PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tubuh manusia terdiri dari sebelas sistem yang saling berkaitan satu
dengan yang lainnya untuk menyokong kelangsungan hidupnya.Salah satu
dari sebelas sistem yang penting adalah sistem respirasi. Respirasi
(pernapasan) adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung
oksigen ke dalam tubuh serta menghembusken karbondioksida sebagai sisa
dari oksidasi keluar dari tubuh, penghisapan ini disebut inspirasi dan
penghembusan disebut ekspirasi. (Syaifudin, 1996). Sistem pernapasan
mempunyai resiko infeksi bronkitis yang cukup tinggi karena berhubungan
langsung dengan dunia luar. Bronkitis adalah suatu penyakit yang ditandai
dengan adanya inflamasi pada pembuluh bronkus, trakea dan bronkioli.
Inflamasi menyebabkan bengkak pada permukaannya, mempersempit ruang
pembuluh dan menimbulkan sekresi dari cairan inflamasi (Ngastiyah, 2005).
Etiologi dari penyakit bronkitis adalah faktor usia, faktor rokok, faktor
lingkungan, faktor genetik dan faktor sosial genetik. Gejala utama bronkitis
adalah timbulnya batuk produktif (berdahak) yang mengeluarkan dahak
berwarna putih kekuningan atau hijau.
Infeksi saluran pernapasan masih menjadi masalah utama di bidang
kesehatan, baik di negara yang sedang berkembang maupun di negara yang
sudah maju.Di Amerika Serikat, menurut National Center for health Statistics,
kira-kira ada 14 juta orang menderita bronkitis. Lebih dari 12 juta orang
menderita bronkitis pada tahun 1994, sama dengan 5% populasi Amerika.
Dari data SEAMIC health statistic, bronkitis merupakan penyebab kematian
anak nomor 6 di Indonesia.
Bronkitis merupakan masalah pada sistem respirasi atau pernapasan,
apabila bronkitis tidak cepat ditangani maka akan terjadi beberapa komplikasi
yaitu : bronkitis kronik, pneumonia dengan atau tanpa atelektasis, pleuritis,
efusi pleura atau empisema, abses metasis, haemaptoe, sinusitis, kor pulmonal
kronik, kegagalan pernapasan amilodosis. Dampak paling fatal apabila
1
bronkitis tidak ditangani dengan cepat dan tepat yaitu dapat menyebabkan
kematian.
Sebagai calon perawat profesional, sudah seharusnya memahami rencana
tindakan dan penanganan yang tepat bagi penderita penyakit saluran
pernapasan khususnya bronkitis. Calon perawat profesional juga harus mampu
mencegah penyebarannya agar angka kematian yang disebabkan oleh penyakit
bronkitis bisa diminimalkan.
1.2 Tujuan
A. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memahami konsep teori dan asuhan keperawatan
klien dengan gangguan sistem pernapasan yaitu brokitis.
B. Tujuan Khusus
1. Konsep teori :
a. Menjelaskan tentang anatomi sistem pernapasan
b. Menjelaskan tentang fisiologi sistem pernapasan
c. Menjelaskan tentang definisi bronkitis
d. Menjelaskan tentang klasifikasi bronkitis
e. Menjelaskan tentang etiologi bronkitis
f. Menjelaskan patofisiologi / WOC bronkitis
g. Menjelakan tentang manifestasi klinis bronkitis
h. Menjelaskan tentang pemeriksaan diagnostik bronkitis
i. Menjelaskan tentang penatalaksanaan bronkitis
j. Menjelaskan komplikasi bronkitis
k. Menjelaskan prognosis bronkitis.
2. Asuhan keperawatan klien dengan bronkitis
1. Menjelaskan tentang pengkajian klien dengan bronkitis yang
meliputi :
a. Riwayat keperawatan
b. Pemeriksaan fisik
c. Pemeriksaan penunjang
2. Menjelaskan tentang diagnosis keperawatan klien dengan bronkitis
2
3. Menjelaskan intervensi dan rasional tindakan klien dengan
bronkitis
1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari pembuatan makalah ini adalah sebagai media
informasi bagi semua kalangan, khususnya perawat mengenai bahaya
bronkitis serta penatalaksanaan proses keperawatan pada bronkitis.
3
BAB 2
ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM PERNAPASAN
4
3. Bagian abawah sekat, dinamakan langiofaring
c. Laring
Merupakan saluran pendek yang menghubungkan faring dan trakea
dan bertindak sebagai pembentuk suara.
5
2. Mediastinum adalah bagian dinding yang membagi rongga toraks
menjadi 2 bagian
3. Lobus adalah bagian paru-paru dibagi menjadi lobus kiri terdiri
atas lobus bawah dan atas tengah dan bawah
4. Bronkus dan bronkiolus terdapat beberapa divisi bronkus di dalam
setiap lobus paru. Bronkiolus adalah percabangan dari bronkus
5. Alveoli paru terbentuk oleh sekitar 300 juta alveoli yang tersusun
dalam kloster antara 15-20 alveoli
d. Toraks
Rongga toraks terdiri dari rongga pleura kanan dan kiri dan bagian
tengah yang disebut mediastinum. Toraks mempunyai peranan penting
dalam pernapasan, karena bentuk elips dari tulang rusuk dan sudut
perlekatannya tulang belakang. Perubahan dalam ukuran toraks inilah
yang memungkinkan terjadinya proses inspirasi dan ekspirasi.
6
2. Mengeluarkan CO2 yang terjadi sebagai sisa dari pembakaran, kemudian
dibawa oleh darah ke paru-paru untuk dibuang (karena tidak berguna lagi
oleh tubuh).
