Bab Ii
Bab Ii
TINJAUAN PUSTAKA
oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Brunner dan
menahun yang ditandai dengan kadar glukosa darah (gula darah) melebihi nilai
normal yaitu kadar gula darah sewaktu sama atau lebih dari 200 mg/dl, dan kadar
gula darah puasa di atas atau sama dengan 126 mg/dl (Misnadiarly, 2006:9).
protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi insulin atau penurunan sensitivitas
Diabetes mellitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang
yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat
penurunan sekresi insulin yang progresif dilatar belakangi oleh resistensi insulin
(Suyono, 2011:12).
6
7
[IDDM]). Tubuh perlu pasokan insulin dari luar, karena sel-sel beta dari pulau
insulin. Kerusakan sel beta tersebut dapat terjadi sejak kecil ataupun setelah
Mellitus [NIDDM]). Terjadi jika insulin hasil produksi pankreas tidak cukup atau
sel lemak dan otot tubuh menjadi kebal terhadap insulin, sehingga terjadilah
gangguan pengiriman gula ke sel tubuh. Banyak penderita yang tidak mengalami
gejala apa pun atau hanya berupa gejala ringan, yang kemudian berkembang secara
tidak dapat diobati hingga sembuh, hanya dapat dikelola atau dikontrol (Sustrani,
2006:18-19).
1) Diabetes tipe I
faktor genetik, imunologi dan mungkin pula lingkungan (misalnya, infeksi virus)
diperkirakan turut menimbulkan destruksi sel beta (Smeltzer & Bare, 2002:1224).
8
2) Diabetes tipe II
mengidap diabetes, karena kelainan gen yang mengakibatkan tubuhnya tidak dapat
menurun dengan cepat setelah usia 40 tahun. Diabetes sering muncul setelah
seseorang memasuki usia rawan tersebut, terutama setelah usia 45 tahun pada
mereka yang berat badannya berlebih, sehingga tubuhnya tidak peka lagi terhadap
insulin.
c. Stres berat. Stres kronis cenderung membuat seseorang mencari makanan yang
lemak dan gula itulah yang berbahaya bagi mereka yang beresiko terkena diabetes.
d. Pola makan yang salah. Kurang gizi atau kelebihan berat badan sama-sama
tubuh tidak sanggup memproses karbohidrat yang terlalu banyak menjadi energi
dengan cepat sehingga tingkat gula darah bisa meningkat hanya dalam hitungan
jam.
9
f. Kurang olah raga. Berolahraga setiap hari bisa membantu mengatur tingkat gula
dalam darah. Sebaliknya kurang berolahraga bisa membuat gula darah meningkat.
g. Infeksi, penyakit dan operasi. Biasanya kadar gula darah naik lebih cepat
h. Obat – obatan. Mengkonsumsi beberapa jenis obat juga bisa meningkatkan kadar
(Fitria, 2009:35).
i. Kontrol insulin. Naiknya gula darah juga bisa disebabkan oleh kurangnya
Tubuh memerlukan bahan untuk membentuk sel baru dan mengganti sel yang
rusak. Tubuh juga memerlukan energi supaya sel dapat berfungsi dengan baik.
Energi itu berasal dari bahan makanan yang kita makan sehari-hari, yang terdiri dari
karbohidrat, protein, dan lemak. Supaya dapat berfungsi sebagai bahan bakar, zat
makanan itu harus masuk dulu kedalam sel supaya dapat diolah.
Di dalam sel, zat makanan terutama glukosa dibakar melalui proses kimia yang
hasil akhirnya adalah timbulnya energi yang disebut metabolisme. Dalam proses
bahan bakar. Insulin dikeluarkan oleh sel beta pankreas. Pada diabetes, jumlah
insulin yang kurang atau pada keadaan kualitas insulinnya tidak baik (resistensi
insulin), meskipun insulin ada dan reseptor juga ada, tapi karena ada kelainan di
dalam sel itu sendiri pintu masuk sel tetap tidak dapat terbuka hingga glukosa tidak
10
dapat masuk sel untuk dimetabolisme. Akibatnya glukosa tetap berada di luar sel,
1) Gejala akut
a. Pada permulaan gejala yang ditunjukkan meliputi tiga serba banyak, yaitu:
Pertama, banyak minum (polidipsia). Rasa haus amat sering dialami oleh
penderita karena banyaknya cairan yang keluar melalui kencing. Keadaan ini justru
sering disalahtafsirkan. Dikiranya sebab rasa haus ialah udara yang panas atau
beban kerja yang berat. Untuk menghilangkan rasa haus itu penderita minum
banyak. Kondisi polidipsia sangat berkaitan erat dengan poliuria, karena banyaknya
Kedua, banyak makan (polifagia). Kalori dari makanan yang dimakan, setelah
Ketiga, banyak kencing (poliuria). Karena sifatnya, kadar glukosa darah yang
tinggi akan menyebabkan banyak kencing. Kencing yang sering dan dalam jumlah
yang banyak akan sangat menganggu penderita, terutama pada waktu malam hari
(Subekti, 2011:276).
