Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembelajaran merupakan salah satu unsur penentu baik tidaknya lulusan yang
dihasilkan oleh suatu sistem pendidikan. Pembelajaran ibarat jantung dari proses
pendidikan. Pembelajaran yang baik cenderung menghasilkan lulusan dengan
hasil belajar yang baik pula, demikian pula sebaliknya.
Pada kenyataan dilapangan hasil belajar siswa selama ini masih kurang dan
belum sesuai dengan yang diharapkan, baik secara intelektual maupun sikap.
Siswa belum mencapai tahap kompetensi yang ideal. Oleh karena itu perlu adanya
perubahan dalam proses pembelajaran dari kebiasaan yang sudah berlangsung
selama ini. Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis akan mencoba
membahas Model PAIKEM karena pembelajaran ini dirancang agar mengaktifkan
anak, mengembangkan kreativitas sehingga efektif namun tetap menyenangkan.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut;
1. Apa yang dimaksud dengan PAIKEM?
2. Apa saja ciri-ciri dari PAIKEM?
3. Hal apa yang perlu diperhatikan dari PAIKEM?
4. Bagaimana prinsip-prinsip dari PAIKEM?
5. Apa saja langkah-langkah dari PAIKEM?
C. Tujuan Masalah
Dari rumusan masalah diatas bertujuan untuk Mengetahui Pengertian, Ciri-
Ciri, Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan, Prinsip-Prinsip, dan Langkah-Langkah
dari PAIKEM.

1
2

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Model PAIKEM
PAIKEM adalah singkatan dari Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif,
dan Menyenangkan. Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru
harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya,
mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan.
Pembelajaran inovatif bisa mengadaptasi dari model pembelajaran yang
menyenangkan. Learning is fun merupakan kunci yang diterapkan dalam
pembelajaran inovatif. Jika siswa sudah menanamkan hal ini di pikirannya tidak
akan ada lagi siswa yang pasif di kelas, perasaan tertekan dengan tenggat waktu
tugas, kemungkinan kegagalan, keterbatasan pilihan, dan tentu saja rasa bosan.
Membangun metode pembelajaran inovatif sendiri bisa dilakukan dengan cara
diantaranya mengakomodir setiap karakteristik diri. Artinya mengukur daya
kemampuan serap ilmu masing-masing orang. Contohnya saja sebagian orang ada
yang berkemampuan dalam menyerap ilmu dengan menggunakan visual atau
mengandalkan kemampuan penglihatan, auditory atau kemampuan mendengar,
dan kinestetik. Dan hal tersebut harus disesuaikan pula dengan upaya
penyeimbangan fungsi otak kiri dan otak kanan yang akan mengakibatkan proses
renovasi mental, diantaranya membangun rasa percaya diri siswa.
Kreatif dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam
sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa. Menyenangkan adalah
suasana belajar-mengajar yang menyenangkan sehingga siswa memusatkan
perhatiannya secara penuh pada belajar sehingga waktu curah perhatiannya (“time
on task”) tinggi.
Menurut hasil penelitian, tingginya waktu curah perhatian terbukti
meningkatkan hasil belajar. Keadaan aktif dan menyenangkan tidaklah cukup jika
proses pembelajaran tidak efektif, yaitu tidak menghasilkan apa yang harus
dikuasai siswa setelah proses pembelajaran berlangsung, sebab pembelajaran
memiliki sejumlah tujuan pembelajaran yang harus dicapai. Jika pembelajaran
3

