Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dewasa ini penggunaan pupuk organik sudah banyak
ditinggalkan.Masyarakat terutama petani banyak yang beralih menggunakan
pupuk kimia.Dalam kurun waktu tertentu, hasil panen yang lebih banyak
memang dapat dirasakan dan meningkat tajam.Namun, lama-kelamaan
penggunaan pupuk kimia yang tidak diimbangi pemberian pupuk organik dapat
merusak tanah.Pupuk kimia dapat merusak keseimbangan unsur hara dalam
tanah dan dapat menurunkan pH tanah.Oleh karena itu, diperlukan pupuk
organik untuk membantu upaya pemulihan kesuburan tanah.
Tanpa pupuk organik, efisiensi dan efektivitas dan efektivitas penyerapan
unsur hara tanaman pada tanah tidak akan berjalan lancar karena efektivitas
penerapan unsur hara sangat dipengaruhi oleh kadar bahan organik dalam
tanah.Pupuk kimia tidak dapat menggantikan fungsi kompos karena masing-
masing memiliki peran yang berbeda.Pupuk kimia berperan menyediakan nutrisi
dalam yang besar bagi tanaman, sedangkan pupuk pupuk organik berperan
menjaga fungsi tanah agar unsur hara dalam tanah mudah dimanfaatkan oleh
tanaman untuk menyerap unsur hara yang disediakan pupuk kimia.Penggunaan
pupuk kimia dan pupuk organik secara seimbang akan meningkatkan
produktivitas tanah dan mendukung pertumbuhan tanaman.
Pengelolaan sampah dengan cara memilah sampah sesuai jenisnya
sebenarnya sudah berjalan dengan baik, namun kurangnya pengetahuan
masyarakat akan pengelolahan sampah organik menjadikan pengelolahan
sampah ini tidak berjalan efektif sehingga banyak terjadi penumpukan sampah
organik.
Saat ini telah ditemukan EM4 (Effective microorganism 4) oleh Prof.Teruo
Higa dari Universitas Ryukyus Jepang.Larutan EM4 ini mengandung
mikroorganisme fermentasi dan dapat bekerka secara efektif dalam

1
mempercepat proses fermentasi pada bahan organik.Proses pembuatan kompos
dengan menggunakan EM4 dapat lebih efektif dibandingkan dengan cara
konvensional.Namun perlu dipelajari juga bagaimana kondisi operasi yang
optimal pada pembuatan kompos dengan menggunakan EM4 tersebut agar hasil
yang diperoleh dapat maksimal.
Untuk mengatasi masalah penumpukan sampah organik serta proses
pengelolahan kompos secara konvensional yang membutuhkan waktu lama dan
tidak efektif, diusulkan proses pengelolahan sampah organik menjadi kompos
menggunakan EM4 (Effective Microorganism 4).Dengan cara ini diharapkan
proses pembuatan kompos dapat berjalan lebih efektif dan menghasilkan produk
yang berkualitas.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses pembutan kompos dengan menggunakan aktivator EM4
melalui 3 jurnal penelitian ?
2. Bagaimana perbandingan antara proses pembuatan kompos dengan
menggunkan aktivator EM4 terhadap perubahan rasio C/N melalui 3 jurnal
penelitian ?
1.3 Tujuan
1. Megetahui proses pembutan kompos dengan menggunakan aktivator EM4
melalui 3 jurnal penelitian.
2. Membandingkan antara proses pembuatan kompos dengan menggunakan
aktivator EM4 terhadap perubahan rasio C/N melalui 3 jurnal penelitian.

