Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN G DENGAN DIAGNOSA

MEDIS CKD (CHRONIK KIDNEY DISEASE) DI RUANG

HEMODIALISA RSUD KABUPATEN BULELENG

PADA TANGGAL 2 NOVEMBER 2018

OLEH :

KADEK SUTRISNA SARI WIDHI ASTUTI

16089014107

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

2018
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. DEFINISI / PENGERTIAN

Chronic kidney disease (CKD) atau penyakit ginjal kronis didefinisikan sebagai
kerusakan ginjal untuk sedikitnya 3 bulan dengan atau tanpa penurunan glomerulus filtration
rate (GFR) (Nahas & Levin,2010). CKD atau gagal ginjal kronis (GGK) didefinisikan
sebagai kondisi dimana ginjal mengalami penurunan fungsi secara lambat, progresif,
irreversibel, dan samar (insidius) dimana kemampuan tubuh gagal dalam mempertahankan
metabolisme, cairan, dan keseimbangan elektrolit, sehingga terjadi uremia atau azotemia
(Smeltzer, 2009)

2. EPIDEMIOLOGI

Di negara maju, angka penderita gangguan ginjal tergolong cukup tinggi.


DiAmerika Serikat misalnya, angka kejadian gagal ginjal meningkat tajam dalam 10 tahun.
Pada 1990, terjadi 166 ribu kasus GGT ( gagal ginjal tahap akhir ) dan pada 2000 menjadi
372 ribu kasus. Angka tersebut diperkirakan terus naik. Pada 2010, jumlahnya diestimasi
lebih dari 650 ribu.

Selain data tersebut, 6 juta-20 juta individu di AS diperkirakan mengalami GGK


(gagal ginjal kronis) fase awal dan itu cenderung berlanjut tanpa berhenti. Penderita CKD
(chronic kidney) kebanyakan berusia diantara 30 tahun, namun ada juga yang mengalami
CKD dibawah umur tersebut yang diakibatkan oleh berbagai hal seperti proses pengobatan,
penggunaan obat-obatan dan sebagainya. CKD (chronic kidney disease) dapat terjadi pada
siapapun, pekerjaan dan lingkungan juga mempunyai peranan penting sebagai pemicu
kejadian CKD (chronic kidney disease).

Karena kebiasaan kerja dengan duduk atau berdiri yang terlalu lama dan lingkungan yang
tidak menyediakan cukup air minum atau mengandung banyak senyawa atau zat logam dan
pola makan yang tidak sehat. Riwayat penyakit yang biasanya diderita oleh pasien sebelum
CKD (chronic kidney disease) seperti DM (diabetes mellitus), glomerulo nefritis, hipertensi,
rematik, hiperparatiroidisme, obstruksi saluran kemih, dan traktus urinarius bagian bawah
juga dapat memicu kemungkinan terjadinya CKD (chronic kidney disease).

3. ETIOLOGI

Penyebab dari gagal ginjal kronis antara lain :

a) Infeksi misalnya pielonefritis kronik, glomerulonefritis


b) Penyakit vaskuler hipertensif misalnya nefrosklerosis benigna, nefrosklerosis
maligna, stenosis arteria renalis
c) Gangguan jaringan penyambung misalnya lupus eritematosus sistemik,
poliarteritis nodosa,sklerosis sistemik progresif
d) Gangguan kongenital dan herediter misalnya penyakit ginjal polikistik,asidosis
tubulus ginjal
e) Penyakit metabolik misalnya DM,gout,hiperparatiroidisme,amiloidosis
f) Nefropati toksik misalnya penyalahgunaan analgesik,nefropati timbal
g) Nefropati obstruktif misalnya saluran kemih bagian atas: kalkuli neoplasma,
fibrosis netroperitoneal. Saluran kemih bagian bawah: hipertropi prostat, striktur
uretra, anomali kongenital pada leher kandung kemih dan uretra.
h) Batu saluran kencing yang menyebabkan hidrolityasis

4. KLASIFIKASI

Klasifikasi gagal ginjal kronis berdasarkan derajat (stage) LFG (Laju Filtration
Glomerulus) dimana nilai normalnya adalah 125 ml/min/1,73m 2 dengan rumus
Kockroft – Gault sebagai berikut :

Derajat Penjelasan LFG (ml/mn/1.73m2)