hanya aktif dan menyenangkan tetapi tidak efektif, maka pembelajaran tersebut
tak ubahnya seperti bermain biasa.
Siswa tidak memungkiri metode “PAIKEM” sama dengan pembelajaran aktif,
inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan” merupakan metode yang sangat
mengerti dan memahami kondisi siswa. bagaimana guru menyampaikan materi
merupakan penilaian utama siswa, seorang guru mempunyai wawasan yang luas
akan tergambar dengan cara bagaimana seorang guru menyampaikan
pembelajaran di kelas, fokus terhadap materi dan penyampaian yang mudah
dimengerti oleh siswa. peduli terhadap siswa dan tidak pilih-memilih
(diskriminatif), performance yang menarik serta bisa dijadikan partner dalam
berdiskusi dan berkeluh kesah merupakan sekian banyak kriteria yang siswa
sampaikan jika seorang guru ingin menjadi favorit di mata siswa (Herman, 2008).
1. Pembelajaran Aktif
Pembelajaran aktif merupakan pendekatan pembelajaran yang lebih banyak
melibatkan aktivitas siswa dalam mengakses berbagai informasi dan pengetahuan
untuk dibahas dan dikaji dalam proses pembelajaran di kelas, sehingga mereka
mendapatkan berbagai pengalaman yang dapat meningkatkan pemahaman dan
kompetensinya.
Dalam pembelajaran aktif, guru lebih banyak memposisikan dirinya sebagai
fasilitator, yang bertugas memberikan kemudahan belajar (to facilitate of
learning) kepada siswa. Dalam kegiatan ini siswa terlibat secara aktif dan
berperan dalam proses pembelajaran, sedangkan guru lebih banyak memberikan
arahan dan bimbingan, serta mengatur sirkulasi dan jalannya proses pembelajaran.
(Rusman, 2010: 322-324).
2. Pembelajaran Inovatif
Pembelajaran inovatif juga merupakan strategi pembelajaran yang mendorong
aktivitas belajar. Maksud inovatif disini adalah dalam kegiatan pembelajaran itu
terjadi hal-hal yang baru, bukan saja oleh guru sebagai fasilitator belajar, tetapi
juga oleh siswa yang sedang belajar. Dalam strategi pembelajaran yang inovatif
ini, guru tidak saja tergantung dari materi pembelajaran yang ada pada buku,
tetapi dapat mengimplementasikan hal-hal baru yang menurut guru sangat cocok
4

dan relevan dengan masalah yang sedang dipelajari siswa. Demikian pula siswa,
melalui aktivitas belajar yang dibangun melalui strategi ini, siswa dapat
menemukan caranya sendiri untuk memperdalam hal-hal yang sedang dia pelajari.
Pembelajaran yang inovatif bagi guru dapat digunakan untuk menerapkan
temuan-temuan terbaru dalam pembelajaran, terlebih lagi jika temuan itu
merupakan temuan guru yang pernah ditemukan dalam penelitian tindakan kelas
atau sejumlah pengalaman yang telah ditemukan selama menjadi guru. Melalui
pembelajaran yang inovatif ini, siswa tidak akan buta tentang teknologi dan
mereka bisa mengikuti perkembangan teknologi yang ada sekarang ini. Dengan
demikian pembelajaran diwarnai oleh hal-hal baru sesuai perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. (Uno, 2012: 11).
3. Pembelajaran Kreatif
Pembelajaran kreatif merupakan proses pembelajaran yang mengharuskan
guru untuk dapat memotivasi dan memunculkan kreativitas siswa selama
pembelajaran berlangsung, dengan menggunakan beberapa metode dan strategi
yang bervariasi, misalnya kerja kelompok, bermain peran, dan pemecahan
masalah.
Pembelajaran kreatif menuntut guru untuk merangsang kreativitas siswa, baik
dalam mengembangkan kecakapan berpikir maupun dalam melakukan suatu
tindakan. Berpikir kreatif selalu dimulai dengan berpikir kritis, yakni
menemukan dan melahirkan sesuatu yang sebelumnya tidak ada atau memperbaiki
sesuatu.Berpikir kritis harus dikembangkan dalam proses pembelajaran agar siswa
terbiasa mengembangkan kreativitasnya. Pada umumnya, berpikir kreatif
memiliki empat tahapan sebagai berikut, yaitu:
a. Tahapan pertama; persiapan, yaitu proses pengumpulan informasi
untuk diuji.
b. Tahap kedua; inkubasi, yaitu suatu rentang waktu untuk
merenungkan hipotesis informasi tersebut sampai diperoleh keyakinan
bahwa hipotesis tersebut rasional.
c. Tahap ketiga; iluminasi, yaitu suatu kondisi untuk menemukan
keyakinan bahwa hipotesis tersebut benar, tepat dan rasional.
5

