Nutrisi Ibu Menyusui
Nutrisi Ibu Menyusui
PERKEMIHAN
Pemeriksaan sistem perkemihan terhadap kelainan yang mungkin dialami oleh klien
dilakukan dengan melakukan anamnesis keluhan yang dialami oleh klien, pemeriksaan fisik
terhadap fungsi dari sistem perkemihan, dan kemudian dibandingkan dengan hasil dari
pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan diagnostik lainnya.
1. Anamnesis
Anamnesis merupakan suatu wawancara kepada klien yang ditujukan untuk
mengetahui secara dini penyakit yang kemungkinan di derita oleh klien. Anamnesis
merupakan suatu proses pengumpulan data adalah mengumpulkan informasi yang sistematik
tentang klien termasuk kekuatan dan kelemahan klien. Data dikumpulkan dari klien
(autoanamnesa) atau dari orang lain (alloanamnesa), yaitu dari keluarga, orang terdekat,
masyarakat.
Data yang diperoleh dari proses anamnesis merupakan data subjektif. Data Subjektif
menunjukkan persepsi dan sensasi klien tentang masalah kesehatan. Klien mengungkapkan
persepsi dan perasaan subjektif seperti harga diri atau nyeri. Data subjektif adalah informasi
yang diucapkan oleh klien kepada perawat selama wawancara atau pengkajian keperawatan,
yaitu komentar yang didengar oleh perawat. Data subjektif biasa disebut ”gejala”. Data
subjektif atau gejala adalah fenomena yang dialami oleh klien dan mungkin suatu permulaan
kebiasaan dari sensasi normal klien. Contoh : saya merasa sakit dan perih ketika buang air
kecil, perut saya terasa melilit, badan saya sakit semua, dll.
Anamnesis yang sistematik mencakup : keluhan utama pasien, riwayat penyakit saat
ini yang sedang di derita klien, seperti : keluhan sistemik yang merupakan penyulit dari
kelainan urologi, seperti malaise, pucat, uremia yang merupakan gejala gagal ginjal, atau
demam akibat infeksi dan keluhan lokal, seperti nyeri, keluhan miksi, disfungsi seksual, atau
infertilitas. Selain itu perlu adanya pengkajian terhadap riwayat penyakit lain yang pernah
dideritanya maupun pernah diderita keluarganya. Beberapa pertanyaan yang bias diajukan
kepada klien adalah :
a) Kaji kebiasaan pola BAK, output/jumlah urine 24 jam, warna, kekeruhan dan
ada/tidaknya sedimen.
b) Kaji keluhan gangguan frekuensi BAK, adanya dysuria dan hematuria, serta riwayat
infeksi saluran kemih.
c) Kaji kembali riwayat pengobatan dan pengkajian diagnostik yang terkait dengan
sistem perkemihan.
Pengkajian
1) Biodata Klien
a. Biodata
Nama : Tn. Y
Umur : 32 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
kerjaan : Swasta
Suku bangsa : Sunda/Indonesia
masuk perawatan : 21-05-2004
Tgl. pengkajian : 24-05-2004
Alamat : Jl. Otista No.34/47 Kuningan
No. medrek : 04012890
agnosa medis : ESRD
2) Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Klien mengeluh mual dan perasaan panas di perut
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Ø Alasan Masuk Rumah Sakit
Pada hari Minggu tanggal 16-05-2004, klien mengeluh badan terasa lemas,
cepat lelah, muka bengkak dan sembab, mual-muntah dan perasaan perih pada perut setiap
kali diisi makanan. Keluhan semakin bertambah sehingga pada hari Kamis tanggal 20-05-
2004 klien dibawa ke dokter dan dianjurkan untuk memeriksakan darah.
Setelah ada hasil, klien dirujuk ke Rumah Sakit Hasan Sadikin, di UGD klien diperiksa dan
langsung dilakukan haemodialisa dan dirawat di Ruang Perawatan X A Rumah Sakit Hasan
Sadikin, sudah di haemodialisa 3 kali
Ø Keluhan Saat Dikaji
Klien mengeluh mual muntah dan perasaan perih pada perutnya. Keluhan
bertambah bila klien memasukan makanan dan minuman secara spontan makanan dan
minuman itu keluar kembali.
