Jurnal Inokulasi
Jurnal Inokulasi
PENDAHULUAN
1
mempercepat proses fermentasi pada bahan organik.Proses pembuatan kompos
dengan menggunakan EM4 dapat lebih efektif dibandingkan dengan cara
konvensional.Namun perlu dipelajari juga bagaimana kondisi operasi yang
optimal pada pembuatan kompos dengan menggunakan EM4 tersebut agar hasil
yang diperoleh dapat maksimal.
Untuk mengatasi masalah penumpukan sampah organik serta proses
pengelolahan kompos secara konvensional yang membutuhkan waktu lama dan
tidak efektif, diusulkan proses pengelolahan sampah organik menjadi kompos
menggunakan EM4 (Effective Microorganism 4).Dengan cara ini diharapkan
proses pembuatan kompos dapat berjalan lebih efektif dan menghasilkan produk
yang berkualitas.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses pembutan kompos dengan menggunakan aktivator EM4
melalui 3 jurnal penelitian ?
2. Bagaimana perbandingan antara proses pembuatan kompos dengan
menggunkan aktivator EM4 terhadap perubahan rasio C/N melalui 3 jurnal
penelitian ?
1.3 Tujuan
1. Megetahui proses pembutan kompos dengan menggunakan aktivator EM4
melalui 3 jurnal penelitian.
2. Membandingkan antara proses pembuatan kompos dengan menggunakan
aktivator EM4 terhadap perubahan rasio C/N melalui 3 jurnal penelitian.
2
BAB II
KAJIAN KEPUSTAKAAN
2.1 Kompos
Kompos merupakan istilah untuk pupuk organik buatan manusia yang
dibuat dari proses pembusukan sisa-sisa buangan makhluk hidup (tanaman
maupun hewan).Proses pembuatan kompos dapat berjalan secara aerob dan
anaerob yang saling menunjang pada kondisi lingkungan tertentu.Secara
keseluruhan proses ini disebut dekomposisi (Yuwono, 2005).
Proses pengomposan tergantung pada :
a. Karakteristik bahan yang dikomposkan
b. Aktivator pengomposan yang dipergunakan
c. Metode pengomposan yang dilakukan
Manfaat kompos antara lain sebagai berikut:
1. Menyediakan unsur hara mikro bagi tanaman.
2. Menggemburkan tanah.
3. Memperbaiki struktur dan tekstur tanah.
4. Meningkatkan porositas, aerasi, dan komposisi mikroorganisme tanah.
5. Meningkatkan daya ikat tanah terhadap air.
6. Mempermudah pertumbuhan akar tanaman.
7. Menyimpan air tanah lebih lama.
8. Meningkatkan efisiensi pemakaian pupuk kimia.
9. Bersifat multi lahan karena dapat digunakan di lahan pertanian,
perkebunan, reklamasi lahan kritis, maupun padang golf.
2.2 EM4 (Effective Microorganism 4)
EM4 (Effective Microorganism 4) ditemukan pertama kali oleh Prof.Teruo
Higa dari Universitas Ryukyus Jepang.Larutan EM4 ini mengandung
mikroorganisme fermentasi yang jumlahnya sangat banyak, sekitar 80 genus
dan mikroorganisme tersebut dipilih yang dapat bekerja secara efektif dalam
fermentasi bahan organik.Dari sekian banyak mikroorganisme, ada 5 golongan
yang pokok, yaitu Bakteri Fotosintetik, Lctobacillus,sp, Saccharomyces,sp,
3
Actino-mycetes,sp dan Jamur Fermentasi (Indriani, 2007).
EM4 berupa larutan cair berwarna kuning kecoklatan.Cairan ini berbau
sedap dengan rasa asam manis dan tingkat keasaman (pH) kurang dari
3,5.Apabila tingkat keasaman melebihi 4,0 maka cairan ini tidak dapat
digunakan lagi.
Effective microorganism 4 atau EM4 adalah suatu kultur campuran
berbagai mikroorganisme yang bermanfaat (terutama bakteri fotosisntesis,
bakteri asam laktat, ragi, Actinomycetes dan jamur peragian) yang dapat
digunakan sebagai sebagai inokulen untuk meningkatkan keragaman mikroba
tanah dan dapat memperbaiki kesehatan serta kualitas tanah.
