2. Bapak selaku ketua kejuruan Agribisnis Pengolahan Hasil Pertanian.
3. Teman - teman semua yang mendukung kami.
4. Bapak dan Ibu dirumah yang selalu memberi motivasi serta dukungan
kepada kami.
5. Serta semua pihak yang membantu sehingga tersusun laporan ini.
6. Laporan ini disusun sebagai hasil dari Praktik Kerja Industri (PKL) di
BPMHP SEMARANG. Praktik Kerja Lapangan ini mempunyai
manfaat yang sangat besar bagi penyusun antara lain :
7. Menambah pengetahuan tentang pengujian kimia dan mikrobiologi
8. Menigkatkan rasa tanggung jawab dan pengalaman untuk di dunia
kerja.
Penyusun menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, maka dari itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun sangat penulis harapkan.
Harapan penyusun semoga laporan ini dapat digunakan dan bermanfaat sebagai mana
mestinya.

iv
DAFTAR ISI

Halaman
Halaman Judul.......................................................................................................... i
Lembar Pengesahan I .............................................................................................. ii
Lembar Pengesahan II ............................................................................................ iii
Kata Pengantar ....................................................................................................... iv
Daftar Isi ..................................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1
A. Latar belakang ............................................................................................1
B .Tujuan.........................................................................................................2
C .Waktu Pelaksanaan ....................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...........................................................................3
A. Sejarah Berdirinya BPMHP Semarang ......................................................3
B .Lokasi dan Tata Letak ................................................................................4
C.Struktur Organisasi .....................................................................................5
D. Fasilitas ......................................................................................................6
BAB III KEGIATAN PRAKTIK DI INDUSTRI .............................................10
A. Teori Pengujian Kimia .............................................................................10
B. Pengujian Kuantitatif ...............................................................................11
C.Analisa Pengujian Kuantitatif...................................................................14
BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL .............................................................22
BAB V PENUTUP ................................................................................................24
A. Kesimpulan ..............................................................................................24
B. Saran ........................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................26
LAMPIRAN..........................................................................................................27

v
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki kekayaan alam yang
melimpah termasuk, kekayaan laut. Laut Indonesia mengandung sumber daya
hayati yang kaya. . Ikan Indonesia terdiri dari berbagai macam jenis dan
keunggulannya. Besarnya jumlah ikan yang ada di perairan Indonesia
menjadikannya sebagai salah satu komoditi ekspor yang sangat diandalkan dalam
meningkatkan devisa negara (Ditjen PEN, 2014)
Seiring berkembangnya zaman, semakin meningkat kebutuhan manusia
akan produk-produk kesehatan dan makanan – minuman. Produk – produk tersebut
harus aman dikonsumsi, sehingga diperlukan adanya tenaga analisa yang bermutu
dan terampil sebagai tenaga ahli yang bertanggung jawab pada pengawasan mutu
suatu produk.
Produk perikanan di Indonesia mengalami permintaan yang cukup tinggi
dari dalam dan luar negeri baik dalam bentuk segar maupun olahan. Akan tetapi
setiap negara asal saat ini cenderung menerapkan standar yang berlaku di negara
masing – masing sebagai acuan dalam impor dan ekspor hasil perikanan, hal ini
mengakibatkan banyaknya penolakan bahkan embargo terhadap ekspor hasil
perikanan sehingga diperlukan suatu sistem jaminan mutu dan kemanan pangan
(Maulana et al.,2012).
Produk perikanan yang memenuhi standar keamanan pangan adalah produk
yang bebas dari pencemaran biologi, fisika dan kimia. Salah satu bentuk
pencemaran kimia yaitu adanya kandungan zat kimia berbahaya seperti pestisida,
zat pembersih, antibiotik, logam berat, bahan tambahan makanan dan lain – lain
(Sudarmaji, 2005).
Praktek Kerja Lapangan adalah salah satu metode pendidikan latihan kerja
di sekolah dan di dunia kerja. Dunia industri terus dikembangkan lebih efektif
untuk memberikan kesesuaian dalam ketenagakerjaan serta memberikan nilai
tambah sehingga mendukung ketercapaian kompetensi di bidang pengembangan

1
dan pengalaman praktik kerja di Balai Pengujian dan Penerapan Mutu Hasil
Perikanan Semarang.

B. Tujuan
Tujuan dari kegiatan Praktik Kerja Lapangan yang telah dilaksanakan pada
tanggal 7 Januari - 29 Maret 2018 yaitu :
1. Menambah pengalaman dan wawasan Mahasiswa dalam melakukan
praktik pengujian mikrobiologi.
2. Agar Mahasiswa mampu menerapkan teori yang diterpkan pada
jenjang Akademik dengan praktik di Lapangan.
3. Agar Mahasiswa memperoleh ketrampilan dan pengalaman kerja
praktis.
4. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan dari jenjang
Diploma, Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi “Yayasan Pharmasi”
Semarang.
5. Untuk memahami dan meningkatkan kemampuan praktik dalam
menganalisis pengujian mikrobilogi sesuai SNI yang dilakukan di
BP2MHP Semarang.

C. Waktu Pelaksanaan

Praktik Kerja Lapangan di Balai Pengujian dan Penerapan Mutu Hasil


Perikanan/ (BP2MHP) Semarang akan dilaksanakan pada:

Tanggal :7 Januari - 29 Maret 2018

Tempat :Balai Pengujian dan Penerapan Mutu Hasil Perikanan


(BP2MHP) Semarang.