2
BAB II
KAJIAN KEPUSTAKAAN
2.1 Kompos
Kompos merupakan istilah untuk pupuk organik buatan manusia yang
dibuat dari proses pembusukan sisa-sisa buangan makhluk hidup (tanaman
maupun hewan).Proses pembuatan kompos dapat berjalan secara aerob dan
anaerob yang saling menunjang pada kondisi lingkungan tertentu.Secara
keseluruhan proses ini disebut dekomposisi (Yuwono, 2005).
Proses pengomposan tergantung pada :
a. Karakteristik bahan yang dikomposkan
b. Aktivator pengomposan yang dipergunakan
c. Metode pengomposan yang dilakukan
Manfaat kompos antara lain sebagai berikut:
1. Menyediakan unsur hara mikro bagi tanaman.
2. Menggemburkan tanah.
3. Memperbaiki struktur dan tekstur tanah.
4. Meningkatkan porositas, aerasi, dan komposisi mikroorganisme tanah.
5. Meningkatkan daya ikat tanah terhadap air.
6. Mempermudah pertumbuhan akar tanaman.
7. Menyimpan air tanah lebih lama.
8. Meningkatkan efisiensi pemakaian pupuk kimia.
9. Bersifat multi lahan karena dapat digunakan di lahan pertanian,
perkebunan, reklamasi lahan kritis, maupun padang golf.
2.2 EM4 (Effective Microorganism 4)
EM4 (Effective Microorganism 4) ditemukan pertama kali oleh Prof.Teruo
Higa dari Universitas Ryukyus Jepang.Larutan EM4 ini mengandung
mikroorganisme fermentasi yang jumlahnya sangat banyak, sekitar 80 genus
dan mikroorganisme tersebut dipilih yang dapat bekerja secara efektif dalam
fermentasi bahan organik.Dari sekian banyak mikroorganisme, ada 5 golongan
yang pokok, yaitu Bakteri Fotosintetik, Lctobacillus,sp, Saccharomyces,sp,

3
Actino-mycetes,sp dan Jamur Fermentasi (Indriani, 2007).
EM4 berupa larutan cair berwarna kuning kecoklatan.Cairan ini berbau
sedap dengan rasa asam manis dan tingkat keasaman (pH) kurang dari
3,5.Apabila tingkat keasaman melebihi 4,0 maka cairan ini tidak dapat
digunakan lagi.
Effective microorganism 4 atau EM4 adalah suatu kultur campuran
berbagai mikroorganisme yang bermanfaat (terutama bakteri fotosisntesis,
bakteri asam laktat, ragi, Actinomycetes dan jamur peragian) yang dapat
digunakan sebagai sebagai inokulen untuk meningkatkan keragaman mikroba
tanah dan dapat memperbaiki kesehatan serta kualitas tanah.
Sebelum digunakan, EM4 perlu diaktifkan dahulu karena mikroorganisme
di dalam larutan EM4 berada dalam keadaan tidur (dorman).Pengaktifan
mikroorganisme di dalam EM4 dapat dilakukan dengan cara memberikan air
dan makanan (molase).Dengan menggunakan EM4, waktu pengomposan dapat
dipercepat yakni pengomposan hanya membutuhkan waktu berkisar antara 3-5
hari (Yuwono, 2005).
1.3 Rasio Karbon Terhadap Nitrogen (Rasio C/N)
Rasio Karbon Terhadap Nitrogen atau Rasio C/N adalah rasio dari masa
karbon terhadap massa nitrogen di suatu zat.Diantara zat yang dianalisa
menggunakan metode ini adalah sedimen dan kompos.Pada pengomposan,
mikroba aktif secara optimal pada rasio C/N 30-35:1, dan rasio yang lebih
tinggi akan menyebabkan laju pengomposan menurun.

4
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Jurnal Penelitian 1: Optimasi Kondisi Proses Pembuatan Kompos Dari


Sampah Organik Dengan Cara Fermentasi Menggunakan EM4
Dalam penelitian ini ingin dipelajari proses pembuatan kompos dari sampah
organik dengan cara fermentasi menggunakan EM4.Proses inidilakukan 2 tahap,
yaitu tahap persiapan bahan baku yang meliputi persiapan sampah organik dan
pembuatan stater EM4 serta tahap pengomposan yaitu bahan baku dicampur dan
ditempatkan dalam wadah tertutup di ruang gelap agar terjadi proses
pengomposan anaerob.Dari penelitian ini ingin diketahui kondisi proses yang
optimal untuk memperoleh hasil yang maksimal dari segi kualitas maupun
kuantitas.
Proses Pengomposan
Sebagai bahan baku pembuatan kompos digunakan bahan organik berupa
daun rambutan.Dedaunan dicacah menggunakan alat pencacah dan dihaluskan
dengan menggunakan penggilingan, kemudian dilakukan analisis bahan.
EM4 dan gula dilarutkan dengan air dengan perbandingan yang
divariasikan.EM4 dan gula yang telah dilarutkan kemudian didiamkan selama
kurang lebih 3 jam.60ml EM4 disemprotkan pada 30gr bahan baku yang
dituangkan diatas alas plastik.Kemudian diaduk sampai tercampur
merata.Campuran tersebut ditempatkan dalam wadah tertutup di ruang gelap dan
dibiarkan agar terjadi proses pengomposan.Setelah waktu tertentu, proses
pengomposan dihentikan, hasilnya dianalisis.
Analisis Pengaruh EM4 Terhadap Perubahan Rasio C/N
Analisa yang dilakukan meliputi analisa kadar air, kadar karbon, kadar
nitrogen, rasio C/N, kadar logam berat, kadar unsur mikro, kadar total P2O5,
K2O, pH dan uji tanaman.Dengan menggunakan kondisi proses optimal
(konsentrasi EM4 0,5 %, suhu proses 40°C, ukuran bahan 0,0356 cm (-30/+40
mesh) dan konsentrasi gula 0,8% diperoleh waktu pembuatan kompos 3 hari