Sebelum digunakan, EM4 perlu diaktifkan dahulu karena mikroorganisme
di dalam larutan EM4 berada dalam keadaan tidur (dorman).Pengaktifan
mikroorganisme di dalam EM4 dapat dilakukan dengan cara memberikan air
dan makanan (molase).Dengan menggunakan EM4, waktu pengomposan dapat
dipercepat yakni pengomposan hanya membutuhkan waktu berkisar antara 3-5
hari (Yuwono, 2005).
1.3 Rasio Karbon Terhadap Nitrogen (Rasio C/N)
Rasio Karbon Terhadap Nitrogen atau Rasio C/N adalah rasio dari masa
karbon terhadap massa nitrogen di suatu zat.Diantara zat yang dianalisa
menggunakan metode ini adalah sedimen dan kompos.Pada pengomposan,
mikroba aktif secara optimal pada rasio C/N 30-35:1, dan rasio yang lebih
tinggi akan menyebabkan laju pengomposan menurun.
4
BAB III
PEMBAHASAN
5
serta kompos yang dihasilkan memenuhi standar kualitas kompos seperti yang
diatur dalam Peraturan Mentan, No.2/Pert/HK.060/2/2006.
Dalam proses pembuatan kompos dari sampah organik dengan cara
fermentasi menggunakan EM4 akan terjadi penurunan rasio C/N.Bahan baku
memiliki rasio C/N yang tinggi kemudian dengan proses fermentasi, terjadi
penurunan jumlah C dalam bahan dan C/N menjadi semakin kecil.Hal ini
dikarenakan dalam proses fermentasi terjadi reaksi C menjadi CO2 dan CH4
yang berupa gas.Kecepatan reaksi fermentasi akan menyebabkan penurunan
rasio C/N.Adapun kecepatan reaksi dipengaruhi oleh beberapa faktor antara
lain:konsentrasi EM4, prosentase gula sebagai nutrisi bagi bakteri, suhu proses
dan ukuran bahan.Bahan tersebut sudah menjadi kompos apabila rasio C/N
sudah mencapai lebih kecil dari 20(Yuwono, 2005).Semakin besar kecepatan
penurunan rasio C/N, maka semakin singkat waktu yang diperlukan untuk
mencapai C/N lebih kecil dari 20 yang disebut sebagai waktu
pengomposan.Untuk mempelajari pengaruh konsentrasi EM4 terhadap
kecepatan penurunan rasio C/N atau waktu pengomposan dilakukan percobaan
dengan variasi konsentrasi EM4, sedangkan variabel lainnya dibuat
tetap.Percobaan dilakukan pada bahan baku berukuran diameter rata-rata 0,0711
cm(-10/+20 mesh), suhu 30°C dan perbandingan massa gula:EM4=1:1
(konsentrasi gula 1%).Hasil percobaan dapat dilihat pada tabel 1 dan gambar 1.
Tabel 1.Pengaruh konsentrasi EM4 terhadap rasio C/N selama proses (Suhu
30°C, berukuran butir 0,0711 cm (-10/+20 mesh), konsentrasi gula 1%)
6
Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa semakin lama waktu prose, rasio C/N
semakin turun. Hal ini disebabkan semakin lama waktu proses, semakin banyak
kesempatan bagi mikroorganisme untuk mengurai bahan.Selain itu dapat dilihat
bahwa semakin besar konsentrasi EM4, semakin cepat penurunan rasio C/N,
dengan kata lain waktu proses semakin singkat.Hal ini disebabkan semakin besar
konsentrasi EM4, jumlah bakteri yang mengurai bahan semakin banyak
sehingga bahan lebih cepat terurai oleh bakteri-bakteri tersebut.