3. Menghangatkan dan melembabkan udara
Pernapasan dalam keadaan normal
Orang dewasa : 16-24 kali/menit
Anak-anak kira-kira : 24 kali/menit
Bayi kira-kira : 30 kali/menit
Paru adalah struktur elastik yang dibungkus dalam sangkar toraks,
yangmerupakan suatu bilik udara kuat dengan dinding yang dapat menahan
tekanan. Efek dari gerakan ini adalah secara bergantian meningkatkan dan
menurunkan kapasitas dada. Inspirasi adalah ketika kapasitas dalam dada
meningkat, udara masuk melalui trakea. Ekspirasi adalah ketika dinding dada
dan diafragma kembali ke ukuran semula.
7
BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA
BRONKITIS
3.1. Definisi bronkitis
Bronkitis berasal dari bronchus (saluran napas) dan itis artinya menunjukkan
adanya suatu peradangan.“Bisa disimpulkan bronkitis merupakan suatu gejala
penyakit pernapasan.”
Bronkitis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya inflamasi pada
pembuluh bronkus, trakea dan bronkioli. Inflamasi menyebabkan bengkak pada
permukaannya, mempersempit ruang pembuluh dan menimbulkan sekresi dari
cairan inflamasi (Ngastiyah, 2005).
Bronkitis berarti infeksi bronkus. Bronkitis dapat dikatakan penyakit
tersendiri, tetapi biasanya merupakan lanjutan dari infeksi saluran peranpasan atas
atau bersamaan dengan penyakit saluran pernapasan atas lain seperti
Sinobronkitis, Laringotrakeobronkitis, Bronkitis pada asma dan sebagainya
(Santoso, 2004).
Bronkitis pada anak berbeda dengan bronkitis yang terdapat pada orang
dewasa. Pada anak bronkitis merupakan bagian dari berbagai penyakit saluran
napas lain, namun ia dapat juga merupakan penyakit tersendiri (Ngastisyah,
2005).
Secara harfiah bronkitis adalah suatu penyakit yang ditandai oleh adanya
inflamasi bronkus. Secara klinis para ahli mengartikan bronkitis sebagai suatu
penyakit atau gangguan respiratorik dengan batuk merupakan gejala yang utama
dan dominan. Ini berarti bahwa bronkitis merupakan penyakit yang berdiri sendiri
melainkan bagian dari penyakit lain tetapi bronkus ikut memegang peran
(Ngastisyah, 2005).
8
Pada gambar terlihat bronkus normal dan bronkus pada klien dengan
bronkitis. Pada gambar sebelah kiri merupakan gambar bronkus klien yang
mengalami bronkitis yang ditandai dengan dinding bronkus terjadi peradangan
dan penumpukan sekret dibandingkan dengan gambar pada sebelah kanan yang
merupakan bronkus normal.
9
2. Bronkitis Kronik
Bronkitis kronik didefinisikan sebagai adanya mukus yang berlebihan
pada saluran pernapasan (bronchial tree) secara terus – menerus (kronik)
dengan disertai batuk. Pengertian terus – menerus (kronik) adalah terjadi
sepanjang hari selama tidak kurang dari tiga bulan dalam setahun dan telah
berlangsung selama dua tahun berturut – turut. Batasan ini tidak mencakup
sekresi mukus berlebihan yang disebabkan oleh kanker paru, tuberkulosis dan
penyakit gagal jantung kongestif.Batasan yang digunakan adalah tiga bulan
dalam setahun karena yang menyusun batasan ini adalah para ahli yang
menangani pasien di daerah empat musim.Diagnosis bronkitis kronik
merupakan diagnosis klinis (Darmanto, 2009).
Bronkitis kronik di definisikan sebagai adanya batuk produktif yang
berlangsung 3 bulan dalam satu satu selama 2 tahun berturut – turut. Sekresi
yang menumpuk dalam bronkioles mengganggu pernapasan yang efektif.
Merokok atau pemajanan terhadap polusi adalah penyebab utama bronkitis
kronik. Pasien dengan bronkitis kronik lebih rentan terhadap kekambuhan
infeksi saluran pernapasan bawah. Kisaran infeksi virus, bakteri, dan
mikoplasma yang luas dapat menyebabkab episode bronkitis akut. Eksaserbasi
bronkitis kronik hampir pasti terjadi selama musim dingin dapat menyebabkan
bronkospasme bagi mereka yang rentan (Brunner & Suddarth, 2002).
Belum ada persesuaian pendapat mengenai bronkitis kronik, yang ada
ialah mengenai batuk kronik dan atau berulang yang disingkat (BKB). BKB
ialah keadaan klinis yang disebabkan oleh berbagai penyebab dengan gejala
batuk yang berlangsung sekurang – kurangnya 2 minggu berturut – turut dan
atau berulang paling sedikit 3 kali dalam 3 bulan, dengan atau tanpa disertai
gejala respiratorik dan non – repiratorik lainnya. Dengan memakai batasan ini
secara klinis jelas bahwa bronkitis kronik pada anak adalah batuk kronik dan
atau berulang (BKB) yang telah disingkirkan penyebab – penyebab BKB itu
misalnya asam atau infeksi kronik saluran napas dan sebagainya, walaupun
belum ada keseragaman mengenai patologi dan patofisiologis bronkitis
kronik, tetapi kesimpulan akibat jangka panjang umumnya sama. Berbagai
10
penelitian menunjukkan bahwa bayi sampai anak umur 5 tahun yang
menderita bronkitis kronik akan mempunyai resiko lebih besar untuk
menderita gangguan pada saluran napas kronik setelah umur 20 tahun,
terutama jika pasien tersebut merokok akan mempercepat menurunnya fungsi
paru (Ngastisyah, 2005).
