Anda di halaman 1dari 25

KEPERAWATAN JIWA 2

PROPOSAL
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)
STIMULASI PERSEPSI SENSORI (HARGA DIRI RENDAH KRONIK)
Semester VI Tahun Ajaran 2019/2020

Disusun Oleh:

Nur Kholifatur Rosyidah (11161040000004)

Nadia Ikhwani Parastuti (11161040000011)

Mia Nurjanah (11161040000021)

Intan Fauziah Dwi Lestari (11161040000022)

Cindy Januar Fitri (11161040000029)

Nur Wasilah (11161040000037)

Fitriyani Nursyifa (11161040000081)

Akromul Ikhsan Baihaqi (11161040000082)

Kelompok 4 PSIK A 2016

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2019
I. Latar Belakang

Terapi aktivitas kelompok adalah terapi modalitas yang dilakukan


perawat kepada sekelompok klien yang mempunyai masalah keperawatan
yang sama. Aktivitas yang digunakan sebagai terapi, dan kelompok
digunakan sebagai target asuhan. Di dalam kelompok terjadi dinamika
interaksi yang saling bergantung, saling membutuhkan dan menjadi
laboratorium tempat klien berlatih perilaku baru yang adaptif untuk
memperbaiki perilaku lama yang maladaptive (Keliat, 2004).

Salah satu terapi aktivitas kelompok adalah terapi aktivitas kelompok


stimulasi persepsi yaitu terapi yang menggunakan aktivitas sebagai
stimulus dan terkait dengan pengalaman dan atau kehidupan untuk
didiskusikan dalam kelompok. Hasil diskusi dapat berupa kesepakatan
persepsi atau alternatif penyelesaian masalah. Aktivitas untuk klien dengan
harga diri rendah dalam terapi ini adalah mempersepsikan stimulus tidak
nyata dan respons yang dialami dalam kehidupan. Aktivitas ini terdiri dari
dua sesi.

Harga diri rendah merupakan komponen konsep diri. Harga diri


merupakan perasaaan yang berasal dari penerimaan diri sendiri tanpa syarat
walaupun melakukan kesalahan, kekalahan, kegagalan, tetap merasa penting
dan berharga. Pada pasien dengan gangguan jiwa dengan kasus gangguan
harga diri sulit menerima diri sendiri dan menjalin hubungan personal dengan
orang lain.

Penatalaksanaan klien dengan gangguan konsep diri : harga diri rendah


dapat dilakukan dengan Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) stimulasi persepsi :
harga diri rendah. Terapi aktivitas kelompok merupakan bagian dari therapi
modalitas yang berupaya meningkatkan psikoterapi dengan sejumlah klien (7-
10 orang per-kelompok), dalam gejala yang sama, jenis kelamin sama/berbeda,
usia yang hampir sama, dan dalam waktu yang bersamaan. Terapi ini bertujuan
untuk merubah pikiran negatif yang dialami oleh klien dengan harga diri
rendah kronis kearah berfikir yang positif.

2
II. Landasan Teori
A. Harga Diri Rendah Kronik
1. Pengertian
Harga diri merupakan komponen konsep diri. Harga diri
merupakan perasaaan yang berasal dari penerimaan diri sendiri tanpa
syarat walaupun melakukan kesalahan, kekalahan, kegagalan, tetap
merasa penting dan berharga (Stuart, 2007).
Menurut Schult & Videbeck ( 1998 ), gangguan harga diri rendah
adalah penilaian negatif seseorang terhadap diri dan kemampuan, yang
diekspresikan secara langsung maupun tidak langsung.
Gangguan harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan
tentang diri atau kemampuan diri yang negatif yang dapat secara
langsung atau tidak langsung diekspresikan ( Townsend, 1998 ).
Gangguan Harga Diri Rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak
berarti, dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang
negative terhadap diri sendiri atau kemampuan diri. Adanya perasaan
hilang kepercayaan diri, merasa gagal karena tidak mampu mencapai
keingginan sesuai ideal diri (Keliat, 1998 dikutip Yosep, I., 2009)
2. Etiologi
Berikut ini merupakan faktor penyebab (umum) dari harga diri
rendah antara lain:
1) Situasional
Yang terjadi trauma secara tiba-tiba misalnya pasca operasi,
kecelakaan cerai, putus sekolah, PHK, perasaan malu karena terjadi
(korban perkosaan, dipenjara, dituduh KKN).
2) Privacy yang kurang diperhatikan, misal pemeriksaan fisik yang
sembarangan, pemasangan alat yang tidak spontan (mencukur pubis
pemasangan kateter).
3) Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tecapai
karena dirawat atau sakit atau penyakitnya.

