Anda di halaman 1dari 6

CRITICAL JURNAL

KEBUTUHAN PSIKOLOGIS PESERTA DIDIK

DIBUAT OLEH:
DELIANA SITOHANG
2162131004
REGULAR A

FAKULTAS BAHASA DAN SENI


PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2016
PENDAHULUAN

Tiap peserta didik sebagai individu mempunyai berbagai macam dorongan kebutuhan
baik yang bersifat kejasmanian, sosial, maupun kejiwaan. Bila dorongan kebutuhan peserta
didik dapat terpenuhi, peserta didik akan merasakan kepuasan serta kebahagiaan dalam
hidupnya dan sebaliknya (Hendrarno, 2003).

Manusia mempunyai kebutuhan-kebutuhan psikologis yang harus diberi kepuasan,


sebab kalau tidak akan menimbulkan kesukaran-kesukaran. Kebutuhan psikologis timbul dari
suatu kenyataan, bahwa manusia itu makhluk sosial, yang berkembang dan hidup serta
bekerjasama dengan orang lain.

Dalam institusi pendidikan terutama disekolah para peserta didik adalah sentral pokok
terciptanya kondisi sekolahan yang baik. Disini membuktikan bahwa betapa pentingnya
peserta didik disekolah, dan dalam hal ini para guru harus mengetahui apa-apa saja yang
menjadi kebutuhan peserta didiknya. Dalam kaitannya dengan kebutuhan peserta didik yang
harus diketahui oleh para guru dan dilaksanakan oleh masing-masing guru terutama oleh guru
bimbingan dan konseling, maka proses identifikasi kebutuhan menjadi sangat penting.

Peran guru dan konseling dalam membingbing peserta didik untuk menemukan
kebutuhannya memang sangat besar, dapat dilihat dalam tujuan bimbingan dan konseling
yaitu membantu peserta didik untuk mengembangkan potensi peserta didik secara optimal.
Dalam proses pendidikan disekolah, peserta didik sebagainsubjek didik, merupakan pribadi-
pribadi yang unik dengan segala karakteristiknya. Peserta didik sebagai individu yang
dinamis dan berada dalam proses perkembangan, memiliki kebutuhan dan dinamika dalam
interaksinya dengan lingkungannya.

Sebagai pribadi yang unik, terdapat perbedaan individual antara peserta didik yang
satu dengan peserta didik yang lainnya. Di samping itu, peserta didik sebagai pelajar,
senantiasa terjadi adanya tingkah laku sebagai hasil proses belajar.

Rumusan penelitian ini yaitu apa saja kebutuhan psikologis peserta didik ? sedangkan
tujuan dalam penelitian ini untuk mengetahui dan mendeskripsikan kebutuhan psikologis
peserta didik.
Metode penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif.
Arikunto (2002) mendefinisikan “penelitian kuantitatif merupakan suatu penelitian yang
menggunakan angka dalam mengumpulkandata dan dalam memberikan penafsiran terhadap
hasilnya”.

Penelitian ini dilaksanakan pada tahun 2014/2015 bertempat di SMA Lab School
Kota Tegal dengan subjek penelitian yaitu 30 siswa. Metode Pengumpulan datanya
menggunakan skala psikologis.

Data yang diperoleh dari suatu penelitian harus dianalisis terlebih dahulu secara benar
agar dapat ditarik kesimpulan. Dalam penelitian ini etode yang digunakan yaitu metode
analisis deskriptif. Metode ini digunakan untuk mendeskripsikan satu variabelyaitu
kebutuhan psikologis.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sebelum melakukan penelitian, peneliti meakukan uji coba instrumen terlebih dahulu
kepada 30 subjek di SMA Muhammadiyah kota Tegal. Dari jumlah 30 penyebaran skala,
semuanya mengembalikan angket kemudian di uji validitas dan rebiabilitasnya. Berdasarkan
hasil uji coba pada skala kebutuhan psikologis yang diberikan pada siswa diketahui bahwa
dari 56 aitem terdapat 50 aitem yang dikatakan valid. Dengan demikian terdapat 6 aitem yang
tidak valid. Berdasarkan hasil uji reliabilitas skala mencontek diketahui bahwa koefisien
reliabilitas instrument sebesar 0,929. Dapat disimpulkan bahwa skala kebutuhan psikologi ini
reliable dan hal ini manunjukkan bahwa skala kebutuhan mencontek mempunyai reliabilitas
tinggi karena sudah mendekati 1.

