KEGAWATDARURATAN PSIKIATRI
AGITASI
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan penyertaan-Nya penulis dapat menyelesaikan karya tulis yang berjudul “Keperawatan
Gawat Darurat: Kegawatdaruratan Psikiatri Agitasi” dalam keadaan baik. Tujuan dari
pembuatan karya tulis ini adalah untuk melengkapi penilaian dari mata kuliah Keperawatan
Gawat Darurat pada semester lima.
Pada permulaan pembuatan karya tulis ini tidak sedikit hambatan-hambatan yang
penulis alami karena keterbatasan kemampuan penulis. Namun semua itu dapat penulis
pecahkan melalui dukungan dan bimbingan dari dosen pengajar, dan juga orang-orang yang
telah membantu penulis dalam penulisan karya tulis ini. Oleh karena itu penulis
mengucapkan banyak terima kasih.
‘Tak ada Gading yang tak Retak’, penulis sadar akan ketidaksempurnaan karya tulis
ini, oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca, baik dosen
maupun rekan-rekan sangat penulis harapkan agar di kemudian hari, penulis dapat membuat
karya tulis dengan lebih baik lagi. Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Akhir kata penulis ucapkan terima kasih
ii
DAFTAR ISI
JUDUL...................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR ...........................................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................................iii
BAB 2 KASUS
2.1 Contoh Kasus Nyata dalam Masyarakat.......................................................................6
BAB 3 PEMBAHASAN
3.1 Analisa Kasus ...............................................................................................................7
LAMPIRAN
iii
BAB 1
TINJAUAN TEORI
Agitasi dengan waham Tanda simpatik: Amphetamine atau kokain Lingkungan yang
penyiksaan atau peningkatan tekanan atau simpatomimetik terkontrol
euforia dengan darah, takikardia, lainnya Pengasaman urin
iritabilitas takipnea, midriasis, Kontrol hiperpireksia,
diaforesis, kegelisahan kejang (diazepam),
motorik, tremor tingkah laku
(haloperidol)
Tanpa sedatif
Tanpa tanda simpatik Pertimbangan skizofrenia,
gangguan skizofreniform,
gangguan paranoid,
gangguan bipolar, psikosis
reaktif singkat, psikosis
atipikal
Tabel dari E.L. Bassuk, A.E. Skodol: The First few minutes; Identifiying and managing life-threatening
emergencies, In Emergency Psychiatry: Concepts; Methods, and Practices, E.L. Bassuk, A.W. Birk, editor, p 26.
Plenum, New York, 1984. dikutip dalam buku Kusuma, Widjaja. 1997. Kedaruratan Psikiatrik dalam Praktik.
Jakarta: Professional Books; Hal.93
2
klien, dan hindari stimulasi yang berlebihan dari anggota staf atau klien lain. Jika klien
tampak berada pada risiko untuk kehilangan kendali, biarkan klien mengetahui bahwa
staf akan memertahankan kendali secara meyakinkan dan secara empatis. Bahkan jika
klien membutuhkan medikasi untuk sedasi, cobalah untuk menentukan masalah
psikologis yang terlibat dalam agitasi. Jika mungkin, koreksilah distorsi dan hilangkan
rasa takut yang abnormal untuk menurunkan panik, kecemasan, dan agitasi. Klien yang
menggunakan phencyclidine (PCP) tidak dapat ditenangkan atau ditenteramkan dan
harus diisolasi segera.
3
c. Perhatikan tiap petunjuk adanya ancaman penyerangan. Khususnya, pertahankan
kewaspadaan terhadap adanya perubahan tingkah laku, mood, bicara, atau afek –
yang mungkin menandai kemungkinan hilangnya kendali kendali.
d. Pertahankan konsistensi di antara anggota staf mengenai rencana pengobatan.
Berikan klien pesan yang jelas dan tidak bertentangan mengenai tindakan apa yang
dapat ditoleransi dan yang tidak dapat ditoleransi di dalam ruang gawat darurat atau
tempat periksa anda; tetapi pertama kali anggota staf harus mempunyai kesepakatan
di antara mereka.
e. Jika klien memaksa untuk keluar dari rumah sakit melawan nasehat medis (against
medical advice), dokter harus memutuskan apakah klien mampu untuk membuat
keputusan tersebut dan apakah meninggalkan rumah sakit akan mempunyai bahaya
yang mengancam kehidupan klien. Kemampuan klien adalah tergantung pada
apakah terdapat proses psikotk, demensia, atau proses yang memburuk. Jika
kemampuan klien dianggap terganggu secara bermakna dan jika terdapat
peningkatan risiko, klien harus ditahan supaya tidak meninggalkan rumah sakit.
Diperlukan dokumentasi yang lengkap. Konsultasi dengan penasehat rumah sakit
mungkin membantu dalam kasus yang sulit (borderline). Jika kemampuan klien
tidak terganggu tetapi terdapat risiko medis yang serius, dokter harus melakukan
setiap usaha untuk mencoba menahan klien untuk tinggal di rumah sakit. Keadaan
yang tidak menimbulkan konfrontasi, dan simpatik, yang membantu klien merasa
dalam pengendalian biasanya adalah pendekatan yang paling efektif.
5
BAB 2
KASUS
6
BAB 3
PEMBAHASAN
7
DAFTAR PUSTAKA
Kusuma, Widjaja. 1997. Kedaruratan Psikiatrik dalam Praktik. Jakarta: Professional Books.
Uus. 2014. “Calon Haji Dirujuk ke RSJ Menur” dalam Surya. 6 September 2014. Hal 11.
Surabaya.
8
LAMPIRAN