3
4) Kelakuan petugas kesehatan yang tidak menghargai, misal berbagai
pemeriksaan dilakukan tanpa penjelasan berbagai tindakan tanpa
pemeriksaan.
5) Kronik
Perasaan negatif terhadap diri sudah berlangsung lama yaitu
sebelum sakit atau dirawat. Klien ini mempunyai cara berpikir yang
negatif, kejadian sakit yang dirawat akan menambah persepsi negatif
terhadap dirinya.

Ada pula penggolongan faktor penyebab terjadinya HDR (Harga


diri rendah) digolongkan menjadi dua golongan:

1) Faktor Predisposisi (faktor yang mendasarai atau mempermudah


terjadinya HDR).
Faktor yang mempengaruhi HDR adalah penolakan orang tua,
harapan orang tua yang tidak realistic. Tergantung pada orang tua dan
ideal diri yang tidak realistic. Misalnya: orang tua tidak percaya pada
anak, tekanan dari teman, dan kultur sosial yang berubah.
2) Faktor Presipitasi (faktor pencetus HDR)
a. Ketegangan peran (ketidaknyamanan peran)
b. Stress yang berhubungan dengan frustasi yang dialami dalam peran
atau posisi
c. Konflik peran, ketidaksesuaian peran dengan apa yang diinginkan
d. Peran yang tidak jelas
e. Kurangnya pengetahuan individu tentang peran
f. Peran yang berlebihan
g. Menampilkan seperangkat peran yang kompleks
h. Perkembangan transisi
i. Perubahan norma dengan nilai yang taksesuai dengan diri
j. Situasi transisi peran
k. Bertambah/ berkurangnya orang penting dalam kehidupan individu
l. Transisi peran sehat-sakit

4
m. Kehilangan bagian tubuh, perubahan ukuran, fungsi, penampilan,
prosedur pengobatan dan perawatan
3. Manifestasi Klinik
a. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat
tindakan terhadap penyakit, misalnya: malu dan sedih karena rambut
jadi rontok setelah mendapat terapi sinar pada kanker.
b. Rasa bersalah pada diri sendiri, misalnya ini tidak akan terjadi jika
saya segera ke rumah sakit, menyalahkan, mengejek, dan mengkritik
diri sendiri.
c. Merendahkan martabat, misalnya saya tidak bisa, saya tidak mampu,
saya tidak tahu apa-apa atau saya orang bodoh.
d. Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri. Klien tidak ingin
bertemu dengan orang lain, suka menyendiri.
e. Percaya diri kurang. Klien sukar mengambil keputusan, misalnya
memilih alternatif tindakan.
f. Mencederai diri, akibat harga diri rendah disertai harapan yang suram,
mungkin klien ingin mengakhiri kehidupan.
4. Rentang Respon

ADAPTIF MALADAPTIF

ADAPTIF ADAPTIF

a. Aktualisasi diri
Pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan latar
belakang pengalaman nyata yang sukses dan dapat diterima.
b. Konsep diri
Apa bila individu mempunyai pengalaman yang positif dalam
beraktualisasi diri.
c. Harga diri rendah
Transisi antara respon konsep diri adaptif dan konsep diri
maladaptive

5
d. Kerancauan identitas
Kegagalan aspek individu mengintegrasikan aspek-aspek
identitas masa kanak-kanak kedalam kematangan aspek psikososial,
kepribadian pada masa dewasa yang harmonis.
e. Depersonalisasi
Perasaan yang tidak realistis dan asing terhadap diri sendiri yang
berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat
membedakan diri dengan orang lain.
5. Mekanisme Kopping
Menurut Keliat (1998), mekanisme koping pada klien dengan
gangguan konsep diri dibagi dua yaitu:
a. Koping jangka pendek
1. Aktivitas yang memberikan kesempatan lari sementara dari krisis,
misalnya : pemakaian obat, ikut musik rok, balap motor, olah raga
berat dan obsesi nonton televisi.
2. Aktivitas yang memberi kesempatan mengganti identitas, misalnya:
ikut kelompok tertentu untuk mendapat identitas yang sudah
dimiliki kelompok, memiliki kelompok tertentu, atau pengikut
kelompok tertentu.
3. Aktivitas yang memberi kekuatan atau dukungan sementara
terhadap konsep diri atau identitas diri yang kabur, misalnya:
aktivitas yang kompetitif, olah raga, prestasi akademik, kelompok
anak muda.
4. Aktivitas yang memberi arti dari kehidupan, misalnya: penjelasan
tentang keisengan akan menurunnya kegairahan dan tidak berarti
pada diri sendiri dan orang lain.
b. Koping jangka panjang
Semua koping jangka pendek dapat berkembang menjadi koping
jangka panjang. Penyelesaian positif akan menghasilkan ego identitas
dan Keunikan individu.
Identitas negatif merupakan rintangan terhadap nilai dan
harapan masyarakat. Remaja mungkin menjadi anti sosial, ini dapat