1 Kerusakan ginjal dengan LFG normal atau ↑ ≥ 90

2 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ atau ringan 60-89

3 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ atau sedang 30-59

4 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ atau berat 15-29

5 Gagal ginjal < 15 atau dialisis

Sumber : Sudoyo,2006 Buku Ajar Ilmu penyakit Dalam. Jakarta : FKUI

5. TANDA DAN GEJALA


Menurut Brunner & Suddart (2002) setiap sistem tubuh pada gagal ginjal kronis
dipengaruhi oleh kondisi uremia, maka pasien akan menunjukkan sejumlah tanda dan
gejala. Keparahan tanda dan gejala bergantung pada bagian dan tingkat kerusakan ginjal,
usia pasien dan kondisi yang mendasari.
Tanda dan gejala pasien gagal ginjal kronis adalah sebagai berikut :
a. Kardiovaskuler
Mencakup hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium dari aktivasi sistem renin-
angiotensin-aldosteron), pitting edema (kaki,tangan,sakrum), edema periorbital,
Friction rub perikardial, pembesaran vena leher.
b. Dermatologi
Warna kulit abu-abu mengkilat, kulit kering, bersisik, pruritus, ekimosis, kuku tipis
dan rapuh, rambut tipis dan kasar.
c. Pulmoner
Krekels, sputum kental dan liat, napas dangkal, pernapasan Kussmaul
d. Gastrointestinal
Napas berbau amonia, ulserasi dan pendarahan pada mulut, anoreksia, mual,muntah,
konstipasi dan diare, pendarahan saluran gastrointestinal
e. Neurologi
Kelemahan dan keletihan, konfusi, disorientasi, kejang, kelemahan tungkai, panas
pada telapak kaki, perubahan perilaku
f. Muskuloskeletal
Kram otot, kekuatan otot hilang, fraktur tulang, foot drop
g. Reproduktif
Amenore dan atrofi testikuler

6. PATOFISIOLOGI

Gagal ginjal kronis atau CKD (chronic kidney disease) dimulai pada fase awal gangguan
keseimbangan cairan, penanganan garam, serta penimbunan zat-zat sisa masih bervariasi dan
bergantung pada bagian ginjal yang sakit. Sampai fungsi ginjal turun kurang
dari 25%normal, manifestasi klinis gagal ginjal kronik mungkin minimal karena nefron-
nefron sisa yang sehat mengambil alih fungsi nefron yang rusak. Nefron yang tersisa
menigkatkan kecepatan filtrasi, reabsorpsi, dan sekresinya, serta mengalami hipertrofi.
Seiring dengan makin banyaknya nefron yang mati, maka nefron yang tersisa menghadapi
tugas yang semakin berat sehingga nefron-nefron tersebut ikut rusak dan akhirnya mati.
Sebagian dari siklus kematian ini tampaknya berkaitan dengan tuntutan pada nefron-nefron
yang ada untuk meningkatkan reabsorpsi protein. Pada saat penyusutan progresif nefron-
nefron, terjadi pembentukan jaringan parut dan aliran darah ginjal akan berkurang yang
menyebabkan penurunan fungsi renal ( Muttaqin, 2011 )

Fungsi renal menurun karena produk akhir metabolisme protein tertimbun dalam darah,
sehingga mengakibatkan terjadinya uremia dan memengaruhi seluruh system tubuh. Semakin
banyak timbunan produksi sampah maka gejala semaklin berat. Gangguan clearance renal
terjadi akibat penurunan jumlah glomerulus yang berfungsi. Penurunan laju filtrasi
glomerulus dideteksi dengan memeriksa clearance kreatinin urin tamping
24 jam yang menunjukkan penurunan clearance kreatinin dan peningkatan kadar kreatininser
um ( Nursalam, 2009 ). Selain itu, kadar nitrogen urea darah (BUN) biasanya meningkat.
Kreatinin serummerupakan indicator yang paling sensitive dari fungsi renal karena substansi
inidiproduksi seacra konstan oleh tubuh. BUN tidak hanya dipengaruhi oleh penyakit renal,
tetapi juga oleh masukan protein dalam diet, katabolisme (jaringan dan luka RBC),
danmedikasi seperti steroid (Smeltzer, 2008). Menurut Muttaqin (2011), terdapat beberapa
respons gangguan pada GGK : Ketidakseimbangan cairan, Ketidakseimbangan natrium,
Ketidakseimbangan magnesium, Ketidakseimbangan asam basa Asidosis metabolic,
ketidakseimbangan kalium dan fosfor.
7. WOC
Gromelurulonefritis kronis

Diabetes mellitus Reaksi antigen-antibodi

Gula darah Terbentuk agregat molekul


Nefropati toksik
Ginjal tidak dapat Beberapa terperangkap di
menyerap glomerulus
Fungsi filtrasi
Respon inflamasi
Fungsi nefron
Kerusakan nefron
Jaringan parut merusak
Kerusakan nefron sisa koteks