Pengambilan data penelitian dilaksanakan mulai tanggal 4-9 Agustus 2014 di SMA
Pancasakti Tegal. Sebelum instrument dibagikan, peneliti member penjelasan pada responden
cara mengisi jawaban insrtumen. Skala yang diberikan kepada subjek penelitian sebanyak 5
eksemplar, peneliti jadikan satu paket antara pernyataan dan jawaban.

Analisis data yang digunakan disesuaikan dengan tujuan penelitian yang berupa
kebutuhan psikologis peserta didik, sedangkan pencapaian tujuan penelitian dilakukan
dengan 3 tahapan berikut:

1. Menjumlah nilai yang diperoleh semua subjek penelitian pada tiap indicator.
2. Mengkali membagi jumlah nilai semua subjek pada setiap indicator nilai maksimal
yang seharusnya bisa dicapai oleh semua subjek yang kemudian dikalikan dengan
100 %.
3. Mengkategorikan nilai persen setiap indicator dalam bentuk deskriptif.

Kenyataan yang terjadi, jika mengacu pada hasil skala psikologi yang telah
diidentifikasi, kebutuhan psikologis siswa akan sosial dan emosional sangat berpengaruh
penting bagi siswa. Hal ini dikarenakan pada masing-masing kebutuhan seperti, kebutuhan
akan rasa aman, kebutuhan pemahaman mengenai perasaan dan harapan diri maupun orang
lain, kebutuhan pemahaman mengenai adanya perbedaan setiap orang itu merupakan suatu
yang unik dan wajar, dan kebutuhan tentang pemahaman tentang konsep kepemimpinan,
mendapat respon yang tinngi dari siswa dan ada pula yang mendapat respon yang sangat
tinggi yaitu kebutuhan pemahaman tentang konsep kepemimpinan.

Melihat karakteristik dan kebutuhan fisik siswa, maka program pendidikan bagi
mereka sepatutnya mempertimbnagkan kebutuhan untuk: melakukan aktivitas yang
memungkinkan terjadinya integrasi dan asimilasi data sensoris, apresiasi kapasitas fisik,
menjelajahi aktivitas fisik yang menimbulkan kesenangan dan kepuasan, dan yang mengarah
pada keterpaduan antara pikiran dan badan.

Dengan menggunakan alat pengumpul data berupa skala psikologi, setelah dianalisis
diperoleh hasil bahwa yang enjadi kebutuhan psikologis siswa yang paling utama dan
mendapat presentase tinggi dari kebutuhan sosial emosional dan sensasi fisik, ada 7
kebutuhan psikologis siswa, yaitu sebagai berikut:

1. Kebutuhan rasa aman (76,78 %) termasuk kriteria tinggi.

Siswa benar-benar membutuhkan rasa aman dalam dirinya agar dapat


mengembangkan potensi bakatnya yaitu dengan memperlakukannya sama dengan orang lain,
hal ini berkaitan dengan teorema yang dikatakan oleh Schmitz dan Galbaraith (1985) yang
menyatakan anak didik seringkali merasakan perasaan tidak aman karena adanya perbedaan
antara anak berbakat dengan anak normal.

