Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mata adalah organ fotosensitif yang sangat berkembang dan rumit, yang
memungkinkan analisis cermat dari bentuk, intensitas cahaya, dan warna yang
dipantulkan objek. Mata terletak dalam struktur bertulang yang protektif di
tengkorak, yaitu rongga orbita. Setiap mata terdiri atas sebuah bola mata fibrosa yang
kuat untuk mempertahankan bentuknya, suatu sistem lensa untuk memfokuskan
bayangan, selapis sel fotosensitif, dan suatu sistem sel dan saraf yang berfungsi
mengumpulkan, memproses, dan meneruskan informasi visual ke otak (Snell, 2012).
Telinga pada manusia terdiri atas tiga daerah yaitu telinga luar, telinga tengah
dan telinga dalam. Telinga luar pada dasarnya merupakan corong pengumpul suara
yang terdiri atas pinna dan saluran pendengaran luar. Telinga tengah adalah bagian
yang menyalurkan suara dari telinga luar ke telinga dalam dan telinga dalam yang
mengubah suara menjadi rangsangan saraf (Snell, 2012).
Kulit dibagi menjadi dua bagian. Bagian superficial adalah epidermis, bagian
profunda adalah dermis, dan hipodermis (subkutis). Kulit memiliki fungsi melindungi
bagian tubuh dari berbagai macam gangguan dan rangsangan luar. Fungsi
perlindungan ini terjadi melalui sejumlah mekanisme biologis, seperti pembentukan
lapisan tanduk secara terus menerus (keratinisasi dan pelepasan sel-sel kulit ari yang
sudah mati), respirasi dan pengaturan suhu tubuh, produksi sebum dan keringat serta
pembentukan pigmen melanin untuk melindungi kulit dari bahaya sinar ultra violet
(Snell, 2012).
Ketiga organ tersebut termasuk ke dalam sistem sensoris. Untuk memahami
mengenai struktur anatominya, maka dilakukan praktikum anatomi pada blok XVI
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammaddiyah Palembang.

1
1.2 Tujuan Pelaksanaan
1.2.1 Tujuan Umum
1. Menjelaskan dan mengidentifikasi struktur pada organ mata
2. Menjelaskan dan mengidentifikasi struktur pada organ telinga
3. Menjelaskan dan mengidentifikasi struktur kulit
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Menjelaskan dan mengidentifikasi struktur pada organ mata
a. Menjelaskan dan mengidentifikasi bagian-bagian mata
b. Menjelaskan dan mengidentifikasi otot-otot mata
c. Menjelaskan dan mengidentifikasi vaskularisasi mata
d. Menjelaskan dan mengidentifikasi inervasi mata
2. Menjelaskan dan mengidentifikasi anatomi telinga luar
3. Menjelaskan dan mengidentifikasi anatomi telinga tengah
4. Menjelaskan dan mengidentifikasi anatomi telinga dalam
5. Menjelaskan dan mengidentifikasi kulit

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Anatomi Mata
2.1.1 Palpebra
Palpebra melindungi mata dari cedera dan cahaya berlebihan.
Permukaan superfisialisnya ditutupi oleh kulit, dan permukaan dalamnya
ditutupi oleh membrane mukosa yang disebut konjungtiva palpebra. Bulu mata
terletak pada pinggir bebas palpebra. Glandula sebasea bermuara langsung ke
dalam folikel bulu mata. Glandula tarsalis adalah modifikasi dari kelenjar
sebasea yang panjang, yang mengalirkan sekretnya yang berminyak ke pinggir
palpebra; muaranya terdapat di belakang bulu mata (Snell, 2012).
Posisi palpebra pada waktu istirahat tergantung pada tonus musculus
orbicularis oculi dan musculus levator palpebrae superioris serta posisi bola
mata. Palpebra menutup oleh kontraksi musculus orbicularis oculi dan relaksasi
musculus levator palpebrae superioris. Mata dibuka oleh kontraksi musculus
levator palpebrae superioris yang mengangkat palpebra superior. Pada waktu
melihat ke atas, musculus levator palpebrae superioris berkontraksi, dan palpebra
superior bergerak bersama bola mata. Pada waktu melihat ke bawah, kedua
palpebra bergerak, palpebra superior terus menutupi cornea bagian atas, dan
palpebra inferior agak tertarik ke bawah oleh conjunctiva yang melekat pada
sclera dan palpebra inferior (Snell, 2012).

2.1.2 Apparatus Lacrimalis


Apparatus Lacrimalis terdiri dari glandula lacrimalis dan ductus
lakrimalis. Glandula lacrimalis terdiri atas pars orbitalis yang besar dan pars
palpebralis yang kecil, yang berhubungan satu dengan yang lain pada ujung
lateral aponeurosis musculus levator palpebraesuperioris. Glandula ini terletak di
atas bola mata, di bagian anterior dan superior orbita, posterior terhadap septum

3
orbitale. Kelenjar bermuara ke dalam bagian lateral fornix superior glandula
conjunctiva melalui 12 ductus (Snell, 2012).

2.1.3 Struktur Mata


Bola mata tertanam di dalam corpus adiposum orbitae, tetapi
dipisahkan dari corpus adiposum ini oleh selubung fascial bola mata. Bola mata
terdiri dari tiga lapisan, dari luar ke dalam adalah tunica fibrosa, tunica vasculosa
yang berpigmen, dan tunica nervosa (Snell, 2012).
A. Tunica Fibrosa
Tunica fibrosa terdiri atas bagian posterior yang opak yaitu sklera,
dan bagian anterior yang transparan yaitu kornea.
 Sklera
Sklera yang opak terdiri dari jaringan fibrosa padat dan
berwarna putih. Di posterior, sklera ditembus oleh nervus opticus
dan menyatu dengan selubung dura nervus opticus. Lamina
cribrosa adalah daerah sklera yang ditembus oleh serabut-serabut
nervus opticus. Sklera juga ditembus oleh arteri dan nervus
ciliaris dan pembuluh venanya, yaitu venae vorticosae. Ke arah
depan sclera langsung beralih menjadi kornea pada pertemuan
sklera-kornea atau limbus (Snell, 2012).
 Kornea
Kornea merupakan bagian tunika fibrosa yang transparan, tidak
mengandung pembuluh darah, dan kaya akan ujung-ujung serat
saraf. Kornea berasal dari penonjolan tunika fibrosa ke sebelah
depan bola mata. Secara histologik kornea terdiri atas 5 lapisan
yaitu epitel kornea, membran Bowman, stroma kornea, membran
Descement, dan endotel kornea. Kornea adalah avaskular dan
sama sekali tidak mempunyai aliran limfe. Kornea mendapatkan

4
nutrisi dengan cara difusi dari humor aqueus dan dari kapiler yang
terdapat dipinggirnya. Persarafannya berasal dari nervi ciliares
longi dari divisi ophthalmica nervus trigeminus (Snell, 2012).