d. Tahap keempat; verifikasi, yaitu pengujian kembali hipotesis untuk


dijadikan sebuah rekomendasi, konsep, atau teori.
Siswa dikatakan kreatif apabila mampu melakukan sesuatu yang
menghasilkan sebuah kegiatan baru yang diperoleh dari hasil berpikir
kreatif dengan mewujudkannya dalam bentuk sebuah hasil karya baru.
(Mulyasa, 2006: 192)
4. Pembelajaran Efektif
Pembelajaran dapat dikatakan efektif jika mampu memberikan pengalaman
baru kepada siswa membentuk kompetensi siswa, serta mengantarkan mereka ke
tujuan yang ingin dicapai secara optimal. Hal ini dapat dicapai dengan melibatkan
serta mendidik mereka dalam perencanaan, pelaksanaan dan penilaian
pembelajaran. Seluruh siswa harus dilibatkan secara penuh agar bergairah dalam
pembelajaran, sehingga suasana pembelajaran betul-betul kondusif dan terarah
pada tujuan dan pembentukan kompetensi siswa.
Pembelajaran efektif menuntut keterlibatan siswa secara aktif, karena mereka
merupakan pusat kegiatan pembelajaran dan pembentukan kompetensi. Siswa
harus didorong untuk menafsirkan informasi yang disajikan oleh guru sampai
informasi tersebut dapat diterima oleh akal sehat. Dalam pelaksanaannya perlu
proses penukaran pikiran, diskusi, dan perdebatan dalam rangka pencapaian
pemahaman yang sama terhadap materi standar yang harus dikuasai siswa.
Pembelajaran efektif perlu didukung oleh suasana dan lingkungan belajar yang
memadai/kondusif. Oleh karena itu guru harus mampu mengelola siswa,
mengelola kegiatan pembelajaran, mengelola isi/materi pembelajaran, dan
mengelola sumber-sumber belajar. Menciptakan kelas yang efektif dengan
peningkatan efektivitas proses pembelajaran tidak bisa dilakukan secara
parsial,melainkan harus menyeluruh mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi.
Proses pelaksanaan pembelajaran efektif dilakukan melalui prosedur sebagai
berikut:(1) melakukan appersepsi, (2)melakukan eksplorasi, yaitu
memperkenalkan materi pokok dan kompetensi dasar yang akan dicapai, serta
menggunakan variasi metode, (3) melakukan konsolidasi pembelajaran, yaitu
6

mengaktifkan siswa dalam pembentukan kompetensi siswa dan mengaitkannya


dengan kehidupan siswa, (4) melakukan penilaian, yaitu mengumpulkan fakta-
fakta dan data/dokumen belajar siswa yang valid untuk melakukan perbaikan
program pembelajaran. Untuk melakukan pembelajaran yang efektif , guru harus
memerhatikan beberapa hal, sebagai berikut: (1) pengelolaan tempat belajar, (2)
pengelolaan siswa, (3) pengelolaan kegiatan pembelajaran, (4) pengelolaan
konten/materi pelajaran, dan (5) pengelolaan media dan sumber belajar.
(Rusman, 2010: 325-326).
5. Pembelajaran Menyenangkan
Pembelajaran menyenangkan (joyfull instruction) merupakan suatu proses
pembelajaran yang di dalamnya terdapat suatu kohesi yang kuat antara guru dan
siswa, tanpa ada perasaan terpaksa atau tertekan ( not under pressure) (Mulyasa,
2006:194). Dengan kata lain, pembelajaran menyenangkan adalah adanya pola
hubungan yang baik antara guru dengan siswa dalam proses pembelajaran. Guru
memposisikan diri sebagai mitra belajar siswa, bahkan dalam hal tertentu tidak
menutup kemungkinan guru belajar dari siswanya. Dalam hal ini perlu diciptakan
suasana yang demokratis dan tidak ada beban, baik guru maupun siswa dalam
melakukan proses pembelajaran.
Untuk mewujudkan proses pembelajaran yang menyenangkan, guru harus
mampu merancang pembelajaran dengan baik, memilih materi yang tepat, serta
memilih dan mengembangkan strategi yang dapat melibatkan siswa secara
optimal.Ada empat aspek yang memengaruhi model PAIKEM, yaitu pengalaman,
komunikasi, interaksi, dan refleksi. Apabila dalam suatu pembelajaran terdapat
empat aspek tesebut, maka pembelajaran PAIKEM terpenuhi.
a) Pengalaman
Aspek pengalaman ini siswa diajarkan dapat belajar mandiri. Di dalamnya
terdapat banyak cara untuk penerapannya antara lain seperti eksperimen,
pengamatan, penyelidikan , dan wawancara. Aspek pengalaman ini siswa
belajar banyak melalui berbuat dan dengan melalui pengalaman langsung.
b) Komunikasi
7