6
disebabkan karena ia tidak mungkin mendapatkan identitas yang
positif. Mungkin remaja ini mengatakan “Saya mungkin lebih baik
menjadi anak tidak baik”.
Individu dengan gangguan konsep diri pada usia lanjut dapat
menggunakan ego-oriented reaction (mekanisme pertahanan diri) yang
bervariasi untuk melindungi diri. Macam mekanisme koping yang
sering digunakan adalah : fantasi, disosiasi, isolasi, proyeksi.
Dalam keadaan yang semakin berat dapat terjadi deviasi
perilaku dan kegagalan penyesuaian sebagai berikut: psikosis,
neurosis, obesitas, anoreksia, nervosa, bunuh diri kriminal,
persetubuhan dengan siapa saja, kenakalan, penganiayaan.
6. Akibat
Harga diri rendah dapat membuat klien menjdai tidak mau maupun
tidak mampu bergaul dengan orang lain dan terjadinya isolasi sosial :
menarik diri. Isolasi sosial menarik diri adalah gangguan kepribadian
yang tidak fleksibel pada tingkah laku yang maladaptive, mengganggu
fungsi seseorang dalam hubungan sosial (Depkes RI. 2000).
7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medis pada gangguan konsep diri yang mengarah
pada diagnosa medis skizofrenia, khususnya dengan perilaku harga diri
rendah, yaitu:
a. Psikofarmakologi
Menurut Hawari (2003), jenis obat psikofarmaka, dibagi dalam
2 golongan yaitu:
1) Golongan generasi pertama (typical)
Obat yang termasuk golongan generasi pertama, misalnya:
Chorpromazine HCL (Largactil, Promactil, Meprosetil),
Trifluoperazine HCL (Stelazine), Thioridazine HCL (Melleril), dan
Haloperidol (Haldol, Govotil, Serenace).

7
2) Golongan kedua (atypical)
Obat yang termasuk generasi kedua, misalnya: Risperidone
(Risperdal, Rizodal, Noprenia), Olonzapine (Zyprexa), Quentiapine
(Seroquel), dan Clozapine (Clozaril).
b. Psikotherapi
Terapi kejiwaan atau psikoterapi pada klien, baru dapat
diberikan apabila klien dengan terapi psikofarmaka sudah mencapai
tahapan dimana kemampuan menilai realitas sudah kembali pulih dan
pemahaman diri sudah baik. Psikotherapi pada klien dengan gangguan
jiwa adalah berupa terapi aktivitas kelompok (TAK).
c. Therapy Kejang Listrik ( Electro Convulsive Therapy)
ECT adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang granmall
secara artificial dengan melewatkan aliran listrik melalui elektrode
yang dipasang satu atau dua temples. Therapi kejang listrik diberikan
pada skizofrenia yang tidak mempan denga terapi neuroleptika oral
atau injeksi, dosis terapi kejang listrik 4-5 joule/detik. (Maramis,
2005)
d. Therapy Modalitas
Therapi modalitas/perilaku merupakan rencana pengobatan
untuk skizofrrenia yang ditujukan pada kemampuan dan kekurangan
klien. Teknik perilaku menggunakan latihan keterampilan sosial untuk
meningkatkan kemampuan sosial. Kemampuan memenuhi diri sendiri
dan latihan praktis dalam komunikasi interpersonal. Therapi kelompok
bagi skizofrenia biasanya memusatkan pada rencana dan masalah
dalam hubungan kehidupan yang nyata. (Kaplan dan
Sadock,1998:728).
Therapy aktivitas kelompok dibagi empat, yaitu therapy
aktivitas kelompok stimulasi kognitif/persepsi, theerapy aktivitas
kelompok stimulasi sensori, therapi aktivitas kelompok stimulasi
realita dan therapy aktivitas kelompok sosialisasi (Keliat dan
Akemat,2005:13). Dari empat jenis therapy aktivitas kelompok diatas
yang paling relevan dilakukan pada individu dengan gangguan konsep