B. Tunica Vasculosa
Tunica vasculosa dari belakang ke depan terdiri dari choroidea.
corpus ciliare, dan iris.
 Choroidea
Choroidea terdiri atas lapisan luar berpigmen dan lapisan
dalam yang sangat vascular.
 Corpus Ciliare
Corpus ciliare ke arah posterior dilanjutkan oleh choroidea,
dan ke anterior terletak di belakang batas perifer iris. Corpus
ciliare terdiri atas corona ciliaris, processus ciliarls, dan musculus
ciliaris.
 lris dan Pupil
Iris adalah diaphragma berpigmen yang tipis dan kontraktil
dengan lubang di tengahnya, yaitu pupil. Iris terletak di dalam
humor aquosus di antara kornea dan lensa. Pinggir iris melekat
pada permukaan anterior corpus ciliaris. Iris membagi ruang
antara lensa dan kornea menjadi kamera anterior dan kamera
posterior. Serabut-serabut otot iris bersifat involunter dan terdiri
dari serabut-serabut sirkular dan radial. Serabut-serabut sirkular
membentuk musculus sphincter pupillae dan tersusun di sekitar
pinggir pupil. Serabut-serabut radial membentuk musculus dilator
pupillae, yang merupakan lembaran tipis serabut-serabut radial
dan terletak dekat permukaan posterior. Musculus sphincter
pupillae disarafi oleh serabut parasimpatik nervus oculomotodus.

5
Setelah bersinaps di ganglion ciliare, serabut-serabut
posganglionik berjalan ke depan ke bola mata di dalam nervi
ciliares breves. Musculus dilatator pupiliae disarafi oleh serabut
simpatik, yang berjalan ke depan ke bola mata di dalam nervi
ciliares longi (Snell, 2012).

C. Tunica Nervosa: Retina


Retina terdiri dari pars pigmentosa di sebelah luar dan pars nervosa
di sebelah dalam. Permukaan luar berhubungan dengan choroidea dan
permukaan dalam berhubungan dengan corpus vitreum. Bagian anterior
retina bersifat bukan merupakan reseptor dan hanya terdiri dari sel-sel
berpigmen dengan lapisan epitel silindris di lapisan dalam. Bagian
anterior retina ini menutupi processus ciliaris dan belakang iris. Pada
pusat bagian posterior retina terdapat daerah lonjong kekuningan, macula
lutea, yang merupakan area retina dengan daya lihat yang paling jelas.
Ditengahnya terdapat lekukan, disebut fovea centralis. Nervus opticus
meninggalkan retina kira-kira 3 mm dari sisi medial macula lutea melalui
discus nervi optici. Discus nervi optici agak cekung pada bagian
tengahnya, yaitu merupakan tempat di mana nervus opticus ditembus
oleh arteria centralis retinae. Pada discus nervi optici tidak terdapat sel-
sel batang dan kerucut, sehingga tidak peka terhadap cahaya dan disebut
sebagai bintik buta (Snell, 2012).

2.1.4 Isi Bola Mata


A. Humor Aquosus
Humor aquosus adalah cairan bening yang mengisi camera
anterior dan camera posterior bulbi merupakan sekret dari
processus ciliaris, dari tempat ini mengalir ke camera posterior.

6
Kemudian humor aquosus mengalir ke dalam camera anterior
melalui pupil dan keluar melalui celah yang ada di angulus
iridocornealis masuk ke dalam sinus venosus sclerae (canal of
Schlemm). Hambatan aliran keluar humor aquosus mengakibatkan
peningkatan tekanan intraocular, disebut glaucoma (Snell, 2012).
A. Corpus Vitreum
Corpus vitreum mengisi bola mata di belakang dan merupakan gel
yang transparan. Canalis hyaloideus adalah saluran sempit yang
berjalan melalui corpus vitreum dari discus nervi optici ke
permukaan posterior lensa (Snell, 2012).
B. Lensa
Lensa adalah struktur bikonveks transparan yang dibungkus
oleh kapsul yang transparan. Terletak di belakang iris dan di depan
corpus vitreum, serta dikelilingi processus ciliaris.

Gambar 1. Anatomi Mata


(Snell, 2012)

7
2.1.5 Persarafan Orbita
A. Nervus Optikus
N. optikus masuk ke orbita melalui canalis optikus dari fossa
cranii media , disertai oleh arteri opthalmica, yang terletak di sisi
lateral bawahnya. Saraf ini dikelilingi oleh selubung piameter,
aracnoideamater, dan duramater. Berjalan ke depandan lateral di
dalam kerucut mm.recti dan menembus sklera pada suatu titik di
medial polus posterior bola mata (Snell, 2012).
B. Nervus Lakrimalis
N. lakrimalis dipercabangkan dari divisi ophthalmica
n.trigeminus pada dinding lateral sinus cavernosus. Saraf ini halus
dan masuk ke orbita melaluibagian atas fisura orbitalis superior.
Berjalan ke depan sepanjang pinggir atas m.rectus lateralis. Saraf
ini bergabung dengan cabang n. zigomaticotemporalis. N.
lacrimalis berakhir dengan mempersarafi kulit bagian lateral
palpebra superior (Snell, 2012).
C. Nervus Frontalis
N. frontalis dipercabangkan dari divisi opthalmica n.trigeminus
pada dinding lateral sinus cavernosus. Masuk ke orbita melalui
bagian atas fisura orbitalis superior dan berjalan ke depan pada
permukaan superior m.levator palpebrae superior, diantara otot ini
dan atap orbita. Saraf ini bercabang menjadi n.suprathoclearis dan
n.supraorbitalis. N.supratroclearis berjalan diatas trochlea untuk
m.obliquus superior dan melingkari pinggir atas orbita untuk
mempersarafi kulit dahi (Snell, 2012).
D. Nervus Trochlearis
N.trochlearis meninggalkan dinding lateral meninggalkan
dinding lateral sinus caveronsus dan masuk ke orbita melalui

