Anda di halaman 1dari 12

A.

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Hemodialisa merupakan salah satu metode pengobatan gagal ginjal tahap akhir
yang dianggap dapat menyelamatkan jiwa pasien. Data penyakit gagal ginjal kronik
stadium 5 sangat beragam sesuai dengan keadaan negara. Amerika serikat insiden
terjadinya gagal ginjal kronik berjumlah 338 kasus baru per sejuta orang. Menurut
Usrenal Data System pada tahun 2003 total 441.051 orang dirawat dengan gagal ginjal
kronik. 20 % melakukan transplantasi, 67% hemodialisa dan 5% dialysis. Indonesia
termasuk negara dengan tingkat penderita gagal ginjal kronik yang cukup tinggi.
Pasien gagal ginjal kronik yang menjalankan therapy dialysis yang mengalami
beberapa efek samping dari psikososial dan spritual memutuskan untuk menghentikan
therapy dialysis yang dijalankan, hal ini menunjukkan mereka memiliki beban
psikologis yang berat salah satunya adalah gangguan tidur. Gangguan tidur pada
pasien hemodialisis memepengaruhi kualitas tidur dari segi tercapainya jumlah atau
lamanya tidur.
2. Tujuan
a. Tujuan Umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien hemodialisa
b. Tujuan Khusus
1) Untuk mengetahui definisi hemodialisis
2) Untuk mengetahui tujuan hemodialisis
3) Untuk mengetahui indikasi dari hemodialisis
4) Untuk mengatahui etiologi hemodialisis
5) Untuk mengetahui patofisiologi hemodialisis
6) Untuk mengetahui bentuk atau gambaran perlatan yang digunakan
7) Untuk mengetahui komplikasi dari hemodialisis
8) Untuk mengetahui asuhan keperawatan hemodialisis
3. Manfaat
a. Sebagai acuan bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien
yang melakukan hemodialisis.
b. Bagi institusi dapat meningkatkan sumber inforamasi mengenai hemodialisis.
A. TINJAUAN TEORI
1. Konsep Medis
a. Defenisi
Dialisis adalah proses difusi partikel larut dari satu kompartemen ke
kompartemen lain melewati membran semipermeabel.
Hemodialisa adalah lintasan darah melalui selang diluar tubuh ke ginjal
buatan, dimana dilakukan pembuangan kelebihan zat terlarut dan cairan. Frekuensi
hemodialisa bervariasi dari 2 – 3 x/minggu ( Emal, 2016).
b. Tujuan
Menurut (Suhartanto & Majid, 2013) adapun Hemodialisa
1. Untuk mengeluarkan zat-zat nitrogen yang toksik dari dalam darah
2. Membuang kelebihan air dengan mengetahui tekanan banding antara darah dan
bagian cairan, biasanya terdiri atas tekanan positif dan negatif (penghisap)
dalam kompartemen dialisis.
3. Mempertahankan atau mengembalikan sistem buffer tubuh.
4. Mempertahankan atau mengembalikan kadar elektrolit tubuh
Terdapat tiga prinsip yang mendasari kerja hemodialisis yaitu
difusi,osmosis, dan ultrafiltrasi.
Toksin dan zat limbah di dalam darah dikeluarkan melalui proses difusi
dengan cara bergerak dari darah yang memiliki konsentrasi tinggi, ke cairan
dialisat dengan konsentrasi yang lebih rendah, cairan dialisat tersusun dari
semua elektrolit yang penting dengan konsentrasi ekstrasel yang ideal.
Kelebihan cairan dikeluarkan dari dalam melalui dalam tubuh melalui proses
osmosis. Pengeluaran air dapat dikendalikan dengan menciptakan gradien
tekanan, dimana air bergerak dari daerah dengan tekanan yang lebih tinggi
(tubuh pasien)ke tekanan yang lebih rendah (cairan dialisat). Gradien ini dapat
ditingkatkan melalui penambahan tekanan negatif yang dikenal sebagai