2
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

A. Sejarah Berdirinya BPMHP Semarang


Awal berdirinya Balai Pengujian Mutu Hasil Perikanan (BPMHP)
Semarang dimulai dengan terbentuknya Lembaga Teknologi Perikanan
berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah No.4 Tahun 1972.
Pelaksanaan Peraturan Daerah tersebut diatur dengan Surat Keputusan Gubernur
Kepala Daerah Tingkat 1 Jawa Tengah No.G 102/1973/23/15 tanggal 19 Mei 1973.
Selain itu diperkuat juga dengan Surat Keputusan Bersama Menteri Pertanian dan
Kesehatan Republik Indonesia No.31/Kpts/UM/1975/32/Kab/Bu/1975 tanggal 28
Januari 1975 tentang pembinaan mutu hasil perikanan beserta pedoman
pelaksanaanya. Berdasarkan Surat Keputusan tersebut dan Surat Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonsia No.5129/B/SK/1975 tanggal 30 September
1975 secara resmi menetapkan Lembaga Teknologi Perikanan Daerah Tingkat 1
Jawa Tengah sebagai balai yang berwenang melakukan pengujian terhadap produk
produk hasil perikanan.
Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat 1 Jawa
Tengah No.43/1997 tanggal 15 Juni 1997 Lembaga Teknologi Perikanan diubah
namanya menjadi Laboratorium Pengujian dan Pengawasan Mutu Hasil Perikanan
(LPPMHP) dalam peranannya sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) Daerah
bergerak dalam bidang pengujian dan pengawasan mutu produk produk hasil
perikanan. Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Jawa Tengah Tahun 2016
Laboratorium Pengujian dan Pengawasan Hasil Perikanan diubah namanya
menjadi Balai Pengujian Hasil Perikanan (BPMHP).
Balai Pengujian Mutu Hasil Perikanan (BPMHP) Semarang merupakan
laboratorium yang berada dibawah Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Jawa
Tengah. Balai Pengujian Mutu Hasil Perikanan Semarang memiliki status sebagai
Unit Pelaksana Teknis (UPT) daerah yang bergerak dalam bidang pengujian dan
pengawasan mutu produk produk hasil.
Saat ini wilayah kerja Seksi Laboratorium 1 (BPMHP) Semarang meliputi
kota Semarang, Kabupaten Semarang, Kabupaten Kendal, Kabupaten Demak,

3
Kabupaten Grobogan, Kabupaten Pati,Kabupaten Kudus, Kabupaten Jepara,
Kabupaten Blora, Kabupaten Rembang, Kabupaten Surakarta, Kota Salatiga,
Kabupaten Boyolali, Kabupaten Klaten, Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten
Karanganyar, Kabupaten Wonogiri, Kabupaten Sragen, Kabupaten Magelang,
Kabupaten Temanggung dan Kabupaten Wonosobo.

B. Lokasi dan Tata Letak


Balai Pengujian Mutu Hasil Perikanan (BPMHP) Semarang Jawa Tengah
terletak di Jl.Siliwangi No.636 dengan nomor telepon (024) 7605311. Balai
Pengujian Mutu Hasil Perikanan Semarang memiliki beberapa ruangan pengujian
yaitu laboratorium mikroboilogi, kimia dan organoleptik. Selain itu, terdapat ruang
tata usaha, ruang staf analis, ruang pimpinan, ruang rapat, ruang contoh, ruang
pencucian, ruang pembuatan media, ruang sterilisasi dan kamar mandi serta area
parkir yang cukup luas.
Tata letak Balai Pengujian Mutu Hasil Perikanan (BPMHP) Semarang
terdapat pada lampiran. Pengaturan tata letak bertujuan untuk memperlancar proses
pengujian dan kegiatan yang mendukung proses pengujian. Lantai dasar digunakan
untuk ruang penerimaan contoh, ruang analis, ruang pertemuan dan ruang uji
organoleptik. Hal ini diatur sedemikian rupa agar dapat mempermudah pemasukan
aliran bahan dan staf. Contoh masuk dalam ruang penerimaan contoh kemudian
diambil cuplikan contoh untuk diuji organoleptik yang akan masuk ke ruang dapur
organoleptik. Lantai 2 digunakan untuk ruang pembuatan media, ruang pencucian,
ruang sterilisasi, ruang uji kimia dan mikrobiologi.

4
C. Struktur Organisasi
Berikut Struktur Organisasi BP2MHP Semarang:
KepalaBP2MHP

Ir.Sri Astuti M,Si

NIP:19610907 198902

KEPALA SEKSI PENGUJIAN KEPALA SEKSIPENERAPAN KEPALA SUB BAG TATA USAHA

DEWI YULIWATI, SP, M.Si Ir.DWINASTITI.M.Si BAMBANG SUPRIYANTO, SH

NIP.19680703199203 2007 NIP.19640317 199303 2 002 NIP. 19680215 198803 1 003

RINI
USMAN HERU SUBANDRIYO
SUSIANAWATI.S.Pi.M.Si

NIP. 19620724 198603 1 006 NIP. 19611017 198512 1


NIP.19740206 199803 2

JOKO SUPRIYONO,SE
MULYONO, STP NUR ARIF KURNIAWAN,S.Pi
NIP. 198700807 1992003 1
NIP. 19770302 200604 1
004

AGATHA LIN ENDARTI EKO SUHARTONO


RINATI RAHMADHANI, S.Pi
A.Md
NIP. 19760115 200901 1 004
NIP. 19870219 201101 2
004
PEVY CINDY ALVIONITA RADIS YUDIANTONO,A.Md
CHAIRUL ANAM,S.Kom LUMBAN GAOL S.Tr.P1