8
bagian atas fissura orbitalis superior. Saraf tersebut berjalan
kedepan dan ke medial, melintasi origo m. Levator palpebrae
superior dan mempersarafi m. Obliquus superior (Snell, 2012).
E. N. Occulomotorius
Menurut Snell (2012), nervus occulomotorius terdiri dari :
 Ramus superior
 Ramus posterior
 Nervus abducens
 Nervus Nasociliaris

2.1.3 Otot Penggerak Bola Mata


Menurut Snell (2012), terdapat 6 otot pengerakan bola mata yaitu:
A. Musculus oblique inferior
Musculus ini mempunyai origo pada fosa lakrimal tulang
lakrimal. Berinsersi pada sklera posterior 2 mm dari kedudukan
makula, dipersarafi oleh saraf okulomotor, bekerja untuk
menggerakan mata ke arah abduksi dan eksiklotorsi.
B. Musculus oblique inferior
Musculus ini berorigo pada naulus zinn dan ala parva tulang
sfenoid di atas formaen optikus. Musculus ini dipersarafi oleh
N.IV atau saraf troklear yang keluar dari bagian dorsal susunan
saraf pusat. Musculus ini mempunyai aksi pergerakan miring dari
troklea pada bola mata dengan kerja utama terjadi bila sumbu aksi
dan sumbu penglihatan searah atau mata melihat ke arah nasal.
Berfungsi menggerakan bola mata untuk depresi terutama bila
mata melihat ke nasal.

9
C. Musculus Rektus inferior
Mempunyai origo pada anulus Zinn, berjalan antara oblik
inferior dan bola mata atau sklera dan insersi 6 mm di belakang
limbus yang pada persil dengan oblik inferior diikat kuat oleh
ligamen lockwood. Rektus inferior dipersarafi oleh n. III. Rektus
inferior membentuk sudut 23 derajat dengan sumbu
penglihatan.Fungsi menggerakkan mata: depresi (gerak primer),
eksoklotorsi (gerak sekunder), aduksi (gerak sekunder).
D. Musculus Rektus Lateral
Rektus lateral mempunyai origo pada anulus Zinn di atas dan
di bawah foramen optik. Rektus lateral dipersarafi oleh N. VI
dengan fungsi untuk menggerakan mata terutama abduksi.
E. Musculus Rektus Medius
Rektus medius merupakan otot mata yang paling tebal dengan
tendon terpendek. Menggerakan mata untuk aduksi (gerak primer).

Gambar 2. Otot penggerak bola mata


(Snell, 2012)

10
2.1.3 Vaskularisasi
A. Arteri ophthalmica
Arteri ophthalmica adalah cabang dari a.carotis interna setelah
pembuluh ini keluar dari sinus cavernosus. Arteri ini berjalan ke
depan melalui canalis optikus bersama nervus optikus. Pumbuluh
ini berjalan di depan dan laterak dari n.optikus, kemudian
menyilang di atasnya untuk sampai ke dinding medial orbita.
Kemudian arteri ini memberikan banyak cabang dan sebagian
cabang-cabang megikuti saraf-saraf di dalam orbita. Cabang-
cabangnya :
 A. centralis retinae
 Rami muscularis
 Aa.ciliaris
 A.lacrimalis
 A.supratrochlearis dan a.supraorbitalis

B. Vena-vena ophthalmica
V.ophthalmica superior berhubungan di depan dengan
v.facialis. Vena ophthalmica inferior berhubungan melalui fissura
orbitalis inferior dengan plexus venosus pterygoideus. Kedua vena ini
berjalan ke belakang melalui fissura orbitalis dan bermuara ke dalam
sinus cavernosus (Snell, 2012).

11
Gambar 3. Vaskularisasi mata
(Snell, 2012)

2.2. Fisiologi Mata


Mata secara optik dapat disamakan dengan sebuah kamera fotografi biasa. Mata
mempunyai sistem lensa, diafragma yang dapat berubah-ubah (pupil), dan retina yang
dapat disamakan dengan film. Sistem lensa mata terdiri atas empat perbatasan
refraksi: (1) perbatasan antara permukaan anterior kornea dan udara, (2) perbatasan
antara permukaan posterior kornea dan humor aqueous, (3) perbatasan antara humor
aqueous dan permukaan anterior lensa mata , dan (4) perbatasan antara permukaan
posterior lensa dan humor vitreous. Indeks internal udara adalah kornea, humor
aqueous, lensa kristalina, dan humor vitreous (Guyton, 2014).
2.2.1 Pembentukan Bayangan di Retina
Sama seperti pembentukan bayangan oleh lensa kaca pada secarik kertas,
sistem lensa mata juga dapat membentuk bayangan di retina. Bayangan ini
terbalik dibandingkan bendanya. Namun demikian, persepsi otak terhadap
orientasi terbalik di retina, karena otak sudah dilatih menangkap bayangan yang
terbalik itu sebagai keadaan normal (Guyton, 2014).