Bronkitis kronis dewasa didefinisikan sebagai batuk produktif selama 3
bulan atau lebih dalam satu tahun selama 2 tahun berturut-turut atau lebih
dalam satu tahun selama 2 tahun berturut-turut atau lebih, namun tidak ada
standardemikian yang dapat diterima pada anak-anak. Keberadaannya sebagai
wujud penyakit yang tersendiri telah dipertanyakan, yang menekankan
pentingnya mencari kelainan imunologis atau mukosa yang mendasarinya.
Batuk produktif kronis atau sering kumat biasanya menunjukkan penyakit
paru atau sistemik yang mendasari : penderita yang terkena harus dievaluasi
untuk defisiensi imun, kelainan anatomi, asma, penyakit lingkungan, infeksi
saluran pernapasan pernapasan atas dengan cairan postnassal, kistik fibrosis,
diskinesis silia, dan bronkiektasia. Batuk dan mengi lazim ditemukan, dan
pada sebuah penelitian, 22 penderita yang dilaporkan menderita bronkitis
kronis semuanya mempunyai bukti adanya penyakit alergi. Kadang-kadang,
iritasi bronkus dapat terjadi akibat inhalasi kronis debu atau asap beracun.
Merokok tembakau atau marijuana dengan jelas berhubungan dengan
informasi anamnesis. Anak belasan tahun harus ditanyai juga tentang
pemajanan terhadap asap industri atau gas mobil disekolah atau di tempat
kerja (Ngastisyah, 2005).
11
Menurut Davey, Patrick (2002) dan Soeria & Anna (2003), berikut merupakan
beberapa etiologi dari bronkitis akut dan kronis yang menyebabkan Penyakit Paru
Obstruksi Kronis (PPOK) :
1. Faktor Usia : Dan angka kejadian akan terus meningkat seiring dengan
bertambahnya usia. Usia juga dapat sebagai faktor resiko timbulnya
PPOK. Adanya peningkatan usia rata-rata penduduk dari 54 tahun
pada tahun 1960-an menjadi 63 tahun pada tahun 1990-an dapat
menjadi penyebab peningkatan pasien Bronkitis Akut.
2. Faktor Rokok : Anak yang terlalu sering menghirup asap rokok dari
orang dewasa atau anak tersebut menjadi perokok pasif juga
mempunyai resiko besar timbulnya gangguan pada sistem pernapasan
berupa bronkitis. Menurut buku Report of the WHO expert Commite
on smoking control, rokok adalah penyebab utama timbulnya bronkitis
kronik dan emfisema. Terdapat hubungan yang erat antara merokok
dan penurunan VEP (Volume Ekspirasi Paksa) 1 detik. Secara
patologis rokok berhubungan dengan hyperplasia kelenjar mucus
bronkus dan metaphlasia epitel skuamus saluran pernapasan. Juga
dapat menyebabkan bronkokontruksi akut. Menurut Crofton dan
Douglas merokok menimbulkan pula inhibisi aktivitas sel rambut
getar, makrofag alveolar dan surfaktan.
3. Faktor lingkungan : Resiko tambahan akibat polutan udara di tempat
kerja atau di dalam kota merupakan salah satu faktor penyebab
Bronkitis Keonis. Bronkitis kronik lebih sering terjadi pada pekerja
yang terpajan zat inorganic, debu organic, atau gas yang berbahaya.
Pekerja yang terpajan zat tersebut mempunyai kemungkinan bronkitis
kronik 2-4 kali daripada pekerja yang tidak terpajan.
4. Faktor Genetik : Faktor genetik mempunyai peran pada penyakit paru
kronik, terbukti pada survey terakhir didapatkan bahwa anak – anak
dari orang tua merokok mempunyai kecenderungan mengalami
penyakit paru kronik lebih sering dan lebih berat, serta insidensi
penyakit paru kronik pada grup tersebut lebih tinggi. Faktor genetik
tersebut diantaranya adalah atopi yang ditandai dengan adanya
12
eosinifilia atau peningkatan kadar imunoglibulin E (IgE) serum,
adanya hiperresponsif bronkus, riwayat penyakit obstruksi paru pada
keluarga, dan defisiensi protein α-1 antitrypsin.
5. Faktor Sosial Ekonomi : Bronkitis kronik lebih banyak terdapat pada
golongan social ekonomi rendah, mungkin karena perbedaan pola
merokok, dan lebih banyak terpajan faktor resiko lain. Kematian pada
pasien bronkitis kronik ternyata lebih banyak pada golongan social
ekonomi rendah. Mungkin disebabkan faktor lingkungan dan ekonomi
yang lebih jelek.
13
berdahak) riak jernih, purulent, encer, batuk mulai hilang. Suara ronchi basah atau
suara napas kasar, nyeri subsernal , sesak napas. Jika tidak hilang setelah tiga
minggu tejadi kolaps paru segmental atau infeksi paru sekunder (pertahanan
utama).
Patogenesis pada kebanyakan bronkitis yang didapat melalui dua mekanisme
dasar:
a. Infeksi bacterial pada bronkus atau paru, kemudian timbul bronkitis. Infeksi
pada bronkus atau paru akan diikuti proses destruksi dinding bronkus daerah
infeksi dan kemudian timbul bronkitis.
b. Obstruksi bronkus akan diikuti terbentuknya bronkitis, pada bagian distal
obstruksi dan terjadi infeksi juga destruksi bronkus.