5
serta kompos yang dihasilkan memenuhi standar kualitas kompos seperti yang
diatur dalam Peraturan Mentan, No.2/Pert/HK.060/2/2006.
Dalam proses pembuatan kompos dari sampah organik dengan cara
fermentasi menggunakan EM4 akan terjadi penurunan rasio C/N.Bahan baku
memiliki rasio C/N yang tinggi kemudian dengan proses fermentasi, terjadi
penurunan jumlah C dalam bahan dan C/N menjadi semakin kecil.Hal ini
dikarenakan dalam proses fermentasi terjadi reaksi C menjadi CO2 dan CH4
yang berupa gas.Kecepatan reaksi fermentasi akan menyebabkan penurunan
rasio C/N.Adapun kecepatan reaksi dipengaruhi oleh beberapa faktor antara
lain:konsentrasi EM4, prosentase gula sebagai nutrisi bagi bakteri, suhu proses
dan ukuran bahan.Bahan tersebut sudah menjadi kompos apabila rasio C/N
sudah mencapai lebih kecil dari 20(Yuwono, 2005).Semakin besar kecepatan
penurunan rasio C/N, maka semakin singkat waktu yang diperlukan untuk
mencapai C/N lebih kecil dari 20 yang disebut sebagai waktu
pengomposan.Untuk mempelajari pengaruh konsentrasi EM4 terhadap
kecepatan penurunan rasio C/N atau waktu pengomposan dilakukan percobaan
dengan variasi konsentrasi EM4, sedangkan variabel lainnya dibuat
tetap.Percobaan dilakukan pada bahan baku berukuran diameter rata-rata 0,0711
cm(-10/+20 mesh), suhu 30°C dan perbandingan massa gula:EM4=1:1
(konsentrasi gula 1%).Hasil percobaan dapat dilihat pada tabel 1 dan gambar 1.

Tabel 1.Pengaruh konsentrasi EM4 terhadap rasio C/N selama proses (Suhu
30°C, berukuran butir 0,0711 cm (-10/+20 mesh), konsentrasi gula 1%)

6
Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa semakin lama waktu prose, rasio C/N
semakin turun. Hal ini disebabkan semakin lama waktu proses, semakin banyak
kesempatan bagi mikroorganisme untuk mengurai bahan.Selain itu dapat dilihat
bahwa semakin besar konsentrasi EM4, semakin cepat penurunan rasio C/N,
dengan kata lain waktu proses semakin singkat.Hal ini disebabkan semakin besar
konsentrasi EM4, jumlah bakteri yang mengurai bahan semakin banyak
sehingga bahan lebih cepat terurai oleh bakteri-bakteri tersebut.