8
diri harga diri rendah adalah therapyaktivitas kelompok stimulasi
persepsi. Therapy aktivitas kelompok (TAK) stimulasi persepsi adalah
therapy yang mengunakan aktivitas sebagai stimulasi dan terkait
dengan pengalaman atau kehidupan untuk didiskusikan dalam
kelompok, hasil diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan persepsi
atau alternatif penyelesaian masalah.(Keliat dan Akemat, 2005:49).
e. Terapi somatik
Terapi somatik adalah terapi yang diberikan kepada klien
dengan tujuan mengubah perilaku yang maladaptif menjadi perilaku
yang adaptif dengan melakukan tindakan dalam bentuk perlakuan fisik
(Riyadi dan Purwanto, 2009). Beberapa jenis terapi somatik, yaitu:
1) Restrain
Restrain adalah terapi dengan menggunakan alat-alat
mekanik atau manual untuk membatasi mobilitas fisik klien (Riyadi
dan Purwanto, 2009).
2) Seklusi
Seklusi adalah bentuk terapi dengan mengurung klien dalam
ruangan khusus (Riyadi dan Purwanto, 2009).
3) Foto therapy atau therapi cahaya
Foto terapi atau sinar adalah terapi somatik pilihan. Terapi ini
diberikan dengan memaparkan klien sinar terang (5-20 kali lebih
terang dari sinar ruangan) (Riyadi dan Purwanto, 2009).
4) ECT (Electro Convulsif Therapie)
ECT adalah suatu tindakan terapi dengan menggunakan
aliran listrik dan menimbulkan kejang pada penderita baik tonik
maupun klonik (Riyadi dan Purwanto, 2009).
f. Rehabilitasi
Rehabilitasi merupakan suatu kelompok atau komunitas dimana
terjadi interaksi antara sesama penderita dan dengan para pelatih
(sosialisasi).

9
B. Terapi Aktivitas Kelompok
1. Kriteria Pasien
a. Karakteristik / Kriteria
1) Klien yang sudah kooperatif
2) Pasien yang mampu mengikuti kegiatan sampai selesai
b. Proses Seleksi
1) Melakukan pengkajian
2) Berdasarkan observasi perilaku sehari-hari klien yang dikelola oleh
Perawat
3) Berdasarkan informasi dan diskusi mengenai perilaku klien sehari-
hari serta kemungkinan dilakukan terapi kelompok pada klien
tersebut dengan perawat ruangan
4) Penyeleksian klien sesuai kriteria
2. Kriteria Hasil
a. Evaluasi Struktur
1) Kondisi lingkungan nyaman dan rileks, dilakukan ditempat tertutup
dan memungkinkan klien untuk berkonsentrasi terhadap kegiatan
2) Posisi tempat di lantai menggunakan kursi
3) Peserta sepakat untuk mengikuti kegiatan
4) Alat yang digunakan dalam kondisi baik
5) Leader, Co-leader, Fasilitator, observer berperan sebagaimana
mestinya.
b. Evaluasi Proses
1) Leader dapat mengkoordinasi seluruh kegiatan dari awal hingga
akhir.
2) Leader mampu memimpin acara.
3) Co-leader membantu mengkoordinasi seluruh kegiatan.
4) Fasilitator mampu memotivasi peserta dalam kegiatan.
5) Fasilitator membantu leader melaksanakan kegiatan dan
bertanggung jawab dalam antisipasi masalah.
6) Observer sebagai pengamat melaporkan hasil pengamatan kepada
kelompok yang berfungsi sebagai evaluator kelompok