Keluhan berkurang bila perutnya diberi kompres hangat dan miring ke salah satu sisi,
perasaan perih pada daerah perut bagian atas menyebar ke seluruh bagian perut (bagian
bawah). Keluhan ini dirasakan setiap klien mau memasukan makanan/minuman. Keluhan
dirasakan sangat mengganggu sehingga klien tidak bisa memenuhi kebutuhan biologisnya.
b. Tidur malam Selama 7 jam dari jam Tidur malam dari jam
22.00-05.00 20.00-05.00 win
Tidur nyenyak Tidur nyenyak
5 Personal Hygiene
a. Mandi Frekuensi : 3 kali sehari, Frekuensi : 2 kali sehari,
mandi guyur dilap/diseka
5) DATA PSIKOLOGIS
a. Status Emosi : Emosi klien terlihat stabil
b. Kecemasan : Klien berusaha tenang dan menghilangkan rasa cemasnya tetapi
kadang nampak termenung, klien mengatakan bingung dengan penyakitnya karena
disarankan cuci darah terus.
c. Pola Koping : Klien seorang laki-laki yang harus tegar menerima kenyataan
sakitnya, klien anak ke dua yang dekat dengan kakanya, bila ada permasalahan klien
selalu minta pendapat kepada kakaknya.
d. Gaya Komunikasi : Klien berbicara dengan pelan namun jelas dan rileks, sesekali
diselingi dengan canda gurau, klien dapat berkomunikasi 2 bahasa, bahsa
Sunda/daerah dan bahasa Nasional/Indonesia.
e. Konsep Diri
Gambaran Diri : Klien mengatakan dirinya tidak berbeda dengan orang lain, saat
ini sedang sakit dan berharap segera sembuh
Harga Diri : Klien merasa dihargai sebagai seseorang yang dirawat dan
merasakan kepuasan dan ketenangan di dalam perawatannya
Peran : Klien seorang anak dari 3 bersaudara, klien anak ke 2 yang harus
menjaga adiknya dan saat ini klien tidak dapat melakukan peran dan aktivitasnya.
Ideal Diri : Klien berharap ia sembuh dari sakitnya dan kembali berkumpul
dengan keluarganya serta menjalankan tugas dan perannya.
Idedtitas Diri : Klien adalah seorang lelaki yang mencintai petualangan, pecinta
alam semesta.
7) Data Penunjang
a. Program Pengobatan
Therapi yang diberikan pada tanggal 24-05-2004 peroral
1) Tensivask 10 mg tab 1 x 1
2) Bienat tab 3x1
3) Asam polat tab 3x1
4) Lasix tab 40 mg 3x1
5) Kalasex sachet 3x1
6) Infus DS% 20 gtt/meni
b. Hasil Pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan darah tanggal 21-05-2004
JENIS NILAI
NO HASIL
PEMERIKSAAN NORMAL
1 Ureum 280,4 (meningkat) 15-50 mg/dl
2 Kreatinin 30,1 (meningkat) 0,6-1,1 mg/dl
3 Natrium 131 (menurun) 135-145 mEg/l
4 Kalium 54 (meningkat) 3,6-5,5 mEg/l
JENIS NILAI
NO HASIL
PEMERIKSAAN NORMAL
1 Henaglobulin 6,5 (menurun) 13-18
2 Leukosit 3.600 3.800-10.600
3 Hematokrit 19 (menurun) 40-52
4 Trombosit 19,350 150-440
5 Ureum 137 (meningkat) 15-50
6 Kreatinin 14,14 (meningkat) 96-1,1
7 Natrium 128 (menurun) 135-145
8 Kalium 3,9 3,6-5,5
9 PA arteri 7,351 7,35-7,45
10 PCP2 arteri 20,6 35-48
b. Keluhan Miksi
Keluhan yang dirasakan oleh pasien pada saat miksi meliputi keluhan iritasi, obstruksi,
inkontinensia dan enuresis. Keluhan iritasi meliputi urgensi, polakisuria, nokturia dan disuria;
sedangkan keluhan obstruksi meluiputi hesitansi, harus mengejan saat miksi, pancaran urine
melemah, intermitensi dan menetes serta masih terasa ada sisa urine sehabis miksi. Keluhan
iritasi dan obstruksi dikenal sebagai lower urinary tract syndrome.
1. Gejala Iritasi
Urgensi adalah rasa sangat ingin kencing hingga terasa sakit, akibat hiperiritabilitas dan
hiperaktivitas buli-buli sehingga inflamasi, terdapat benda asing di dalam buli-buli,
adanya obstruksi intravesika atau karena kelainan buli-buli nerogen. Frekuensi, atau
polaksuria, adalah frekuensi berkemih yang lebih dari normal (keluhan ini paling sering
ditemukan pada pasien urologi). Hal ini dapat disebabkan karena produksi urine yang
berlebihan atau karena kapasitas buli buli yang menurun. Nokturia adalah polaksuria
yang terjadi pada malam hari. Pada malam hari, produksi urin meningkat pada pasien-
pasien gagal jantung kongestif dan edema perifer karena berada pada posisi supinasi.