12
2.2.2 Mekanisme Akomodasi
Menurut Guyton (2014), pada anak-anak daya bias lensa mata dapat
ditingkatkan dari 20 dioptri menjadi kira-kira 34 dioptri. Ini berarti terjadi
akomodasi sebesar 14 dioptri. Untuk itu bentuk lensa diubah dari yang tadinya
konveks-sedang menjadi lensa yang sangat konveks. Pada orang muda, lensa
terdiri atas kapsul elastis yang kuat yang berisi cairan kental yang mengandung
banyak protein namun transparan. Bila berada dalam keadaan relaksasi tanpa
tarikan terhadap kapsulnya, lensa akan berbentuk hampir sferis, terutama akibat
retraksi elastis kapsul lensa.namun terdapat kira-kira 70 ligamentum
suspensorium yang melekat di sekeliling lensa secara radial, menarik tepi lensa
ke arah lingkar luar bola mata. Ligamen ini secara konstan diregangkan oleh
pelakatnya pada tepi anterior koroid dan retina. Regangan pada ligamen ini
menyebabkan lensa tetap relatif datar dalam keadaan mata istirahat (Guyton,
2014).
Walaupun demikian, di tempat pelekatan lateral ligamen lensa pada bola mata
juga terdapat otot siliaris, yang memiliki dua set serat otot polos yang terpisah
yaitu serat meridional dan serat sirkular. Serat meridional membentang dari
ujung perifer ligamen suspensorium sampai peralihan kornea-sklera. Bila serta
otot ini berkontraksi, insersi perifer dari ligamen lensa tadi akan tertarik ke
medial ke arah tepi kornea, sehingga mengurangi reegangan ligamen terhadap
lensa. Serat sirkular tersusun melingkar mengelilimgi pelekatan ligamen,
sehingga pada waktu berkontraksi terjadi gerak seperti sfingter, mengurangi
diameter lingkaran pelekatan ligamen hal ini juga menyebabkan tarikan ligamen
terhadap kapsul lensa berkurang. Jadi, kontraksi salah satu set serat otot polos
dalam otot siliaris akan mengendurkan ligamen kapsul lensa, dan lensa akan
berbentuk lebih cembung, seperti balon akibat sifat elastisitas alami kapsul lensa
(Guyton, 2014).

13
Akomodasi diatur oleh saraf parasimpatis. Otot siliaris hampir seluruhnya
diatur oleh sinyal saraf parasimpatis yang dihantarkan ke mata melalui saraf
kranialis III dan nukleus saraf III pada batang otak. Perangsanagn saraf
parasimpatis menimbulkan kontraksi kedua set serat otot siliaris yang akan
mengendurkan ligamen lensa sehingga menyebabkan lensa menjadi lebih tebal
dan meningkatkan daya biasnya. Dengan meningkatkan daya bias mata mampu
melihat objek lebih dekat dibanding sewaktu daya biasnya rendah. Akibatnya
dengan mendekatnya objek ke arah mata, jumlah impuls parasimpatis yang
sampai ke otot siliaris harus ditingkatkan secara progresif agar objek tetap dapat
dilihat dengan jelas (Guyton, 2014).
Dengan meningkatnya usia, lensa semakin besar dan dan menebal serta
menjadi kurang elastis, sebagian disebabkan oleh denaturasi progresif protein
lensa. Kemampuan lensa untuk berubah bentuk akan berkurang seiring dengan
bertambahnya usia. Daya akomodasi berkurang dari 14 dioptri pada usia anak-
anak menjadi kurang dari 2 dioptri pada saat kita mencapai usia 45 sampai 50
tahun kemudian daya akomodasi berkurang menjadi 0 dioptri pada usia 70 tahun.
Sesudah itu dapat dikatakan lensa hampir sama sekali tidak dapat berakomodasi
dan keadaan itu disebut presbiopi (Guyton, 2014).
Segera setelah mencapai keadaan presbiopi mata akan terfokus secara
pemanen pada suatu jarak yang konstan. Jarak ini bergantung pada keadaan fisik
mata orang tersebut. Mata tidak dapat lagi berakomodasi untuk penglihatan
dekat maupun jauh dengan jelas. Seorang tua harus memakai kacamat bifokus,
bagian atas untuk penglihatan jauh dan bagian bawah untuk penglihatan dekat
(Guyton, 2014).

2.2.3 Tajam Penglihatan atau Visus


Pemeriksaan tajam penglihatan merupakan pemeriksaan fungsi mata.
Gangguan penglihatan memerlukan pemeriksaan untuk mengetahui sebab

14
kelainan mata yang mengakibatkan turunnya tajam penglihatan. Tajam
penglihatan perlu dicatat pada setiap mata yang memberikan keluhan mata.
Untuk mengetahui tajam penglihatan seseorang dapat dilakukan dengan kartu
Snellen dan bila penglihatan kurang maka tajam penglihatan diatur dengan
menentukan kemampuan melihat jumlah jari (hitung jari) ataupun proyeksi sinar.
Untuk besarnya kemampuan mata membedakan bentuk dan rincian benda
ditentukan dengan kemampuan melihat benda terkecil yang masih dapat dilihat
pada jarak tertentu (Ilyas dan Sri, 2015).
Kemampuan mata melihat benda atau secara rinci sebuah objek secara
kuantitatif ditentukan dengan 2 cara:
a. Sebanding dengan sudut resolusi minimum (dalam busur menit). Ini
merupakan tajam penglihatan resolusi. Disebut juga resolusi minimum
tajam penglihatan.
b. Dengan fraksi Snellen. Ini ditentukan dengan mempergunakan huruf atau
cincin Landolt atau objek ekuivalen lainnya.

Biasanya pemeriksaan tajam penglihatan ditentukan dengan melihat


kemampuan mata membaca huruf-huruf berbagai ukuran pada jarak baku untuk
kartu. Hasilnya dinyatakan dengan angka pecahan seperti 20/20 untuk penglihatan
normal. Pada keadaan ini mata dapat melihat huruf pada jarak 20 kaki yang
seharusnya dapat dilihat pada jarak tersebut (Ilyas dan Sri, 2015).
Tajam penglihatan normal rata-rata bervariasi antara 6/4 hingga 6/6 (atau
201/15 atau 20/20 kaki). Tajam penglihatan maksimum berada di daerah fovea,
sedangkan beberapa faktor seperti penerangan umum, kontras, berbagai uji warna,
waktu papar, dan kelainan refraksi mata dapat merubah tajam penglihatan (Ilyas
dan Sri, 2015).
Tajam perifer merupakan penglihatan tepi yang dilaksanakan terutama oleh
sel batang yang menempati retina bagian perifer. Tajam penglihatan perifer

15
merupakan kemampuan menangkap adanya benda, gerakan, atau warna diluar
garis langsung penglihatan (Ilyas dan Sri, 2015).

2.3 Anatomi Telinga


2.3.1 Telinga Luar
Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membran
tympani. Telinga luar atau pinna merupakan gabungan dari tulang rawan yang
diliputi kulit. Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. Liang
telinga (meatus akustikus eksternus), dengan rangka tulang rawan pada sepertiga
bagian luar, di sepertiga bagian luar kulit liang telinga terdapat banyak kelenjar
serumen dan rambut. Kelenjar keringat terdapat pada seluruh kulit liang telinga.
Pada dua pertiga bagian dalam hanya sedikit dijumpai kelenjar serumen, dua
pertiga bagian dalam rangkanya terdiri dari tulang. Meatus dibatasi oleh kulit
dengan sejumlah rambut, kelenjar sebasea, dan sejenis kelenjar keringat yang
telah mengalami modifikasi menjadi kelenjar seruminosa, yaitu kelenjar apokrin
tubuler yang berkelok-kelok yang menghasilkan zat lemak setengah padat
berwarna kecoklat-coklatan yang dinamakan serumen (minyak telinga). Serumen
berfungsi menangkap debu dan mencegah infeksi (Snell, 2012).

