Oleh:
Identitas
Nama : Ny. TA
Tanggal lahir : 5 Januari 1947
Pembiayaan : Askes Sosial
Agama : Islam
Status Perkawinan : Menikah
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Duren Sawit, Jakarta Timur
Anamnesis
Keluhan Utama
Nyeri perut kanan atas sejak 4 bulan sebelum masuk rumah sakit.
Riwayat Sosial
Pasien adalah ibu rumah tangga.
Pemeriksaan Fisik
Kesadaran : Kompos Mentis
Keadaan umum : Tampak sakit ringan
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 88 x/menit
Frekuensi napas : 20 kali/menit
Suhu : 36oC
Habitus : Piknikus
Kulit : sawo matang, tidak terdapat bercak kemerahan, tidak ikterus.
Mata : konjungtivapucat -/-, sclera ikterik -/-
Dada dan Punggung
Paru:
Inspeksi : Simetris kanan dan kiri saat inspirasi dan ekspirasi.
Palpasi : Ekspansi paru kanan sama dengan paru kiri, fremitus kanan sama dengan
kiri
Perkusi : sonor/sonor
Auskultasi : vesikular +/+, ronkibasahkasar -/- , wheezing -/-
Jantung :
Inspeksi : ictus cordis tak terlihat
Palpasi : ictus cordis teraba di sela iga V linea midclavicularis kiri
Perkusi : batas jantung kanan linea sternalis kanan, batas jantung kiri
di 1 jari medial midklavikula kiri
Auskultasi : bunyi jantung I & II normal, murmur (-) & gallop (-)
Abdomen :
Inspeksi : datar
Palpasi : lemas, tidak ada pembesaran hati dan limfa, tidak ada massa, terdapat
nyeri tekan pada region hipokondria kanan, Murphy sign (+)
Perkusi : timpani
Auskultas : bising usus (+) normal
Alat kelamin : tidak diperiksa
Rektum/anus : tidak diperiksa
Ekstremitas : tidak ada kelainan
Punggung : tidak ada kelainan
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium (7-9-2013)
Darah Perifer Lengkap Hemostasis
Hb 13,8 g/dL PT Pasien 10,7 s
Ht 41,2 % PT Kontrol 12,1 s
Eritrosit 4,54 jt/uL APTT Pasien 30.8 s
MCV/VER 90,7 fL APTT Kontrol 31,8 s
MCR/HER 29,7 pg
MCHC/KHER 32,8 g/dL Kimia Klinik
Trombosit 349.000/uL SGOT 15 U/L
Leukosit 11.540/uL SGPT 6 U/L
Albumin 4,2 g/dL
Kreatinin darah 0,80 mg/dL Kalium Darah 3,91mEq/L
eGFR 77,1 Klorida Darah
mL/min/1,73 100,8mEq/L
Ureum Darah 25 mg/dL
Glukosa Sewaktu 99 mg/dL Kimia Darah (9-9-2013)
Bilirubin Total 0.28 mg/dL
Elektrolit Bilirubin Direk 0,10 mg/dL
Natrium Darah 140 mEq/L Bilirubin Indirek 0,18 mg/dL
Diagnosis
Kolesistolitiasis Simtomatik
Tatalaksana
Cholecystektomi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Penyakit batu empedu (cholelithiasis) merupakan salah satu masalah tersering pada saluran
pencernaan dengan prevalensi 11-36%. Faktor-faktor yang terkait dengan penyakit ini adalah usia,
jenis kelamin (wanita tiga kali lebih mungkin terkena batu empedu dibanding pria), dan etnik
(Indian, Skandinavian). Faktor predisposisi pembentukan batu empedu antara lain obesitas,
kehamilan, faktor diet (makanan berlemak), penyakin Chron’s, reseksi terminal ileus, operasi
gaster, sferositosis herediter, penyakit sickle cell, dan thalassemia.1,2
Penyakit batu empedu asimptomatik dapat didiagnosis secara tidak sengaja pada
pemerilsaan USG, CT scan, radiografi abdomen, atau pada laparotomi. Sekitar 3% pasien
asimptomatik menjadi simptomatik per tahun. Penyakit batu empedu dengan komplikasi terjadi
pada 3-5% pasien simptomatik per tahun. 1
2. Pemeriksaan Penunjang
2.1. Laboratorium: 1,10
Leukositosis karena peradangan akut.
Kenaikan ringan bilirubin serum: Sindrom Mirizi karena penekanan duktus koledukus
oleh batu, dinding yang udem di daerah kantong Hartmann, dan penjalaran radang ke
dinding yang tertekan.