10
7) Peserta mengikuti kegiatan yang dilakukan dari awal hingga akhir
c. Evaluasi Hasil
Diharapkan 75% dari kelompok mampu:
1) Menjelaskan apa yang sudah digambarkan dan apa yang dilihat
2) Menyampaikan halusinasi yang dirasakan dengan jelas
3. Antisipasi Masalah
a. Penanganan terhadap klien yang tidak aktif dalam aktivitas
1) Memanggil klien
2) Memberi kesempatan pada klien untuk menjawab sapaan perawat
atau klien lain
b. Bila klien meninggalkan kegiatan tanpa izin
1) Panggil nama klien
2) Tanyakan alasan klien meninggalkan kegiatan
c. Bila klien lain ingin ikut
1) Berikan penjelasan bahwa kegiatan ini ditujukan kepada klien yang
telah dipilih
2) Katakan pada klien bahwa ada kegiatan lain yang mungkin didikuti
oleh klien tersebut
3) Jika klien memaksa beri kesempatan untuk masuk dengan tidak
memberi pesan pada kegiatan ini
d. Apabila ada anggota kelompok yang melakukan kekerasan, leader
memberitahukan kepada anggota TAK bahwa perilaku kekerasan
tidak boleh dilakukan
4. Pengorganisasian
1. Tim Terapi
a) Leader : Akromul Ikhsan Baihaqi
b) Co-Leader : Cindy Januar Fitri
c) Observer : Nur Wasilah
d) Fasilitator 1 : Mia Nurjanah
e) Fasilitator 2 : Nadia Ikhwani Parastuti
f) Fasilitator 3 : Fitriyani Nursyifa
g) Fasilitator 4 : Intan Fauziah Dwi Lestari

11
h) Fasilitator 5 : Nur Kholifatur Rosyidah
i) Klien 1 : Khielva Ramadhani Mula
j) Klien 2 : Gea Fadila
k) Klien 3 : Muhammad Abdul Jalaludin
l) Klien 4 : Nindy Alifia Setyaningsih
m) Klien 5 : Annisa Lutsfia
n) Klien 6 : Melani Fati Rahma
o) Klien 7 : Opi Hopipah
p) Klien 8 : Izza Mauritsa
2. Pembagian Tugas
a. Leader :
1) Memimpin jalannya Terapi Aktivitas Kelompok
2) Merencanakan dan mengontrol Terapi Aktivitas Kelompok
3) Membacakan tujuan Terapi Aktivitas Kelompok
4) Memfasiltasi anggota untuk mengekspresikan perasaan,
pendapat, dan umpan balik
5) Mengkaji sejauh mana anggota kelompok mengerti dan
melaksanakan kegiatan
b. Co-Leader:
1) Membantu leader mengorganisasi anggota
2) Mengingatkan leader jika kegiatan menyimpang
3) Mengingatkan leader tentang waktu
4) Apabila terapi aktivitas kelompok pasif diambil alih oleh co
leader
c. Fasilitator:
1) Ikut serta dalam kegiatan Terapi Aktivitas Kelompok
2) Memfasilitasi klien dalam Terapi Aktivitas Kelompok
d. Observer:
1) Mengobservasi jalannya Terapi Aktivitas Kelompok mulai dari
persiapan, proses dan penutup
2) Menacatat semua proses selama Terapi Aktivitas Kelompok
3) Melakukan evaluasi setelah Terapi Aktivitas Kelompok

12
4) Membuat laporan jalannya aktivitas kelompok
3. Waktu / Tempat
a. Hari / Tanggal :
b. Waktu = 09:00 – 09:45 WIB
c. Tempat = Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan, Ruang Dahlia
d. Denah Tempat

Keterangan:

= Papan Tulis

= Leader

= Co-Leader

= Fasilitator

13
= Observer

= Klien

14
TERAPI STIMULASI TERBAGI DALAM 2 SESI

1. Sesi 1 dan 2: Identifikasi positif pada diri dan melatih hal positif
a. Tujuan:
1) Klien dapat mengidentifikasi pengalaman yang tidak menyenangkan
2) Klien dapat mengidentifikasi hal positif pada dirinya.
b. Setting:
1) Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran
2) Ruangan nyaman dan tenang.
c. Alat:
1) Spidol sebanyak jumlah klien yang mengikuti TAK
2) Kertas putih HVS dua kali jumlah klien yang mengikuti TAK
d. Metode:
1) Diskusi
2) Permainan
e. Langkah Kegiatan
1) Persiapan
a) Briefing semua anggota kelompok ( Leader, Co Leader, Fasilitator
dan Observer)
b) Memilih klien sesuai dengan indikasi, yaitu klien dengan gangguan
konsep diri: harga diri rendah kronik
c) Membuat kontrak dengan klien
d) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
e) Mempersiapkan dan mengingatkan klien 10 menit sebelum TAK
dimulai
2) Orientasi
a) Salam terapeutik
1. Salam dari tapis kepada klien
2. Perkenalkan nama dan panggilan terapis (pakai papan nama)
3. Menanyakan nama dan panggilan semua klien (beri papan nama)
b) Evaluasi/Vasilidasi : Menanyakan perasaan klien saat ini
c) Kontrak

