Anda di halaman 1dari 4

1.

Latar Belakang Masalah


Pertumbuhan penduduk di Indonesia semakin lama semakin tinggi.
Tingginya pertumbuhan pendidikan ini tidak sebanding dengan jumlah
lapangan kerja yang ada untuk memenuhi jumlah pekerja yang ada di
Indonesia. hal ini mengakibatkan semakin ketatnya persaingan dalam
memperoleh pekerjaan. Adanya persaingan yang ketat dan jumlah lapangan
pekerjaan yang tidak seimbang mengakibatkan banayaknya jumlah
pengangguran yang ada di Indonesia.
Berwirausaha adalah salah satu contoh usaha atau upaya untuk
meminimalisir persaingan di lapangan pekerjaan dan membuka peluang
kesempatan usaha bagi orang lain, dengan demikian berwirausaha dapat
mengurangi jumlah pengangguran yang ada di Indonesia. menjadi seorang
wirausahawan bukan hanya berlatih untuk menjadi manusia yang mandiri
tetapi juga dapat mengurangi jumlah penganggran yang ada di Indonesia
dengan menciptakan lapangan kerja untuk orang lain. Dalam hal ini
kehidupan kita akan lebih manfaat untuk orang lain dan orang-orang yang ada
di sekitar kita. Dengan berwirausaha kita berlatih untuk menemukan atau
menciptakan suatu produk atau jasa yang nantinya dapat diminati dan
bermanfaat untuk orang-orang disekitar kita. Berwirausaha memberikan
banyak manfaat bagi diri kita sendiri dan juga bagi orang lain yang ada di
sekitar kita.

2. Tujuan
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Bisnis Dan Kewirausahaan
2. Untuk mengamati perkembangan wirausaha tempe Bapak Sulaiman
3. Untuk memperoleh pembelajaran mengenai kewirausahaan.