ultafiltrasi pada masa dialisis. Tekanan negatif diterapakan pada alat ini
sebagai kekuatan penghisap pada memmbran dan memfasilitasi pengeluaran
air
c. Indikasi
Menurut (Emal, 2016) adapun indikasi
1. Gagal ginjal akut
2. Gagal ginjal kronik, bila laju filtrasi glomerulus kurang dari 5 ml/menit.
3. Kalium serum lebih dari 6 mEq/l
4. Ureum lebih dari 200 mg/dl
5. PH darah kurang dari 7,1
6. Anuria berkepanjangan lebih dari 5 hari
7. Intoksikasi obat dan zat kimia
8. Sindrom hepatorenal (Emal, 2016).
2. Tindakan Hemodialisa
1. Persiapan pasien
a) Surat dari dokter penanggung jawab ruang HD untuk tindakan HD
(intruksi dokter)
b) Apabila dokter penanggung jawab HD tidak berada ditempat atau tidak
bisa dihubungi, surat permintaan tindakan hemodialisa diberikan oleh
dokter spesialis penyakit dalam yang diberi delegasi oleh dokter
penanggung jawab HD
c) Apabila pasien berasal dari luar RS (traveling) disertai dengan surat dari
RS asal
d) Identitas pasien dan surat persetujuan tindakan HD
e) Riwayat penyakit yang pernah diderita (penyakit lain)
f) Keadaan umum pasien
g) Keadaan psikososial
h) keadaan pasien (ukur TTV, BB,Warna,kulit, eksremitas edema +/-)
i) data laboratorium darah rutin, GDS, Ureum, Creatinin, HBsAg, HCV,
HIV, CT, BT
j) pastikan bahwa pasien benar-benar siap untuk dilakukan HD
2. Persiapan mesin
a) Listrik
b) Air yang sudah diubah dengan cara:
1. Filtrasi
2. Softening
3. Deionisasi
4. Reverse osmosis
c) Sistem sirkulasi dialisat
1) Sistem proporsioning
2) Acetate/bicarbonate
d) Sirkulasi darah
1) Dializer/hollow fiber
2) Priming
3. Persiapan Alat
1) Dialyzer
2) Tranfusi Set
3) Normal Saline 0,9%
4) Av Blood Line
5) Av Fistula
6) Spuit
7) Heparin
8) Lidocain
9) Kassa Steril
10) Duk
11) Sarung Tangan
12) Mangkok Kecil
13) Desinfektan (Alkohol/Betadine)
14) Klem
15) Matkan
16) Timbagan
17) Tensimeter
18) Plastik
19) perlak kecil
4. langkah-langkah
1) setinting dan priming
1. mesin dihidupkan
2. lakukan setting dengan cara
3. keluarkan dialyzer dan AVblod line dari bungkusanya, juga slang
infus/tranfusi set dan NaCl (perhatikan sterilitasnya)
4. sambungkan normal saline dengan set infus, set infus dengan selang
arteri,selang darah arteridengan dialyzer,dialyzer dengan selang darah
venous
5. masukkan selang segmen ke dalam pompa darah,putarlah pump dengan
menekan tombol tanda V (pompa akan otomatis berputar sesuai arah jarum
jam
6. bukalah klem pada set infus, alirkan normal saline ke selang darah arteri,
tampung cairan kedalam gelas ukur
7. Setelah selang arteri terisi normal saline, selang arteri di klem
2) Lakukan priming dengan posisi dialyzer biru (outlet) diatas dan merah (inlet)
dibawah
1. tekan tombol start pada pompa darah, tekan tombol V untuk menentukan
angka yang diingikan (dalam posisi priming sebaiknya kecepatan aliran
darah 100 rpm)
2. setelah selang darah dan dialyzer terisi semua dengan normal saline,
habiskan cairan normal sebanyak 500 cc
3. lanjutkan priming dengan normal saline sebanyak 1000 cc. putarlah Qb dan
rpm
4. sambungkan ujung selang darah arteri dan ujung selang darah venous
5. semua klem dibuka kecuali klem hparin
6. setelah priming, mesin akan ke posisi dialiysis, start layar menunjukkn
"prepation", artinya consentrate dan RO telah tercampur dengan melihat
petunjuk conductivity telah mencapai (normal 13.8-14.2). pada keadaan
"prepation", selang concentrate boleh disambung ke dialyzer