Pada pasien usia tua juga dapat ditemukan produksi urine pada malam hari meningkat
karena kegagalan ginjal melakukan konsenstrasi urine.
2. Gejala Obstruksi
Normalnya, relaksasi sfingter uretra eksterna akan diikuti pengeluaran urin. Apabila
terdapat obstruksi intravesika, awal keluarnya urine menjadi lebih lama dan sering
pasien harus mengejan untuk memulai miksi. Setelah urine keluar, seringkali
pancarannya lemah dan tidak jauh, bahkan urine jatuh dekat kaki pasien. Di pertengahan
miksi seringkali miksi berhenti dan kemudian memancar lagi (disebut dengan
intermiten), dan miksi diakhiri dengan perasaan masih terasa ada sisa urine di dalam buli
buli dengan masih keluar tetesan urine (terminal dribbling). Apabila buli-buli tidak
mampu lagi mengosongkan isinya, akan terasa nyeri pada daerah suprapubik dan diikuti
dengan keinginan miksi yang sakit (urgensi). Lama kelamaan, buli-buli isinya makin
penuh hingga keluar urin yang menetes tanpa disadari yang dikenal sebagai
inkontinensia paradoksa. Obstruksi uretra karena striktura uretra anterior biasanya
ditandai dengan pancaran kecil, deras, bercabang dan kadang berputar putar.
3. Inkontinensia Urine
Inkontinensia urine adalah ketidak mampuan seseorang untuk menahan urine yang
keluar dari buli buli, baik disadari ataupun tidak disadari. Terdapat beberapa macam
inkontinensia urine, yaitu inkontinensia true atau continuous (urine selalu keluar),
inkontinensia stress (Tekanan abdomen meningkat), inkontinensia urge (ada keinginan
untuk kencing) dan inkontinensia paradoksa (Buli-buli penuh).
4. Hematuria
Hematuria adalah didapatkannya darah atau sel darah merah di dalam urine. Hal ini perlu
dibedakan dengan bloody urethral discharge, yaitu adanya perdarahan per uretram yang
keluar tanpa proses miksi. Porsi hematuria perlu diperhatikan apakah terjadi pada awal
miksi (hematuria inisial), seluruh proses miksi (hematuria total) atau akhir miksi
(hematuria terminal). Hematuria dapat disebabkan oleh berbagai kelainan pada saluran
kemih, mulai dari infeksi hingga keganasan.
5. Pneumaturia
Pneumaturia adalah berkemih yang tercampur dengan udara, dapat terjadi karena adanya
fistula antara buli-buli dengan usus, atau terdapat proses fermentasi glukosa menjadi gas
karbondioksida di dalam urine, seperti pada pasien diabetes mellitus.
6. Hematospermia
Hematospermia atau hemospermia adalah adanya darah di dalam ejakulat, biasa
ditemukan pada pasien usia 30-40 tahun. Kurang lebih 85-90% mengeluhkan
hematospermia berulang. Hematospermia paling sering disebabkan oleh kelainan pada
prostat dan vesikula seminalis. Paling banyak hematospermia tidak diketahui
penyebabnya dan dapat sembuh sendiri. Hematospermia sekunder dapat disebabkan oleh
paska biopsi prostat, adanya infeksi vesikula seminalis atau prostat, atau oleh karsinoma
prostat.
7. Cloudy Urine
Cloudy urine adalah urine bewarna keruh dan berbau busuk akibat adanya infeksi
saluran kemih.
c. Pemeriksaan Fisik
1) Inspeksi
a. Kulit dan membran mukosa. Catat warna, turgor, tekstur, dan pengeluaran keringat.
b. Mulut
c. Wajah
d. Abdomen
Pasien posisi terlentang, catat ukuran, kesimetrisan, adanya massa atau
pembengkakan, kembung, Kulit dan membran mukosa yang pucat, indikasi gangguan
ginjal yang menyebabkan anemia. Tampak ekskoriasi, memar, tekstur kulit kasar atau
kering. Penurunan turgor kulit merupakan indikasi dehidrasi.
Edema, indikasi retensi dan penumpukkan cairan.
Stomatitis, napas bau amonia
Moon face
Pembesaran atau tidak simetris, indikasi hernia atau adanya massa. Nyeri permukaan
indikasi disfungsirenal.
