Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TN. M

DENGAN DIAGNOSA PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIK (PPOK)

DIRUANG ICCU RSUD KABUPATEN BULELENG

PADA TANGGAL 21 OKTOBER 2018

OLEH :

I GEDE PRAYADI PUTRA

16089014076

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

TAHUN 2018
LAPORAN PENDAHULUAN

PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIK (PPOK)

A. Konsep Dasar Penyakit

1. Definisi
Penyakit paru obstruksi kronik (PPOK) / Cronic Obstruction
Pulmonary Disease (COPD) merupakan istilah yang sering digunakan
untuk sekelompok penyakit paru yang berlangsung lama dan di yandai
oleh peningkatan resistensi terhadap aliran udara sebagai gambaran
patofisiologi utamanya (Price, Sylvia Anderson; 2008). PPOK adalah
penyakit paru kronik dengan karakteristik adanya hambatan aliran udara di
saluran napas yang bersifat progresif nonreversibel parisal, serta adanya
respons inflamasi paru terhadap partikel atau gas yang berbahaya
(GOLD,2009).
PPOK merupakan salah satu dari kelompok penyakit tidak menular
yang menjadi masalah kesehatan masyarakat Indonesia. Hal ini
disebabkan oleh meningkatnya usia harapan hidup dan semakin tingginya
pajanan factor resiko, seperti banyaknya jumlah perokok, serta
pencemaran udara di dalam ruangan maupun di luar ruangan (Persatuan
Dokter Paru Indonesia, 2011). PPOK adalah klasifikasi luas dari
gangguan, yang mencakup bronchitis kronis, bronkiektasis, emfisima dan
asma. PPOK merupakan kondisi ireversibel yang berkaitan dengan
dyspnea saat beraktivitas dan penurunan aliran masuk dan keluar udara
paru-paru (Smaltzer & Bare, 2007).
Dengan demikian dapat disimpulkan penyakit paru obstruksi kronik
adalah suatu penyakit yang dapat dicegah dan diobati yang di tandai
dengan adanya hambatan aliran udara pada aliran pernafasan yang
menimbulkan obstruksi saluran nafas, termasuk didalamnya ialas asma,
bronchitits kronik, dan emphysema paru..

2. Epidemiologi
Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) sangat kurang dikenal di
masyarakat. Di Amerika Serikat pada tahun 1991 diperkirakan terdapat 14
juta orang menderita PPOK, meningkat 41,5% dibandingkan tahun 1982,
sedangkan mortalitas menduduki peringkat IV penyebab terbanyak yaitu
18,6 per 100.000 penduduk pada tahun 1991 dan angka kematian ini
meningkat 32,9% dari tahun 1979 sampai 1991. Who menyebutkan
PPOK merupakan penyebab kematian keempat di dunia yaitu akan
menyebabkan kematian pada 27,5 juta orang atau setara dengan 4,8%.
Selai itu WHO juga menyebutkan bahwa sekitar 80 juta orang akan
menderita PPOK dan 3 juta meninggal karena PPOK pada tahun 2005.
Kajian ini bertujuan untuk mengukur prevalensi PPOK, tingkat
keparahan, serta untuk mengidentifikasi tipe PPOK, factor risiko,
morbidilas dan mortalitas, dampak PPOK, pengobatan dan boaya
pengobatan PPOK.
3. Etiologi
Etiologi penyakit ini belum diketahui, menurut Muttaqin Arif (2008),
penyebab dari PPOK adalah:
1. Kebiasaan merokok, merupakan penyebab utama pada bronchitis dan
emfisema.
2. Adanya infeksi: Haemophilus influenza dan streptococcus pneumonia.
3. Polusi oleh zat-zat pereduksi.
4. Factor keturunan.
5. Factor social-ekonomi: keadaan lingkungan dan ekonomi yang
memburuk.

Pengaruh dari masing-masing faktor resiko terhadap terjadinya PPOK


adalah saling memperkuat dan faktor merokok dianggap yang paling
dominan.