GFR menurun Glomeruli & tubulus


Prognosis penyakit
menjadi jaringan parut
CAIRAN
Ginjal kehilangan Mempengaruhi
glukosa muncul
Turgordi
fungsi Pengeluaran cairan dan Kerusakan Fungsi Pasien bertanya retensi
VOLUME
semua organ
DEFISIENSI Oedema
urine (glukosuria) Pada kulit
Uremia Pasien gelisah
ANSIETAS
Poliuria Polidipsia kulit
elektrolit berlebihan ↓ ANEMIA
glomerulus CKD
parah ↓ ↓
Eritrosit
Eritropoetin tentang
dan penyakitnya
jaringan
PENGERTAHUAN cairan&natrium
KELEBIHAN
KERUSAKAN KERUSAKAN
ELIMINASI URINE INTEGRITAS KULIT

8. PEMERIKSAAN FISIK

1. Kulit
2. Mata
3. Telinga
4. MulutParu-paru
5. Kardiovaskuler
6. Gastrointestinal
7. Muskuloskeletal
8. Sistem persyarafan
9. Keadaan umum

9. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK/ PENUNJANG


a. Radiologi
Ditujukan untuk menilai keadaan ginjal dan derajat komplikasi ginjal.
1. Ultrasonografi ginjal digunakan untuk menentukan ukuran ginjal dan adanya massa
kista, obtruksi pada saluran perkemihan bagianatas.
2. Biopsi Ginjal dilakukan secara endoskopik untuk menentukan sel jaringan untuk
diagnosis histologis.
3. Endoskopi ginjal dilakukan untuk menentukan pelvis ginjal.
4. EKG mungkin abnormal menunjukkan ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa.
b. Foto Polos Abdomen
Menilai besar dan bentuk ginjal serta adakah batu atau obstruksi lain.
c. Pielografi Intravena
Menilai sistem pelviokalises dan ureter, beresiko terjadi penurunan faal ginjal pada usia
lanjut, diabetes melitus dan nefropati asam urat.
d. USG
Menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkin ginjal , anatomi sistem pelviokalises, dan
ureter proksimal, kepadatan parenkim ginjal, anatomi sistem pelviokalises dan ureter
proksimal, kandung kemih dan prostat.
e. Renogram
Menilai fungsi ginjal kanan dan kiri , lokasi gangguan (vaskuler, parenkhim) serta sisa
fungsi ginjal
f. Pemeriksaan Radiologi Jantung
Mencari adanya kardiomegali, efusi perikarditis
g. Pemeriksaan radiologi Tulang
Mencari osteodistrofi (terutama pada falangks /jari) kalsifikasi metatastik
h. Pemeriksaan radiologi Paru
Mencari uremik lung yang disebabkan karena bendungan.
i. Pemeriksaan Pielografi Retrograde
Dilakukan bila dicurigai adanya obstruksi yang reversible

j. EKG
Untuk melihat kemungkinan adanya hipertrofi ventrikel kiri, tanda-tanda perikarditis,
aritmia karena gangguan elektrolit (hiperkalemia)
k. Biopsi Ginjal
dilakukan bila terdapat keraguan dalam diagnostik gagal ginjal kronis atau perlu untuk
mengetahui etiologinya.
l. Pemeriksaan laboratorium menunjang untuk diagnosis gagal ginjal
1) Laju endap darah
2) Urin
 Volume : Biasanya kurang dari 400 ml/jam (oliguria atau urine tidak ada
(anuria).
 Warna : Secara normal perubahan urine mungkin disebabkan oleh pus / nanah,
bakteri, lemak, partikel koloid,fosfat, sedimen kotor, warna kecoklatan
menunjukkan adanya darah, miglobin, dan porfirin.
 Berat Jenis : Kurang dari 1,015 (menetap pada 1,010 menunjukkan kerusakan
ginjal berat).
 Osmolalitas : Kurang dari 350 mOsm/kg menunjukkan kerusakan tubular,
amrasio urine / ureum sering 1:1.
3) Ureum dan Kreatinin
 Ureum:
 Kreatinin: Biasanya meningkat dalam proporsi. Kadar kreatinin 10 mg/dL
diduga tahap akhir (mungkin rendah yaitu 5).
4) Hiponatremia
5) Hiperkalemia
6) Hipokalsemia dan hiperfosfatemia
7) Hipoalbuminemia dan hipokolesterolemia
8) Gula darah tinggi
9) Hipertrigliserida dan Asidosis metabolik
10. PENATALAKSAAN
Tujuan utama penatalaksanaan pasien GGK adalah untuk mempertahankan fungsi ginjal
yang tersisa dan homeostasis tubuh selama mungkin serta mencegah atau mengobati
komplikasi (Smeltzer, 2001; Rubenstain dkk, 2007). Terapi konservatif tidak dapat
mengobati GGK namun dapat memperlambat progres dari penyakit ini karena yang
dibutuhkan adalah terapi penggantian ginjal baik dengan dialisis atau transplantasi ginjal.
Lima sasaran dalam manajemen medis GGK meliputi :
1. Untuk memelihara fungsi renal dan menunda dialisis dengan cara mengontrol proses
penyakit melalui kontrol tekanan darah (diet, kontrol berat badan dan obat-obatan) dan
mengurangi intake protein (pembatasan protein, menjaga intake protein sehari-hari
dengan nilai biologik tinggi < 50 gr), dan katabolisme (menyediakan kalori nonprotein
yang adekuat untuk mencegah atau mengurangi katabolisme)