Temuan patologis utama pada bronkitis kronik adalah hipertrofi kelenjar
mukosa bronkus dan peningkatan jumlah dan ukuran sel-sel goblet, dengan
infiltrasi sel-sel radang dan edema mukosa bronkus.Pembentukan mukus yang
meningkat mengakibatkan gejala khas yaitu batuk produktif.Batuk kronik yang
disertai peningkatan sekresi bronkus nampaknya mempengaruhi bronkiolus kecil
sehingga bronkiolus tersebut rusak dan dindingnya melebar.Faktor etiologi utama
adalah merokok dan polusi udara yang lazim terjadi di daerah industri.Polusi
udara yang terus-menerus juga merupakan predisposisi infeksi rekuren karena
polusi memperlambat aktivitas silia dan fagositosis, sehingga timbunan mukus
meningkat sedangkan mekanisme pertahanannya sendiri melemah (Wilson dkk,
2002).
14
Bakteremia/viremia
Virus, usia, rokok, lingkungan,
WOC
genetik, sosial ekonomi.
Metabolisme
Inflamasi
Nafsu makan
Fungsi makrofag
menurun MK :
Penurunan difusi gas Hipertermia
Dispnea
Hipoksia
MK : Kerusakan
Pertukaran Gas
15
3.5. Manifestasi Klinis Bronkitis
Gejala utama bronkitis adalah timbulnya batuk produktif (berdahak) yang
mengeluarkan dahak berwarna putih kekuningan atau hijau. Batuk terus –menerus
yang disertai dahak dalam jumlah banyak, dan batuk terbanyak terjadi pada pada
pagi hari. Sebagian besar penderita bronkitis kronik tidak mengalami obstruksi
aliran pernapasan, namun 10 – 15 % perokok merupakan golongan yang
mengalami penurunan aliran napas normal disebut penderita bronkitis kronik
simpleks (simplex chronic bronkitis), sedangkan yang disertai dengan penurunan
akiran napas yang ringan sampai sedang, tetapi pada penderita yang mengalami
obstruksi napas, gejalanya telah tampak pada saat inspeksi , yaitu digunakannya
otot pernapasan tambahan (accessory respiratory muscle) (Darmanto, 2009).
Biasanya penyakit dimulai dengan tanda – tanda infeksi saluran napas (ISNA)
atas yang disebabkan oleh virus. Batuk mula – mula kering, setelah 2 atau 3 hari
batuk mulai berdahak dan menimbulkan suara lendir. Pada anak dahak yang
mukoid (kental) susah ditemukan karena sering ditelan. Mungkin dahak berwarna
kuning dan kental tetapi tidak selalu berarti telah terjadi infeksi bakteri
sekunder.anak besar sering mengeluh rasa sakit retrosternal dan pada anak kecil
dapat terjadi sesak napas.Pada beberapa hari pertama tidak terjadi kelainan pada
pemeriksaan dada tetapi kemudian dapat timbul ronki basah kasar dan suara napas
kasar. Baatuk biasanya akan menghilang setelah 2 – 3 minggu. Bila setelah 2
minggu batuk masih tetap ada mungkin telah terjadi kolpas paru segmental atau
terjadi infeksiparu sekunder. Mengi (wheezing) mungkin saja terdapat pada pasien
bronkitis. Mengi dapat murni merupakan tanda bronkitis akut, tetapi juga
kemungkinan merupakan manifestasi asma pada anak tersebut, lebih – lebih bila
keadaan ini sudah terjadi berulang kali.Istilah bronktis asmatika sebaiknya tidak
digunakan (Ngastisyah, 2005).
Menurut Ngastiyah (2005), yang perlu diperhatikan adalah akibat batuk yang
lama, yaitu:
a. Batuk siang dan malam terutama pada dini hari yang menyebabkan
seseorang kurang istirahat.
b. Daya tahan tubuh yang menurun.
16
c. Anoreksia sehingga berat badan sukar naik.
d. Kesenangan anak untuk bermain terganggu dan Konsentrasi belajar
anak menurun.
17
menunjukkan penurunan ringan uji fungsi paru. Akan tetapi uji ini tidak
diperlukan pada penderita yang sebelumnya sehat.
Menurut Soemantri dan Anna (2003), ada beberapa cara pemeriksaan
diagnostic untuk penderit bronkitis, yakni :
A. Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan foto dada sangat membantu dalam menegakkan atau
menyokong diagnosis dan menyingkirkan penyakit – penyakit lain. Bronkitis
kronik bukan suatu diagnosis radiologis.Menurut Fraser dan Pare lebih dari
50% pasien bronkitis kronik mempunyai foto dada yang normal, sedangkan
Hadiarto mendapatkan data 26% pasien. Tetapi secara radiologis ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan :
a) Tubular shadows atau tram lines terlihat bayangan garis – garis yang
parallel, keluar dari hilus menuju apeks paru. Bayangan tersebut
adalah bayangan bronkus yang menebal. Dari 300 pasien yang
diperiksa Fraser dan Pare, ternyata 80% mempunyai kelainan tersebut.
b) Corak paru yang bertambah
Terlihat pada foto thorax diatas pada bagian bronkus terlihat berwarna
lebih putih dibandingkan foto thorax normal dikarenakan adanya
penumpukan sekret dan edema pada penderita bronkitis.
B. Pemeriksaan Faal Paru
Pemeriksaan faal paru adalah mengukur berapa banyak udara yang dapat
masuk kedalam paru – paru dan seberapa cepat udara dapat keluar dari paru –
paru.