4. Klasifikasi PPOK
Berdasarkan Global Intiative For Chronic Obstructive Lung Disease
(GOLD) 2011, PPOK diklasifikasikan berdasarkan derajat berikut:
1. Derajat 0 (berisiko)
Gejala klinis : memiliki satu atau lebih gejala batuk kronis,
produksi sputum, dan dyspnea. Ada paparan terhadap faktor
resiko.
Spirometra : normal.
2. Derajat I (PPOK ringan)
Gejala klinis : dengan atau tanpa batuk. Dengan atau tanpa
produksi sputum. Sesak nafas derajat sesak 0 sampai derajat 1.
Spirometri : FEV1/FVC < 70%, FEV1 ≥80%.
3. Derajat II (PPOK sedang)
Gejala klinis : dengan atau tanpa batuk. Dengan atau tanpa
produksi sputum. Sesak nafas derajat sesak 2 (sesak timbul pada
saat aktivitas).
Spirometri : FEV1/FVC < FEV1 < 80%.
4. Derajat III (PPOK berat).
Gejala klinis : sesak nafas derajat 3 dan 4 Eksaserbasi lebih sering
terjadi spirometri : FEV1/FVC <70%; 30%< FEV1< 50%.
5. Derajat IV (PPOK Sangat Berat)
Gejala klinis : pasien derajat III dengan gagal nafas kronik.
Disertai komplikasi kor pilmonale atau gagal jantung kanan.
Spirometri : FEV1/FVC < 70%; FEV1 < 30% ATAU < 50%.

5. Tanda dan Gejala


Tanda dan Gejala akan mengarah pada dua tipe perokok (Smalzer &
Bare, 2007):
1. Mempunyai gambaran klinik dominan kearah bronchitis kronis (blue
bloater).
2. Mempunyai gambaran klinik kearah emfisema (pink puffers)
Tanda dan gejalanya adalah sebagai berikut:

1. Kelemahan badan.
2. Batuk .
3. Sesak nafas.
4. Sesak nafas saat aktivitas dan nafas berbunyi.
5. Mengi atau wheezing.
6. Ekspirasi yang memanjang.
7. Batuk dada tong (Barrel Chest) pada penyakit lanjut.
8. Pengguanaan obat bantu pernafasan.
9. Suara nafas melemah.
10. Kadang ditemukan pernafasan paradoksal.
11. Edema kaki, asietas dan jari tubuh.

6. Patofisiologo
Hambatan aliran udara merupakan perubahan fisiologi utama pada
PPOK yang diakibatkan oleh adanya perubahan yang khas pada saluran
nafas bagian proksimal, perifer, parenkim dan vaskularisasi paru yang
dikarenakan adanya suatu inflamasi yang kronik dan perubahan struktur
pada paru. Terjadi peningkatan penebalan pada saluran nafas kecil dengan
peningkatan fosmasi folikel limfoid dan deposisi kolagen dalam dinding
luar saluran nafas mengakibatkan restriksi pembukaan jalan nafas. Lumen
saluran nafas kecil berkurang akibat penebalan mukosa yang mengandung
eksudat inflamasi., yang meningkat sesuai beratsakit.
Dalam keadaan normal radikal bebas dan antioksidan berada dalam
keadaan seimbang. Apabila terjadi gangguan keseimbangan maka akan
terjadi kerusakan di paru. Radikal bebas mempunyai peranan besar
menimbulkan kerusakan sel dan menjadi dasar dari berbagai macam
penyakit paru.
Pengaruh gas polutan dapat menyebabkan stress oksidan, selanjutnya
akan menyebabkan terjadinya peroksidasi lipid. Peroksidasi lipid
selanjutnya akan menimbulkan kerusakan sel dan inflamasi. Proses
inflamasi akan mengaktifkan sel makrofag alveolar, aktivitas sel tersebut
akan menyebabkan dilepaskannya faktor kemotataktik neutrophil seperti
interleukin 8 dan leukotrienB4. Tumuor necrosis factor (TNF), monocyte
chemotactic peptide(MCP)-1 dan reactive oxygen species(ROS). Faktor-
faktor tersebut akan merangsang neutrophil melepaskan protease yang
akan merusak jaringan ikat parenkim paru sehingga timbul keusakan
dinding alveolar dan hipersekresi mukus. Rangsangan sel epitel akan
menyebabkan dilepaskannya limfosit CD8, selanjutnya terjadi kerusakan
seperti proses inflamasi. Pada keadaan normal terdapat keseimbangan
antara oksidan dan antioksidan. Enzim NADPH yang ada dipermukaan
makrofag dan neutrophil akan mentrasfer satu electron ke molekul oksigen
menjadi anion super oksida dengan bantuan enzyme superoksid
dismutase. Zat hydrogen peroksida (H202) yang akan diubah menjadi OH
dengan menerima electron dari ion feri menjadi ion fero, ion fero dengan
halide akan diubah menjadi anion hipohalida (HOC1).
Pengaruh radikal bebas yang berasal dari polusi udara dapat
mengunduksi batuk kronis sehingga percabangan bronkus lebih mudah
terinfeksi. Penurunan fungsi paru terjadi sekunder setelah perubahan
struktur saluran nafas. Kerusakan struktur berupa destruksi alveol yang
menuju kea rah emfisema karena produksi radikal bebas yang berlebihan
oleh leukosit dan polusidan asap rokok.
Inflamasi pada saluran nafas pasien PPOK muncul sebagai modifikasi
dari respons inflamasi saluran nafas terhadap iritan kronik sepeti merokok.
Mekanisme untuk menjelaskan inflamasi ini tidak sepenuhnya dimengerti
tetapi mungkin terdapat keterlibatan genetic. Pasien bisa mendapatkan
PPOK tanpa adanya riwayar merokok, dasar dari respons inflamasi pasien
ini tidak diketahui. Stress osidatif dan penumpukan proteinase pada paru
selanjutnya akan mengubah inflamasi paru. Secara bersamaan, mekanisme
yang tidak diketahui, walaupun auto antigen dan mikroorganisme
persisten juga berperan.
Perubahan yang khas pada PPOK dijumpai pada saluran nafas,
parenkim paru, dan pembuluh darah paru. Perubahan pato;ogi tersebut
meliputi: inflamasi kronik, dengan peningkatan sejumlah sel inflamasi
spesifik yang merupakan akibat dari trauma dan perbaikan berulang.
Secara umum, inflamasi dan perubahan truktur pada jalan nafas meningkat
dengan semakin parahnya penyakit dan menetap walaupun merokok sudah
dihentikan.
7. WOC (Web Of Caution)