NASRILAH

HERDIANA ENDAH K A.Md

RINYA HIDA DIAN PERTIWI

TRI WINARNO
WAGIYAH

M. ADIB YUDHA SAPUTRA AGUS CHRISTIYANTO

5
D. Fasilitas
Balai Pengujian Mutu Hasil Perikanan memiliki tanah keseluruhan seluas
2.320 m2 serta memiliki bangunan laboratorium seluas 324 m2. Fasilitas yang
terdapat di Balai Pengujian Mutu Hasil Perikanan (BPMHP) Semarang berupa
bangunan laboratorium yang permanen serta dilengkapi dengan peralatan
laboratorium, terdiri dari :
a. Ruang Laboratorium Organoleptik
Ruang laboratorium organoleptik terdiri atas dua bagian dapur organoleptik
seluas 24 m2 dan ruang panelis seluas 15 m2.Dapur organoleptik digunakan untuk
mempersiapkan produk perikanan yang akan diuji secara organoleptik,sedangkan
ruang panelis adalah ruangan yang digunakan panelis untuk melakukan pengujian
mutu secara organoleptik. Ruang penilaian organoleptik terdiri atas bilik untuk
enam panelis yang masing masing dilengkapi dengan lampu.Ruangan ini
berhubungan dengan ruangan dapur untuk mempermudah dalam menyajikan obyek
atau produk yang akan diujikan. Bilik/sekatan bertujuan untuk mencegah hubungan
antar panelis secara langsung sehingga tidak mempengaruhi hasil pengujian dan
menghindari hasil pengujian yang tidak subyektif. Dinding dalam ruang uji
organoleptik ini berwarna terang memiliki ventilasi udara yang cukup untuk
menghilangkan bau bau dan pengembunan serta mendapat penerangan yang merata
yang diharapkan dapat mendukung kelancaran uji organoleptik berdasarkan score
sheet organoleptik yang meliputi kenampakan, bau, rasa dan konsistensi dari
produk yang diamati.
b. Ruang Laboratorium Mikrobiologi
Ruang laboratorium Mikrobiolgi terdiri dari ruang preparasi seluas 36 m2 ruang
inokulasi seluas 12 m2, ruang sterilisasi seluas 12 m2 ruang pencucian seluas 9 m2
ruang peralatan glassware seluas 9 m2.Laboratorium mikrobiologi sebagaimana
terlihat pada gambar 4 digunakan untuk pengujian mutu secara mikrobiologi yang
meliputi penentuan Angka Lempeng Total (ALT),penentuan coliform dan
Escherichia coli,pengujian bakteri Salmonella,Vibrio cholerae dan Staphylococcus
aerus.Ruangan Laboratorium mikribiologi merupakan ruangan steril dan higenis
sebagai tempat untuk melakukan pengujian mikrobiologi.Alat yang digunakan
untuk melakukan pengujian sudah representatif, antara lain: mikroskop, electronic,

6
autoclave, colony conter, digital colony counter, water destilizer, inkubator,
timbangan analit, blender jars, stomacher, meja kerja, refrigerator, petridish,
kompor listrik dan biomate, erlenmayer, tabung reaksi. Semua uji pada
laboratorium ini dilakukan sesuai dengan permintaan buyer (pembeli) produk yang
diujikan.
c. Ruang Laboratorium Kimia
Kegiatan yang dilakukan di ruangan ini antara lain mengenal alat alat yang ada
dan memahami fungsi fungsinya serta mengetahui berbagai uji proksimat yang ada
di laboratorium kimia.Untuk pengujian sudah representatif antara lain water
destilizer, inkubator, timbangan analitik, blender jars, dll.
d. Ruang Pembuatan Media
Ruang pembuatan media seluas 9 m2 merupakan ruangan untuk membuat
media yang digunakan untuk pengujian mikrobiologi.Ruang media sebagaimana
terlihat pada gambar 5 digunakan untuk membuat media yang diperlukan dalam
pengujian. Jenis dan jumlah media yang dibuat dalam ruang ini disesuaikan dengan
kebutuhan pengujian yang akan dilakukan. Media dalam pengujian mikrobiologi
digunakan untuk menumbuhkan mikroba tertentu.Sebelum pembuatan media
peralatan yang digunakan harus steril. Sterilisasi digunakan dengan perlakuan
panas dan tekanan yaitu dengan suhu 1210C selama 15 menit. Meja pembuatan
media serta tangan analis yang membuat media harus steril,yaitu dengan cara
menyemprotkan alkohol 90%. Bahan-bahan kimia yang diperlukan untuk
pembuatan media ditempatkan dalam lemari kaca yang disusun berdasarkan angka
yang dipisahkan sesuai dengan kebutuhan bakteri uji sehingga memudahkan
pencarian. Selama pembuatan media, orang yang menggerjakannya harus
menggunakan masker yang bertujuan keamanan analis karena beberapa macam
bahan dapat bersifat toksik. Selain itu, penggunaan masker juga bertujuan untuk
menghindari kontaminasi yang berasal dari mulut. Ruang media ini dilengkapi
dengan kompor listrik, membran filter, dehumidityfier, magnetic stirer dan
timbangan analitik.

7
Kemudian ada ruangan – ruangan lain sabagai berikut :
1. Ruang sterilisasi
Ruang sterilisasi, sebagaimana terlihat pada gambar 7 memiliki ruang
seluas 12 m2, digunakan untuk mensterilkan peralatan dan media yang akan
digunakan untuk pengujian. Pada ruangan sterilisasi dilengkapi oleh
autoklaf sebanyak 2 buah dengan menggunakan suhu 1210C selama 15
menit.
2. Ruang inkubasi
Ruang ini seluas 12 m2 merupakan ruangan yang digunakan untuk
inkubasi biakan mikroba yang akan ditumbuhkan sehingga biakan yang
diinginkan dapat tumbuh. Ruangan ini terdiri dari beberapa inkubator dan
waterbath yang digunakan secara khusus untuk setiap pengujian mikrobia.
3. Ruang pencucian
Ruang pencucian sebagaimana yang tertera pada gambar 8 memiliki
ruang seluas 9 m2, digunakan untuk membersihkan dan mencuci peralatan
yang telah digunakan untuk pengujian sebelum dilakukan sterilisasi. Sisa
media yang telah digunakan didestruksi terlebih dahulu sebelum dibuang ke
tempat pembuangan. Destruksi dilakukan bertujuan untuk mematikan
biakan mikroba dan untuk menghindari pencemaran. Sisa media yang telah
disterilkan dibuang ke tempat pembuangan sampah. Alat penunjangnya
ialah autoclave. Sisa media yang telah disterilkan dibuang melalui saluran
WC yang khusus untuk pembuangan media sisa.
4. Ruang penerimaan contoh pengujian dan tata usaha
Ruang penerimaan contoh pengujian dan tata usaha memiliki luas 12
m2. Ruang penerimaan contoh merupakan tempat penerimaan contoh atau
sampel yang akan diujikan dari pengguna jasa. Kemasan sampel yang telah
diterima sebelum dibawa ke ruang uji harus dilepas terlebih dahulu dan
diberi kode dengan tertentu, sehingga sampel masuk dalam ruang pengujian
dalam keadaan polos dan menggunakan kode tertentu. Penghilangan
identitas asli sampel bertujuan untuk menjaga objektivitas hasil pengujian
oleh petugas penguji sampel. Ruangan tata usaha juga mengurus registrasi
sampel dan tempat pengambilan sertifikat atau hasil pengujian sampel.