Pada pasien bronkitis kronik terdapat VEP1 dan KV yang menurun, VR
yang bertambah dan KTP yang normal.Pada emfisema paru terdapat
18
penurunan VEP1, KV, dan KAEM (kecepatan arus ekspirasi maksimal),
kenaikan KRF dan VR, sedangkan KTP bertambah atau normal. Kelainan di
atas lebih jelas pada stadium lanjut, sedang pada stadium dini perubahan
hanya pada saluran nafas kecil yang dapat dibuktikan dengan pemeriksaan
KAEM, closing volume, flow volume curve dengan O2 dan gas helium N2
wash out curve.
C. Analisis Gas Darah
Pada umumnya pasien bronkitis tidak dapat mempertahankan ventilasi
dengan baik, sehingga PaCO2 naik.Saturasi hemoglobin menurun, dan timbul
sianosis.Terjadi juga vasokonstriksi pembuluh darah paru dan penambahan
eritropoeisis.
D. Pemeriksaan EKG
Kelainan EKG yang paling dini adalah rotasi clock wise jantung. Bila
sudah terdapat kor pulmonal terdapat deviasi aksis ke kanan dan P-pulmonal
pada hantaran II,III dan aVF. Voltase QRS rendah.Di V1 rasio R/S lebih dari
1 dan di V6 rasi R/S kurang dari 1.Seiring terdapat RBBB inkomplet.
19
baju basah juga akan menyebabkan batuk-batuk (karena dingin). Untuk
mengurangi batuk pada malam hari berikan obat batuk yang terakhir sebelum
tidur. Anak yang batuk apalagi yang bronkitis lebih baik tidak tidur di kamar yang
ber-AC atau memakai kipas angin. Jika suhu udara dingin pakaikan baju yang
hangat, bila ada yang tertutup lehernya. Obat gosok membuat anak merasa hangat
dan dapat tidur tenang. Bila batuk tidak segera berhenti berikan minum hangat
tidak manis.
Pada anak yang sudah lebih besar jika ada dahak di dalam tenggoroknya
beritahu supaya dibuang karena adanya dahak tersebut juga merangsang batuk.
Usahakan mengurangi batuk dengan menghindari makanan yang merangsang
seperti goreng-gorengan, permen, atau minum es. Jangan memandikan anak
terlalu pagi atau terlalu sore, dan mandikan dengan air hangat (Ngastiyah, 2005).
20
8) Kor pulmonal kronik pada kasus ini bila terjadi anastomisis cabang-
cabang arteri dan vena pulmonalis pada dinding bronkus akan terjadi
arterio-venous shunt, terjadi gangguan oksigenasi darah, timbul sianosis
sentral, selanjutnya terjadi hipoksemia. Pada keadaan lanjut akan terjadi
hipertensi pulmonal, kor pulmoner kronik,. Selanjutnya akan terjadi gagal
jantung kanan.
9) Kegagalan pernafasan merupakan komplikasi paling akhir pada bronkitis
yang berat da luas.
10) Amiloidosis keadaan ini merupakan perubahan degeneratif, sebagai
komplikasi klasik dan jarang terjadi. Pada pasien yang mengalami
komplikasi ini dapat ditemukan pembesaran hati dan limpa serta
proteinurea.
21
jadi pencetus karena saat diminum maka sodanya akan naik ke
hidung dan merangsang daerah saluran pernapasan.
BAB 4
PROSES KEPERAWATAN BRONKITIS
4.1. Pengkajian
4.1.1. Riwayat Keperawatan
1. Biodata pasien (nama; tempat, tanggal lahir; usia; jenis
kelamin; nama ayah/ibu; pendidikan ayah/ibu; agama; suku
bangsa; alamat; nomor register; tanggal MRS; tanggal
pengkajian; sumber informasi; diagnosa medis).
2. Keluhan utama.
Keluhan utama yang biasa klien rasakan adalah batuk dan
mengeluarkan dahak.
3. Riwayat penyakit dahulu.
Infeksi saluran pernapasan sebelumnya/batuk, pilek,
takipnea, demam.
4. Riwayat tumbuh kembang.
5. Orang tua menceritakan tentang bagaimana dia bersekolah,
tentang prestasinya.
6. Lingkungan, kopping stress.
Yang klien lakukan untuk mengatasi tuntutan – tuntutan
yang penuh tekanan atau yang membangkitkan emosi.
7. Orang tua menceritakan tentang bagaimana lingkungan
sekitar anak tersebut tinggal. Dan orang tua juga
menjelaskan bagaimana anak tersebut dapat mengatasi
permasalahan.
22
batuk. Pada anak yang menderita bronchitis biasanya disertai dengan
demam ringan, secara bertahap mengalami peningkatan distress
pernapasan, dispnea, batuk non produktif paroksimal, takipnea dengan
pernapasan cuping hidung dan retraksi, emfisema.
Gejala:
1. Takipnea (berat saat aktivitas)
2. Batuk menetap dengan sputum terutama pagi hari
3. Warna sputum dapat hijau, putih, atau kuning dan dapat banyak
sekali.
4. Riwayat infeksi saluran nafas berulang
5. Riwayat terpajan polusi (rokok dll)
Tanda:
1. Lebih memilih posisi fowler/semi fowler untuk bernafas
2. Penggunaan otot bantu nafas
3. Cuping hidung
4. Bunyi nafas krekel (kasar)
5. Perkusi redup (pekak)
6.Kesulitan bicara kalimat (umumnya hanya kata-kata yang
terputus-putus)
7. Warna kulit pucat,normal atau sianosis
2. B2 (Blood)
Gejala :
Pembengkakan pada ekstremitas bawah
Tanda :
Peningkatan TD, Takikardi, Distensi vena jugularis, Bunyi jantung
redup (karena cairan di paru-paru), Warna kulit normal atau
sianosis.
3. B3 (Brain)
Klien tampak gelisah, peka terhadap rangsang, ketakutan, nyeri
dada.