Gambar 4. Telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam. Dilihat dari depan.
(Snell, 2012)

16
2.3.2 Telinga Tengah
Telinga tengah berbentuk kubus dengan:
 Batas luar : Membran timpani
 Batas depan : Tuba eustachius
 Batas Bawah : Vena jugularis (bulbus jugularis)
 Batas belakang : Aditus ad antrum, kanalis fasialis pars vertikalis.
 Batas atas : Tegmen timpani (meningen / otak )
 Batas dalam : Berturut-turut dari atas ke bawah kanalis semi
sirkularis horizontal, kanalis fasialis,tingkap lonjong (oval
window),tingkap bundar (round window) dan promontorium.

Membran timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah
liang telinga dan terlihat oblik terhadap sumbu liang telinga. Bagian atas
disebut Pars flaksida (Membran Shrapnell), sedangkan bagian bawah Pars
Tensa (membrane propia). Pars flaksida hanya berlapis dua, yaitu bagian luar
ialah lanjutan epitel kulit liang telinga dan bagian dalam dilapisi oleh sel
kubus bersilia, seperti epitel mukosa saluran napas. Pars tensa mempunyai
satu lapis lagi ditengah, yaitu lapisan yang terdiri dari serat kolagen dan
sedikit serat elastin yang berjalan secara radier dibagian luar dan sirkuler pada
bagian dalam (Snell, 2012).
Didalam telinga tengah terdapat tulang-tulang pendengaran yang
tersusun dari luar kedalam, yaitu maleus, inkus, dan stapes. Tulang
pendengaran didalam telinga tengah saling berhubungan. Prosesus longus
maleus melekat pada membrane timpani, maleus melekat pada inkus dan
inkus melekat pada stapes. Stapes terletak pada tingkap lonjong yang
berhubungan dengan koklea. Hubungan antar tulang-tulang pendengaran
merupakan persendian (Snell, 2012).
Telinga tengah dibatasi oleh epitel selapis gepeng yang terletak pada
lamina propria yang tipis yang melekat erat pada periosteum yang berdekatan.

17
Dalam telinga tengah terdapat dua otot kecil yang melekat pada
maleus dan stapes yang mempunyai fungsi konduksi suara. maleus, inkus, dan
stapes diliputi oleh epitel selapis gepeng. Pada pars flaksida terdapat daerah
yang disebut atik. Ditempat ini terdapat aditus ad antrum, yaitu lubang yang
menghubungkan telinga tengah dengan antrum mastoid. Tuba eustachius
termasuk dalam telinga tengah yang menghubungkan daerah nasofaring
dengan telinga tengah (Snell, 2012).

Gambar 5. Membran Timpani


Sumber: Buku Ajar Penyakit THT, Boies

Telinga tengah berhubungan dengan rongga faring melalui saluran


eustachius (tuba auditiva), yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan tekanan
antara kedua sisi membrane tympani. Tuba auditiva akan membuka ketika mulut
menganga atau ketika menelan makanan. Ketika terjadi suara yang sangat keras,
membuka mulut merupakan usaha yang baik untuk mencegah pecahnya
membran tympani. Karena ketika mulut terbuka, tuba auditiva membuka dan

18
udara akan masuk melalui tuba auditiva ke telinga tengah, sehingga
menghasilkan tekanan yang sama antara permukaan dalam dan permukaan luar
membran tympani (Snell, 2012).

2.3.3 Telinga Dalam (Labyrinthus)


Labyrinthus terletak di dalam pars petrosa ossis temporalis yang terdiri
dari labyrinthus osseus, tersusun dari sejumlah rongga di dalam tulang;
dan labyrinthus membranaceus, tersusun dari sejumlah saccus dan ductus
membranosa di dalam labyrinthus osseus. Telinga dalam terbagi atas
bagian pendengaran dan keseimbangan (Snell, 2012).

Gambar 6. Telinga Tengah


(Snell, 2012)

1. Labyrinthus Osseus
Labyrinthus osseus terdiri atas tiga bagian: vestibulum, canalis
semicircularis, dan cochlea. Ketiganya merupakan rongga-rongga
yang terletak di dalam substantia compacta tulang. Mereka dilapisi
oleh endosteum dan berisi cairan bening, perilympha, yang di
dalamnya terdapat labyrinthus membranaceus.

19
 Koklea
Bagian koklea labirin adalah suatu saluran melingkar yang
pada manusia panjangnya 35mm. koklea bagian tulang
membentuk 2,5 kali putaran yang mengelilingi sumbunya.
Sumbu ini dinamakan modiolus, yang terdiri dari pembuluh
darah dan saraf. Ruang di dalam koklea bagian tulang
dibagi dua oleh dinding (septum). Bagian dalam dari
septum ini terdiri dari lamina spiralis ossea. Bagian luarnya
terdiri dari anyaman penyambung, lamina spiralis
membranasea. Ruang yang mengandung perilimf ini dibagi
menjadi: skala vestibule (bagian atas) dan skala timpani
(bagian bawah). Kedua skala ini bertemu pada ujung
koklea. Tempat ini dinamakan helicotrema. Skala vestibule
bermula pada fenestra ovale dan skala timpani berakhir
pada fenestra rotundum. Mulai dari pertemuan antara
lamina spiralis membranasea kearah perifer atas, terdapat
membrane yang dinamakan membrane reissner (Snell,
2012).
Pada pertemuan kedua lamina ini, terbentuk saluran yang
dibatasi oleh:
1. membrane reissner bagian atas
2. lamina spiralis membranasea bagian bawah
3. dinding luar koklea
Saluran ini dinamakan duktus koklearis atau koklea bagian
membrane yang berisi endolimf. Dinding luar koklea ini
dinamakan ligamentum spiralis.disini, terdapat stria
vaskularis, tempat terbentuknya endolimf (Snell, 2012).

20
Didalam lamina membranasea terdapat 20.000 serabut
saraf. Pada membarana basilaris (lamina spiralis
membranasea) terdapat alat korti. Lebarnya membrane
basilaris dari basis koklea sampai keatas bertambah dan
lamina spiralis ossea berkurang. Nada dengan frekuensi
tinggi berpengaruh pada basis koklea. Sebaliknya nada
rendah berpengaruh dibagian atas (ujung) dari koklea
(Snell, 2012).

Gambar 3: Organ Korti


(Snell, 2006)

 Vestibulum
Vestibulum, merupakan bagian tengah labyrinthus osseus,
terletak posterior terhadap cochlea dan anterior terhadap
canalis semicircularis. Pada dinding lateralnya terdapat
fenestra vestibuli yang ditutupi oleh basis stapedis dan
ligamentum amularenya, dan fenestra cochleae yang
ditutupi oleh membrana tympanica secundaria. Di dalam
vestibulum terdapat sacculus dan utriculus labyrinthus
membranosa (Snell, 2012).

21
 Kanalis semisirkularis
Terdapat tiga kanalis semisirkularis yaitu canalis
semicircularis superior, posterior, dan lateral. Ketiga
kanalis semicircularis tersebut bermuara ke bagian
posterior vetibulum. Setiap canalis mempunyai sebuah
pelebaran diujungnya disebut ampulla. Di dalam canalis
terdapat ductus semicircularis. Canalis semi sirkularis
saling berhubungan secara tidak lengkap dan membentuk
lingkaran yang tidak lengkap (Snell, 2012).

2. Labyrinthus Membranaceus
Labyrinthus membranaceus terletak di dalam labyrinthus osseus.
Labyrinthus ini berisi endolimpha dan dikelilingi oleh perilympha.
Labyrinthus membranaceus terdiri atas utriculus dan sacculus,
yang terdapat di daiam vestibulum osseus; tiga ductus
semicircularis, yang terletak di dalam canalis semicircularis
osseus; dan ductus cohclearis yang terletak di dalam cochlea.
Struktur-struktur ini sailng berhubungan dengan bebas. Utriculus
adalah yang terbesar dari dua buah saccus vestibuli yang ada.
Utriculus dihubungkan tidak langsung dengar sacculus dan ductus
endolymphaticus oleh ductus utriculosaccularis. Sacculus
berbentuk bulat dan berhubungan dengan utriculus, seperti sudah
dijelaskan di atas. Ductus endolymphaticus, setelah bergabung
dengan ductus utriculosaccularis akan berakhir di dalam kantung
buntu kecil, yaitu saccus endolymphaticus. Saccus ini terletak di
bawah duramater pada permukaan posterior pars petrosa ossis
temporalis. Pada dinding utriculus dan sacculus terdapat receptor

22
sensoris khusus yang peka terhadap orientasi kepala akibat gaya
berat atau tenaga percepatan lain.
Ductus semicircularis meskipun diametemya jauh lebih kecil dari
canalis semicircularis mempunyai konfigurasi yang sama.
Ketiganya tersusun tegak lurus satu dengan lainnya, sehingga
ketiga bidang terwakili. Setiap kali kepala mulai atau berhenti
bergerak, atau |ika kecepatan gerak kepala bertambah atau
berkurang, kecepatan gerak endolympha di dalam ductus
semicircularis akan berubah sesuai dengan hal tersebut terhadap
dinding ductus semicircularis. Perubahan ini dideteksi oleh
receptor sensoris di dalam ampulla ductus semicircularis. Ductus
cochlearis berbentuk segitiga pada potongan melintang dan
berhubungan dengan sacculus melalui ductus reuniens. Epitel
sangat khusus yang terletak di atas membrana basilaris membentuk
organ Corti dan mengandung receptor-receptor sensoris untuk
pendengaran (Snell, 2012).

2.4 Fisiologi Pendengaran


Organ yang berperan penting dalam proses pendengaran adalah membran
tektoria, sterosilia dan membran basilaris. Interaksi ketiga struktur penting
tersebut sangat berperan dalam proses mendengar. Pada bagian apikal sel rambut
sangat kaku dan terdapat penahan yang kuat antara satu bundel dengan bundel
lainnya, sehingga bila mendapat stimulus akustik akan terjadi gerakan yang kaku
bersamaan. Pada bagian puncak stereosillia terdapat rantai pengikat yang
menghubungkan stereosilia yang tinggi dengan stereosilia yang lebih rendah,
sehingga pada saat terjadi defleksi gabungan stereosilia akan mendorong
gabungan-gabungan yang lain, sehingga akan menimbulkan regangan pada rantai
yang menghubungkan stereosilia tersebut. Keadaan tersebut akan mengakibatkan

23
terbukanya kanal ion pada membran sel, maka terjadilah depolarisasi. Gerakan
yang berlawanan arah akan mengakibatkan regangan pada rantai tersebut
berkurang dan kanal ion akan menutup. Terdapat perbedaan potensial antara intra
sel, perilimfa dan endolimfa yang menunjang terjadinya proses tersebut.
Potensial listrik koklea disebut koklea mikrofonik, berupa perubahan potensial
listrik endolimfa yang berfungsi sebagai pembangkit pembesaran gelombang
energi akustik dan sepenuhnya diproduksi oleh sel rambut luar.
Pola pergeseran membran basilaris membentuk gelombang berjalan dengan
amplitudo maksimum yang berbeda sesuai dengan besar frekuensi stimulus yang
diterima. Gerak gelombang membran basilaris yang timbul oleh bunyi
berfrekuensi tinggi (10 kHz) mempunyai pergeseran maksimum pada bagian
basal koklea, sedangkan stimulus berfrekuensi rendah (125 kHz) mempunyai
pergeseran maksimum lebih kearah apeks. Gelombang yang timbul oleh bunyi
berfrekuensi sangat tinggi tidak dapat mencapai bagian apeks, sedangkan bunyi
berfrekuensi sangat rendah dapat melalui bagian basal maupun bagian apeks
membran basilaris. Sel rambut luar dapat meningkatkan atau mempertajam
puncak gelombang berjalan dengan meningkatkan gerakan membran basilaris
pada frekuensi tertentu. Keadaan ini disebut sebagai cochlear amplifier.
Skema proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh
telinga luar, lalu menggetarkan membran timpani dan diteruskan ketelinga
tengah melalui rangkaian tulang pendengaran yang akan mengamplifikasi
getaran tersebut melalui daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian
perbandingan luas membran timpani dan tingkap lonjong. Energi getar yang
telah diamplifikasikan akan diteruskan ke telinga dalam dan di proyeksikan pada
membran basilaris, sehingga akan menimbulkan gerak relatif antara membran
basilaris dan membran tektoria. Proses ini merupakan rangsang mekanik yang
menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion
terbuka dan terjadi pelepasan ion bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini

24
menimbulkan proses depolarisasi sel rambut, sehingga melepaskan
neurotransmiter ke dalam sinapsis yang akan menimbulkan potensial aksi pada
saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nukleus auditorius sampai ke korteks
pendengaran (May, Budelis, & Niparko, 2004).

2.5 Anatomi Kulit


Kulit merupakan organ tubuh paling besar yang melapisi seluruh bagian
tubuh, membungkus daging dan organ-organ yang ada di dalamnya. Luas kulit
pada manusia rata-rata ±2 meter persegi dengan berat 10 kg jika ditimbang
dengan lemaknya atau 4 kg jika tanpa lemak atau beratnya sekitar 16 % dari
berat badan seseorang. Kulit memiliki fungsi melindungi bagian tubuh dari
berbagai macam gangguan dan rangsangan luar. Fungsi perlindungan ini terjadi
melalui sejumlah mekanisme biologis, seperti pembentukan lapisan tanduk
secara terus menerus (keratinisasi dan pelepasan sel-sel kulit ari yang sudah
mati), respirasi dan pengaturan suhu tubuh, produksi sebum dan keringat serta
pembentukan pigmen melanin untuk melindungi kulit dari bahaya sinar ultra
violet (Snell, 2012).
Struktur kulit terdiri dari tiga lapisan yaitu :
1. Epidermis (kulit ari), sebagai lapisan yang paling luar,
2. Dermis (kulit jangat, korium atau kutis), dan
3. Subkutis (hipodermis).

25
Gambar 7. Struktur umum kulit dan hubungannya dengan fascia superficialis
(Snell, 2012)

1. Epidermis (Kulit Ari)


a. Stratum corneum, merupakan lapisan epidermis paling atas dan
menutupi semua lapisan epidermal lebih ke dalam. Lapisan
tanduk terdiri atas beberapa lapis sel pipih, tidak memiliki inti,
tidak mengalami prosesmetabolisme, tidak berwarna dan sangat
sedikit mengandung air. Lapisan tanduk sebagian besar terdiri
atas keratin yaitu sejenis protein yang tidak larutdalam air dan
sangat resisten terhadap bahan-bahan kimia (Eroschenko, 2010).

26
b. Stratum lucidum, disebut juga lapisan barrier, terletak tepat di
bawah lapisan tanduk, dan dianggap sebagai penyambung lapisan
tanduk dengan lapisan berbutir (Eroschenko, 2010).
c. Stratum granulosum, tersusun oleh sel-sel keratinosit berbentuk
kumparan yang mengandung butir-butir dalam protoplasmanya,
berbutir kasa dan berinti mengkerut. Lapisan ini paling jelas pada
kulit telapak tangan dan kaki (Eroschenko, 2010).
d. Stratum spinosum, disebut juga lapisan malphigi terdiri atas sel-
sel yang saling berhubungan dengan perantaraan jembatan-
jembatan protoplasma berbentuk kubus (Eroschenko, 2010).
e. Stratum germinativum (stratum basale), merupakan lapisan
terbawah epidermis, dibentuk oleh satu baris sel torak (silinder)
dengan kedudukan tegak lurus terhadap permukaan dermis. Alas
sel-sel (Eroschenko, 2010).

2. Dermis
Kulit jangat atau dermis menjadi tempat ujung saraf perasa, tempat
keberadaan kandung rambut, kelenjar keringat, kelenjar-kelenjar palit atau
kelenjar minyak, pembuluh-pembuluh darah dan getah bening, dan otot
penegak rambut (muskulus arektor pili). Sel-sel umbi rambut yang berada
di dasar kandung rambut, terus-menerus membelah dalam membentuk
batang rambut. Kelenjar palit yang menempel di saluran kandung rambut,
menghasilkan minyak yang mencapai permukaan kulit melalui muara
kandung rambut. Kulit jangat sering disebut kulit sebenarnya dan 95 %
kulit jangat membentuk ketebalan kulit. Ketebalan rata-rata kulit jangat
diperkirakan antara 1-2 mm dan yang paling tipis terdapat di kelopak mata
serta yang paling tebal terdapat di telapak tangan dan telapak kaki.

27
Susunan dasar kulit jangat dibentuk oleh serat-serat, matriks interfibrilar
yang menyerupai selai dan sel-sel (Eroschenko, 2010).
Di dalam lapisan kulit jangat terdapat dua macam kelenjar yaitu
kelenjar keringat (glandula sudorifera) dan kelenjar minyak (glandula
sebasea) (Eroschenko, 2010).
1. Kelenjar Keringat
Kelenjar keringat terdiri dari fundus (bagian yang melingkar) dan
duet yaitu saluran semacam pipa yang bermuara pada permukaan
kulit, membentuk pori-pori keringat. Ada dua jenis kelenjar
keringat yaitu kelenjar keringat ekrin dan apokrin
2. Kelenjar Minyak
Kelenjar minyak terletak pada bagian atas kulit jangat berdekatan
dengan kandung rambut terdiri dari gelembung-gelembung kecil
yang bermuara ke dalam kandung rambut (folikel). Folikel rambut
mengeluarkan lemak yang meminyaki kulit dan menjaga
kelunakan rambut. Kelenjar palit membentuk sebum atau urap
kulit. Terkecuali pada telapak tangan dan telapak kaki, kelenjar
palit terdapat di semua bagian tubuh terutama pada bagian muka
(Eroschenko, 2010).