Faktor Predisposisi

Bersihan jalan Edema ,spasma bronkus,

Nafas tidak Peningkatan sekret bronkus

efektif

obstruksi bronkiolus awal

Fase ekspirasi

Udara terperangkap

Dalam alveolus

Suplay O2 jaringan PaO2 rendah sesak nafas, pola nafas

Rendah PaO2 tinggi nafas pendek tidak efektif

Kompensasi gangguan gangguan

Kardiovaskuler metabolisme pertukaran gas

jaringan

Hipertensi

Pulmonal metabolisme aerob

Gagal jantung produksi ATP menurun intoleransi aktifitas

Kanan

Deficit energy lelah, lemah

Gangguan pola tidur


8. Pemeriksaan Fisik
Temukan pemeriksaan fisik mulai dari inspeksi dapat berupa bentuk
dada seperti tong (barrel chest), terdapat cara bernafas purse lips breathing
(seperti orang meniup), terlihat penggunaan dan hipertrofi otot-otot bantu
nafas, pelebaran sela iga, dan bila telah terjadi gagal jantung kanan
terlihat distensi vena jugularis dan edema tungkai. Pada perkusi biasanya
ditemukan adanya hipersonor. Pemeriksaan auskultasi dapat ditemukan
fremitus melemah, suara nafas vesikuler melemah atau normal, ekspirasi
memanjang, ronki, dan mengi,

Secara umum pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan hal-hal sebagai


berikut:
 Inspeksi
- Bentuk dada : barrel chest (dada seperti tong)

- Terdapat cara bernafas purse lips breathing (seperti orang


meniup)
- Terlihat penggunaan dan hipertrofi (pembesaran) otot bantu
nafas.
- Pelebaran sela iga.
- Bila telah terjadi gagal jantung kanan terlihat denyut vena
jugularis leher dan edema tungkai.
- Penampilan pink puffer atau blue bloater
 Palpasi
- Fremitus melemah
- Sela iga melebar
 Perkusi
- Hipersonor
 Auskultasi
- Fremitus melemah
- Suara nafas vesikuler melemah atau normal.
- Mengi (biasanya timbul pada eksaserbasi).
- Ronki.