3.2 Jurnal 2: Optimasi Aktivator Dalam Pembuatan Kompos Organik Dari


Limbah Kakao
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan saat proses

7
pengomposan pengomposan untuk memeriksa hubungan dengan suhu, pH dan
kadar C, N, Rasio C / N, P menggunakan EM4 aktivator, MOD 71, kotoran
domba pada biomassa limbah kakao. Prinsip kerja dari penelitian ini adalah
untuk mengamati dan menganalisis dekomposisi
biomassa limbah kakao untuk aktivator yang berbeda dan mengamati
proses variabel proses pengomposan untuk 7,14, 21, 28, 35, 42, 49, dan 56 hari
dengan analisis suhu, pH dan menganalisis tingkat nitrogen (N),Karbon (C),
Rasio C / N, dan fosfor (P). Hasil itu diperoleh sesuai dengan optimasi titik
grafik N, C, Rasio C / N, dan P. Kemudian terhubung ke meja SNI, kompos
cocok adalah kompos aktivator biomassa menggunakan EM4, pada 28 hari
dengan suhu 54,88 0C dan kompos pematangan adalah hari ke-56 suhu 28 ° C
dengan pH 7,46.
Proses Pengomposan
Biomasa limbah kakao dicacah sehingga menjadi ukuran lebih kurang 3 cm
panjangnya.Bahan energi yang digunakan adalah dedak padi dan gula pasir
digunakan untuk mendukung aktivitas mikroorganisme decomposer. Tiap
perlakuan menggunakan biomasa yang telah dicacah masing-masing sebanyak
2,5 liter.
Penakaran biomasa ditakar dilakukan tanpa pemadatan. Kepada biomasa,
tiap-tiap perlakuan ditambah 1/2 liter dedak dan dicampur secara merata.
Kemudian setiap perlakuan diberi mikroorganisme/activator yang berbeda-beda
sesuai dengan perlakuan masing-masing. Setelah bahan kompos tercampur
merata, pada setiap perlakuan disiram menggunakan larutan yang terdiridari ¼
liter air, 1 ¼ gram gula dan 0,65 gram urea. Larutan EM4 sebanyak ¾ milliliter
ditambahkan pada larutan yang digunakan untuk pembuatan kompos dengan
perlakuan penambahan bahan aktif EM4. Untuk perlakuan berikutnya yaitu
penambahan activator kotoran domba kering sebanyak sebanyak ½ liter dan
untuk perlakuan yang menggunakan stardec diberikan ¾ gram.Pencampuran dan
pengadukan kompos menggunakan tangan untuk menjamin pemerataan
kelembaban yang merata dan tidak kekuranganoksigen.

8
Bahan utama pembuatan kompos berasal dari limbah kakao yang mana
awal proses pengomposan limbah kakao mengeluarkan air berwarna coklat
kehitaman dan berbau sehingga mengundang serangga buah dan lalat untuk
datang mengerubungi sekitar wadah pengomposan.Setelah satu minggu
kemudian serangga buah dan lalat berkurang seiring berkurangnya bau yang di
timbulkan. Pemberian aktivator EM4 menghasilkan susut bobot massa paling
kecil yaitu sebesar 67.47 % dari berat awalnya 4001.75 gr, dan penyusutan pada
MOD 71 yaitu sebesar 68.719 %.Kemudian kotoran domba dan tanpa activator
mengalami penyusutan sebesar 69.30 % dan 73.80%. Kompos dengan EM4
mengalami penyusutan paling sedikit sehingga kompos yang dihasilkan lebih
banyak. Hal ini dikarenakan EM4 mengandung mikroba Asam Laktat yang
berfungsi meningkatkan percepatan perombakan bahan-bahan organic dan dapat
menghancurkan bahanbahan organic seperti lignin dan selulosa, serta
memfermentasikannya tanpa menimbulkan pengaruh-pengaruh merugikan yang
diakibatkan oleh bahan-bahan organik yang tidak terurai.
Analisis Pengaruh EM4 Terhadap Perubahan Rasio C/N
Hasil analisa penelitian pembuatan kompos organik dari limbah kakao
diperoleh data Variasi sampel dengan Ratio C/N dengan menggunakan beberapa
aktivator yaitu EM4,MOD 71, Kotoran domba, dan Tanpa aktivator pada proses
pengomposan didapat pada tabel berikut:

9
Hasil penelitian diperoleh untuk pembuatan kompos dengan menggunakan
aktivator yang berbeda yaitu tanpa aktivator, EM4, MOD 71, dan Kotoran
domba, yang sesuai dengan titik optimasi dari grafik C, N, ratio C/N, dan P
sesuai dengan tabel kompos secara SNI adalah kompos yang menggunakan
aktivator EM4 yaitu pada kadar C dimulai 30.19 menuju 35.89 menurun ke
31.17 ;dan kadar N dimulai 1.57 menuju 1.89 menurun1.53 ; dan kadar ratio
C/N dimulai 19.22 menuju20.49 menurun 20.33; dan untuk kadar P dimulai 2.73
menuju 2.69 menurun 2.72.
3.3 Jurnal 3: Penggunaan EM4 Dalam Pengomposan Limbah Teh Padat
Proses Pengomposan
Penelitian ini bertujuan untuk mempercepat dekomposisi limbah teh padat
dengan menggunakan EM4.Pengomposan dilakukan diatas lantai yang dialasi