7. lakukan sirkulasi dalam caranya sambung ujung blood line arteri vena
1. ganti cairan normal saline dengan yang baru 500 cc
2. tekan tombol UFG 500 dan time life 10 menit
3. putarlah kecepatan aliran darah (pump) 350 rpm
4. hidupkan tombol UF posisi "on"mesin akan otomatis melakukan
ultrafiltrasi (cairan bnormal saline akan berkurang sebanyak 500 cc
dalam waktu 10 menit
5. setelah UV mencapai 500 cc, akan muncul pada layar 'UFG reached"
artinya UFG sudah tercapai
6. Pemberian heparin pada selang arteri berikan heparin sebanyak 1500
unit sampai 2000 unit pada selang arteri.lakukan sirkulasi selama 5
menit agar heparin mengisi keseluruh selang darah dan dialyzer,
berikan kecepatan 100 rpm
7. Dialyzer siap pakai ke pasien sambil menunggu pasien, matikan flow
dialisat agar concentrate tidak boros catatan jika dialyzer rause, priming
500 cc dengan Qb 100 rpm sirkulasi untuk membuang formalain (UFG:
500,time life20 menit dengan Qb 350 rpm)> bilaslah selang darah dan
dialyzer dengan normal saline sebanyak 2000 cc.
3) Punksi akses vaskuler
1. tentukan tempat punksi atau periksa tempat shunt
2. alasi dengan perlak kecil dan atur posisi
3. bawa alat-alat dekat dengan tempat tidur pasien (alat-alat steril dimasukkan
ke dalam bak steril)
4. cuci tangan , baksteril dibuka, memakai handscon
5. beritahu pasien bila akan dilakukan punksi
6. pasang duk steril,sebelumnya desinfeksi daerah yang akan dipunksi dengan
betadine dan alkohol
7. ambil fistula dan puncti outlet terlebih dahulu. bial perlu lakukan anestasi
lokal, kemudian desinfeksi
8. punksi intlet dengan cara yang sama, kemudian difiksasi
4) Memulai hemodialisa
Sebelum dilakukan hemodialisa punksi dan memulai hemodialisa,ukur
tanda-tanda vital dan berat badan pre hemodialisa
1. setelah selesai fungsi, sirkulasi dihentikan, pompa dimatikan, ujung AV
bloo line d klem
2. lakukan resep data untuk menghapus data yang telah dibuat,
mesinotomatis menunjukkan angka 0 (0) pada UV, UVQR, UVG dan
time lpt
3. tentukan programpasien dengan menghitung BB data, BB standar +
jumlah makan saat hemodialisa
4. tekan tombol UVG = target cairan yang akan di tarik
5. tekan tombol time lefte=waktu yang akan di program
6. atur concen rate sesuai kebutuhan pasien (jangan merubah base Na+
karena teknisi sudah mengatur sesuai denganangka yangberada
digallong. Na = 140 mll)
7. tekan tombol temperatur (suhu mesin 360-370 C )
8. buatlah profil yang sesuai dengan keadaan pasien
9. berikan kecepatan aliran darah 100 rpm
10. menyambung selang vistula insek dengan selan darah arteri
11. matikan klem selang infus
12. sambungkan selang arteri dengan vistula arteri
13. masing-masing kedua ujung selang darah arteri dan vistula di suap
dengan kasa betadine sebagai desifektan
14. ujung selang darah venaus masukkan dengan gelas ukur
15. hidupkan pompa darah dan tekan tombol V atau 100 rpm
16. perhatikan aliran cimino apakah lancar, fixasi dengan mikropore. jika
aliran tidak lancar, ubahlah posisi jarum vistula
17. perhatikan darah, duble trap tidak boleh penuh atau kosong, sebaiknya
terisi 3/4 bagian
18. cairan normal saline yang tersisa ditampung dalam gelas ukur lamanya
cairan sisa primeng
19. setelah darah mengisi semua selang darah dan dilaiser, matikan pompa
darah
20. menyambung selang darah venaus dengan vistula autlek
21. sambung selang darah venaus keujung AV vistula autlek (kedua