Untuk Memproduksi Tempe


Di Kp. Bengkeng, terdapat sebuah usaha industry rumah yang kita kenal sebagai
“home industry”. Industry tersebut memproduksi emoe dan dimiliki oleh
pengusaha yang bernama Bapak Sulaiman. Usaha yang telah dijalaninya selama
ini telah menarik perhatian kami untuk menggali informasi dari pengusaha
tersebut.
Berikurt wawancara kami dengan dengan seorang pengusaha tersebut.
A : “Mengapa Bapak memilih usaha temoe ini?”
B : “Karena bekal keteramoilan saya. Saya pernah diajarkan membuat tempe oleh
saudara saya di kampong. Maka itu, saya mencoba membuka usaha tempe
‘ini:.
A: “Apa saja bahan dan alat dasar yang dibutuhkan untuk membuat temoe ini,
Pak?”
B: “Bahan-bahan yang dibutuhkan untuk membuat tempe in seperti: air, kacang
kedelai, dan juga harus ada ragi. Nah, untuk alat-alat kami memakai kayu dan
drum minyak untuk merebus, daun ppisang dan plastic untuk membungkus,
serta plastic yang kami pakai berukuran sekitar 30x20 cm. kajang, kerey
untuk menyimpan tempe saat didiamkan, alat gilingan, dan alat penyaring,
dan juga tong plastic yang besar untuk mewadahi bahan-bahan tempe”.
A: “Wah ternyata banyak sekali ya alat-alat yang dibutuhkan. Sementara bahan-
bahannya hanya tiga macam. Berapa lama yang dibutuhkan untuk proses
pembuatan tempe?”
B: “Kurang lebih selama 4 hari, dari sebelum sampai setelah menjadi tempe”.
A: “Tadi Bapak telah menyebutkan bahan-bahan yang dituhkan termasuk ragi.
Apa sebenarnya fungsi dari ragi itu, Pak?”
B: “Fungsi dari ragi itu sangat penting, untuk mengembangkan jamur”.
A: “Saya ingin mengetahui cara pembuatan tempe. Bisa Bapak jelaskan
bagaimana tahap-tahap pembuatan tempe ini, Pak?”
B: “Pertama-tama kacang kedelainya direbus dulu selama 2 jam. Kemudian
direndam 1 malam. Besok pagi digiling, dicuci samoai bersih, setelahb
itudiberi ragi, ditiriskan, dicetak atau dibuat tempe. Lalu didiamkan selama 2
hari 2 malam. Paginya siap dijual”.
A: “dimana Bapak mendapatkan kacang kedelai ini, Pak?”
B: “Dulu saya mendapatkan itu dari koperasi usaha kecil, tetapi sekarang dari
impor”.
A: “Bagaimana cara Bapak menjualkan tempe-tempe ini?”
B: “Tergantung dari panjang dan lebarnya tempe. Kalau tempe yang panjang 20
cm lebar 6 cm, Rp. 3000. Kalau yang panjang 40 cm dan lebar 6 cm, itu
dijual seharga Rp. 5000 dan yang ukurannya kecil, seharga Rp. 500.”
A: “Memangnya dalam sehari,Bapak membutuhkan berapa Kg kacang kedelai?”
B: “Kami membutuhkan 70 kg kacang kedelai untuk membuat tempe dalam
sehari”.
A: “Wah banyak sekali ya, Pak. Kalau boleh saya tahu berapa modal untuk
membeli bahan-bahan dalam sehari Pak?”
B: “Modalnya dalam sehari sekitar Rp. 500.000 untuk bahan-bahannya seperti:
kacang, kedelai, ragi, daun pisang dan plastic berukuran besar”.
A: “ Bagaimana dengan untung yang didapatkan?”
B: “Tergantung dari pemasarannya, rame atau tidak. Kadang-kadang kalau rame
sekitar Rp. 700.000 sampai Rp. 750.000 dan kalau sepi sekitar Rp. 600.000
per hari. Kadang-kadang tidak menguntungkan”.
A: “Dimana saja menjualkan tempe-tempe ini?”
B: “Di pasar, di Warung-warung sayur, sayur keliling dan menjual langsung
disini”.
A: “Siapa saja yang bekerja di tempat usaha bapak?”
B: “Tidak tetap. Kebanyakan pekeerja-pekerjanya dari tetangga bapak sendiri”.
Contoh Metode Narasi Dalam Wawancara
Usaha Memproduksi Tempe
Kelurahan Jatimakmur, tepatnya di daerah Bojong Tua, terdapat sebuah
usaha industri rumah yang kita kenal sebagai “home industry”. Industri tersebut
memproduksi tempe dan dimiliki oleh pengusaha yang bernama Bapak Kabul.
Usaha yang telah dijalaninya selama ini telah menarik perhatian kami untuk
menggali informasi dari pengusaha tersebut.
Bapak Kabul memilih usaha tempe ini karena berkat keterampilannya dalam
membuat tempe. Beliau diajarkan oleh saudaranya di kampung. Maka dari itu,
beliau memutuskan untuk membuka usaha tempe ini di tempat tinggalnya di
daerah Bojong Tua. Berikut adalah isi hasil wawancara kami terhadap pengusaha
tersebut.
Bahan- bahan dibutuhkan untuk membuat tempe pada usaha yang
dijalankan oleh pengusaha tersebut tidak terlalu banyak. Seperti kacang kedelai,
air, dan ragi. Sementara alat- alat yang harus dibutuhkan cukup banyak yaitu kayu
sebagai bahan bakar , drum minyak untuk tempat merebus, daun pisang dan
plastic yang berukuran sekitar 30 x 20 cm. Ada juga kajang, kerey untuk tempat
tempe saat didiamkan, alat penyaring, alat penggiling, dan tong plastic
yang berukuran besar untuk mewadahi kacang kedelai. Ragi termasuk bahan-
bahan yang diperlukan dan sangat penting sekali karena berguna untuk
mengembangkan jamur.
Menurutnya, cara pembuatan tempe cukup sederhana tetapi membutuhkan
waktu cukup panjang, yaitu sekitar 4 hari. Waktu proses ini berlangsung dari
sebelum sampai sesudah menjadi tempe yang siap untuk dipasarkan. Proses
pembuatan tempe diawali dengan merebus kacang kedelai kurang lebih selama 2
jam. Setelah itu, direndam selama 12 jam pada malam hari. Esok paginya, kacang
kedelai tersebut digiling, lalu dicuci sampai bersih. Kemudian diberi ragi,
ditiriskan , dan dilanjutkan dengan dibuat atau dicetak menjadi tempe. Setelah itu
didiamkan selama 2 hari 2 malam dan keesokan paginya siap dijual.
Pengusaha tersebut mendapatkan kacang kedelai yang berasal dari impor,
padahal sebelumnya ia mendapatkannya dari koperasi untuk usaha kecil. Cara
penjualan bapak pengusaha ini tergantung dari ukuran tempe yang ia tentukan.
Misalnya untuk tempe yang berukuran panjang 20 cm dan lebar 6 cm seharga Rp.
3000,00 . Untuk tempe yang berukuran panjang 40 cm dan lebar 6 cm seharga
Rp. 5000,00.
Sedangkan tempe yang ukurannya paling kecil seharga Rp. 500,00. Dalam
sehari, kacang kedelai yang dibutuhkan usaha beliau cukup banyak yaitu sekitar
70 kilogram untuk pembuatan temped an modal yang dikeluarkan dalam sehari
membutuhkan untuk membeli bahan-bahan sepert kacang kedelai, ragi, plastic dan
daun pisang. Untuk yang didapatkan dalam sehari bermacam-macam, tergantung
dari sepi atau tidaknya pemasaran. Jika sedang ramai, bapak ini mendapatkan
untung sekitar Rp. 700.000 sampai dengan Rp. 750.000. Sementara jika sedang
sepi, hanya mendapatkan untung sekitar Rp. 600.000, bahkan terkadang tidak
mendapatkan keuntungan sama sekali.
Kesimpulan
Salah satu dalam mengatasi masalah pengangguran di Indonesia yakni
dengan berwirausaha sendiri. Dengan berwirausaha kita tidak hanya dapat
memenuhi kebutuhan kita sendiri tetapi juga dapat membantu orang lain yang
membutuhkan pekerjaan. Dengan kata lain kita dapat membangun suatu lapangan
pekerjaan bagi orang lain yang nantinya tidak hanya memberi manfaat pada diri
kita sendiri tapi juga memberi manfaat bagi orang-orang yang ada disekitar kita.
Untuk mencapai sukses di dunia wirausaha tentunya tidaklah mudah, pasti
aka nada kendala-kendala seperti persingan pasar. Untuk mengatasinya diperlukan
suatu strategi agar masyarakat tetap bertahan pada produk. Dalam hal ini, pak nur
menggunakan strategi kualitas. Dengan kualitas produk yang baik, masyarakat
tetap bertahan pada produk tempe yang dipasrkan oleh pa knur. Dalam
menjalankan usaha apapun selalu tekun, sabar, ulet, teliti, dan jangan lepas kontrol
dari tanggung jawab dalam berwirausaha agar hasil dan manfaat yang di dapat
sesuai dengan target yang di harapkan. Selain itu hal paling penting untuk dimiliki
oleh seorang wirausahawan adalah sikap untuk mengmabil resiko.

Anda mungkin juga menyukai