2. Mengurangi manifestasi ekstra renal seperti pruritus, neurologik, perubahan hematologi,


penyakit kardiovaskuler
3. Meningkatkan kimiawi tubuh melalui dialisis, obat-obatan dan diet;
4. Mempromosikan kualitas hidup pasien dan anggota keluarga
(Black & Hawks, 2005). Penatalaksanaan konservatif dihentikan bila pasien sudah
memerlukan dialisi tetap atau transplantasi. Pada tahap ini biasanya GFR sekitar 5-10
ml/mnt. Dialisis juga diiperlukan bila :
 Asidosis metabolik yang tidak dapat diatasi dengan obat-obatan
 Hiperkalemia yang tidak dapat diatasi dengan obat-obatan
 Overload cairan (edema paru)
 Ensefalopati uremic, penurunan kesadaran dan Efusi perikardial
 Sindrom uremia ( mual,muntah, anoreksia, neuropati) yang memburuk.

Menurut Sunarya, penatalaksanaan dari CKD berdasarkan derajat LFG nya, yaitu:

11. KOMPLIKASI
Seperti penyakit kronis dan lama lainnya, penderita CKD akan mengalami beberapa
komplikasi. Komplikasi dari CKD menurut Smeltzer dan Bare (2001) serta Suwitra (2006)
antara lain adalah :
1. Hiperkalemi akibat penurunan sekresi asidosis metabolik, kata bolisme, dan masukan diit
berlebih.
2. Perikarditis, efusi perikardial, dan tamponad jantung akibat retensi produk sampah
uremik dan dialisis yang tidak adekuat.
3. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem renin angiotensin
aldosteron.
4. Anemia akibat penurunan eritropoitin.
5. Penyakit tulang serta klasifikasi metabolik akibat retensi fosfat, kadar kalsium serum
yang rendah, metabolisme vitamin D yang abnormal dan peningkatan kadar alumunium
akibat peningkatan nitrogen dan ion anorganik.
6. Uremia akibat peningkatan kadar uream dalam tubuh.
7. Gagal jantung akibat peningkatan kerja jantung yang berlebihan.
8. Malnutrisi karena anoreksia, mual, dan muntah.
9. Hiperparatiroid, Hiperkalemia, dan Hiperfosfatemia.

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
a.Data umum
 Identitas pasien yang meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama, alamat,
tempat tanggal lahir, suku, diagnose medis, golongan darah
 Identitas penanggung jawab yang meliputi nama, hubungan dengan pasien,
umur, pendidikan, pekerjaan, alamat, dan telp/no.HP
b. Riwayat kesehatan saat ini :
 Keluhan utama (keluhan yang dirasakan pasien)
 Alasan berobat (hal/kejadian apa yang menyebabkan pasien berobat ke rumah
sakit)
 Riwayat penyakit (Tanya pada pasien atau keluarga pasien apakah memiliki
riwayat penyakit sebelumnya)
b. Riwayat kesehatan dahulu
 Penyakit yang pernah dialami
 Riwayat perawatan (apakah pernah melakukan perawatan atau mendapat
perawatan di rumah sakit atau tidak pernah)
 Riwayat operasi (apakah pernah mengalami operasi)
 Riwayat pengobatan (apakah pernah melakukan pengobatan)
 Kecelakaan yang pernah dialami (apakah pernah mengalami kecelakaan)
 Riwayat alergi (tanyakan pada pasien apakah memiliki alergi terhadap
makanan atau obat)
c. Riwayat psikologi dan spiritual
d. Pemeriksaan fisik (keadaan umum pasien, kesadaran, ekspresi wajah, kebersihan
secara umum, TTV, head to toe)
e. Pemeriksaan diagnostic, penatalaksanaan medis