ujungnya diberi kasa betadine sebagai desinfektan). masing-masing
sambungan dikencangkan
22. klem pada selang arteri dan venaus dibuka, sedangkan klem infus
ditutup
23. pastikan pada selang venaus tidak ada udarah,lalu hidupkan pompa
darah dari 100 rpm - yang diinginkan a
24. tekan tombol EUF pada layar monitor terbaca"dialisis"
25. selam proses hemodialisa ada 7 lampu hijau yang menyala (lampu
monitor, on, dialisis star, pompa, heparin, UV dan vlow) selanjutnya
peralatan
5) Penatalaksanaan selama hemodialisa
1. memprogram dan memonitor mesin hemodialisa
2. lamanya HD
3. QB ( kecepatanaliran darah ) 150-250 cc
4. QB (aliran dialisa) 500 cc
5. temperatur dealisa 370cc
6. UFR dan TMP otomatis
7. heparirisasi
8. dosis awal 25-50 unit
9. diberikan pada waktu fuksi
10. sirkulasi ekstra corkoreal 150 unit
11. dosis maitenance 500 - 200 per jam diberikan pada waktu HD berlansung
cara pemberian dosis maitenance
12. kontinyu diberikan secara secara terus menerus dengan bantuan pompa
dari awal HD- satu jam sebelum HD berakhir
13. intermitteng diberikan 1 jam setelah HD berlansung dan pemberian
selanjutnya dimasukkan tiap selang waktu 1 jam, untuk 1 jam terakhir
tidak berahir
14. minimal heparin dosis awal kurang lebih 200 unit
15. pemeriksaan (laboratorium ECG) dll
16. pemberian obat -obatan, transfusi
17. monitor tekanan
a. vistula pressure
b. arterial pressure
c. venaus pressure
d. dialisa pressure
e. detektor
f. observasi pasien
g. tanda-tanda vital ( TD,N,S,P)
h. Fisik
i. perdarahan
j. sarana hubungan sirkulasi
k. posisi dan aktivitas
l. keluhan dan komplikasi hemodialisa
6) MENGAKHIRI HEMODIALISA
1. persiapan alat
a. apiala ginjal
b. kasa steril
c. betadine
d. sarung tangan tidak steril
e. verban gulung
f. pelekat
g. gunting
h. termometer
i. mikropore
2. Pelaksanaan
a. perawat mencuci tangan
b. perawat memakai sarung tangan
c. mesin menggunakan UFG
d. jika proses hemodialisa sudah selesai, posisi mesin akan terbaca" freen
pusion"
e. sebelum 5 menit selesai pasien di observasi TTV
f. kecilkan kecepatan aliran darah atau pompa darah sampai 100 rpm lalu
matikan
g. kleem pada vistula arteri dan selang darah arteri
h. cabutlah vistula autlet atau fenaus tekan bekas tusukan dengan kasa
betadin, tutuplah bekas tusukan dengan kasa betadin
i. bilaslah vistula, selang darah dan dialiser dengan normal saline
secukupnya aliran bersih dan gunakan kecepatan aliran darah 100 rpm
j. cabutlah vistula autlet, tekan bekas tusukan dengan kasa betadine
k. jika tidak ada darah bekas tusukan maka berilah nebacetin pourder dan
tutuplah bekas tusukan dengan band aid
l. berilah fiksasi dengan mikropore pada verban gulung
m. observasi TTV pasien
n. kembalikan alat-alat ketempat semula
o. perawat melepas sarung tangan dan mencuci tangan
DAFTAR PUSTAKA

Emal Ade Sucipta. (2016). https://docshare.tips>Topics>Documents>Lp Hemodialisa. Diakses


pada tanggal 08 Februari 2019.

PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus
Pusat PPNI.

PPNI. (2018). Standar Intevensi Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus PPNI.

Ranitasari. ( 2015). https://id.scribd.com>mobile>doc>Laporan Pendahuluan Hemodialisa.


Diakses pada tanggal 09 Februari 2019.

Suhartanto, T., & Majid, A. (2013). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem
Perkemihan. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai