· Pelarut polar
Memiliki tingkat kepolaran yang tinggi, cocok untuk mengekstrak senyawa-senyawa yang
polar dari tanaman. Pelarut polar cenderung universal digunakan karena biasanya walaupun
polar, tetap dapat menyari senyawa-senyawa dengan tingkat kepolaran lebih rendah. Salah satu
contoh pelarut polar adalah: air, metanol, etanol, asam asetat.
· Pelarut semipolar
Pelarut semipolar memiliki tingkat kepolaran yang lebih rendah dibandingkan dengan
pelarut polar. Pelarut ini baik untuk mendapatkan senyawa-senyawa semipolar dari tumbuhan.
Contoh pelarut ini adalah: aseton, etil asetat, kloroform
· Pelarut nonpolar
Pelarut nonpolar, hampir sama sekali tidak polar. Pelarut ini baik untuk mengekstrak
senyawa-senyawa yang sama sekali tidak larut dalam pelarut polar. Senyawa ini baik untuk
mengekstrak berbagai jenis minyak. Contoh: heksana, eter
Polaritas suatu bahan ditentukan dari strukturnya, seperti diilustrasikan pada gambar berikut
Berdasarkan polaritas ini maka pelarut-pelarut yang ada di alam juga dapat digolongkan. Hal ini
dapat membantu pemilihan jenis pelarut yang akan digunakan saat akan melarutkan bahan. Pada
bagian berikut disajikan tabel polaritas berbagai jenis pelarut yang sering digunakan di
laboratorium.
Terdapat tiga ukuran yang dapat menunjukkan kepolaran dari suatu pelarut yaitu :
a. momen dipol (hasil kali muatan dengan jarak antara kedua muatan yang berikatan)
b. konstanta dielektrik
c. kelarutannya dengan air
Molekul dari pelarut dengan momen dipol yang besar dan konsanta dielektrik yang tinggi
termasuk polar. Sedangkan molekul dari pelarut yang memilki momen dipol yang kecil dan
konstanta dielektrik rendah diklasifikasikan sebagai nonpolar. Sedangkan secara operasional,
pelarut yang larut dengan air termasuk polar, sedangkan pelarut yang tidak larut dalam air
termasuk nonpolar..
Daftar Nilai Momen Dipol dan Panjang Dipol Beberapa Senyawa Umum
Momen Dipol Panjang Dipol
Nama Senyawa Kondisi 30
(10 ·p/(C·m)) (lp/pm)
Acetic acid b 3.3 to 5.0 21 to 31
Acetone l 10.0 62
Benzene l 0 0
Ethanol b 5.7 35
Ethyl acetate b 6.2 39
Ethylene glycol b 6.7 42
Ethyl ether b 4.2 26
Hexane l 0 0
Methanol b 5.5 34
Water l 6.7 to 10.0 42 to 62
Water g 6.2 39
Keterangan : kondisi setiap senyawa diatas dimana pengukuran dilakukan ditandai dengan
simbol; b, substansi dalam larutan benzene; g, substansi sebagai gas; l, substansi sebagai cairan.
Panjang dipol lp adalah sama dengan p/e dimana p adalah momen dipol dan e adalah nilai dari
proton.
Berdasarkan kepolaran pelarut, maka para ahli kimia mengklasifikasikan pelarut ke dalam tiga
kategori yaitu :
a. Pelarut Protik Polar
Protik menunjukkan atom hidrogen yang menyerang atom elektronegatif yang dalam hal ini
adalah oksigen. Dengan kata lain pelarut protik polar adalah senyawa yang memiliki rumus
umum ROH. Contoh dari pelarut protik polar ini adalah air H2O, metanol CH3OH, dan asam
asetat (CH3COOH).
b. Pelarut Aprotik Dipolar
Aprotik menunjukkan molekul yang tidak mengandung ikatan O-H. Pelarut dalam kategori ini,
semuanya memiliki ikatan yang memilki ikata dipol besar. Biasanya ikatannya merupakan ikatan
ganda antara karbon dengan oksigen atau nitorgen. Contoh dari pelarut yang termasuk kategori
ini adalah aseton [(CH3)2C=O] dan etil asetat (CH3CO2CH2CH3).
c. Pelarut Nonpolar
Pelarut nonpolar merupakan senyawa yang memilki konstanta dielektrik yang rendah dan tidak
larut dalam air. Contoh pelarut dari kategori ini adalah benzena (C6H6), karbon tetraklorida
(CCl4) dan dietil eter (CH3CH2OCH2CH3).