15
1. Terapis menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu bercakap-cakap tentang
hal positif diri sendiri
2. Terapis menjelaskan aturan main berikut:
a. Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus
meminta izin kepada terapis
b. Lama kegiatan 45 menit
c. Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
d. Fasilitator akan menemani bapak dan ibu selama aktivitas
kelompok berlangsung.
e. Apabila klien melanggar peraturan yang telah dibuat maka klien
akan akan mendapatkan hukuman yaitu menyapu ruangan dan
tidak mendapatkan snack ketika acara berlangsung .
3) Tahap kerja
a) Terapis memperkenalkan diri: nama lengkap dan nama panggilan serta
memakai papan nama
b) Terapis membagikan kertas dan spidol kepada klien
c) Terapis meminta tiap klien menulis pengalaman yang tidak
menyenangkan
d) Terapis memberi pujian atas peran serta klien
e) Terapis membagikan kertas yang kedua
f) Terapis meminta tiap klien menulis hal positif tentang diri sendiri:
kemampuan yang dimiliki, kegiatan yang biasa dilakukan dirumah
dan dirumah sakit
g) Terapis meminta klien membacakan hal positif yang sudah ditulis
secara bergiliran sampai semua klien mendapatkan giliran
h) Terapis memberi pujian pada setiap peran serta klien
4) Tahap terminasi
a) Evaluasi Subjektif
1. Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
2. Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
b) Evaluasi Objektif : Terapis meminta klien untuk melakukan apa yang
sudah dilatih

16
c) RTL : Terapis meminta klien menulis hal positif lain yang belum
tertulis
d) Kontrak yang akan dating
1. Menyepakati TAK yang akan datang, yaitu melatih hal positif diri
yang dapat diterapkan dirumah sakit dan dirumah
2. Menyepakati waktu dan tempat
5) Evaluasi dan Dokumentasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada
tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai
dengan tujuan TAK. Untuk TAK harga diri rendah kronik sesi 1,
kemampuan klien yang diharapkan adalah menuliskan pengalaman yang
tidak menyenangkan dan aspek positif (kemampuan) yang dimiliki.
Formulir evaluasi sebagai berikut:

Sesi 1

Stimulasi persepsi: Harga diri rendah

Kemampuan menulis pengalaman yang tidak menyenangkan dan hal positif diri
sendiri

No Nama Pengalaman yang tidak Hal positif diri sendiri


menyenangkan
1
2
3
4
5
6
7
8

Petunjuk:

17
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama
2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan menulis pengalaman yang
tidak menyenangkan dan aspek positif diri sendiri. Beri tanda (*) jika klien
mampu dan tanda (X) jika klien tidak mampu

Dokumentasi

Dokuemntasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan


proses keperawatan tiap klien. Contoh: klien mengikuti sesi 1, TAK stimulasi
persepsi harga diri rendah. Klien mampu menuliskan tiga hal pengalaman yang
tidak menyenangkan, mengalami kesulitan menyebutkan hal positif diri. Anjurkan
klien menulis kemampuan dan hal positif dirinya dan tingkatkan reinforcement
(pujian)

18
Strategi Penatalaksanaan Tindakan Keperawatan

SP 1 Pertemuan Ke-1 Tanggal 18 Maret 2019

Pada Klien Harga Diri Rendah

Sesi 1 & 2 : Identifikasi Positif Pada Diri dan Melatih Hal Positif

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
a. Data Subjektif
1) Klien mengatakan sering mengkritik diri sendiri
2) Klien mengatakan tidak mampu dan tidak berguna
3) Klien mengatakan malu dan merasa bersalah
4) Klien mengatakan tidak mempunyai kelebihan
5) Klien mengatakan pesimis terhadap masa depan
b. Data Objektif
1) Klien tampak mengalami penurunan produktivitas
2) Kontak mata klien kurang, tidak berani menatap lawan bicara
3) Klien tampak biacara pelan dan lambat dengan nada suara lemah
4) Klien tampak tidak bersemangat
5) Klien sulit membuat keputusan
2. Diagnosa Keperawatan : Harga Diri rendah Kronik
3. Tujuan Tindakan Keperawatan
a. Tujuan Umum : Klien dapat meningkatkan harga diri
b. Tujuan Khusus :
1) Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif di dalam
dirinya
2) Klien dapat menilai kamampuan yang dapat dilakukan
3) Klien mampu memilih kamampuan dan aspek positif yang akan
dilatih
4) Klien mampu melatih kemampuan dan aspek positif
5) Klien dapat merencanakan kegiatan yang sudah dilatih