Distensi atau perut yang nyeri menetap, distensi, kulit mengkilap atau tegang.
e. Meatus urinary
Laki-laki posisi duduk atau berdiri, tekan ujung gland penis dengan memakai sarung
tangan untuk membuka meatus urinary.
Pada wanita : posisi dorsal litotomi, buka labia dengan memakai sarung tangan.
Perhatikan meatus urinary
2) Palpasi
a. Ginjal
Gambar 6. Teknik palpasi bimanual pada ginjal kanan
Ginjal kiri jarang dapat teraba, meskipun demikian usahakan untuk mempalpasi
ginjal untuk mengetahui ukuran dan sensasi.
Jangan lakukan palpasi bila ragu karena dapat menimbulkan kerusakan
jaringan.
Posisi pasien supinasi, palpasi dilakukan dari sebelah kanan.
Letakkan tangan kiri dibawah abdomen diantara tulang iga dan lengkung iliaka.
Tangan kanan dibagian atas. mengkilap dan tegang, indikasi retensi cairan atau
ascites. Distensi kandung kemih, pembesaran ginjal. Kemerahan, ulserasi,
bengkak, atau adanya cairan, indikasi infeksi. Pada laki-laki biasanya terdapat
deviasi meatus urinary seperti defek kongenital.
Jika terjadi pembesaran ginjal, maka dapat mengarah ke neoplasma atau
patologis renal yang serius.
Pembesaran kedua ginjal, indikasi polisistik ginjal.
Tenderness/lembut pada palpasi ginjal maka indikasi infeksi, gagal ginjal
kronik.
Ketidaksimetrisan ginjal indikasi hidronefrosis.
Anjurkan pasien nafas dalam dan tangan kanan menekan sementara tangan kiri
mendorong ke atas.
Lakukan hal yang sama untuk ginjal kanan
Gambar 1. A (teknik palpasi ringan); B (teknik palpasi dalam)
b. Kandung kemih
Secara normal, kandung kemih tidak dapat dipalpasi, kecuali terjadi distensi urin maka
palpasi dilakukan di daerah simphysis pubis dan umbilicus.
3) Perkusi
a. Ginjal
1. Atur posisi klien duduk membelakangi pemeriksa.
2. Letakkan telapak tangan tidak dominan diatas sudut kostovertebral (CVA),
lakukan perkusi atau tumbukan di atas telapak tangan dengan menggunakan
kepalan tangan dominan.
3. Ulangi prosedur untuk ginjal kanan
4. Jika kandung kemih penuh maka akan teraba lembut, bulat, tegas, dan sensitif
5. Tenderness dan nyeri pada perkusi CVA merupakan indikasi glomerulonefritis
atau glomerulonefrosis.
Gambar 2. Teknik jari tidak langsung
b. Kandung kemih
Secara normal, kandung kemih tidak dapat diperkusi, kecuali volume urin di
atas 150 ml. Jika terjadi distensi, maka kandung kemih dapat diperkusi sampai
setinggi umbilicus.
Sebelum melakukan perkusi kandung kemih, lakukan palpasi untuk mengetahui
fundus kandung kemih. Setelah itu lakukan perkusi di atas region suprapubic.
Jika kandung kemih penuh atau sedikitnya volume urin 500 ml, maka akan terdengar
bunyi dullness (redup) di atas simphysis pubis.
4) Auskultasi
abdomen. Jika terdengar bunyi bruit (bising) pada aorta abdomen dan arteri renalis, maka
indikasi adanya gangguan aliran darah ke ginjal (stenosis arteri ginjal)
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Gangguan eliminasi urin
7) Aktivitas Keperawatan
Lihat juga aktivitas keperawatan untuk alternatif diagnosis yang disarankan di atas
a) Pengkajian
Manajemen eliminasi urine (NIC):
pantau eliminasi urne meliputi frekuensi, konsistensi, bau, volume dan warna, jika
perlu.
Kumpulkan spesimen urine tengah untuk urinalsis, jika perlu.
b) Penyuluhan untuk pasien atau keluarga
Manajemen eliminasi urine (NIC):
Anjurkan pasien tentang tanda dan gejala infeksi saluran kemih
Instruksikan pasien dan keluarga untuk mencatat haluaran urine, bila diperlukan
Instruksikan pasien untuk berespons segera terhadap kebutuhan eliminasi, jika perlu
Ajarkan pasien untuk minum 200 ml cairan pada saat makan, di antara waktu makan,
dan di awal petang
8) Aktivitas kolaboratif
Manajemen eliminasi urine (NIC): rujuk ke dokter jika terdapat tanda dan gejala
infeksi saluran kemih