11
2) Gejala kronik
Gejala kronik ini paling sering membawa penderita berobat pertama kali.
Gejala kronik yang paling sering timbul adalah gangguan saraf tepi atau kesemutan,
kulit terasa panas, atau tertusuk-tusuk jarum, terasa tebal dikulit, sehingga jika
berjalan seperti di atas bantal atau kasur, kram, lelah, mudah mengantuk, mata
kabur, kemampuan seksual menurun bahkan impoten dan pada ibu hamil sering
mengalami keguguran atau kematian janin dalam kandungan atau berat badan bayi
1) Hipoglikemia
Hipoglikemia (kadar glukosa darah yang abnormal rendah) terjadi kalau kadar
glukosa darah turun di bawah 50 hingga 60 mg/dl (2,7 hingga 3,3 mmol/L)
Boedisantoso (2011:165-164).
2) Diabetes Ketoasidosis
cukupnya jumlah insulin yang nyata. Keadaan ini mengakibatkan gangguan pada
metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak. Ada tiga gambaran klinis yang
penting yaitu dehidrasi, kehilangan elektrolit, dan asidosis. Gangguan pada sekresi
hormon insulin, kerja insulin atau oleh keduanya pada pasien diabetes mellitus tipe
II dan kerusakan sel beta pulau langerhans pada tipe I, pasien diabetes mellitus akan
aseton), benda keton keluar melalui urine (ketonuria), peningkatan aseton dalam
yaitu:
1) Komplikasi makrovaskuler
2) Komplikasi mikrovaskuler
kapiler. Ada dua tempat yaitu retina mata dan ginjal, komplikasi mikrovaskular
antara lain:
a. Retinopati Diabetik
pembuluh darah pada jaringan sensitif mata bagian belakang (retina), yang
memengaruhi retina dan dapat berakibat hingga menyebabkan kebutaan. Jika kadar
gula darah terlalu tinggi, maka lensa alami mata akan membengkak sehingga
b. Nefropati Diabetik
penyaring darah. Kadar gula darah tinggi secara perlahan akan merusak selaput
hormon ginjal. Gejala nefropati diabetes baru terasa saat kerusakan ginjal telah
parah berupa bengkak pada kaki dan wajah, mual, muntah, lesu, sakit kepala, gatal,
c. Neuropati Diabetik
Kondisi dimana kadar gula darah tinggi dan berlangsung dalam waktu yang
lama dapat merusak pembuluh darah dan sistem saraf. Komplikasi keruskan saraf,
membuat fungsi sistem saraf dalam mengirrim pesan-pesan ke otak atau ke bagian
kerusakan saraf, mungkin mereka akan merasakan kehilangan rasa pada bagian
merupakan saraf yang bertugas membawa pesan dari otak ke otot, dan merangsang
otot untuk bergerak, mengakibatkan hilangnya aktivitas otot pada kaki atau tangan.
Jari-jari tangan maupun kaki dapat melengkung dan menonjol keluar, serta jari-jari
melemah.
menghantarkan rangsangan dari tubuh ke otak. Saraf ini yang dapat membuat orang
dapat merasakan sakit, panas, maupun rasa lain. Kerusakan pada saraf ini akibat
14
diabetes melitus awalnya membuat kaki menjadi sakit dan sensitif. Namun lama-
kelamaan kaki menjadi kebal dan mati rasa (tidak dapat merasakan apa-apa).
Ketiga, kerusakan saraf otonom (retinopati otonom), ada enam akibat utama
kemih yang penuh dan gejala neurogenic bladder yang memiliki predisposisi untuk
Neuropati sering sekali memengaruhi bagian tungkai dan kaki dan mungkin
penderita tidak bisa merasakan adanya lepuh atau luka pada kakinya. Kemudian
luka dapat menjadi infeksi dan beberapa kasus yang serius mungkin harus
dilakukan amputasi. Hal ini dapat dicegah dan dihindari dengan cara dilakukan
15
pemeriksaan setiap hari pada kaki, periksa adanya bengkak, kemerahan, dan rasa
pemeriksaan glukosa dengan cara enzimatik dengan bahan darah plasma vena.