19
4. Tindakan Keperawatan
a. BHSP
b. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki klien
c. Membantu klien menilai kemampuan yang dapat digunakan
d. Membantu klien memilih atau menetapkan kegiatam sehari-hari yang
dapat dilakukan
e. Melatih kegiatan klien yang sudah dipilih sesuai kemampuan
f. Membantu klien merencanakan kegiatan sesuai kemampuan dan
menyusun rencana kegiatan

B. Strategi komunikasi dalam tindakan keperawatan


1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik
“Assalamualaikum.. Ibu-ibu dan bapak-bapak. Perkenalkan nama saya .......
senang di panggil ..... ( menggunakan name tag) saya disini sebagai
pemimpin yang akan memimpin dan mengatur berlangsungnya terapi
aktivitas yang akan kita lakukan bersama-sama. Nah, disini saya ditemani
beberapa rekan saya yang akan membantu berlangsungnya terapi aktivitas”
kelompok ini. Sebelum kita mulai kita perkenalan dulu ya.
(memperkenalkan diri dan menanyakan nama klien satu-satu)
“Nama ibu/bapak siapa? Senang di panggil apa?) klien memakai name tag
satu-satu
klien memperkenalkan diri kepada teman satu kelompoknya.
b. Evaluasi
“Bagaimana perasaan ibu-ibu dan bapak-bapak hari ini?” ( biarkan klien
menjawab satu-persatu)
“Ohh, jadi ibu-ibu dan bapak-bapak merasa tidak mampu melakukan
sesuatu, tidak berguna dan merasa tidak memiliki kelebihan apapun”
“Sejak kapan ibu-ibu dan bapak- bapak merasakan hal demikian?” ( biarkan
klien menjawab satu-persatu)
“Oh.. jadi ibu-ibu dan bapak-bapak sudah merasakan hal demikian dari lama
yaa”

20
c. Validasi
“Apa yang ibu-ibu dan bapak-bapak lakukan ketika merasakan hal
demikian?” ( biarkan klien menjawab satu persatu)
“Bagaimana hasilnya?”
d. Kontrak
“Baiklah, ibu-ibu dan bapak-bapak bagaimana kalau kita sekarang
berbincang-bincang mengenai perasaan ibu-ibu dan bapak-bapak dan cara
mengatasi perasaan ibu-obu danbapak-bapak dengan terapi aktivitas
kelompok?”
“Apakah ibu-ibu dan bapak-bapak bersedia?”
“Bagus sekali, ibu-ibu dan bapak-bapak bersedia untuk mengikuti terapi
aktivitas kelompok ini”
“Nah, kita akan melakukan aktivitas kelompok dengan mengidentifikasi
kemampuan-kemampuan positif yang bapak dan ibu miliki dan kita dapat
melatihnya secara bersama-sama”
“Nah, tujuannya dilakukan latihan ini yaitu untuk membantu bapak dan ibu
mengetahui hal positif apa saja yang dimiliki dan bisa dilakukan oleh bapak
dan ibu, dan juga dapat meningkatkan rasa percaya diri bapak dan ibu”
“Nah, sebelum kita melakukan kegiatan disini saya mempunyai peraturan
yang harus semua anggota kelompok patuhi, aturannya yaitu:
1) Klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
2) Apabila klien akan meninggalkan kelompok, harus meminta izin pada
fasilitator supaya nanti bisa ditemani
3) Fasilitator akan menemani bapak dan ibu selama aktivitas kelompok
berlangsung.
4) Apabila klien melanggar peraturan yang telah dibuat maka klien akan
akan mendapatkan hukuman yaitu menyapu ruangan dan tidak
mendapatkan snack ketika acara berlangsung .
5) Kegiatan akan dilakukan selama 45 menit di ruangan ini

“ Nah, bagaimana bapak dan ibu setuju dengan peraturannya?”