Kadar bilirubin serum yang tinggi: batu di dalam duktus koledukus.
Kadar fosfatase alkali serum dan kadar amylase serum meningkat sedang: serangan
akut.
2.2. Pencitraan1,10
USG: spesifisitas dan sensitivitas yang tinggi untuk mendeteksi batu kandung empedu
dan pelebaran saluran empedu intrahepatic maupun ekstrahepatik, serta dapat melihat
penebalan dinding kandung empedu karena fibrosis atau udem. Punktum maksimum
rasa nyeri pada batu kandung empedu yang gangrene lebih jelas daripada dengan
palpasi biasa.
Foto Polos: tidak memberikan gambaran khas karena hanya 10-15% batu yang bersifat
radioopak.
Kolesistografi dengan kontras: relative murah, sederahana, dan cukuo akurat untuk
melihat baru radiolusen sehingga dapat dihitung jumlah dan ukuran batu.
CT Scan: tidak lebih unggul daripada USG, lebih sering digunakan untuk mendiagnosis
keganasan kandung empedu.
Roentgen dengan kolangiopankreatikografi endoskopi retrograde (ERCP) di Papila
Vater atau melalui kolangiografi transhepatik perkutan (PTC): pemeriksaan batu di
duktus koledukus. Indikasinya adalah batu kandung empedu dengan gangguan fungsi
hati yang tidak dapat dideteksi dengan USG dan kolesistografi oral, misalnya karena
batu kecil. Kelemahan ERCP: bahaya timbulnya pankreatitis.
3. Tata Laksana
Secara umum tata laksana untuk cholelitiasis yaitu penanganan non bedah dan
penanganan bedah. 1, 10
3.1. Penanganan non Bedah
Penanganan non bedah yaitu dengan cara lisis, lisotripsi dengan ESWL dan
endoskopik. Penanganan lisis yang dapat dilakukan yaitu disolusi dengan sediaan garam
empedu kolelitolitik yang efektif untuk batu kolesterol dan lisis kontak dengan kateter
secara perkutan ke dalam kandung empedu dengan metilbutil eter. 10
3.2. Penanganan Bedah
Pada batu kandung empedu yang simtomatik harus dilakukan penanganan bedah.
Indikasi kolesistektomi untuk batu kandung empedu adalah batu empedu simtomatik,
pankreatitis empedu dan dyskinesia empedu (injeksi empedu <35%).10
Batu kandung empedu asimtomatik, dapat dilakukan kolesistektomi yaitu pada keadaan
dimana pasien karier Salmonella yang ditandai degan kultur feses yang positif untuk
S.typhy: pasien imunodefisiensi; pasien yang akan bertugas jauh dari fasilitas kesehatan
atau menjadi anggota ekspedisi ke daerah terpencil; pasien dengan kandung empedu
jenis porselin, dan kandidat transplantasi ginjal.10
Kolesistektomi secara elektif pada asimtomatik dilakkan pada penderita diabetes
mellitus karena serangan kolesistitis akut dapat menimbulkan komplikasi berat,
kandung empedu yang terlihat pada kolesistografi oral, yang menandakan stadium
lanjut, atau kandung empedu dengan batu besar, berdiameter lebih dari 2 cm karena
batu yang besar lebih sering menimbulkan kolesistitis akur disbanding dengan batu
yang lebih kecil10.
Kolangitis akut1
Penderita harus dirawat dan dipuasakan
Distensi perut, pasang pipa ambung
Koreksi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
Penanganan syok
Pemberian antibiotic sistemik
Pemberian vitamin K sistemik
DISKUSI
Pasien mengeluhkan nyeri perut kanan atas yang terlokalisasi. Diagnosis banding untuk
nyeri perut kanan atas antara lain pankreatitis akut, tukak peptik, hernia dinding abdomen, irritable
bowel syndrome, penyakit hati, batu ginjal, nyeri pleuritik dan nyeri miokardial.
Nyeri hilang timbul, dirasakan menembus sampai ke punggung. Pasien mengeluhkan mual,
muntah, dan anoreksia. Pasien juga mengeluhkan demam. Pada pemeriksaan fisik ditemukan nyeri
tekan pada regio hipokondria kanan, Murphy sign (+). Tidak ada riwayat ikterus, BAB dempul
maupun BAK seperti teh. Riwayat konsumsi akohol disangkal. Nyeri tidak dipengaruhi posisi dan
tidak ada hubungannya dengan makan.