8
Selain itu, tata usaha juga bertanggung jawab terhadap penyediaan bahan-
bahan dan peralatan yang diperlukan oleh laboratorium.
5. Ruang pimpinan dan pertemuan
Ruang pimpinan digunakan untuk ruang kerja kepala BP2MHP. Selain
itu juga digunakan untuk rapat antara kepala laboratorium dan staf karyawan
serta pertemuan dari kunjungan pemerintah maupun instansi tertentu.
6. Ruang staf laboratorium (analis)
Ruang staf laboratorium (analis) digunakan sebagai ruang kerja
staf/analis diluar pekerjaan laboratorium. Ruang staf laboratorium (analis)
memiliki luas 72 m2 yang dibagi menjadi tiga ruangan.
7. Ruang tamu
Ruang tamu seluas 20 m2 digunakan untuk menerima tamu.
8. Ruang mushola
Ruang mushola seluas 9 m2 digunakan untuk sholat.
9. Perpustakaan
Ruang perpustakaan seluas 9 m2 digunakan untuk tempat buku-buku
dan tempat baca.
10. Kamar mandi dan WC
Kamar mandi seluas 16 m2 terdiri dari 4 buah.
11. Dapur
Dapur seluas 9 m2 digunakan untuk tempat pembuatan minum staf dan
tamu.

9
BAB III
KEGIATAN PRAKTIK INDUSTRI

A. Pengujian Kimia
Pengujian kimia merupakan salah satu jenis uji yang penting,karena
selain untuk mengetahui kandungan gizi yang terdapat pada produk, uji
kimia juga dapat digunakan untuk mengetahui kandungan zat toksik dalam
produk. Uji kimia ada beberapa macam diantaranya uji zat gizi/ uji
proksimat (kadar air, kadar abu, kadar garam, kadar lemak, kadar protein,
dan kadar karbohidrat),

B. Pengujian Kuantitatif
Pengujian kuantitatif adalah suatu rangkaian pekerjaan analisis yang
bertujuan untuk mengetahui jumlah suatu unsur atau senyawa dalam suatu
sampel yang kita analisa. Zat yang ditetapkan tersebut, yang sering kali
dinyatakan sebagai konstituen atau analit, menyusun sebagian kecil atau
sebagian besar sampel yang di analisis. Pengertian lain dari analisa
kuantitatif adalah analisa yang bertujuan untuk mengetahui jumlah kadar
senyawa kimia dalam suatu bahan atau campuran bahan.
Secara garis besar metode yang digunakan dalam analisis kuantitatif
dibagi menjadi dua macam yaitu kimia analisis kuantitatif instrumental,
yaitu metode analisis bahan-bahan kimia menggunakan alat-alat instrumen,
dan analisa kimia konvensional. Metode dalam analisa kuantitatif dibedakan
menjadi 2 bagian: metode gravimetri, yaitu penetapan kadar suatu unsur
atau senyawa berdasarkan berat, tetapnya dengan cara penimbangan. Cara
dilakukan dengan unsur atau senyawa yang diselidiki dan bahan yang
menyusunnya. Bagian terbesar yang dilakukan metode gravimetri adalah
perubahan unsur berat tetapnya. Berat senyawa selanjutnya dapat dianalisa
berdasarkan jenis senyawa. Metode volumetri, adalah analisa kuantitatif
yang dilakukan dengan cara menambahkan sejumlah larutan baru yang lebih
diketahui kadarnya. Dengan mengetahui jumlah larutan baru yang

10
ditambahkan dan reaksinya berjalan secara kuantitatif sehingga senyawa
yang dianalisis dapat dihitung jumlahnya.

Macam-Macam Pengujian Kimia


a. Pengujian Kadar Air
Kadar air adalah persentase kandungan air pada suatu bahan yang
dapat dinyatakan berdasarkan berat basah (wet basis) atau berdasarkan berat
kering (dry basis) SNI 01-2354.2-2015. Kadar air berat basah mempunyai
batas maksimum teoritis sebesar 100 persen, sedangkan kadar air
berdasarkan berat kering dapat lebih dari 100 persen (Anonim, 2010).
Kadar air suatu bahan biasanya dinyatakan dalam persentase berat
bahan basah, misalnya dalam gram air untuk setiap 100 gram bahan tersebut
kadar air berat basah. Berat bahan kering adalah berat bahan setelah
mengalami pemanasan beberapa waktu tertentu sehingga beratnya tetap
(konstan). Pada proses pengeringan air yang terkandung dalam bahan tidak
dapat seluruhya diuapkan (Kusumah, dan Andarwulan, 1989).
Penetapan kadar air bahan pangan dapat dilakukan dengan beberapa
cara tergantung dari sifat bahannya. Pada umumnya penentuan kadar air
dilakukan dengan mengeringkan sejumlah sampel dalam oven pada suhu
105-110°C. Selisih berat sebelum dan sesudah pengeringan adalah
banyaknya air yang diuapkan.

b. Pengujian Kadar Abu


Kadar abu adalah jumlah residu anorganik yang dihasilkan dari
pengabuan atau pemijaran suatu produk (SNI 01-2354.1-2010). Pengertian
lain abu adalah residu anorganik dari proses pembakaran atau oksidasi
komponen organik bahan pangan. Kadar abu total adalah bagian dari
analisis proksimat yang bertujuan untuk mengevaluasi nilai gizi suatu
produk atau bahan pangan terutama total mineral. Kadar abu dari suatu
bahan menunjukkan total mineral yang terkandung dalam bahan tersebut. (
Aprilianto, 1988 ).