23
4. B4 (Bladder)
Tidak ditemukan masalah, tidak ditemukan adanya kelainan.
5. B5 (Bowel)
Gejala:
1. Mual/muntah
2. Nafsu makan menurun
3. Ketidakmampuan makan karena distres pernafasan
4. Penurunan berat badan.
5. Nyeri abdomen
Tanda:
1. Turgor kulit buruk
2. Edema
3. Berkeringat
4. Palpitasi abdomial dapat menunjukkan hepatomegaly
6. B6 (Bone)
Gejala:
1. Keletihan, kelelahan
2. Ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas karena sulit
bernafas
3. Ketidakmampuan untuk tidur, perlu dalam posisi duduk tinggi
4. Dispnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktivitas atau
latihan
Tanda:
1. Keletihan
2. Gelisah
3. Insomnia
B. Head to toe
1. Inspeksi
24
a. Pursed - lips breathing (mulut setengah terkatup mencucu)
b. Barrel chest (diameter antero - posterior dan transversal sebanding)
c. Penggunaan otot bantu napas
d. Hipertropi otot bantu napas
e. Pelebaran sela iga
f. Bila telah terjadi gagal jantung kanan terlihat denyut vena jugularis
leher dan edema tungkai
g. Penampilan pink puffer (Gambaran yang khas pada
emfisema,penderita kurus, kulit kemerahan dan pernapasan pursed -
lipsbreathing) atau blue bloater (Gambaran khas pada bronkitis
kronik,penderita gemuk sianosis, terdapat edema tungkai dan ronki
basah dibasal paru, sianosis sentral dan perifer)
2. Palpasi
Pada emfisema fremitus melemah, sela iga melebar
3. Perkusi
Pada emfisema hipersonor dan batas jantung mengecil, letak diafragma
rendah, hepar terdorong ke bawah
4. Auskultasi
1) Suara napas vesikuler normal, atau melemah
2) terdapat ronki dan atau mengi pada waktu bernapas biasa atau
padaekspirasi paksa
3) ekspirasi memanjang
4) bunyi jantung terdengar jauh
25
Memperkirakan progresi penyakit (Pa O2 menurun dan PaCO2
meningkat atau normal).
26
4. Diit :
Klien menghindari makanan :
a. Susu dan produk susu
b. Gorengan dan makanan berminyak
c. Karbohidrat sederhana
d. Produk tinggi sodium
e. Alkohol atau minuman beralkohol
f. Asap rokok.
Klien makan minal 3 kali sehari
Intervensi Rasional
Anak membutuhkan diet
Pertahankan diet tinggi tinggi kalori dan protein,
protein, tinggi kalori pada untuk memenuhi
anak. peningkatan kebutuhan
energi,
Berikan makanan dalam Makan sedikit dan porsi
jumlah sedikit dengan porsi sering akan mengurangi
sering dari makanan yang upaya ekspirasi.
disukai. Memberikan makanan
yang disenangi
membantu agaranak
makan dalam jumlah
lebih banyak, setiap kali
makan.
Intervensi Rasional
Auskultasi paru terhadap Lebih awal mengenal tanda
tanda peningkatan ini sangat perlu, sebab
27
pembengkakan jalan napas, pembengkakan biasanya
dan kemungkinan obstruksi, berkembang dengan cepat
termasuk dispnea, takipnea, dan apat membawa
dan mengi, dan kaji kefatalan.
pengeluaramn air liur.
28
sesuai dengan petunjuk. diperlukan, dengan tujuan
mempertahankan hidrasi
yang adekuat ada anak.
Anjurkan asupan cairan per Peningkatan asupan cairan
oral setiap 1-2 jam, jika membantu untuk mencegah
tidak ada kontraindikasi. dehidrasi dan mengencerkan
lendir.
29
BAB 5
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA ANAK DENGAN BRONKITIS
An.R usia 4 tahun diantar orang tuanya datang ke IGD RS dengan keluhan
batuk sejak 5 hari yang lalu dan terus menerus, batuk berdahak dengan warna
lendir putih kekuningan disertai dengan sesak nafas. Ibu An.R mengatakan
anaknya juga demam sejak 4 hari yang lalu. Awalnya tidak begitu panas, tapi
setelah beberapa hari panasnya semakin tinggi. Ayah An.R merupakan seorang
perokok aktif bila dirumah. Setelah dilakukan pemeriksaan didapatkan data suhu
38,30 C nadi 112x/ menit RR : 45 kali dari aukultasi suara nafas ditemukan ronkhi
di kedua lapang paru. An.R didagnosa dengan bronkitis.
5.1. Pengkajian
5.1.1. Riwayat Keperawatan
1. Biodata pasien
Nama : An.R
Usia : 4 tahun
Jenis kelamin : perempuan
Alamat : Surabaya
Agama : Islam
Masuk rumah sakit : 3 Juni 2015
Tanggal pengkajian : 3 Juni 2015
2. Keluhan utama.
Batuk terus – menerus disertai dahak.
3. Riwayat penyakit sekarang.
An.R mengalami batuk sejak 5 hari yang lalu dan terus menerus,
batuk berdahak dengan warna lendir putih kekuningan disertai
dengan sesak nafas dan panas tinggi sejak 4 hari yang lalu
4. Riwayat penyakit dahulu.
Tidak ditemukan
30
5. Riwayat penyakit keluarga.
tidak ditemukan.