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL


1. Kelebihan volume cairan b/d retensi cairan dan natrium d/d edema
2. Kerusakan integritas kulit b/d perubahan status cairan d/d turgor kulit menurun
3. Defisiensi pengetahuan b/d prognosis penyakit d/d pasien bertanya tentang
penyakitnya

3. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


NO Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
NIC
hasil
NOC
1. Kelebihan Setelah dilakukan O : observasi - untuk mengetahui
volume cairan tindakan keperawatan BB pasien, BB pasien, intake
b/d retensi selama …x 24 jam observasi intake dan output cairan
cairan dan diharapkan intake dan dan output pasien
- untuk mengetahui
natrium d/d output cairan cairan
status cairan pasien
edema seimbang dengan N : tarik melalui
yang masuk ataupun
kriteria hasil : hemodyalisis
-terbebas dari efusi keluar.
dan beri diet
- Untuk mengurangi/
dan edema
melalui
-bunyi nafas bersih membatasi masukan
nutrisi
atau tidak ada dipsnea cairan pada pasien
-terbebas dari E : ajurkan - Untuk mempercepat
kelelahan, kecemasan pasien untuk penyembuhan/
dan kebingungan tidak penanganan pada
-menjelaskan tentang
mengkonsumsi pasien
indicator kelebihan
makanan atau
cairan
buah-buahan
yang
mengandung
banyak air
C : kolaborasi
dengan dokter
jika tanda cairan
berlebihan
muncul.
NO Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi Rasional
hasil NIC
NOC
2. Kerusakan setelah dilakukan O : monitor kulit -untuk mengetahui
integritas kulit tindakan asuhan akan adanya adanya kemerahan
b/d perubahan keperawatan kemerahan dan pada sekitaran kulit
status cairan selama...x 24 jam status nutrisi pasien
-agar kulit tetap
d/d turgor kulit diharapkan integritas pasien
dalam keadaan
menurun. kulit menjadi lebih N : jaga
bersih dan kering
baik dengan kriteria kebersihan kulit
-agar kulit pasien
hasil : agar tetap bersih
tidak iritasi
1. Integritas kulit dan kering -penanganan lebih
yang baik bisa E: anjurkan lanjut
dipertahankan pasien untuk
(sensasi, menggunakan baju
elastisitas, yang longgar
temperatur, C : kolaborasi
didrasi, dengan dokter
pigmentasi) masalah kerusakan
2. Tidak ada luka
integritas kulit
atau lesi
pasien.

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional


Hasil NIC
NOC
2. Defisiensi Setelah dilakukan O : Observasi - Untuk
pengetahuan tindakan asuhan pengetahuan mengetahui
b/d prognosis keperawatan selama....x pasien dan tingkat
penyakit d/d 24 jam diharapkan keluarga tentang pengetahuan
pasien keadaan pasien lebih penyakitnya tentang
N : Beri
bertanya meningkat dengan penyakitnya
gambaran tentang - Agar pasien
tentang kriteria hasil :
penyakitnya dapat
penyakitnya 1. Pasien dan
E : Instruksikan
memahami
keluarga
pasien mengenal
sedikit tentang
menyatakan
tanda dan gejala
penyakitnya
pemahaman
penyakitnya - Agar mencegah
tentang penyakit,
untuk melaporkan terjadinya
kondisi, dan
pada pemberi komplikasi
program
perawatan terhadap
pengobatan
kesehatan. penyakitnya
2. Pasien dan
C : Diskusikan - Untuk
keluarga mampu
perubahan gaya mencegah
melaksanakan
hidup yang terjadinya
prosedur yang
mungkin komplikasi pada
dijelaskan
diperlukan untuk masa
3. Pasien dan
mencegah mendatang
keluarga mampu
komplikasi
menjelaskan
dimasa yang akan
kembali apa yang
datang atau
dijelaskan perawat/
proses
tim kesehatan
pengontrolan
lainnya.
penyakit.

DAFTAR PUSTAKA

Hardhi, Amin. Aplikasi Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis NANDA NIC-NOC jilid1.
Mediaction : Jakarta

Julianti Erythrina. 2014. Laporan Pendahuluan CKD, diakses dari www.academia.edu pada
tanggal 19 oktober 2018

Satrianto Anang . 2009. Laporan Pendahuluan Chronic Kidney Disease (CKD), diakses dari
id.scribd.com pada tanggal 19 oktober 2018
Shocker Medical . 2009. Chronic Kidney Disease (CKD), diakses dari rsud.patikab.go.id
pada tanggal 19 oktober 2018

Anda mungkin juga menyukai