3. Subkutis
Lapisan ini terutama mengandung jaringan lemak, pembuluh darah
dan limfe, saraf-saraf yang berjalan sejajar dengan permukaan kulit.
Cabang-cabang dari pembuluh-pembuluh dan saraf-saraf menuju lapisan
kulit jangat. Jaringan ikat bawah kulit berfungsi sebagai bantalan atau
penyangga benturan bagi organ-organ tubuh bagian dalam, membentuk
kontur tubuh dan sebagai cadangan makanan. Ketebalan dan kedalaman
jaringan lemak bervariasi sepanjang kontur tubuh, paling tebal di daerah

28
pantat dan paling tipis terdapat di kelopak mata. Jika usia menjadi tua,
kinerja liposit dalam jaringan ikat bawah kulit juga menurun. Bagian
tubuh yang sebelumnya berisi banyak lemak, akan berkurang lemaknya
dan akibatnya kulit akan mengendur serta makin kehilangan kontur
(Eroschenko, 2010).

2.6 Fisiologi Kulit


Kulit mempunyai berbagai fungsi yaitu sebagai berikut:
1. Pelindung atau proteksi
Epidermis terutama lapisan tanduk berguna untuk menutupi jaringan-
jaringan tubuh di sebelah dalam dan melindungi tubuh dari pengaruh-
pengaruh luar seperti luka dan serangan kuman. Lapisan paling luar dari
kulit ari diselubungi dengan lapisan tipis lemak, yang menjadikan kulit
tahan air. Kulit dapat menahan suhu tubuh, menahan luka-luka kecil,
mencegah zat kimia dan bakteri masuk ke dalam tubuh serta menghalau
rangsang-rangsang fisik seperti sinar ultraviolet dari matahari (Sherwood,
2011).
2. Penerima rangsang
Kulit sangat peka terhadap berbagai rangsang sensorik yang berhubungan
dengan sakit, suhu panas atau dingin, tekanan, rabaan, dan getaran. Kulit
sebagai alat perasa dirasakan melalui ujung-ujung saraf sensasi
(Sherwood, 2011).
3. Pengatur panas atau thermoregulation
Kulit mengatur suhu tubuh melalui dilatasi dan konstruksi pembuluh
kapiler serta melalui respirasi yang keduanya dipengaruhi saraf otonom.
Tubuh yang sehat memiliki suhu tetap kira-kira 98,6ºF atau sekitar
36,50ºC. Ketika terjadi perubahan pada suhu luar, darah dan kelenjar
keringat kulit mengadakan penyesuaian seperlunya dalam fungsinya

29
masing-masing. Pengatur panas adalah salah satu fungsi kulit sebagai
organ antara tubuh dan lingkungan. Panas akan hilang dengan penguapan
keringat (Sherwood, 2011).
4. Pengeluaran (ekskresi)
Kulit mengeluarkan zat-zat tertentu yaitu keringat dari kelenjar-kelenjar
keringat yang dikeluarkan melalui pori-pori keringat dengan membawa
garam, yodium dan zat kimia lainnya. Air yang dikeluarkan melalui kulit
tidak saja disalurkan melalui keringat tetapi juga melalui penguapan air
transepidermis sebagai pembentukan keringat yang tidak disadari
(Sherwood, 2011).
5. Penyimpanan
Kulit dapat menyimpan lemak di dalam kelenjar lemak (Sherwood,
2011).
6. Penyerapan terbatas
Kulit dapat menyerap zat-zat tertentu, terutama zat-zat yang larut dalam
lemak dapat diserap ke dalam kulit. Hormon yang terdapat pada krim
muka dapat masuk melalui kulit dan mempengaruhi lapisan kulit pada
tingkatan yang sangat tipis. Penyerapan terjadi melalui muara kandung
rambut dan masuk ke dalam saluran kelenjar palit, merembes melalui
dinding pembuluh darah ke dalam peredaran darah kemudian ke berbagai
organ tubuh lainnya (Sherwood, 2011).
7. Penunjang penampilan
Fungsi yang terkait dengan kecantikan yaitu keadaan kulit yang tampak
halus, putih dan bersih akan dapat menunjang penampilan. Fungsi lain
dari kulit yaitu kulit dapat mengekspresikan emosi seseorang seperti kulit
memerah, pucat maupun konstraksi otot penegak rambut (Sherwood,
2011).

30
BAB III
METODELOGI PELAKSANAAN
3.1 Alat dan Bahan
1. Manekin mata, telinga, dan kulit
2. Atlas anatomi

3.2 Cara Kerja


1. Mahasiswa menyiapkan alat dan bahan
2. Mahasiswa mendengarkan penjelasan dari dosen pembimbing
3. Mahasiswa mengidentifikasi organ pada manikin yang telah disediakan

31
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari hasil praktikum anatomi ini didapatkan kesimpulan bahwa:
1. Mata, telinga, dan kulit merupakan organ sensoris.
2. Mata terdiri dari kornea, sklera, lensa, humour aquos, koroid, corpus
siliaris, iris, pupil, dan retina.
3. Telinga terbagi atas telinga luar (auricular dan meatus acusticus
eksternus), telinga tengah (membrane timpani, ossicula auditus, dan
tuba auditiva), dan telinga dalam (labirinthus).
4. Kulit terbagi atas epidermis, dermis, dan subkutis.

4.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan adalah sebaiknya mahasiswa lebih serius
dan teliti dalam melakukan praktikum sehingga dapat mengidentifikasi
preparat dengan baik dan benar.

32
DAFTAR PUSTAKA

Eroschenko, V. P. 2011. Atlas Histologi diFiore’s dengan Korelasi Fungsional, ed.11.


Jakarta: EGC. h.226-236.Guyton, A.C & Hall, J.E. 2014. Buku Ajar Fisiologi
Kedokteran edisi 12. Jakarta: Penerbit EGC. Hal 646-648.
Ilyas, S., dan Sri, R. 2015. Ilmu Penyakit Mata . Edisi Kelima. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI. Hal.63-79.
May BJ, Budelis J, Niparko JK. 2004. Behavioral Studies of the Olivoco chlear
Efferent System: Learning to Listen in Noise. American Medical
Associaton.130(5): 660-664.
Sherwood, Lauralee. 2011. Fisiologi Manusia: Dari Sel Ke Sistem Edisi 6,
Jakarta: EGC. h.479-482.
Snell, Richard S. 2012. Anatomi Kedokteran untuk Mahasiswa. edisi 6. Jakarta:
Penerbit EGC.

33

Anda mungkin juga menyukai