6. Pemeriksaan Fisik
TD: 110/86 S: 38,3 ºC N:112x/menit RR:45x/menit
Diagnosis Keperawatan
√ Hipertermi
A. B1 – B6
1. B1 (Breathing)
a. Pola Napas :
Irama Teratur Tidak Teratur
√
Jenis √ Dispnea Kusmaul Ceyne Stokes
Lain – lain ...
b. Bunyi Napas :
Vesikuler kanan kiri
Wheezing kanan kiri
√ Ronchi √ kanan √
kiri
Melemah kanan kiri
Menghilang kanan kiri
c. Sesak Napas :
Ya Tidak
√
d. Otot Bantu Napas :
Ya, sebutkan ... √ Tidak
e. Batuk :
Ya Tidak
√
f. Produksi Sputum :
31
√ Tidak
Lain – lain : ...
Diagnosis Keperawatan :
32
d. Lain – lain :...
e. Penglihatan (mata)
1. Sclera
Anemis Ikterus lain – lain : ...
2. Penglihatan
33
Nyeri mempengaruhi :
Dapat diabaikan tugas
Konsentrasi tidur
Aktivitas fisik nafsu makan
Lain – lain : ...
Diagnosis Keperawatan :
Gangguan sensori / persepsi : penglihatan
Gangguan sensori / persepsi : pendengaran
Gangguan sensori / persepsi : penciuman
Insomnia
Deprivasi tidur
Nyeri akut
Nyeri kronik
Resiko jatuh
Resiko disfungsi nerovaskuler perifer
Lain – lain :...
3. B4 (Bladder)
a. Kebersihan :
√ Bersih Kotor
b. Urin : Jumlah : - cc/ hr warna : ...
c. Kateter : Jenis: - Mulai : ...
d. Kendung kencing
Membesar : ya √ tidak
Nyeri tekan : ya √ tidak
e. Gangguan :
34
Diagnosis Keperawatan :
Gangguan eliminasi urine retensi urin
Inkontinensia urine total inkontensia urne fungsional
Inkontensia urine overflow resiko infeksi
Lain – lain : ...
4. B5 (Bowel)
a. Nafsu makan :
Baik menurun frekuensi : ... x/hari
√
Mual muntah
b. Porsi makan :
Habis √ tidak Ket : ...
c. Diet saat ini : Diet bebas
d. Makanan kesukaan : -
e. Perubahan BB:
35
Pembesaran lien :
Ya √ tidak
BAB : 1 x/ hari teratur :√ Ya Tidak
Terakhir tanggal : Pagi ini
Hemoroid menela
Konsistensi : ... Bau : ... Warna : ...
Lain – lain :....
Diagnosis Keperawatan :
Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
Ketidakseimbangan nutrisi : labuh dari kebutuhan tubuh
Gangguan menelan
Inkontenensia alvi
Diare
Konstipasi
Resiko konstipasi
Lain – lain : ...
5. B6 (Bone)
Kekuatan otot : 5 5
5 5
Fraktur :
Ya √ tidak
Dikubitus :
36
Hangat dingin √ merah
√
√ Kering lembab/ basah pucat
Turgor :
Baik √ sedang jelek
Odema :
37
sel goblet,
fungsi silia
menurun
↓
Hipersekresi
lendir
↓
Batuk
produktif
↓
Bersihan jalan
napas tidak
efektif
2 Perokok Pasif Hipertermia
↓
Iritasi jalan
napas
↓
Inflamasi
↓
Bronkitis
↓
Proses
DS : orangtua pasien
makrofag
mengatakan anaknya
↓
panas sejak 4 hari yang
Eksresi
lalu.
mediator
DO :
inflamasi
Suhu : 38,3o C
(prostaglandin,
bradikinin,
histamin )
↓
Merangsang
hipotalamus
↓
Peningkatan
suhu
5.2.Diagnosa Keperawatan :
a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan
sputum berlebih.
b. Hipertermia berhubungan dengan Proses inflamasi.
38
5.3.Intervensi Keperawatan
Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan
Diagnosa
sputum berlebih.
keperawatan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24
Tujuan kesulitan bernafas pada anak akan berkurang
Intervensi Rasional
1. Auskultasi paru terhadap tanda Lebih awal mengenal tanda ini
peningkatan pembengkakan sangat perlu, sebab pembengkakan
jalan napas, dan kemungkinan biasanya berkembang dengan cepat
obstruksi, termasuk dispnea, dan apat membawa kefatalan.
takipnea, dan mengi, dan kaji
pengeluaramn air liur.
2. Hindari stimulasi langsung Berbagai manipulasi yang ditujukan
pada saluran napas karena pada jaringan napas, dapat
pemakaian tongue depressor, menyebabkan spasme laring dan
apusan kultur, kateter pembengkakan, memungkinkan
pengisapan, atau laringoskop. peningkatan terjadinya obstruksi
komplet.
3. Beri kebebasan pada anak Posisi horizontal dapat
untuk mengambil posisi yang menyebabkan jaringan memburuk
menyenangkan, namun bukan secara cepat, kemungkinan akan
posisi horizontal. meningkatkan obstruksi komplet.
4. Pantau tanda – tanda vital Untuk mengetahui keefektifan
klien. tindakan dilihat dari TTV klien yang
meliputi TD, RR, HR dan suhu.
Intervensi Rasional
39
1. Pertahankan lingkungan yang Lingkungan dingin akan
dingin. menghilangkan suhu tubuh melalui
panas pancaran.
5.4.Evaluasi
Memastikan kriteria hasil yang diinginkan dapat tercapai seperti :
a. Klien tidak mengalami kesulitan bernapas
b. Klien akan mempertahankan suhu dibawah 37,8o C
40
BAB 6
PENUTUP
6.1. Kesimpulan
Organ pernapasan dalam tubuh dibedakan menjadi organ pernapasan atas dan
organ pernapasan bawah. Organ pernapasan atas terdiri atas hidung, faling, laring.