Untuk diagnosis ada indek tambahan yaitu indeks penentuan derajat kerusakan sel
diagnosis DM. Glukosa darah diperiksa 2 jam setelah beban glukosa. (Mansjoer,
2011:581).
Luka diabetik adalah luka yang terjadi pada pasien dengan diabetik yang
melibatkan gangguan pada saraf periferal dan autonomik. Luka mula mula
tergolong biasa dan seperti pada umumnya, tetapi luka pada penderita DM ini jika
salah penanganan dapat menjadi luka gangren dan berakibat fatal serta berujung
sensasi nyeri dapat sebagian atau keseluruhan pada kaki yang terlihat. (Suriadi,
2007)
16
infsufisiensi arteri pada tungkai bawah, neuropati tungkai bawah yang memicu
terjadinya perubahan bentuk kaki, dan pembentukan kalus karena hipohidrosis atau
anhidrosis. Abnormalitas stres biomekanik pada kaki lebih lanjut akan menjadi
faktor yang berperan pada timbulnya ulkus kaki diabetes dan trauma lokal. Dari
20% pasien dengan ulkus kaki diabetes yang diakibatkan oleh aliran darah arteri
terjadinya luka. Masalah luka yang terjadi pada pasien dengan diabetik kaitannya
dengan adanya pengaruh pada saraf yang terdapat pada kaki dan biasanya dikenal
dengan neuropati perifer. Pada pasien dengan diabetik sering kali mengalami
pada saraf. Diaberik neuropati berdampak pada saraf autonomi, yang mengontrol
fungsi otot-otot halus, kelenjar dan organ viseral. Dengan adanya gangguan pada
pembuluh darah.
antibiotik tidak mencukupi atau tidak dapat mencari jaringan perifer, dan atau untuk
kebutuhan metabolisme pada lokasi tersebut. Efek pada autonomi neuropati ini
menjadi rusak dan luka yang sukar sembuh, dan dapat menimbulkan infeksi dan
neuropati perifer yang mempengaruhi pada saraf sensori dan sistem motor yang
(Suriadi, 2007).
Menurut Wagner dalam Handaya 2017, ulkus kaki pada penderita diabetes
2) Tingkat 1, yaitu dijumpai ulkus superfisial (sebagian atau seluruh lapisan kulit)
3) Tingkat 2, yaitu ulkus dijumpai pada ligamen, tendon, pembungkus sendi, atau
Fase penyembuhan dibagi menjadi empat fase yang saling berkaitan, yaitu fase
1) Hemostasis
Fase hemostasis terjadi segera setelah injury. Tujuan dari fase ini adalah untuk
proses hemostasis ini. Keping darah akan membentuk agregat dan mengalami
degranulasi, sehingga terjadi formasi bekuan darah. Keping darah juga akan
adalah menarik leukosit dan firoblas kearah injury. Selama koagulasi, terbentuk
memudahkan sel-sel untuk migrasi kearah luka. Setelah hemostasis, fase inflamasi
dimulai.
2) Inflamasi
Fase inflamasi disebut juga sebagai fase pertahanan atau fase reaksi. Fase ini
dimulai segera pada saat terjadi injuri dan biasanya berlangsung 4 sampai 6 hari.
Tujuan utama fase inflamasi adalah untuk menghilangkan debris patogen dan
menyiapkan daerah yang luka untuk membentuk jaringan baru. Pada fase
dan faktor pertumbuhan. Sitokin dan faktor pertumbuhan akan menginisiasi respon
inflamasi dengan cara menarik sel inflamasi ke daerah injuri, yaitu neutrofil dan
makrofag. Segera setelah injuri neutrofil akan datang ke daerah luka melawan
bakteri dan membersihkan benda asing dari luka. Jumlah neutrofil mencapai
puncaknya pada waktu 24-48 jam setelah injuri dan turun pada hari ketiga setelah
injuri. Pada hari kedua setelah injuri, monosit akan masuk ke dalam luka, diikuti
3) Proliferasi
Fase proliferasi biasanya dimulai pada hari ketiga setelah injuri dan
berlangsung sampai beberapa minggu (sekitar tiga minggu). Fase proliferasi juga
disebut fase fibroblastik, regeneratif, atau fase jaringan ikat. Tujuan dari fase ini
adalah untuk mengisi luka dengan jaringan yang baru (jaringan granulasi) dan
pembuluh darah baru), sintesis kolagen, kontraksi luka (tepi-tepi luka saling
baru oleh sel-sel endotelial. Pada fase proliferasi, fibroblas berperan untuk
memproduksi kolagen. Ketika luka sudah terisi jaringan granulasi tepi-tepi luka
akan saling menarik (kontraksi), sehingga ukuran luka menjadi kecil. Fase terakhir
20
dalam proses proliferasi adalah epitelisasi. Selama fase ini, keratinosit akan
bermigrasi dari tepi luka, kemudian sel ini akan membelah dan akhirnya mampu
menutup luka.