9. Pemeriksaan Diagnostik
1. Tes Faal Paru
a. Spirometri (FEV1, FEV1 prediksi, FVC, FRV1/FVC) Obstruksi
ditentukan oleh nilai FEV1prediksi (%) dan atau FEV1/FVC (%).
FEV1 merupakan parameter yang paling umum dipakai untuk
menilai beratnya PPOK dan memantau perjalanan penyakit.
Apabila spirometri tidak tersedia atau tidak mungkin dilakukan,
APE meter walaupun kurang tepat, dapat dipakai sebagai
alternative dengan memantau variabilitas harian pagi dan sore,
tidak lebih dari 20%.
b. Peak flow meter
2. Radiologi (foto toraks)
Hasil pemeriksaan radiologi dapat ditemukan kelainan paru berupa
hiperinflasi atau hiperlusin, diafragma mendatar, corakan
bronkovaskuler meningkat, jantung pendulum, dan ruang retrosternal
melebar. Meskipun kadang-kadang hasil pemeriksaan radiologi masih
normal pada PPOK ringan tetapi pemeriksaan radiologi ini berfungsi
juga untuk menyingkirkan diagnosis penyakit paru lainnya atau
menyingkirkan diagnosis penyakit paru lainnya atau menyingkirkan
diagnosis penyakit paru lainnya atau menyingkirkan diagnosis banding
dari keluhan pasien.
3. Analisa gas darah
Harus dilakukan bila ada kecurigaan gagal nafas. Pada hipoksemia
kronis kadar hemoglobin dapat meningkat.
4. Mikrobiologi sputum
5. Computed temography
Dapat memastikan adanya bula emfimatosa.

10. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan medis
a. Berhenti merokok harus menjadi prioritas.
b. Bronkodilator (β-agonis atau antikolinergik) bermanfaat pada 20-
40% kasus.
c. Pemberian terapi oksigen jangka panjang selama >16 jam
memperpanjang usia pasien dengan gagal nafas kronis (yaitu
pasien dengan PaO2 sebesar 7,3 kpa dan FEV 1 sebesar 1,5L).
d. Rehabilitasi paru( khususnya latihan olahraga) memberikan
manfaat simtomatik yang signifikan pada pasien dengsn penyakit
sedang-berat.
e. Operasi penurunan volume paru juga bisa memberikan perbaikan
dengan meningkatkan elastic recoil sehingga mempertahankan
potensi jalan nafas. (Davey, 2002).
2. Penatalaksanaan keperawatan
Penatalaksanaan keperawatan dari penyakit paru obstruksi kronik
adalah:
a. Mempertahankan patensi jalan nafas.
b. Membantu tindakan untuk mempermudah pertukaran gas.
c. Meningkatkan masukan nutrisi.
d. Mencegah komplikasi, memperlambat memburuknya kondisi.
e. Memberikan infosmasi tentang proses penyakit/prognosis dan
program pengobatan (Doenges, 2000)

Tujuan penatalaksanaan PPOK adalah:

1. Meniadakan faktor etiologi/presipitasi, misalnya segera


menghentikan merokok, menghindari pilusi udara.
2. Membersihkan sekresi bronkus dengan pertolongan berbagai cara.
3. Memberantas infeksi dengan antimikroba. Apabila tidak ada
infeksi antimikroba tidak perlu diberikan. Pemberian antimikroba
harus tepat sesuai dengan kuman penyebab infeksi yaitu sesuai
hasil uji sensitivitas atau pengobatan empiric.
4. Mengatasi bronkospasme dengan obat-obat bronkodilator.
Penggunaan kortikosteroid untuk mengatasi proses inflamasi
(bronkospasme) masih controversial.
a. Pengelolaan psikososial, terutama ditujukan untuk penyesuaian
diri penderita dengan penyakit yang di deritanya.
5. Pengobatan simtomatik.
6. Penaganan terhadap komplikasi-komplikasi yang timbul.
7. Pengobatan oksigen. Bagi yang memerlukan. Oksigen harus
diberikan dengan aliran lambat 1-2 liter/menit.
8. Tindakan rehabilitasi yang meliputi:
a. Fisioterapi, terutama bertujuan untuk membantu pengeluaran
sekret bronkus.
b. Latihan pernafasan untuk melatih penderita agar bisa
melakukan pernafasan yang pa;ing efektif.
c. Latihan dengan beban olahraga tertentu, dengan tujuan untuk
memulihkan kesegaran jasmani.
d. Vocational guidance, yaitu usaha yang dilakukan terhadap
penderita dapat kembalinmengerjakan pekerjaan semula.