7
pengomposan pengomposan untuk memeriksa hubungan dengan suhu, pH dan
kadar C, N, Rasio C / N, P menggunakan EM4 aktivator, MOD 71, kotoran
domba pada biomassa limbah kakao. Prinsip kerja dari penelitian ini adalah
untuk mengamati dan menganalisis dekomposisi
biomassa limbah kakao untuk aktivator yang berbeda dan mengamati
proses variabel proses pengomposan untuk 7,14, 21, 28, 35, 42, 49, dan 56 hari
dengan analisis suhu, pH dan menganalisis tingkat nitrogen (N),Karbon (C),
Rasio C / N, dan fosfor (P). Hasil itu diperoleh sesuai dengan optimasi titik
grafik N, C, Rasio C / N, dan P. Kemudian terhubung ke meja SNI, kompos
cocok adalah kompos aktivator biomassa menggunakan EM4, pada 28 hari
dengan suhu 54,88 0C dan kompos pematangan adalah hari ke-56 suhu 28 ° C
dengan pH 7,46.
Proses Pengomposan
Biomasa limbah kakao dicacah sehingga menjadi ukuran lebih kurang 3 cm
panjangnya.Bahan energi yang digunakan adalah dedak padi dan gula pasir
digunakan untuk mendukung aktivitas mikroorganisme decomposer. Tiap
perlakuan menggunakan biomasa yang telah dicacah masing-masing sebanyak
2,5 liter.
Penakaran biomasa ditakar dilakukan tanpa pemadatan. Kepada biomasa,
tiap-tiap perlakuan ditambah 1/2 liter dedak dan dicampur secara merata.
Kemudian setiap perlakuan diberi mikroorganisme/activator yang berbeda-beda
sesuai dengan perlakuan masing-masing. Setelah bahan kompos tercampur
merata, pada setiap perlakuan disiram menggunakan larutan yang terdiridari ¼
liter air, 1 ¼ gram gula dan 0,65 gram urea. Larutan EM4 sebanyak ¾ milliliter
ditambahkan pada larutan yang digunakan untuk pembuatan kompos dengan
perlakuan penambahan bahan aktif EM4. Untuk perlakuan berikutnya yaitu
penambahan activator kotoran domba kering sebanyak sebanyak ½ liter dan
untuk perlakuan yang menggunakan stardec diberikan ¾ gram.Pencampuran dan
pengadukan kompos menggunakan tangan untuk menjamin pemerataan
kelembaban yang merata dan tidak kekuranganoksigen.
8
Bahan utama pembuatan kompos berasal dari limbah kakao yang mana
awal proses pengomposan limbah kakao mengeluarkan air berwarna coklat
kehitaman dan berbau sehingga mengundang serangga buah dan lalat untuk
datang mengerubungi sekitar wadah pengomposan.Setelah satu minggu
kemudian serangga buah dan lalat berkurang seiring berkurangnya bau yang di
timbulkan. Pemberian aktivator EM4 menghasilkan susut bobot massa paling
kecil yaitu sebesar 67.47 % dari berat awalnya 4001.75 gr, dan penyusutan pada
MOD 71 yaitu sebesar 68.719 %.Kemudian kotoran domba dan tanpa activator
mengalami penyusutan sebesar 69.30 % dan 73.80%. Kompos dengan EM4
mengalami penyusutan paling sedikit sehingga kompos yang dihasilkan lebih
banyak. Hal ini dikarenakan EM4 mengandung mikroba Asam Laktat yang
berfungsi meningkatkan percepatan perombakan bahan-bahan organic dan dapat
menghancurkan bahanbahan organic seperti lignin dan selulosa, serta
memfermentasikannya tanpa menimbulkan pengaruh-pengaruh merugikan yang
diakibatkan oleh bahan-bahan organik yang tidak terurai.
Analisis Pengaruh EM4 Terhadap Perubahan Rasio C/N
Hasil analisa penelitian pembuatan kompos organik dari limbah kakao
diperoleh data Variasi sampel dengan Ratio C/N dengan menggunakan beberapa
aktivator yaitu EM4,MOD 71, Kotoran domba, dan Tanpa aktivator pada proses
pengomposan didapat pada tabel berikut:
9
Hasil penelitian diperoleh untuk pembuatan kompos dengan menggunakan
aktivator yang berbeda yaitu tanpa aktivator, EM4, MOD 71, dan Kotoran
domba, yang sesuai dengan titik optimasi dari grafik C, N, ratio C/N, dan P
sesuai dengan tabel kompos secara SNI adalah kompos yang menggunakan
aktivator EM4 yaitu pada kadar C dimulai 30.19 menuju 35.89 menurun ke
31.17 ;dan kadar N dimulai 1.57 menuju 1.89 menurun1.53 ; dan kadar ratio
C/N dimulai 19.22 menuju20.49 menurun 20.33; dan untuk kadar P dimulai 2.73
menuju 2.69 menurun 2.72.