10
dengan plastik.Limbah teh padat dicampur secara merata dengan dedak, sekam
padi dan pupuk kandang yang masing-masing banyaknya 10% dari berat limbah
teh padat.Kemudian campuran tersebut diberi larutan EM4 sebanyak 2 liter dan
gula merah 250 g.EM4 dan gula merah dicampur dengan air dan diberikan
secara bertahap ke bahan kompos hingga mencapai kandungan air 30%-40%
ditandai dengan tidak menetesnya air dari bahan kompos bila bahan digenggam
dan akan mekar bila genggaman dilepaskan.Kemudian bahan tersebut
dikomposkan, yaitu dengan cara ditutup dengan karung goni dengan lama
pengomposan sesuai perlakuan.Untuk sirkulasi udara dilakukan pembalikan
bahan kompos sehari sekali.
Analisis Pengaruh EM4 Terhadap Perubahan Rasio C/N
Pada penelitian dilakukan pengujian lama pengomposan limbah teh padat
dengan interval waktu 5, 10, 15 dan 20 hari.Dengan Semakin lamanya
pengomposan yang dilakukan seamkin meningkat kualitas kompos yang
ditunjukkan dengan meningkatnya ketersediaan hara baik, hara makro maupun
mikro dan terjadi penurunan nisbah C/N.Penurunan nisbah C/N sejalan dengan
akibat terjadinya penurunan kandungan C-organik dan meningkatnya kandungan
N-total dalam bahan kompos tersebut.Kompos telah dianggap matang bila
nisbah C/N sudah menurun hingga sekitar 20.Digunakan nisbah C/N sebesar 20
ini didasarkan pemikiran bahwa kompos dengan nisbah C/N sekitar 20 ini bila
diberikan ke dalam tanah sudah tidak menimbulkan immobilisasi N oleh
mikroorganisme yang dapat mengakibatkan ketersediaan N bagi tanaman
berkurang.
Hasil pengamatan bahwa lama pengomposan berpenngaruh nyata terhadap
nisbah C/N.Nisbah C/N awal adalah 47.54, setelah dilakukan pengomposan
turun menjadi 18.62 (5 hari pengomposan), 15.61 (10 hari pengomposan), 14.41
(15 hari pengomposa) dan 12.81 (20 hari pengomposan).Meskipun
pengomposan hanya 5 hari namun sudah dapat menurunkan nisnag C/N dibawah
20, hal ini kareana penggunaan EM4 yang mengandung mikroorganisme yang
dapat mempercepat pengomposan.Penurunan nisbah C/N terbesar terjadi pada

11
lama pengomposan 20 hari yaitu dari 47.54 menjadi 12.81.
Semakin lama ketersedian N semakin meningkat.Pada awal penelitian
kandungan N 0,11% dan dengan pengomposan terjadi peningkatan unsur N total
menjadi 0,26 (5 hari pengomposan), 0,29 (10 hari pengomposan), 0,30 (15 hari
pengomposan) dan 0,33 (20 hari pengomposan).Meskipin hanya 5 hari tetapi
terjadi peningkatan N yang cukup berati selama pengomposan.Hal ini dapt
diduga karena pemberian EM4 dapat mempercepat peningkatan N-total.

BAB IV

12
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
1. Prosesur proses pengomposan yang dilakukan pada 3 jurnal penelitian tetap
sama, meskipun bahan atau limbah yang digunakan untuk pembuatan kompo
berbeda.
3. Dari hasil pengamatan dari 3 jurnal penelitian menunjukkan bahwa semakin
besar konsentrasi EM4, maka akan semakin cepat penurunan rasio C/N,
sehingga proses pematangan kompos semakin cepat.

13
DAFTAR PUSTAKA

Yuniawati, Murni dkk.2012.Optimasi Kondisi Proses Pembuatan Kompos Dari


Sampah Organik Dengan Cara Fermentasi Menggunakan EM4.Jurnal
Teknologi.Volume 5,Nomor 2, diakses pada 28 November 2015.
Rahayu, Murni Sari dan Nurhayati.2005.Penggunaan EM4 Dalam Pengomposan
Limbah Teh Padat.Jurnal Penelitian Bidang Ilmu Pertanian.Volume3,
Nomor 2, diakses pada 17 Desember 2015.
Yanqoritha, Nyimas.2013.Optimasi Aktivator Dalam Pembuatan Kompos Organik
Dari Limbah Kakao.Majalah I.Mektek.Volume 15, Nomor 2, diakses pada
28 November 2015.

14

Anda mungkin juga menyukai