“ Nah, sebelum kita mulai alangkah baiknya kita berdoa terlebih dahulu”

21
2. Fase Kerja
a. Menjelaskan Langkah Kegiatan yang akan dilakukan
“Ya baik bapak-bapak dan ibu ibu disini saya akan menjelaskan langkah
langkah kegiatan yang akan kita lakukan bersama, tujuannya adalah untuk
mengembangkan kemampuan bapak-bapak dan ibu ibu sekalian. Nah yang
akan kita lakukan pertama adalah menuliskan kemampuan positif yang
bapak-bapak dan ibu-ibu miliki, begitu juga hobi ataupun kegiatan yang
ingin bapak-bapak dan ibu-ibu lakukan, setelah itu yang kedua kita akan
sama-sama memilih kegiatan dari daftar yang sudah bapak dan ibu tulis tadi
untuk dilakukan disini, selanjutnya setelah memilih kegiatan, bapak dan ibu
akan melatih kemampuan dan kegiatan tersebut dibantu oleh perawat ya pa
bu, lalu yang terakhir bapak dan ibu satu persatu maju kedepan menjelaskan
kegiatan yang sudah dilatih sebelumnya dan juga mempraktekannya ya pa
bu, setuju ya semuanya”

b. Mulai melakukan kegiatan


“Baik langsung saja kita mulai sekarang disini ada kertas dan juga pulpen,
bapak-bapak dan ibu-ibu bisa tuliskan apa saja kemampuan positif yang
bapak-bapak dan ibu-ibu miliki, begitu juga hobi ataupun kegiatan yang
ingin bapak-bapak dan ibu-ibu lakukan, silahkan tulis sebanyak-banyaknya
ya pak,bu.”
“Sudah selesai ya pak, bu menulis kegiatannya, sekarang coba bapak dan
ibu pilih 1 kegiatan yang mau bapak dan ibu lakukan disini.”
“Selanjutnya bapak dan ibu bisa melatih kemampuan bapak dan ibu ya
sekarang yang akan dibantu oleh para perawat, bapak dan ibu bisa bilang
kepada perawat apa saja yang dibutuhkan.”
“Bagaimana pak bu sudah selesai latihan kegiatannya? Sudah ya, sekarang
ayo bapak dan ibu satu persatu maju kedepan untuk menjelaskan kegiatan
yang sudah bapak dan ibu latih tadi.”
“Ayo dimulai dari ibu yang sebelah kiri, silahkan maju kedepan bu.”

22
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi Subjektif
“Bagaimana perasaan ibu-ibu dan bapak-bapak setelah melakukan aktivitas
kelompok ini?”
b. Evaluasi Objektif
“Nah, coba ibu-ibu dan bapak-bapak sebutkan hal positif apa saja yang ibu-
ibu dan bapak-bapak miliki!” (satu-satu nyebutin)
“Wah hebat sekali ibu-ibu dan bapak-bapak dapat menyebutkannya
kembali”
c. RTL
“Nah, jika perasaan tidak mampu, tidak berguna dan merasa tidak memliki
kelebihan apapun bapak dan ibu dapat melakukan kegiatan positif yang
telah kita latih tadi”
“Dan ibu-ibu dan bapak-bapak dapat menuliskan kemampuan yang ibu-ibu
dan bapak-bapak miliki yang belum ditulis tadi ya “
d. Kontrak yang akan datang
“Baiklah,, tidak terasa waktu kita sudah habis.”
“Untuk terapi aktivitas selanjutnya akan dilakukan lusa ya ibu-ibu dan
bapak-bapak untuk melatih kegiatan postif yang ibu-ibu dan bapak miliki”
“Untuk waktunya ibu-ibu dan bapak-bapak mau jam berapa?” bagaimana
kalau jam 09.00?”
“Untuk tempatnya ibu-ibu dan bapak-bapak mau dimana?” bagaimana jika
diruangan ini lagi?”
“Baiklah, kita akan bertemu lagi lusa jam 09.00 di ruangan ini ya ibu-ibu
dan bapak-bapak”
“Kalau begitu mari kita sudahi terapi aktivitas kelompok ini dengan berdoa”
“Sampai bertemu lusa, wassalamualaikum”
4. Evaluasi dan Dokumentasi
Evaluasi:
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja.
Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK.
Untuk TAK harga diri rendah kronik sesi 1 dan 2, kemampuan klien yang

23
diharapkan adalah mengidentifikasi aspek positif (kemampuan) yang dimiliki
dan melatih hal positif. Formulir evaluasi sebagai berikut:

24
DAFTAR PUSTAKA

Depkes, RI. 2000. Keperawatan jiwa : Teori & tindakan keperawatan jiwa.
Depkes RI : Jakarta
Hawari, D. 2003. Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa: Skizofrenia. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Keliat, B.A. 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Riyadi, S. Dan Purwanto, T. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Stuart & Sundden. 1995. Principle & Praktice of Psychiatric Nursing, ed. Ke-
5. St Louis: Mosby Year Book.

25

Anda mungkin juga menyukai