CH3-C(=O)-
Aseton 56 21 0,786
CH3
Asetonitril
CH3-C≡N 82 37 0,786
(MeCN)
Pelarut Polar Protik
CH3-
Asam asetat 118 6,2 1,049
C(=O)OH
CH3-CH2-
n-Butanol 118 18 0,785
CH2-CH2-OH
CH3-CH(-
Isopropanol 82 18 0,785
OH)-CH3
CH3-CH2-
n-Propanol 97 20 0,803
CH2-OH
Titik didih Konstanta Massa jenis
Pelarut Rumus kimia
(0C) dielektrik (g/ml)
Pelarut Polar Protik
Etanol CH3-CH2-OH 79 30 0,789
Metanol CH3-OH 65 33 0,791
Asam format H-C(=O)OH 100 58 1,21
Air H-O-H 100 80 1,000
Pelarut adalah benda cair atau gas yang melarutkan benda padat, cair atau gas, yang
menghasilkan sebuah larutan.Pelarut paling umum digunakan dalam kehidupan sehari-hari
adalah air. Pelarut lain yang juga umum digunakan adalah bahan kimia organik (mengandung
karbon) yang juga disebut pelarut organik. Pelarut biasanya memiliki titik didih rendah dan lebih
mudah menguap, meninggalkan substansi terlarut yang didapatkan. Untuk membedakan antara
pelarut dengan zat yang dilarutkan, pelarut biasanya terdapat dalam jumlah yang lebih
besar(Anonim, 2010)
Ekatraksi dilakukan dengan dua cara, yaitu (1) ekstraksi langsung, dan (2) Ekstraksi dengan
pelarut dan destilasi uap sekaligus. Pada ekstraksi langsung, sampel dikocok dengan pelarut
dietil eter dan dipisahkan fase airnya. Fase pelarut selnjutnya dikeringkan dengan Na2SO4
anhidrat dan dipekatkan dengan rotari evaporator. Sedangkan pada ekstraksi dengan alat
“Linkens-Nickerson” digunakan dietil eter sebagai pelarut. Sampel dicampur dengan air destilat
dan suhu penangas air pada labu pelarut diatur 37,5oC, ekstraksi-destilasi dilangsungkan selama
1 jam. Pelarut yang sudah mengandung komponen volatil ini dikeringkan dengan Na2SO4
anhidrat, dipekatkan dengan rotari evaporator (Amohorseya, 1995)
Ekstraksi pelarut atau biasa disebut penyarian, merupakan suatu proses pemisahan dimana suatu
zat terdistribusi dalam dua pelarut yang tidak bercampur. Penyarian merupan proses pemisahan
dimana suatu zat terdistribusi kedalam dua pelarut yang tidak saling bercampur. Kegunaan besar
dari penyarian ini adalah kemungkinan untuk pemisahan dua senyawa atau lebih berdasarkan
perbedaan koefisien distribusinya (Kd) (Rudi, 2010)
Ekstraksi pelarut atau disebut juga ekstraksi air merupakan metode pemisahan yang paling baik
dan populer. Alasan utamanya adalah pemisahan ini dapat dilakukan baik dalam tingkat makro
ataupun mikro. Prinsip metode ini didasarkan pada distribusi zat pelarut dengan perbandingan
tertentu antara dua pelarut yang tidak saling bercampur , seperti benzen, karbon tetraklorida atau
kloroform. Batasan nya adalah zat terlarut dapat ditransfer pada jumlah yang berbada dalam
kedua fase pelarut (Eby, 2009)
Ekstraksi pelarut menyangkut distribusi suatu zat terlarut (solut) di antara dua fasa air yang tidak
saling bercampur[3]. Teknik ekstraksi sangat berguna untuk pemisahan secara cepat dan “bersih”
baik untuk zat organik maupun zat anorganik. Cara ini dapat digunakan untuk analisis makro
maupun mikro. Melalui proses ekstraksi, ion logam dalam pelarut air ditarik keluar dengan suatu
pelarut organik (fasa organik). Secara umum, ekstraksi ialah proses penarikan suatu zat terlarut
dari larutannya di dalam air oleh suatu pelarut lain yang tidak dapat bercampur dengan air (fasa
air). Tujuan ekstraksi ialah memisahkan suatu komponen dari campurannya dengan
menggunakan pelarut (Suyanti, 2008)
Walaupun suatu minyak mentah boleh jadi diperlakukan ke destilasi dalam vakum dan
penyulingan secara bertingkat, boleh tetap beberapa minyak berharga membiarkan vacuum-
residuum . minyak yang Berharga ini adalah yang disembuhkan oleh bahan ekstraksi pelarut, dan
aplikasi bahan ekstraksi pelarut] yang pertama di dalam penyulingan menjadi kesembuhan lebat
meminyaki gudang utama dengan sejenis metan ( C3H8) deasphalting.Dalam memesan untuk
memulihkan lebih minyak yang kasar vacuum-reduced, sebagian besar untuk yang pecah
katalitis feedstocks, molekular lebih tinggi menimbang t bahan pelarut seperti sejenis gas
hidrokarbon ( C4H 10), dan bahkan pen tane ( C 5H12) (Speight, 2006).
Home
Alkaloid
Pereaksi Meyer dibuat dengan cara menambahkan 1,36 HgCl2 dengan 0,5 gram
KI lalu dilarutkan dan diencerkan dengan akuades menjadi 100 ml dengan labu
takar. Pereaksi ini tidak berwarna.
Pereaksi Dragendorff dibuat dengan cara 0,8 gram bismut subnitrat ditambahkan
dengan 10 ml asam asetat dan 40 ml air. Larutan ini dicampur dengan larutan yang
dibuat dari 8 gram kalium iodida dalam 20 ml air. Sebelum digunakan, 1 volume
campuran ini diencerkan dengan 2,3 volume campuran 20 ml asam asetat glasial dan
100 ml air. Pereaksi ini berwarna jingga.