Sedangkan untuk organ pernapasan bawah terdiri dari trakea, bronkial, paru –
paru, toraks.
Bronkitis adalah suatu penyakit yang ditandai oleh adanya inflamasi bronkus.
Secara klinis para ahli mengartikan bronkitis sebagai suatu penyakit atau
gangguan respiratorik dengan batuk merupakan gejala yang utama dan dominan.
Bronkitis berhubungan dengan infeksi virus, bakteri sekunder, polusi udara,
alergi, aspirasi kronis, refluks gastroesophageal, dan infeksi jamur. Virus
merupakan penyebab tersering bronkitis (90%), sedangkan sisanya (10%) oleh
bakteri.Virus penyebab yang sering yaitu yaitu virus Influenza A dan B,
Parainfluenza, Respiratory Syncitial Virus (RSV), Rinovirus, adenovirus dan
corona virus.
Menurut Wong (2003), masuknya mikroorganisme atau gen fisik seperti debu
atau inhalasi zat kimia pada trakhea atau bronkus dapat menyebabkan reaksi
radang berupa oedema mukosa dan sekresi mukus yang berlebihan. Bersamaan
dengan itu akan di jumpai peningkatan rangsang batuk sebagai akibat dari
akumulasi sekret di jalan nafas. Bila oedema mukosa berat dan sekresi mukus
berlebihan akan menyebabkan obstrukisi jalan nafas yang akan menimbulkan
kesulitan bernafas. Untuk memenuhi kebutuhan oksigen maka saluran nafas
oilcan lebih meregang reseptor mukosa yang ada di permukaan bronkus untuk
selanjutnya ke pons dan medulla oblongata.Selanjutnya terjadi peningkatan
frekuensi nafas, yaitu nafas jadi cepat tapi dangkal.Selain itu juga pernafasan
memakai otot pernafasan tambahan untuk memberi dorongan yang lebih kuat
untuk mendapatkan oksigen.
Biasanya penyakit dimulai dengan tanda – tanda infeksi saluran napas (ISNA)
atas yang disebabkan oleh virus. Batuk mula – mula kering, setelah 2 atau 3 hari
batuk mulai berdahak dan menimbulkan suara lendir. Pada anak dahak yang
mukoid (kental) susah ditemukan karena sering ditelan. Mungkin dahak berwarna
41
kuning dan kental tetapi tidak selalu berarti telah terjadi infeksi bakteri
sekunder.anak besar sering mengeluh rasa sakit retrosternal dan pada anak kecil
dapat terjadi sesak napas. Pada beberapa hari pertama tidak terjadi kelainan pada
pemeriksaan dada tetapi kemudian dapat timbul ronki basah kasar dan suara napas
kasar. Batuk biasanya akan menghilang setelah 2 – 3 minggu. Bila setelah 2
minggu batuk masih tetap ada mungkin telah terjadi kolpas paru segmental atau
terjadi infeksiparu sekunder. Mengi (wheezing) mungkin saja terdapat pada pasien
bronkitis.Mengi dapat murni merupakan tanda bronkitis akut, tetapi juga
kemungkinan merupakan manifestasi asma pada anak tersebut, lebih – lebih bila
keadaan ini sudah terjadi berulang kali.Istilah bronktis asmatika sebaiknya tidak
digunakan (Ngastisyah, 2005).
Ada beberapa komplikasi bronkitis yang dapat dijumpai pada pasien, antara
lain : bronkitis kronik, pneumonia dengan atau tanpa atelektaksis, pleuritis, efusi
pleura atau empisema, abses metastasis diotak, haemaptoe sinusitis, kor pulmonal
kronik, kegagalan pernafasan, amyloidosis.
Bila tidak ada komplikasi prognosis bronkitis akut pada anak umumnya baik.
Pada bronkitis akut yang berulang dan bila anak merokok (aktif atau pasif) maka
dapat terjadi kecenderungan untuk menjadi bronkitis kronik kelak pada usia
dewasa (Ngastiyah, 2005).
Menurut Ngastiyah (2005), untuk mengurangi gangguan tersebut perlu
diusahakan agar batuk tidak bertambah parah : membatasi aktivitas anak, tidak
tidur di kamar yang ber AC atau gunakan baju dingin, bila ada yang tertutup
lehernya, hindari makanan yang merangsang, jangan memandikan anak terlalu
pagi atau terlalu sore, dan mandikan anak dengan air hangat, jaga kebersihan
makanan dan biasakan cuci tangan sebelum makan, menciptakan lingkungan
udara yang bebas polusi, jangan mengkonsumsi makanan seperti telur ayam.
6.2. Saran
Sebagai seorang perawat diharapkan mampu memahami dan mengetahui
masalah yang berhubungan dengan gangguan sistem pernapasan pada pasien
terutama bronkitis, agar perawat mampu melakukan asuhan keperawatan pada
klien dengan bronkitis. Sebagai salah satu tenaga kesehatan yang sering
42
berinteraksi dengan pasien, perawat harus mampu memenuhi kebutuhan pasien,
salah satunya adalah kebutuhan yang berhubungan dengan sistem pernapasan
terutama bronkitis. Penyusunan makalah ini belum sempurna, untuk itu
diperlukan peninjauan ulang terhadap isi dari makalah ini.
43
WOC ( Web Of Caution ) kasus Perokok pasif
Iritasi jalan
napas
Inflamasi
BRONKITIS
MK : Bersihan jalan
Peningkatan suhu
napas tidak efektif
MK : Hipertermi
44
DAFTAR PUSTAKA
Behrman, Kliegman & Arvin. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Vol. 2 Ed.
15.Jakarta: EGC.
45