Aspek komunikasi ini dapat dilakukan dengan beberapa bentuk, misalnya;


mengemukakan pendapat, peresentasi laporan, dan memajangkan hasil
kerja. Kegiatan ini siswa dapat mengungkapakan gagasan, dapat
mengkonsolidasi pikirannya, mengeluarkan gagasannya, memancing
gagasan orang lain, dan membuat bangunan makna mereka dapat diketahui
oleh guru.
c) Interaksi
Aspek interaksi ini dapat dilakukan dengan cara interaksi, Tanya jawab,
dan saling melempar pertanyaan. Dengan hal-hal seperti itulah kesalahan
makna yang diperbuat oleh siswa-siswa berpeluang untuk terkorelasi dan
makna yang terbangun semakin mantap, sehingga dapat menyebabkan
hasil belajar meningkat.
d) Refleksi
1. Aspek ini yang dilakukan adalah memikirkan kembali apa yang telah
diperbuat/dipikirkan oleh siswa selama mereka belajar. Hal ini dilakukan
supaya terdapatnya perbaikan gagasan/makna yang telah dikeluarkan oleh
siswa dan agar mereka tidak mengulangi kesalahan. Di sini siswa
diharapkan juga dapat menciptakan gagasan-gagasan baru. . (Rusman,
2010: 325-329).
B. Ciri-ciri PAIKEM
Secara garis besar, ciri-ciri PAIKEM menurut pelatihan Manajemen Berbasis
Sekolah (MBS) adalah sebagai berikut:
a) Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan
pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar
melalui berbuat (learning to do).
b) Guru menggunakan berbagai alat bantu dan cara membangkitkan
semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar
untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan, dan cocok bagi
siswa.
c) Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar
yang lebih menarik dan menyediakan “pojok baca”.
8

d) Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif,


termasuk cara belajar kelompok.
e) Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam
pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan
melibatkam siswa dalam menciptakan lingkungan sekolahnya.
Sedangkan menurut Rose dan Nocholl dalam (Jamal Ma’mur Asmani,
2011:84) mengatakan bahwa ciri-ciri pembelajaran yang menyenangkan adalah
sebagai berikut.
a. Menciptakan lingkungan tanpa stres (rileks), yaitu lingkungan yang
aman untuk melakukan kesalahan, namun dengan harapan akan
mendapatkan kesuksesan yang lebih tinggi.
b. Menjamin bahwa bahan ajar itu relevan.
c. Menjamin bahwa belajar secara emosional adalah positif. Pada
umumnya, hal tersebut dapat terjadi ketika belajar dilakukan bersama orang
lain, ketika ada humor dan dorongan semangat, waktu rehat dan jeda yang
teratur, serta dukungan antusias.
d. Melibatkan secara sadar semua indra dan otak kiri maupun kanan.
e. Menentang peserta didik untuk dapat berpikir jauh ke depan dan
mengekspresikan apa yang sedang dipelajari, dan sebanyak mungkin
kecerdasan yang relevan untuk memahami bahan ajar.
PAIKEM merupakan sebuah model pembelajaran kontekstual yang
melibatkan paling sedikit empat prinsip utama dalam proses pembelajarannya.
Pertama, proses Interaksi (siswa berinteraksi secara aktif dengan guru, rekan
siswa, multi-media, referensi, lingkungan dsb). Kedua, proses Komunikasi (siswa
mengkomunikasikan pengalaman belajar mereka dengan guru dan rekan siswa
lain melalui cerita, dialog atau melalui simulasi role-play). Ketiga, proses
Refleksi, (siswa memikirkan kembali tentang kebermaknaan apa yang mereka
telah pelajari, dan apa yang mereka telah lakukan). Keempat, proses Eksplorasi
(siswa mengalami langsung dengan melibatkan semua indera mereka melalui
pengamatan, percobaan, penyelidikan dan/atau wawancara). (Jamal Ma’mur
Asmani, 2011:84).
9

C. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan PAIKEM


a. Memahami sifat yang dimiliki anak
Pada dasarnya anak memiliki sifat: rasa ingin tahu dan berimajinasi.
Anak desa, anak kota, anak orang kaya, anak orang miskin, anak
Indonesia, atau anak bukan Indonesia – selama mereka normal – terlahir
memiliki kedua sifat itu. Kedua sifat tersebut merupakan modal dasar bagi
berkembangnya sikap/berpikir kritis dan kreatif. Kegiatan pembelajaran
merupakan salah satu lahan yang harus kita olah sehingga subur bagi
berkembangnya kedua sifat, anugerah Tuhan, tersebut. Suasana
pembelajaran dimana guru memuji anak karena hasil karyanya, guru
mengajukan pertanyaan yang menantang, dan guru yang mendorong anak
untuk melakukan percobaan, misalnya, merupakan pembelajaran yang
subur seperti apayang dimaksud
b. Mengenal anak secara perorangan
Para siswa berasal dari lingkungan keluarga yang bervariasi dan
memiliki kemampuan yang berbeda. Dalam PAIKEM (Pembelajaran
Aktif, Inovatif, kreatif, Efektif dan Menyenangkan) perbedaan individual
perlu diperhatikan dan harus tercermin dalam kegiatan pembelajaran.
Semua anak dalam kelas tidak selalu mengerjakan kegiatan yang sama,
melainkan berbeda sesuai dengan kecepatan belajarnya. Anak-anak yang
memiliki kemampuan lebih dapat dimanfaatkan untuk membantu
temannya yang lemah (tutor sebaya). Dengan mengenal kemampuan anak,
kita dapat membantunya bila mendapat kesulitan sehingga belajar anak
tersebut menjadi optimal.
c. Memanfaatkan perilaku anak dalam pengorganisasian belajar
Sebagai makhluk sosial, anak sejak kecil secara alami bermain
berpasangan atau berkelompok dalam bermain. Perilaku ini dapat
dimanfaatkan dalam pengorganisasian belajar. Dalam melakukan tugas
atau membahas sesuatu, anak dapat bekerja berpasangan atau dalam
kelompok. Berdasarkan pengalaman, anak akan menyelesaikan tugas
10

dengan baik bila mereka duduk berkelompok. Duduk seperti ini


memudahkan mereka untuk berinteraksi dan bertukar pikiran. Namun
demikian, anak perlu juga menyelesaikan tugas secara perorangan agar
bakat individunya berkembang
d. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan kemampuan
memecahkan masalah.
Pada dasarnya hidup ini adalah memecahkan masalah. Hal ini
memerlukan kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Kritis untuk
menganalisis masalah; dan kreatif untuk melahirkan alternatif pemecahan
masalah. Kedua jenis berpikir tersebut, kritis dan kreatif, berasal dari rasa
ingin tahu dan imajinasi yang keduanya ada pada diri anak sejak lahir.
Oleh karena itu, tugas guru adalah mengembangkannya, antara lain dengan
sering-sering memberikan tugas atau mengajukan pertanyaan yang
terbuka. Pertanyaan yang dimulai dengan kata-kata “Apa yang terjadi jika
…” lebih baik daripada yang dimulai dengan kata-kata “Apa, berapa,
kapan”, yang umumnya tertutup (jawaban betul hanya satu).
e. Mengembangkan ruang kelas sebagai lingkungan belajar yang menarik
Ruang kelas yang menarik merupakan hal yang sangat disarankan
dalam PAIKEM. Hasil pekerjaan siswa sebaiknya dipajangkan untuk
memenuhi ruang kelas seperti itu. Selain itu, hasil pekerjaan yang
dipajangkan diharapkan memotivasi siswa untuk bekerja lebih baik dan
menimbulkan inspirasi bagi siswa lain. Yang dipajangkan dapat berupa
hasil kerja perorangan, berpasangan, atau kelompok. Pajangan dapat
berupa gambar, peta, diagram, model, benda asli, puisi, karangan, dan
sebagainya. Ruang kelas yang penuh dengan pajangan hasil pekerjaan
siswa, dan ditata dengan baik, dapat membantu guru dalam pembelajaran
karena dapat dijadikan rujukan ketika membahas suatu masalah.
f. Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar
Lingkungan (fisik, sosial, atau budaya) merupakan sumber yang sangat
kaya untuk bahan belajar anak. Lingkungan dapat berperan sebagai media
belajar, tetapi juga sebagai objek kajian (sumber belajar). Penggunaan
11

