HALAMAN JUDUL
Oleh :
Kevin Kristian Putra
dr. I Gede Budiarta,SpAn.KMN
i
Daftar Isi
HALAMAN JUDUL ........................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ii
DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................................iv
DAFTAR TABEL............................................................................................................... v
DAFTAR SINGKATAN ....................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 2
2.1. Definisi Nyeri ........................................................................................... 2
2.2. Definisi Nosiseptor ................................................................................... 3
2.3. Anatomi Nosiseptor .................................................................................. 4
2.4. Klasifikasi Nosiseptor .............................................................................. 6
2.5. Fisiologi Nosiseptor ................................................................................. 8
BAB III PENUTUP .............................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 14
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR SINGKATAN
Aα : Fiber-A alfa
Aβ : Fiber-A beta
Aδ : Fiber-A delta
A-M : Fiber-A Mechanic
A-MH I : Fiber-A Mechano-Heat Tipe 1
A-MHII : Fiber-A Mechano-Heat Tipe 2
C-MC : Fiber-C Mechano-Cold
C-MH : Fiber-C Mechano-Heat
C-MHC : Fiber-C Mechano-Heat-Cold
DTT : Data tidak tersedia
HTMs : High-treshold mechanoreceptors
KK : Kecepatan konduksi
MIAs : Mechanical insensitive afferents
MSAs : Mechanical sensitive afferents
NSC : Non-selective action
TRPA1 : Transient receptor potential cation channel subfamily A member 1
TRPM8 : Transient receptor potential cation channel subfamily M member 8
TRPV1 : Transient receptor potential V I
TRPV2 : Transient receptor potential V II
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
3
posterior medulla spinalis. Interaksi ini membuat perubahan transmisi impuls nyeri
berupa peningkatan transmisi impuls atau penurunan impuls nyeri. Proses persepsi
adalah bagian terakhir dari ketiga proses kompleks yang menghasilkan suatu
perasaan subjektif yang dikenal dengan persepsi nyeri.2-4
tersebut. Aferen neuron yang terstimulus oleh rangsangan mekanis, suhu, maupun
kimiawi ini, disebut dengan aferen nosiseptor primer.4-7
Kecepatan konduksi atau transmisi impuls antar saraf hingga sistem saraf
pusat maupun efektor, dipengaruhi oleh diameter dari saraf tersebut. Pada fiber
dengan myelin yang besar, akan meningkatkan kecepatan konduksi enam kali lipat
(gambar 2.2). Pada nosiseptor, kecepatan konduksi fiber-C lebih lambat karena
memiliki diameter yang kecil dibandingkan dengan fiber-A. Fiber-A terbagi
menjadi Aδ, Aβ, dan Aα. Namun, pada umumnya cabang fiber yang membawa
impuls aferen nyeri dari nosiseptor adalah fiber-C dan A(δ-β). Namun kebalikannya
belum tentu terjadi, yang artinya tidak semua fiber-C dan Aδ adalah nosiseptor.
Fiber-C dan A(δ-β) juga membawa rangsangan aferen primer, namun tidak melalui
batas persepsi nyeri.4,5,7
Karena perbedaan konduski antara fiber-C dan A(δ-β), sinyal dari A(δ-β) ke
medulla spinalis akan diterima lebih dulu dibandingkan dari fiber-C. Fiber-A
dideskripsikan sebagai sensasi tajam atau menusuk dan menyakitkan sedangkan
fiber-C dideskripsikan sebagai sensasi tumpul atau sensai nyeri terbakar. Pada
rangsangan yang sangat nyeri, terjadi respons bifasik, yang artinya terdapat rasa
tajam yang diikuti oleh sensasi terbakar dengan kualitas nyeri yang tidak bisa
ditahan.4,7
Gambar 2.2. Histogram perbandingan diameter (micrometer /µm) akson terhadap kecepatan
konduksi (meter per detik m/s).4
6
pada transduksi dan inisiasi. Hal ini menunjukkan obat yang bersifat state
dependent, seperti lokal anestesi yang bersifat memblok kanal yang terbuka, lebih
cocok untuk memblok nosiseptor secara selektif.4,7
lama dengan suhu yang lebih tinggi. Aktifitas C-MH yang terinduksi oleh panas
berkolerasi terhadap persepi nyeri walaupun tidak disertai dengan cedera.5-7
TRPV1 adalah kontributor utama dalam nyeri yang terinduksi oleh panas.
Hasil ekspresi TRPV1 mencapai 50% dari neuron dan 75% pada neuron
berdiameter kecil hingga sedang. Selain TRPV1, TRPV2 dikatakan mampu untuk
memediasi potensial reseptor di A-MH I, yang dimana diaktivasi dengan suhu yang
lebih tinggi dari 52 oC. 5-7
terjadi aktifasi NSC dan influks kalsium. Influks kalsium dipengaruhi oleh kerjai
TRPA1. 5-7
Kemampuan TRPA1 dalam berkontribusi dalam penurunan suhu, harus
diikuti dengan adanya kerusakan jaringan. TRPA1, yang memiliki batar toleransi
pada suhu 17 oC, diekspresikan bersama dengan TRPV1 di nosiseptor. TRPA1 akan
berespon pada suhu dingin secara indirek melalui kalsium influks dari intraseluler
yang diinduksi oleh penurunan suhu. Kemajuan dalam mengidentifikasi
mekanisme transduksi terhadap rangsangan dingin, sangat terhambat dibandingkan
dengan rangsangan suhu tinggi. Yang dimaksud suhu dingin hingga mencapai
nyeri adalah diantara 0 oC. -20 oC, dengan mayoritas berada pada 15 oC. Salah satu
hal yang membuat identifikasi terhambat, adalah resiko kerusakan jaringan yang
terjadi pada suhu sub-beku yang memungkinkan adanya reaksi indirek dari luar sel
yang akan mempengaruhi respon nosiseptor sehingga respon nosiseptor terhadap
suhu tidak secara direk terpantau. 6-8
13
14
DAFTAR PUSTAKA