11
Kandungan abu dan komposisinya tergantung pada jenis bahan dan
cara pengabuannya. Bahan pangan yang terdapat di alam mengandung
mineral yang berupa abu. Mineral yang terdapat dalam satu bahan dapat
merupakan dua macam garam yaitu garam organik dan garam anorganik.
Garam organik terdiri dari garam-garam asam malat, oksalat, asetat, dan
pektat, sedangkan garam anorganik antara lain dalam bentuk garam fosfat,
karbonat, klorida, sulfat, dan nitrat. Mineral juga biasanya berbentuk
sebagai senyawa kompleks yang bersifat organis (Sediaoetomo 2000).

c. Pengujian Kadar Protein


Protein merupakan suatu zat makanan yang sangat penting bagi
tubuh, karena zat ini disamping berfungsi sebagai zat pembangun dan
pengatur, protein adalah sumber asam-asam amino yang mengandung unsur
C,H,O dan N yang tidak dimiliki oleh lemak atau karbohidrat. Molekul
protein mengandung pula posfor, belerang dan ada jenis protein yang
mengandung unsur logam seperti besi dan tembaga (Budianto, A.K, 2009).
Rata-rata unsur kimia yang terdapat dalam protein adalah karbon 50%,
hydrogen 7%, oksigen 23%, nitrogen 16%, belerang (0-3%) dan fosfor (0-
3%). (Poedjiadi dan supriyanti, 2006).
Adapun cara analisis protein pada produk perikanan secara
kuantitatif dengan cara kjedahl yaitu melalui beberapa proses (SNI-01-
2534-4-2006).
 Kjeldahl
Cara kjeldhal digunakan untuk menganalisis kadar protein kasar
dalam bahan makanan secara tidak langsung, karena yang dianalisis dengan
cara ini adalah nitrogennya. Dengan mengalikan hasil analisis tersebut
dengan angka konversi 6,25 diperoleh nilai protein dalam bahan makanan
itu. Angka 6,25 berasal dari angka konversi serum albumin yang biasanya
mengandung 16% nitrogen.
Prinsip cara analisis kjeldahl adalah, mula-mula bahan didestruksi
sengan asam sulfat pekat menggunakan katalis selenium oksoklorida atau
butiran Zn. Amonia yang terjadi didestilasi dengan zat pengikat, kemudian

12
jumlah nitrogennya ditentukan dengan menitrasi destilat. Cara kjeldahl pada
umumnya dapat dibedakan atas tiga cara, yaitu cara makro, semimikro, dan
mikro. Cara makro kjeldahl digunakan untuk contoh yang sukar
dihomogenisasi dan besar contoh 1-3 gram, semimakro kjeldahl dirancang
untuk contoh ukuran kecil yaitu kurang dari 300 mg dari bahan yanng
homogen, dan cara mikro digunakan untuk contoh yang lebih kecil lagi yaitu
10-30 mg. Cara kjeldahl ini terdiri dari beberapa tahap sebagai berikut:
I. Tahap Destruksi
Dalam tahap ini, sampel dipanaskan dalam asam sulfat
pekat sehinngga terurai menjadi unsur-unsurnya. Elemen karbon,
hidrogrennya teroksidasi menjadi CO, CO2, H2O, sedangkan
nitrogennya berubah menjadi NH4HSO4. Untuk mempercepat
proses destruksi, ditambah selenium sebagai indkator.
II. Tahap Destilasi
Pada tahap ini amonium hidrogen sulfat dipecah menjadi
amonia (NH3) dengan penambahan NaOH sampai alkalis dan
dipanaskan. Agar tidak menghasilkan gelembung gas yang bebas
maka dapat ditambah dengan logam seng.
Ammonia yang dibebaskan selanjutnya ditangkap oleh
larutan asam, asam yang dapat dipakai adalah asam borat 4%.
Agar kontak antara asa dan ammonia lebih baik maka diusahakan
ujung tabung destilasi tercelup sedalam mungkin dalam larutan
asam. Destilasi diakhiri apabila semua ammonia terdestilasi
sempurna yaitu destilasi tidak basa lagi.
NH4HSO4 + 2NaOH Na2SO4 + NH3 + 2H2O3NH3 + H3BO3
(NH4)3BO3
III. Tahap Titrasi
Pada tahap ini destilat dititrasi dengan HCl 0,02 N dengan
menggunakan indikator methil orange (MO) sampai terjadi
perubahan warna dari kuning menjadi orange.
(NH4)3BO3 + 3HCl 3NH4Cl + H3BO3
(Sudarmaji, dkk, 1989).

13
C. Analisa Pengujian Kuantitatif
1. Analisa Kadar Air dan Kadar Abu
Metode yang digunakan dalam pengujian kadar tode
gravimetri SNI 01-2354.2-2015 (Kadar Air). Gravimetri
merupakan metode analisa yang didasarkan pada penimbangan
atau berat. Prinsip dari pengujian kadar air adalah molekul air
dihilangkan melalui pemanasan baik dengan oven vakum dan
tidak vakum maupun alat penetuan kadar air lainnya yang
menggunakan panas dengan suhu 105°C hingga diperoleh berat
kering konstan.
Pengujian kadar abu dilakukan dengan metode
gravimetri. Prinsip analisis kadar abu berdasarkan SNI 01-2354.1-
2010 (Kadar Abu) adalah dioksida atau dipijarkan pada tanur
dengan suhu 550°C sampai diperoleh abu yang berwarna putih.
Sebanyak 2 gram sampel homogen kering dimasukkan ke dalam
cawan porselin, lalu dipindahkan ke tanur pengabuan. Panaskan
pada suhu 550°C.
I. Sampel yang digunakan adalah tepung ikan
II. Peralatan sampel
 Oven
 Cawan Krusibel
 Desikator
 Tangkrus
 Neraca analitik
III. Prosedur
a.) Kadar Air
1. Melakukan minimal pengujian duplo
2. Mengoven cawan krusibel selama 30 menit
3. Mengambil cawan kurs dengan tangkrus, mendiamkan
dalam desikator selama 2-3 menit
4. Menimbang cawan menggunakan neraca analitik
5. Menimbang sampel sebanyak 2 gram

14
6. Mengoven sampel + cawan selama 3 jam
7. Mengambil sampel + cawan yang sudah dioven dengan
tang krus
8. Mendiamkan sampel + cawan dalam desikator selama 2-
3 menit
9. Menimbang sampel + cawan konstan
10. Menghitung persentase kadar air

b.) Kadar Abu


1. Pansakan krus + sample lanjutan (dari kadar air) pada
furnace dengan suhu 550°C, menaikkan suhu secara
bertahap (selang 1 jam) dimulai dari suhu 150°C. Selama
24 jam.
2. Mematikan furnace dan mendiamkan selama ± 30 menit
3. Mengambil cawan + sampel dari furnace menggunakan
tang krus kemudian meletakkannya ke desikator,
mendiamkannya selama 30 menit
4. Menimbang cawan + sampel konstan
5. Menghitung jumlah persen kadar abu

IV. Perhitungan
𝐵−𝐶
% Kadar Air = 𝑥100%
𝐵−𝐴
Keterangan:
A : bobot crussibel kosong (g)
B : bobot crussible + sampel (g)
C : bobot crussible + sampel (g)

𝐶−𝐴
% Kadar Abu = 𝑥100%
𝐵
Keterangan :
A : bobot crussible kosong (g)
B : bobot sampel (g)
C : bobot crussible + sampel (g)

15
V. Hasil Penimbangan
I. Tabel Hasil Penimbangan Kadar Air & Kadar Abu

bobot crussible +
Bobot crussibel Memenuhi standar
No. Sampel sampel (g)
kosong (g) SNI
Air Abu
Kadar Air (Memenuhi)
A1
1. Sempel 38,2766 38,7587 38,2985
Kadar Abu
107
(Memenuhi)

Kadar Air
A2 (Memenuhi)
2. Sempel 39,6604 40,0483 39,6782
107 Kadar Abu
(Memenuhi)
Dari hasil pengujian kadar air & kadar abu tersebut bahwa untuk
pengujian kadar air memenuhi standar SNI,karena standar SNI
untuk kadar air adalah max 12%.Sedangkan untuk pengujian kadar
abu belum memenuhi standar SNI,karena standar SNI untuk kadar
abu adalah max 25 %.

II. Hasil Perhitungan


𝑩−𝑪
a) % Kadar Air = × 𝟏𝟎𝟎%
𝑩−𝑨
𝟒𝟎.𝟓𝟓𝟐𝟑−𝟑𝟖.𝟕𝟓𝟖𝟕 𝟏,𝟕𝟗𝟑𝟔
A1 = 𝟒𝟎.𝟓𝟓𝟐𝟑−𝟑𝟖.𝟐𝟕𝟔𝟔 × 𝟏𝟎𝟎 % = 𝟐.𝟐𝟕𝟓𝟕 × 𝟏𝟎𝟎% = 78,81%
𝟒𝟏.𝟕𝟓𝟓𝟏−𝟒𝟎.𝟎𝟒𝟖𝟑 𝟏.𝟕𝟎𝟔𝟖
A2 = 𝟒𝟏.𝟕𝟓𝟓𝟏−𝟑𝟗.𝟔𝟔𝟎𝟒 × 𝟏𝟎𝟎 % = 𝟐.𝟎𝟗𝟒𝟕 × 𝟏𝟎𝟎% = 81,48%

𝑪−𝑨
b) % Kadar Abu = × 𝟏𝟎𝟎 %
𝑩
𝟑𝟖.𝟐𝟗𝟖𝟓−𝟑𝟖.𝟐𝟕𝟔𝟔 𝟎.𝟎𝟐𝟏𝟗
A1 = × 𝟏𝟎𝟎 % = × 𝟏𝟎𝟎% = 𝟎, 𝟗𝟔%
𝟐.𝟐𝟕𝟓𝟕 𝟐.𝟐𝟕𝟓𝟕
𝟑𝟗.𝟔𝟕𝟖𝟐−𝟑𝟗.𝟔𝟔𝟎𝟒 𝟎.𝟎𝟏𝟕𝟖
A2 = × 𝟏𝟎𝟎 % = × 𝟏𝟎𝟎% = 𝟎, 𝟖𝟓%
𝟐.𝟎𝟗𝟒𝟕 𝟐.𝟎𝟗𝟒𝟕

16
RPD (%)
No.
Sampel A1 A2 RPD %

1. Sempel 107 78,81 % 81,48 % 3,33 %


(Kadar Air)

2. Sempel 107 0,96 % 0,85 % 12,09 %


(Kadar Abu)
Dari hasil uji kadar air & kadar abu tersebut diperoleh RPD hasil
0.0921 % dan 0.1696 %

2. Analisa Kadar Protein


Protein adalah sumber-sumber asam amino yang
mengandung unsur C, H, O, dan N yang tidak dimiliki oleh lemak
atau karbohidrat. Protein adalah makromolekul polipeptida yang
tersusun dari sejumlah L-asam amino yang dihubungkan oleh ikatan
peptida, berbobot molekul tinggi dari 5000 sampai berjuta-juta
(SNI-01-2534-4-2006). Protein terdiri dari bermacam-macam
golongan, makromolekul yang heterogen, walaupun demikian
semuanya merupakan turunan dari polipepptida engan BM yang
tinggi. Unsur yang ada dalam hampir semua protein adalah
hidrogen, oksigen, nitrogen, dan beleranf (Dinnension, 2002).
Ditinjau dari strukturnya, protein dibagi dalam dua golongan besar,
yaitu golongan protein sederhana dan protein gabungan. Protein
sederhana adalah protein yang hanya terdiri dari molekul-molekul

17
asam amino, sedangkan protein gabungan adalah protein yang
terdiri dari protein dan gugus bukan protein (Sudarmaji, 1989).
I. Sampel yang digunakan adalah tepung ikan
II. Pereaksi
1. Tablet katalis mengandung 3,5 gr K2SO4 dan 0,175 gr HgO
atau yang setara.
2. Kertas timbang bebas N (Whattman 541)
3. Batu didih.
4. Asam borat 4%.
5. Melarutkan 4 gr H3BO3 dalam air tambahkan 0,7 ml laritan
indikator methyl red 0,1% dalam ethanol dan 1 ml larutan
indikator bromcresol green 0,1% dalam ethanol dan
mengencerkan sampai 100 ml.
6. Asam sulfat (H2SO4) pekat 95-97% p.a.
7. Hidrogen peroksida (H2O2) 30-35% p.a.
8. Larutan natrium hidroksida-natrium thiosulfat. Larutkan
2000gr NaOH an 125 gr Na2S2O3 dalam air dan encerkan
menjadi 5 liter (kira-kira penggunaan per analisa 50 ml).
9. Larutan standar asam klorida (HCl) 0,2

III. Peralatan
1. Timbangan analitis ketelitian 0.0001 g
2. Alat destruksi kjedahl ukuran 250 ml
3. Alat destilasi uap
4. Peralatan labu destilat 250 ml,labu takar,corong gelas,
buret 50 ml pipet
5. Volumetri 25 ml, erlenmeyer 250 ml, gelas ukur 50 ml, gelas
piala 50 ml, pipet tetes dan batang pengaduk
6. Saringan no. 20 ukuran mesh 0,0331 inci, diameter kawat
0,355 mm

IV. Prosedur

18
1. Dilakukan pengujian minimal duplo (dua kali).
2. Sampel ditimbang kira - kira 2 gr homogenat contoh pada
kertas timbang, lipat - lipat dan masukkan kedalam labu
destruksi
3. Ditambah 1 buah tablet katalis
4. Ditambahkan 15 ml H2SO4 pekat (95% - 97%) dan 3 ml
H2O2 secara perlahan-lahan dan diamkan selama 10 menit
dalam ruang asam.
5. Didestruksi pada suhu 410°C selama ± 3 - 4 jam atau sampai
larutan jernih, diamkan hingga mancapai suhu kamar dan
tambahkan 50-75 ml aqudes.
6. Disiapkan erlenmeyer berisi 25 ml larutan H3BO3 4% yang
mengandung indikator sebagai penampung destilat.
7. Dipasang labu yang berisi hasil destruksi pada rangkaian alat
destilasi uap.
8. Ditambahkan 50-75 ml larutan natrium hidroksida-thiosulfat.
9. Dilakukan destilasi dan tampung destilat dalam erlenmeyer
tersebut (6.5) hingga volume mencapai minimal 150 ml (hasil
destilat akan berubah menjadi Hijau).
10. Dititrasi hasil destilat dengan HCI 0,2 N yang sudah
dibakkukan dititrasi sampai warna berubah dari hijau
menjadi merah muda (natural red).
11. Hitung jumlah persen kadar protein dengan rumus.

V. Perhitungan

(𝑽𝑨−𝑽𝑩)𝑯𝑪𝑳 𝒙 𝑵 𝑯𝑪𝑳 𝒙 𝟏𝟒,𝟎𝟎𝟕 𝒙 𝟔,𝟐𝟓 𝒙 𝟏𝟎𝟎%


Kadar N % = 𝒎𝒈 𝒔𝒂𝒎𝒑𝒆𝒍

Keterangan :
VA : ml HCl untuk titrasi contoh
VB : ml HCl untuk titrasi blanko
N : Normalitas HCl standar yang digumakan

19
14,007 : Berat atom nitrogen
6,25 : Faktor konversi protein
W : Berat contoh (g)

VI. Hasil Pengujian

i. Tabel uji protein


Volume Volume
Sampel titrasi titrasi Bobot Sampel Memenuhi
contoh blanko standar SNI

A1 (Tepung ikan) 61 0,5 2,0026 gr Memenuhi


A2 (Tepung ikan) 59.5 0,5 2,0063 gr Memenuhi

Dari hasil uji protein tersebut memenuhi standar SNI, karna


standar SNI untuk protein pada tepung ikan yaitu 55%.

ii. Perhitungan
(𝑽𝑨−𝑽𝑩)𝑯𝑪𝒍 𝒙 𝑵 𝑯𝑪𝒍 𝒙 𝟏𝟒.𝟎𝟎𝟕 𝒙 𝟔.𝟐𝟓 𝒙 𝟏𝟎𝟎 %
Kadar N % = 𝒘 𝒙 𝟏𝟎𝟎𝟎
(𝟔𝟏−𝟎.𝟓)𝑯𝑪𝒍 𝒙 𝟎.𝟐 𝒙 𝟏𝟒.𝟎𝟎𝟕 𝒙 𝟔.𝟐𝟓 𝒙 𝟏𝟎𝟎 %
(A1) = = 52.8952%
𝟐.𝟎𝟎𝟐𝟔 𝒙 𝟏𝟎𝟎𝟎

(𝟓𝟗.𝟓−𝟎.𝟓)𝑯𝑪𝒍 𝒙 𝟎.𝟐 𝒙𝟏𝟒.𝟎𝟎𝟕 𝒙 𝟔.𝟐𝟓 𝒙 𝟏𝟎𝟎 %


(A2) = = 51.4886%
𝟐.𝟎𝟎𝟔𝟑 𝒙 𝟏𝟎𝟎𝟎

Dari hasil analisa dapat disimpulkan bahwa perbedaan kadar protein


dari masing – masing sampel tidak konstan, karena hasil dari
perhitungan berbeda-beda dan masa jenis dari sampel tidak beragam

Kadar Protein
Sampel RSD (%)
(%)
A1 (Tepung ikan) 52.8952 2.6950%
2,0026
A2 (Tepung ikan) 51.4886
2,0063

20
Dari hasil uji protein tersebut RSD yang dihasilkan 2,6950%

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengujian Kuantitatif


1. Pengujian Kadar Air
Pengujian kadar air tidak membutuhkan bahan pembantu
seperti aquadest dan lain lain. Pada pengujian ini menggunakan
sampel tepung ikan, pada sampel produk tepung ikan yang di uji di
atas memiliki kadar air yang lebih sedikit. Karena memang tepung
ikan tersebut harus dalam keadaan lebih kering. Dalam
pengujian kadar air ini, suhu oven yang digunakan minimal harus
100oC, karena hal tersebut dapat mempengaruhi hasil uji kadar air.
Kadar air memiliki titik didih pada suhu 100oC. Jika oven yang
digunakan berada pada suhu di bawah 100 oC, maka hasil dari
pengujian kadar air tidak akan maksimal. Selain itu, hal yang dapat
mempengaruhi hasil uji kadar air adalah cara yang digunakan pada

21
saat praktik. Kesalahan praktik bisa terjadi, seperti saat membuka
tutup desikator yang terlalu lebar. Sampel dapat menyerap air dari
udara yang masuk pada desikator.
2. Pengujian Kadar Abu
Pengujian kadar abu dilakukan setelah selesai melakukan
pengujian kadar air, menggunakan cawan yang sama dan sampel
yang sama. Metode yang digunakan pada praktik kadar abu ini
adalah thermogravimetri. Sampel diabukan pada furnace dengan
suhu 550oC sampai warna menjadi putih dan berbentuk abu setelah
itu didiamkan selama 16 – 20 jam. Pada sampel tepung ikan yang
diuji diatas memiliki kadar abu yang tinggi. Itu berarti kandungan
anorganik yang terkandung dalam tepung ikan olahan tersebut
banyak.

3. Pengujian Kadar Protein


Metode yang digunakan pada pengujian protein adalah
Kjeldhal. Prinsip Metode kjedahl yaitu protein dan komponen
organik dalam sampel akan didestruksi dan hasil destruksi akan
dinetralkan melalui proses destilasi. Destilat kemudian di tampung
dan di titrasi. Sampel yang digunakan sebanyak 2 gram.

Dalam pengujian ini terdapat 3 tahapan. Yaitu Destruksi,


destilasi, dan titrasi. Pada tahapan destruksi sampel dipanaskan
dalam asam sulfat pekat sehingga terjadi destruksi menjadi unsur-
unsurnya. Elemen karbon, hidrogen teroksidasi menjadi CO, CO2
dan H2O. Sedangkan nitrogennya (N) akan berubah menjadi
(NH4)2SO4 Untuk mempercepat proses destruksi sering
ditambahkan katalisator. Pada tahap destilasi, ammonium sulfat
dipecah menjadi ammonia (NH3) dengan penambahan NaOH.
Ammonia yang dibebaskan selanjutnya akan ditangkap oleh asam

22
borat. Pada tahapan titrasi, hasil destilasi tersebut dititrasi dengan
dengan larutan HCL 0,2 N.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Balai Pengujian dan Penerapan Mutu Hasil Perikanan (BP2MHP)


Semarang, terdapat 3 pengujian yaitu pengujian kimia, pengujan
mikrobiologi, dan pengujian organoleptik.
2. Metode pengujian organoleptik, kimia, maupun mikrobiologi yang
dilakukan di BP2MHP Semarang mengacu pada standart penentuan mutu
yang telah disahkan secara nasional dengan dikeluarkannya Standart
Nasional Indonesia (SNI) untuk masing-masing pengujian mutu perikanan.
3. SNI yang digunakan dalam pengujian SNI-2354.2-2015 (SNI Kadar Air) ,
SNI-2354.1-2010 (Kadar Abu), SNI-01-2354.4-2006 (Kadar Protein), SNI-
01-2354.4-2006.

23
4. Hasil rata-rata kadar air dan abu Tepung ikan A(1) 8.1820 dan A(2) 8.9550.
Dari hasil tersebut dapat disimpulkan jika kadar air untuk produk tepung
ikan memenuhi syarat mutu SNI yang ditetapkan yaitu maksimal 12%.
5. Hasil rata-rata kadar protein tepung ikan A(1) 52.8952 dan A(2) 51.4886.
Hasil rata-rata pengujian memenuhi syarat mutu SNI yang ditetapkan yaitu
max 55% tepung ikan tersebut mengandung protein yang lumayan tinggi.
B. Saran
1. Untuk siswa magang yang sedang melakukan uji untuk didampingi agar
tidak terjadi kekeliruan saat melakukan pengujian.
2. Saat reagen kimia sudah habis,dimohon Bapak/Ibu penyelia kimia segera
melapor kepada Kepala Pengujian,agar tidak terjadi hambatan saat
melakukan pengujian.
3. Supaya saat melakukan pengujian berlangsung aman,dimohon untuk
menyediakan sarung tangan/masker yang masih layak dipakai.
4. Kebersihan di ruang kimia kurang diperhatikan, sebaiknya dilakukan
pembersihan secara rutin.
5. Jam dinding yang mati,harap diganti baterainya, agar dalam melakukan
pengujian lebih akurat waktunya.
6. Dimohon alat alat di laboratorium kimia dicek secara rutin,agar tahu alat
apa saja yang masih bisa dipakai.
7. Ruang penyimpanan reagen kimia diharap selalu dibersihkan,karena
ruangan tersebut digunakan juga untuk membuat media
8. Penyediaan label untuk menamai sampel yang diuji harap dipastikan selalu
ada, untuk mencegah kesalahan dalam menguji.

24
DAFTAR PUSTAKA
http://wwwfahmi-puja-anggara.blogspot.co.id/2009/12/analisa-kuantitatif.html
(Pengujian Kuantitatif)

https://www.mallardsgroups.com/kadar-air/ (Pengujian Kadar Air)

https://amaliana2015.wordpress.com/2015/07/28/laporan-praktikum-kadar-abu/
(Peengujian Kadar Abu)

http://selembarharapanku.blogspot.co.id/2014/03/analisa-kadar-protein-pada-bahan-
pangan.html (Pengujian Kadar Protein)

http://www.academia.edu/13052717/Laporan_Resmi_Protein (Pengujian Protein)

http://wahyudi93.blogspot.com/2013/05/laporan-praktikum-analisa-kadar-
protein.html (Pengujian Protein)

Standar Nasional Indonesia No. 2354.1:2010 kadar Abu

http://RSD.pengujiankimia.com/2017/04.html (Standar % RSD pengujian kimia)

WWW.PengujianKimiaMenurutStandarNasionalIndonesia.COM

25
LAMPIRAN

26
1. Gambar Pengujian Kadar Air

27
2. Gambar Pengujian Kadar Abu

28
3. Gambar Pengujian Kadar Protein

29
30
31
4. Gambar Alat dan Media di Laboratorium Pengujian
Kimia

Timbangan Analitik Desikator

Lemari Asam dan Diggestor Protein Destilasi

32
Lemak Ekstraksi Furnace

Oven H2SO4

33
H2O2 H3BO3 3% & 4%

Larutan PCA 6% & Aquadest HCl 0.2 & HCl 0.02

34
NaOH 30%

35
6. Biodata Peserta Praktik Kerja Lapangan

a.

NAMA : Muhammad Yusril Ihzani


TTL : Jepara, 16 Juli 2002
ALAMAT : Jepara,Jalan Kopral Sapari No.17B,RT/RW 02/02
AGAMA : Islam
SEKOLAH : SMK NEGERI 1 JEPARA
ALAMAT : Jalan Gudang Sawo km 1,5 Mulyoharjo,Jepara
JURUSAN : Agribisnis Pengolahan Hasil Perikanan
NO.HP/WA : 082134197059
FACEBOOK : Muhammad Yusril Ihzani
INSTAGRAM :@ihza_ni

36

Anda mungkin juga menyukai