lingkungan sebagai sumber belajar sering membuat anak merasa senang


dalam belajar. Belajar dengan menggunakan lingkungan tidak selalu harus
keluar kelas. Bahan dari lingkungan dapat dibawa ke ruang kelas untuk
menghemat biaya dan waktu. Pemanfaatan lingkungan dapat
mengembangkan sejumlah keterampilan seperti mengamati (dengan
seluruh indera), mencatat, merumuskan pertanyaan, berhipotesis,
mengklasifikasi, membuat tulisan, dan membuat gambar/diagram
g. Memberikan umpan balik yang baik untuk meningkatkan kegiatan
belajar
Mutu hasil belajar akan meningkat bila terjadi interaksi dalam belajar.
Pemberian umpan balik dari guru kepada siswa merupakan salah satu
bentuk interaksi antara guru dan siswa. Umpan balik hendaknya lebih
mengungkap kekuatan daripada kelemahan siswa. Selain itu, cara
memberikan umpan balik pun harus secara santun. Hal ini dimaksudkan
agar siswa lebih percaya diri dalam menghadapi tugas-tugas belajar
selanjutnya. Guru harus konsisten memeriksa hasil pekerjaan siswa dan
memberikan komentar dan catatan. Catatan guru berkaitan dengan
pekerjaan siswa lebih bermakna bagi pengembangan diri siswa daripada
hanya sekedar angka
h. Membedakan antara aktif fisik dan aktif mental
Banyak guru yang sudah merasa puas bila menyaksikan para siswa
kelihatan sibuk bekerja dan bergerak. Apalagi bangku dan meja diatur
berkelompok serta siswa duduk saling berhadapan. Keadaan tersebut
bukanlah ciri yang sebenarnya dari PAIKEM. Aktif mental lebih
diinginkan daripada aktif fisik. Sering bertanya, mempertanyakan gagasan
orang lain, dan mengungkapkan gagasan merupakan tanda-tanda aktif
mental. Syarat berkembangnya aktif mental adalah tumbuhnya perasaan
tidak takut: takut ditertawakan, takut disepelekan, atau takut dimarahi jika
salah. Oleh karena itu, guru hendaknya menghilangkan penyebab rasa
takut tersebut, baik yang datang dari guru itu sendiri maupun dari
12

temannya. Berkembangnya rasa takut sangat bertentangan dengan


‘PAIKEM’.
D. Prinsip-PrinsipPAIKEM
Pelaksanaan pembelajaran yang mengutamakan aspek keaktifan, kreatifitas
dan inovatif, sehingga membuat pembelajaran menjadi efektif dan menyenangkan,
menuntut guru untuk menguasai berbagai metode mengajar serta keterampilan
dasar mengajar. Penguasaan berbagai metode mengajar tersebut akan memberi
keleluasaan untuk memilih metode yang sesuai dengan metode yang sesuai
dengan tujuan, materi, peserta didik dan aspek-aspek lainnya, sehingga prinsip-
prinsip PAIKEM dapat diterapkan secara optimal.
Prinsip-prinsip pembelajaran PAIKEM antara lain:
1. Mengalami : Peserta didik terlibat secara aktif baik fisik, mental maupun
emosional. Melalui pengalaman langsung pembelajaran akan lebih
memberi makna kepada sisa dari pada hanya mendengarkan;
2. Komunikasi : Kegiatan pembelajaran memungkinkan terjadinya
komunikasi antara guru dan peserta didik;
3. Interaksi : Kegiatan pembelajarannya memungkinkan terjadinya
interaksi multi arah.
4. Refleksi : Kegiatan pembelajarannya memungkinkan peserta didik
memikirkan kembali apa yang telah dilakukan. Proses refleksi sangat perlu
dilakukan untuk mengetahui sejauh mana ketercapaian proses
pembelajaran.
E. Langkah-Langkah PAIKEM
Sebagai tahapan strategis pencapaian kompetensi, kegiatan PAIKEM perlu
didesain dan dilaksanakan secara efektif dan efisien sehingga memperoleh hasil
maksimal. Berdasarkan panduan penyusunan KTSP, kegiatan pembelajaran terdiri
dari kegiatan tatap muka, kegiatan tugas terstruktur, dan kegiatan mandiri tidak
terstruktur. Sekolah standar, beban belajarnya dinyatakan dalam jam pelajaran
ditetapkan bahwa satu jam pelajaran tingkat SMA/SMK terdiri dari 45 menit,
SMP terdiri dari 40 menit, dan untuk SD terdiri dari 35 menit tatap muka untuk
Tugas Terstruktur dan Kegiatan Mandiri Tidak Terstruktur. Dalam hal ini guru
13