11. Komplikasi
Komplikasi penyakit Paru Obstruksi kronik (PPOK) MENURUT Grece &
Borley (2011), Jackson (2014) dan Padila (2012) :
a. Gagal nafas akut atau Acute Respiratory Failure (ARF)
b. Corpulmonal.
c. Pneumothoraks.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian keperawatan
a.Data umum
 Identitas pasien yang meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama,
alamat, tempat tanggal lahir, suku, diagnose medis, golongan darah
 Identitas penanggung jawab yang meliputi nama, hubungan dengan
pasien, umur, pendidikan, pekerjaan, alamat, dan telp/no.HP
b. Riwayat kesehatan saat ini :
 Keluhan utama (keluhan yang dirasakan pasien)
 Alasan berobat (hal/kejadian apa yang menyebabkan pasien berobat
ke puskesmas)
 Riwayat penyakit (Tanya pada pasien atau keluarga pasien apakah
memiliki riwayat penyakit sebelumnya)
b. Riwayat kesehatan dahulu
 Penyakit yang pernah dialami
 Riwayat perawatan (apakah pernah melakukan perawatan atau
mendapat perawatan di puskesmas atau tidak pernah)
 Riwayat operasi (apakah pernah mengalami operasi)
 Riwayat pengobatan (apakah pernah melakukan pengobatan)
 Kecelakaan yang pernah dialami (apakah pernah mengalami
kecelakaan)
 Riwayat alergi (tanyakan pada pasien apakah memiliki alergi
terhadap makanan atau obat)
c. Riwayat psikologi dan spiritual
d. Pemeriksaan fisik (keadaan umum pasien, kesadaran, ekspresi wajah,
kebersihan secara umum, TTV, head to toe)
e. Pemeriksaan diagnostic, penatalaksanaan medis

2. Diagnose yang mungkin muncul


1. Pola nafas tidak efektif b/d nafas pendek.
2. Gangguan pertukaran gas b/d ketidak samaan ventilasi perfusi.
3. Rencana Asuhan Keperawatan.

NO Diagnosa NOC NIC Rasional Paraf


Keperawatan
1 Pola nafas tidak Respiratory status O:Monitor - Untuk
efektif b/d nafas : Ventilation respirasi mengetahui
pendek Respiratory : air oksigen px. kecukupan O2
way patency N:Posikan px terhadap Px.
Vital sign status untuk -Agar Px tetap
Setelah dilakukan memaksimalkan dalam keadaan
tindakan ventilasi. nyaman.
keperawatan E: keluarkan -Agar jalan nafas
selama …x 24 jam sekret dengan Px normal.
diharapkan pola batuk efektif. -Agar O2 Px tetap
nafas membaik C: terpenuhi
dengan kreteria kolaborasikan
hasil: dengan dokter
1.mendemon pemberian O2
Trasikan batuk
efektif dari suara
nafas yang bersih ,
tidak ada sianosis
dan dyspnea.
2.menunjukkan
jalan nafas yang
paten.
3.tanda-tanda vital
dalam rentang
normal.
TD: 120/80
mmHg.
Nadi:60-100x/m
RR:16-20x/m
Suhu: 36,5-37,5 C
NO DIAGNOSA NOC NIC Rasional Paraf
kEPERAWATAN
2 Gangguan Setelah di lakukan O:Monitor -untuk tetap
pertukaran gas b/d Asuhan respiratori dan mengetahui
ketidak samaan Keperawatan status O2. Px dalam
ventilasi perfusi. selama …x24 jam N:Keluarkan keadaan
di harapkan dapat sekret dengan sesak atau
melakukan batuk atau suction. tidak.
aktifitas sehari- E:Posisikan pasien -agar jalan
hari dengan K/H: untuk nafas Px
1.Mendemonstrasi memaksimalkan tetap
kan peningkatan ventilasi. normal.
ventilasi dan C:Kolaborasi -Agar Px
oksigenasi yang dengan dokter tetap dalam
ade kuat. masalah keadaan
2.Memelihara pemberian O2. nyaman.
kebersihan paru- -Agar O2
paru dan bebas Px tetap
dari tanda-tanda terpenuhi.
distres pernafasan.
3.tanda-tanda vital
dalam rentang
normal.
Td:120/80 mmHg.
S:36,5-57.5 C.
N:60-100 x/m.
RR:16-20 x/m.

4. Implementasi
Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi yang telah direncanakan dan
disesuaikan dengan kebutuhan pasien.

5. Evaluasi
Evaluasi disesuaikan dan dibuat dengan melihat perkembangan pasien Selama
diberikan asuhan keperawatan sesuai diagnosa keperawatan dan tujuan.
DAFTAR PUSTAKA

Nurrarif, Amin Huda dan hardhi Kusuma.2015. Aplikasi NANDA NIC NOC.
Jogjakarta : medication.
Yessie, Andra.2013.Kmb2 Keperawatan Medical Bedah (Keperawatan Dewasa)
Jakarta

Anda mungkin juga menyukai