4) Fase Maturasi
Fase ini disebut sebagai fase maturasi atau remodelling. Fase ini berlangsung
sekitar 3 minggu setelah injuri sampai beberapa bulan atau tahun. Fase ini
melibatkan keseimbangan antara sintesis kolagen dan degradasinya. Pada fase ini
serat kolagen mengalami maturasi. Tiga minggu setelah injuri, kekuatan kulit
(tensile strength) adalah sekitar 20% dibanding sebelum terjadi luka. Pada akhir
fase maturasi, kulit bekas luka hanya mempunyai 80% dari kekuatan kulit sebelum
terjadi luka. Karena kekuatan kulit ini lebih sedikit dari kekuatan kulit sebelum
luka, oleh karena itu jaringan kulit yang menyembuh ini berisiko mengalami
kerusakan.
1) Pengkajian
Untuk menentukan secara pasti bahwa klien mengalami luka diabetik, perlu
dilakukan pengkajian yang meliputi; status diabetik, status nutrisi, status vascular
pada ekstrimitas, status neurologi; rasa sensasi, dapat menggunakan test dengan alat
monofilament, status luka; ukuran, lokasi, tahap luka, dasar luka, jumlah dan tipe
2) Pemeriksaan Fisik
vaskuler, dan integumen. Hal yang perlu diperiksa pada aspek muskuloskeletal
21
adalah postur, cara berjalan, kekuatan, fleksibilitas, dan ketahanan. Pada aspek
denyut nadi tibial dan nadi dorsalis pedis, dan ABI. Pemeriksaan integumen
mencakup; tekstur, suhu, warna, rambut, kelenjar keringat, sebasea dan kuku.
Pemeriksaan pada kaki; permukaan plantar dan jari-jari kaki, antara jari-jari,
bagian lateral kaki. Perhatikan sekeliling luka; kalus, blister dan perdarahan,
keras), fisura pada kulit (akan menjadi pintu gerbang masuknya kuman), kulit
palpasi dorsalis pedis, posterior tebial; popliteal, dan nadi femoral. Intervensi
dengan tujuan meningkatkan integritas kulit dan mencegah infeksi. Kaji area lokasi
luka, lakukan penilaian pada daerah luka; kedalamannya, adanya benda asing,
osteomilitis, gas pada subkutaneus. Ini dapat dilihat dengan pemeriksaan X-ray.
terlebih dahulu dengan larutan betadin atau antiseptik lainnya yang sesuai,
kemudian bersihkan dengan normal salin, pemberian obat dan ditutup dengan kasa
steril. Balutan dapat diberikan pada area luka yang terutama sifatnya menyerap.
dressing juga akan tergantung pada karakteristik luka. Bila luka dalam keadaan
kering maka harus menggunakan dressing yang sifatnya basah, dan sebaliknya.
22
vaskularisasi jaringan granulasi dengan baik tanpa adanya tanda-tanda infeksi lokal
seperti; drainase, selulitis dan bau (Brem H dkk, 2004). Pengangkatan skar adalah
suatu hal yang esensial. Debridement yang tepat akan mempersiapkan perangkat
Kemudian jaringan harus dipertahankan cepat basah atau lembab atau dapat
memperdalam luka. Pada kondisi luka yang kurang basah pada keadaan tertentu
jaringan yang bergranulasi akan masuk ke dalam karena akan mencari lingkungan
yang basah. Lingkungan luka yang basah setelah bergranulasi akan mefasilitasi
dressing, akan tergantung pula pada tipe jaringan luka. Oleh karena itu perlu sekali
memahami jenis dressing yang digunakan dan fungsinya. Dressing yang digunakan
23
untuk menutup luka akan disesuaikan dengan lokasi luka, kedalaman, jumlah esker
atau adanya slof, jumlah eksudat, kondisi marjin luka, adanya infeksi, perlunya
1) Identitas penderita
status perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal masuk rumah sakit dan
diagnosa medis.