Pankreatitis akut dapat disingkirkan karena biasanya nyeri bersifat terus menerus dan
makin meningkat, nyeri berkurang pada posisi berbaring miring, serta terdapat riwayat konsumsi
alkohol. Tukak peptik dapat disingkirkan karena biasanya dikarateristikkan sensasi terbakar
setelah konsumsi makanan, dan pada tukak peptik biasanya nyeri hanya terdapat pada regio
epigastrium. Nyeri miokardial dapat disingkirkan karena keluhan-keluhan penyakit jantung seperti
nyeri dada, sesak, serta cepat lelah disangkal. Nyeri pleuritik dapat disingkirkan karena biasanya
nyeri dirasakan saat menarik atau menghembuskan napas panjang, batuk, dan dipengaruhi posisi.
Hernia dinding abdomen dapat disingkirkan karena pada pemeriksaan fisik tidak ditemui adanya
benjolan. Penyakit hati seperti sirosis dapat disingkirkan karena tidak terdapat hepatomegali
maupun ascites, dan pada pemeriksaan laboratorium fungsi hati dalam batas normal. Irritable
bowel syndrome dapat disingkirkan karena tidak ada keluhan buang air besar.
Hal-hal yang mendukung diagnosis kolesistolitiasis simtomatik antara lain adalah sebagai
berikut. Pasien merupakan wanita berusia 66 tahun. Enam bulan yang lalu berat badan pasien 75
kg dengan tinggi badan 156 cm, sehingga tergolong obesitas. Pasien mengatakan bahwa dirinya
sering mengkonsumsi makanan berlemak. Jenis kelamin wanita, usia tua, obesitas, serta diet tinggi
lemak merupakan faktor risiko penyakit batu empedu pada pasien. Nyeri yang hilang timbul
menembus sampai ke punggung, mual, muntah, anoreksia, serta nyeri tekan pada regio
hipokondria kanan menunjang diagnosis cholelithiasis simptomatik.
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan yaitu pemeriksaan lab dan pemeriksaan USG.
Pada pemeriksaan lab yang perlu diperhatikan adalah leukosit, bilirubin, alkalin fosfatase, dan
kadar amylase. Pada pasien ini terjadi peningkatan leukosit, yang menandakan adanya infeksi,
kemudian tidak ada peningkatan dari bilirubin serum yang menandakan batu tidak menghambat
aliran bilirubin di duktus koledukus. Sedangkan, pada pemeriksaan USG yang merupakan
pemeriksaan penunjang paling sensitive dan spesifik, memperlihatkan bahwa pada kandung
empedu pasien terdapat batu-batu kecil multiple pada kandung empedu dengan tanda-tanda
kholesistitis kronik. Hal ini menandakan bahwa diagnosis yang telah dibuat sesuai dengan hal yang
ditemukan pada pemeriksaan penunjang yaitu cholelithiasis.
Pada pasien ini dengan diagnosis cholelithiasis simtomatik, pilihan penanganannya yaitu
penanganan bedah. Penanganan bedah diambil karena sesuai dengan indikasinya, yaitu apabila
sudah mengalami gejala/simtomatik maka harus dilakukan pembedahan. Tindakan yang dilakukan
cholecystectomi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Brunicardi, et al. Schwart’s principles of surgery. 9th edition. USA: The McGraw-Hill
Companies, Inc; 2010.
2. Beauchamp, Evers, Mattox. Sabiston textbook of surgery. 18th edition. Elsevier; 2008.
3. Henry MM, Thompson JN. Clinical surgery. 2nd edition. Elsevier; 2005.
4. Ahmadsyah I. Abdomen akut. Dalam: Reksoprodjo S. Kumpulan kuliah ilmu bedah.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
5. BS Anand. Peptic Ulcer. Medscape; 2012. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/181753-clinical#a0256
6. Zafari AM. Myocardial infarct. Medscape; 2013. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/155919-clinical
7. Anonymous. Pleurisy. A.D.A.M.; 2011. Available from:
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001371.htm
8. Erickson KM. Abdominal Hernias. Medscape; 2013. Available from::
http://emedicine.medscape.com/article/189563-overview#a0112
9. Wolf D. Cirrhosis. Medscape; 2013. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/185856-overview
10. Sjamsuhidajat R, Karnadihardja W, Prasetyono TOh, Rudiman R. Buku Ajar Ilmu Bedah
Sjamsuhidajat-Dejong. Edisi 3. Indonesia: EGC; 2010