Anda di halaman 1dari 2

ABSTRAK

Hanifi, R. A. 2013. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Problem Solving


Untuk meningkatkan Hasil Belajar Siswa (Studi pada Siswa Kelas X
Program Keahlian Teknik Kontruksi Kayu pada Mata Pelajaran
Kewirausahaan di SMK N 2 Trenggalek) . Skripsi, Jurusan Manajemen
Program Studi Pendidikan Tata Niaga, FE. Universitas Negeri Malang.
Pembimbing: (I) Dr.Heri Pratikto, M.Si ., (II) Dr. Sopiah, M.Pd,M.M .

Kata kunci: Pembelajaran kooperatif, model problem solving,hasil belajar siswa.

Pembelajaran kooperatif memang tepat jika diterpkan dalam kelas yang


heterogen karena dapat menimbulkan suasana belajar yang kondusif yaitu dengan
saling berinteraksinya antar siswa dalam proses belajar mengajar. Salah satu
model yang termasuk dalam pembelajaran kooperatif adalah model Problem
Solving ( pemecahan masalah) yaitu seorang peserta didik dihadapkan pada suatu
masalah, yang pada akhirnya mereka bukan hanya sekedar memecahkan
masalah, tetapi juga belajar sesuatu yang baru. Banyak hal yang akan diperoleh
peserta didik apabila dalam proses pembelajaran menggunakan model Problem
Solving siswa akan mengetahui secara langsung jenis-jenis permasalahan yang
terjadi didalam lingkungan masyarakat, sosial, politik, ekonomi, maupun sosial
budaya. Hasil pengamatan di kelas X program Keahlian Kontruksi Kayu SMK N
2 Trenggalek dengan mata pelajraran Kewirausahaan ditemukan hasil belajar
siswa ranah kogitif tergolong rendah. Berdasarkan hasil ulangan harian, siswa
yang memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) ≥ 75 sebanyak 14 siswa,
sedangkan sisanya yaitu 18 siswa dikatakan belum tuntas belajar.
Adapun tujuan penelitian ini mendeskripsikan penerapan pembelajaran
model Problem Solving hasil belajar siswa setelah penerapan model Problem
Solving, serta kendala yang dihadapi dan solusi pemecahan yang dilakukan untuk
meningkatkan hasil belajar siswa ranah kognitif. Subyek penelitiannya adalah
siswa kelas X program Keahlian Kontruksi Kayu SMK N 2 Trenggalek sebanyak 32
siswa.
Hasil penelitian menunjukkan dilihat dari tindakan guru pada siklus I
memperoleh presentase 85,71% sedangkan pada siklus II memperoleh presentase
90,47%, kedua siklus masuk dalam kategori ”A” yang berarti “Sangat Baik”. Hasil
belajar ranah kogitif, yang sebelumnya rendah dimana nilai rata-rata kelas 74,40%
dengan terdapat 11 siswa yang tidak tuntas dalam belajar, kemudian setelah
penerapan model Problem Solving nilai rata-rata kelas meningkat pada siklus I sebesar
65,62%, dengan jumlah siswa yang tuntas sebanyak 21 siswa dan siklus II bertambah
naik menjadi 87,50%, dengan jumlah siswa yang tuntas sebanyak 28 siswa.
Berdasarkan hasil penelitian ini, menyarankan: 1) Bagi guru mata diklat
Kewirausahaan di SMKN N 2 Trenggalek dianjurkan menerapkan Model
Pembelajaran Problem Solving pada mata diklat kewirausahaan karena dapat
meningkatkan hasil belajar siswa; 2) Bagi siswa, pada saat pembelajaran model
Problem Solving perlu meningkatkan keaktifan bertanya maupun berpendapat
agar lebih memahami materi dan membuat suasana di dalam kelas menjadi lebih

i
hidup (3) Bagi peneliti berikutnya diharapkan untuk melakukan penelitian dengan
menggunakan pembelajaran kooperatif dengan model yang sama pada mata
pelajaran yang sama/beda namun dalam tempat yang berbeda untuk
mengembangkan dan menerapkan pembelajaran kooperatif model Problem
Solving.

ii

Anda mungkin juga menyukai