2) Keluhan Utama
Adanya rasa kesemutan pada kaki / tungkai bawah, rasa raba yang menurun,
adanya luka yang tidak sembuh – sembuh dan berbau, adanya nyeri pada luka.
3) Riwayat kesehatan
Berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya luka serta upaya
Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota keluarga yang
d. Riwayat psikososial
penyakit penderita.
4) Pemeriksaan fisik
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat badan
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher, telinga
tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak dan
c. Sistem integumen
Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas luka,
kelembaban dan suhu kulit di daerah sekitar ulkus dan gangren, kemerahan pada
d. Sistem pernafasan
Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada. Pada penderita DM mudah
terjadi infeksi.
e. Sistem kardiovaskuler
f. Sistem gastrointestinal
g. Sistem urinary
Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat berkemih.
h. Sistem musculoskeletal
Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn tinggi badan, cepat lelah,
i. Sistem neurologis
1) Ukuran Luka
a. Pengukuran Linier
Ada 2 cara yang paling sering digunakan untuk pengukuran linier (sussman, &
Pertama, pengukuran sisi terpanjang dan sisi terlebar dimana pengukuran luas
luka ini dapat dilakukan dengan cara mengukur diameter terpanjang dan terlebar
dari luka, kemudian hasilnya dikalikan. Metode ini sederhana, mudah dan sering
digunakan pada pasien namun apabila bentuk luka tidak teratur, dapat
Kedua, pengukuran dengan metode jam, pilihlah posisi jam 12 pada luka (arah
kepala pasien), kemudian ukurlah dari arah jam 12 ke jam 6, dan dari arah jam 9 ke
(kearah kepala), tandai jam 12 dengan anak panah, kemudian tentukan posisi jam
6, 3, dan 9, ukurlah dari tepi luka di jam 12, ke tepi luka di jam 6, ukurlah dari tepi
Pengukuran luka ini menggunakan plastik yang bergambar kotak-kotak dengan luas
0.5 cm. Jumlah kotak didalam jiplakan kemudian dihitung untuk memperkirakan
daerah tepi lukanya dijiplak dengan menggunakan pena. Hasil jiplakan dapat di
scan ke dalam komputer dan kemudian diukur luas lukanya. Saat ini sudah terbiasa
Setiap luka harus difoto pada saat penggantian balutan, agar perkembangan luka
dapat termonitor dan dapat dilihat kembali apabila diperlukan. Foto digital dapat
Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien yang nyata
maupun potensial bedasarkan data yang telah di kumpulkan. Menurut Wijaya &
Putri (2013) diagnosa aktual pasien diabetes mellitus dengan ulkus kaki diabetik
integritas kulit.
kapsaisin, metilen klorida, agens mustard), faktor mekanik (mis., daya gesek,
b. Kaji luka terhadap karakteristik berikut: lokasi, luas, dan kedalaman, adanya
dan karakter eksudat, termasuk kekentalan, warna, dan bau, ada atau tidaknya
jaringan nekrotik (deskripsikan warna, bau, dan banyaknya), ada atau tidaknya
pruritus, indurasi, hangat, bau busuk, eskar, dan eksudat), ada atau tidaknya
termasuk tanda dan gejala infeksi, cara mempertahankan luka insisi teto kering
protein, mineral, kalori, dan vitamin dan konsultasikan pada dokter tentang
tujuan yang spesifik (Iyer et al., 1996 dalam Nursalam 2008:127). Tahap
nursing order untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh
perawat terus melakukan pengumpulan data dan memilih asuhan keperawatan yang
2008:127).
diabetes:
a. Cuci tangan
b. Memakai handscoon
g. Luka ditutup dengan kain kassa steril secukupnya dengan menggunakan pinset
j. Melepas handscoon
k. Cuci tangan
31
a. Cuci tangan
b. Memakai handscoon
g. Luka ditutup dengan kain kassa steril secukupnya dengan menggunakan pinset
j. Melepas handscoon
k. Cuci tangan
2017).
a. Mencuci tangan
memakai pinset dan kapas desinfektan dari arah dalam keluar dan lakukan
steril dan usahakan serat kassa jangan sampai menempel pada luka
32
i. Mencuci tangan
tujuan. Hal ini dapat dilakukan dengan melihat respon klien terhadap asuhan
1) Mengakhiri asuhan keperawatan (jika klien telah mencapai tujuan yang telah
ditetapkan).
mencapai tujuan).