2. Kebutuhan pemahaman mengenai perasaan dan harapan diri maupun orang lain (71,
17 %) termasuk dalam criteria tinggi.

Siswa memahami akan resiko yang timbul bila sedang bermain di rumah orang
lain,apabila membuat gaduh, berarti akan dimarahi atau diberi teguran oleh orang-orang yang
ada disitu, begitupun sebaliknya. Memahami akan pentingnya belajar kelompok untuk
menambah pengetahuan, dan siswa memahami akan perasaan diri apabila sedang bersedih
berarti butuh dihibur begitupun sebaliknya. Hal ini perlu agar tidak menimbulkan tekanan
dalam diri siswa maupun munculnya konflik dengan orang lain. Anak harus mengerti
konsekuensi apa yang akan terjadi bila anak melakukan sesuatu, apa pengaruhnya bagi orang
lain dan sebagainya.

3. Kebutuhan pemahaman mengenai adanya perbedaan setiap orang itu merupakan suatu
yang unik dan wajar (71,69 %)

Pemahaman mengenai adanya perbedaan setiap orang itu merupakan suatu yang unik
dan wajar ternyata juga merupakan kebutuhan dari siswa. Dengan demikian siswa harus
diberikan suatu pengarahan dan pemahaman bagaimana cara menyikapi perbedaan yang baik
dan benar sehingga penilaian mereka tentang perbedaan tidak menghambat perkembangan
potensi bakat yang mereka punya.

4. Kebutuhan pemahaman tentang tuntutan aktualisasi diri (70,83 %)


Kebutuhan pemahaman tentang tuntutan aktualisasi diri merupakan salah satu
kebutuhan dari siswa dengan demikian sebagai orang tua maupun guru sedah selayaknya
memberikan suatu ransangan amupun motivasi agar siswa mampu mengaktualisasikan
dirinya karena hal tersebut diyakini berdampak positif pada perkembangan bakatnya.
Menurut psikolog humanistic seperti Abraham Maslow dan Carl Rogers dalam (munandar,
2009) , aktualisasi diri adalah apabila seseorang menggunakan semua bakat dan talentanya
untuk menjadi apa yang ia mampu mengaktualisasikan atau mewujudkan potensinya.

Pribadi yang dapat mengaktualisasikan dirinya ad alah seseorang ang sehat menta,
dapat menerima dirinya, selalu tumbuh, berfungsi sepenuhnya, berpikiran demokratis, dan
sebagainya.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai kebutuhan psikologis siswa


yang telah diuraikan, maka dapat disimpulkan bahwa yang menjadi kebutuhan psikologis
siswa antara lain kebutuhan rasa aman (76,78 %), kebutuhan pemahaman mengenai perasaan
dan harapan diri maupun orang lain (71,17 %), kebutuhan pemahaman mengenai adanya
perbedaan setiap orang itu merupakan suatu yang unik dan wajar (71,69 %), kebutuhan
pemahaman tetang tuntutan aktualisasi diri (70,83 %), dan kebutuhan tentang pemahaman
konsep kepemimpinan (63,32 %), kebutuhan apresiasi kapasitas fisik (69,88%), kebutuhan
penjelajahan aktivitas fisik yang menimbulkan kesenangan dan kepuasan (70%) dan
kebutuhan tentang penjelajahan aktivitas yang mengarah kepada keterpaduan antara pikiran
dan badan (70,5%).
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2002. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta

Hendrarno. Edi, dkk. 2003. Bimbingan dan Konseling. Semarang: Perc. Swadaya

Manunggal

Kamus Besar Bahasa Indonesia

Mugiarso, Heru. 2004. Bimbingan dan konseling. Semarang: Unnes Press.

Munandar, Utami. 2009. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka


Cipta.

Partowisastro, Koestoer. 1983. Dinamika dala psikologi Pendidikan. Jakarta:


Erlangga

Semiawan, Conny. 1997. Perspektif Pendidikan Anak Berbakat. Jakarta :Grasindo.

Somantri, Sutjihati. 2007. Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung : Refika Aditama.

Sunarto. 1999. Perkembangan peserta didik. Jakarta: Rineka Cipta

Anda mungkin juga menyukai