perlu mendesain kegiatan pembelajaran tatap muka, tugas terstruktur dan kegiatan
mandiri.
a) Kegiatan Tatap Muka
Untuk kegiatan tatap muka dilakukan dengan strategi bervariasi baik
ekspositori maupun diskoveri inkuiri. Metode yang digunakan seperti
ceramah interaktif, presentasi, diskusi kelas, diskusi kelompok,
pembelajaran kolaboratif dan kooperatif, demonstrasi, eksperimen,
observasi di sekolah, ekplorasi dan kajian pustaka atau internet, tanya
jawab, atau simulasi. Tapi jika sudah ada sekolah yang menerapkan sistem
SKS, maka kegiatan tatap muka lebih disarankan dengan strategi
ekspositori. Namun demikian tidak menutup kemungkinan menggunakan
strategi diskoveri inkuiri. Metode yang digunakan seperti ceramah
interaktif, presentasi, diskusi kelas, tanya jawab, atau demonstrasi.
b) Kegiatan Tugas terstruktur
Bagi sekolah yang menerapkan sistem paket, kegiatan tugas terstruktur
tidak dicantumkan dalam jadwal pelajaran namun dirancang oleh guru
dalam silabus maupun RPP (Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran). Oleh
karena itu pembelajaran dilakukan dengan strategi diskoveri inkuiri.
Metode yang digunakan seperti penugasan, observasi lingkungan, atau
proyek. Kegiatan tugas terstruktur merupakan kegiatan pembelajaran yang
mengembangkan kemandirian belajar peserta didik, peran guru sebagai
fasilitator, tutor, teman belajar. Strategi yang disarankan adalah diskoveri
inkuiri dan tidak disarankan dengan strategi ekspositori. Metode yang
digunakan seperti diskusi kelompok, pembelajaran kolaboratif dan
kooperatif, demonstrasi, eksperimen, observasi di sekolah, ekplorasi dan
kajian pustaka atau internet, atau simulasi.
c) Kegiatan Mandiri Tidak Terstruktur
Kegiatan mandiri tidak terstruktur adalah kegiatan pembelajaran yang
dirancang oleh guru. Strategi pembelajaran yang digunakan adalah
diskoveri inkuiri dengan metode seperti penugasan, observasi lingkungan,
atau proyek.
14

PAIKEM dapat diterapkan pada pembelajaran Pembelajaran


kontekstual dengan pendekatan konstruktivisme dipandang sebagai salah
satu strategi yang memenuhi prinsip pembelajaran berbasis kompetensi.
Dengan lima strategi pembelajaran kontekstual (contextual teaching and
learning), yaitu relating, experiencing, applying, cooperating, dan
transferrini diharapkan peserta didik mampu mencapai kompetensi secara
maksimal.
Pemilihan strategi ekspositori dilakukan atas pertimbangan:
1) karakteristik peserta didik dengan kemandirian belum memadai;
2) sumber referensi terbatas;
3) jumlah pesera didik dalam kelas banyak;
4) alokasi waktu terbatas; dan
5) jumlah materi (tuntutan kompetensi dalam aspek pengetahuan) atau
bahan banyak. (Tim Pengembang MKDP, 2012; 24).
15

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
PAIKEM adalah singkatan dari Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif,
dan Menyenangkan.Siswa tidak memungkiri metode “PAIKEM” sama dengan
pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan” merupakan
metode yang sangat mengerti dan memahami kondisi siswa.
Ada empat aspek yang memengaruhi model PAIKEM, yaitu pengalaman,
komunikasi, interaksi, dan refleksi. Apabila dalam suatu pembelajaran terdapat
empat aspek tesebut, maka pembelajaran PAIKEM terpenuhi.
16

DAFTAR PUSTAKA

Asmani, Jamal Ma’mur. 2011. 7 Tips Aplikasi PAKEM (Pembelajaran Aktif,


Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan). Yogyakarta: Diva Press.
http://ingaedukasia.blogspot.com/2013/04/paikem.html. diakses tanggal 15 April
2014
http://miftahujan.blogspot.com/2012/11/makalah-paikem-pembelajaran-
aktif.html. Diakses tanggal 16 April 2014
Mulyasa. 2006. Manajemen berbasis Sekolah, Konsep Strategi dan Implementasi.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Rusman. 2010. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: Raja GrafindoPersada.
Tim Pengembang MKDP. 2012. Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Raja
Grafindo Persada.
Uno, Hamzah. 2012. Belajar Dengan Pendekatan PAILKEM. Jakarta: PT. Bumi
Aksara.
http://desirachmawati79.blogspot.co.id/2014/05/model-pembelajaran-paikem.html

Anda mungkin juga menyukai