3.3 Jurnal 3: Penggunaan EM4 Dalam Pengomposan Limbah Teh Padat
Proses Pengomposan
Penelitian ini bertujuan untuk mempercepat dekomposisi limbah teh padat
dengan menggunakan EM4.Pengomposan dilakukan diatas lantai yang dialasi
10
dengan plastik.Limbah teh padat dicampur secara merata dengan dedak, sekam
padi dan pupuk kandang yang masing-masing banyaknya 10% dari berat limbah
teh padat.Kemudian campuran tersebut diberi larutan EM4 sebanyak 2 liter dan
gula merah 250 g.EM4 dan gula merah dicampur dengan air dan diberikan
secara bertahap ke bahan kompos hingga mencapai kandungan air 30%-40%
ditandai dengan tidak menetesnya air dari bahan kompos bila bahan digenggam
dan akan mekar bila genggaman dilepaskan.Kemudian bahan tersebut
dikomposkan, yaitu dengan cara ditutup dengan karung goni dengan lama
pengomposan sesuai perlakuan.Untuk sirkulasi udara dilakukan pembalikan
bahan kompos sehari sekali.
Analisis Pengaruh EM4 Terhadap Perubahan Rasio C/N
Pada penelitian dilakukan pengujian lama pengomposan limbah teh padat
dengan interval waktu 5, 10, 15 dan 20 hari.Dengan Semakin lamanya
pengomposan yang dilakukan seamkin meningkat kualitas kompos yang
ditunjukkan dengan meningkatnya ketersediaan hara baik, hara makro maupun
mikro dan terjadi penurunan nisbah C/N.Penurunan nisbah C/N sejalan dengan
akibat terjadinya penurunan kandungan C-organik dan meningkatnya kandungan
N-total dalam bahan kompos tersebut.Kompos telah dianggap matang bila
nisbah C/N sudah menurun hingga sekitar 20.Digunakan nisbah C/N sebesar 20
ini didasarkan pemikiran bahwa kompos dengan nisbah C/N sekitar 20 ini bila
diberikan ke dalam tanah sudah tidak menimbulkan immobilisasi N oleh
mikroorganisme yang dapat mengakibatkan ketersediaan N bagi tanaman
berkurang.
Hasil pengamatan bahwa lama pengomposan berpenngaruh nyata terhadap
nisbah C/N.Nisbah C/N awal adalah 47.54, setelah dilakukan pengomposan
turun menjadi 18.62 (5 hari pengomposan), 15.61 (10 hari pengomposan), 14.41
(15 hari pengomposa) dan 12.81 (20 hari pengomposan).Meskipun
pengomposan hanya 5 hari namun sudah dapat menurunkan nisnag C/N dibawah
20, hal ini kareana penggunaan EM4 yang mengandung mikroorganisme yang
dapat mempercepat pengomposan.Penurunan nisbah C/N terbesar terjadi pada
11
lama pengomposan 20 hari yaitu dari 47.54 menjadi 12.81.
Semakin lama ketersedian N semakin meningkat.Pada awal penelitian
kandungan N 0,11% dan dengan pengomposan terjadi peningkatan unsur N total
menjadi 0,26 (5 hari pengomposan), 0,29 (10 hari pengomposan), 0,30 (15 hari
pengomposan) dan 0,33 (20 hari pengomposan).Meskipin hanya 5 hari tetapi
terjadi peningkatan N yang cukup berati selama pengomposan.Hal ini dapt
diduga karena pemberian EM4 dapat mempercepat peningkatan N-total.
BAB IV
12
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Prosesur proses pengomposan yang dilakukan pada 3 jurnal penelitian tetap
sama, meskipun bahan atau limbah yang digunakan untuk pembuatan kompo
berbeda.
3. Dari hasil pengamatan dari 3 jurnal penelitian menunjukkan bahwa semakin
besar konsentrasi EM4, maka akan semakin cepat penurunan rasio C/N,
sehingga proses pematangan kompos semakin cepat.
13
DAFTAR PUSTAKA
14