Anda di halaman 1dari 32

PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU

TENTANG PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF

DI RSUD UNDATA PALU

DI SUSUN OLEH :

NAMA : SUMARNI

NIM : 201801191

KELAS : D NON REG

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA NUSANTARA PALU

JURUSAN KEPERAWATAN

TAHUN 2018/2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Tahun 2005, UNICEF dan World Health Organiation (WHO) dalam

Kementerian Kesehatan RI, 2015) merekomendasikan sebaiknya anak hanya

disusui Air Susu Ibu (ASI) selama paling sedikit 6 bulan. Makanan padat

seharusnya diberikan sesudah anak berumur 6 bulan, dan pemberian ASI

dilanjutkan sampai anak berumur dua tahun. ASI eksklusif dianjurkan pada

beberapa bulan pertama kehidupan karena ASI mengandung gizi yang

diperlukan dan paling sesuai untuk bayi/anak. Selain itu, kebersihan ASI lebih

terjamin daripada makanan lain.

WHO (2011), hanya 40% bayi di dunia yang mendapatkan ASI

eksklusif. Hal tersebut menggambarkan bahwa pemberian ASI eksklusif

masih rendah dan penurunan ASI eksklusif tidak hanya terjadi di negara-

negara maju, tetapi juga terjadi di negara berkembang seperti di Indonesia

(Kumalasari, 2015).

World Healt Organization (WHO) merekomendasikan bahwa langkah

terbaik menjaga kesehatan bayi dan ibunya adalah pemberian ASI eksklusif

setidakmya sampai 6 bulan. ASI eksklusif bukan hanya semata didasarkan

pada pertimbangan bahwa ASI eksklusif adalah makanan terbaik bagi bayi,

akan tetapi juga menjadi bagian integral dari proses reproduksi yang memiliki
implikasi penting bagi kesehatan ibu yang menyusui. Dan pemberian ASI

selama 6 bulan justru mendorong pertumbuhan bayi yang optimal.

(Khairiyah,2013).

Tingkat pemberian Air Susu Ibu (ASI) ekslusif di Indonesia masih

sangat rendah yaitu 15,3% berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)

2010. Rendahnya pemberian ASI merupakan ancaman bagi tumbuh kembang

anak yang akan berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan kualitas

SDM secara umum. 80% perkembangan otak anak dimulai sejak dalam

kandungan sampai usia 3 tahun yang dikenal dengan periode emas, sehingga

sangat penting untuk mendapatkan ASI yang mengandung protein,

karbohidrat, lemak dan mineral yang dibutuhkan bayi, oleh karena itu

diperlukan pemberian ASI ekslusif selama enam bulan dan dapat dilanjutkan

hingga dua tahun (Budiharja, 2011).

Angka kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu indicator penting

dalam menentukan tingkat kesehatan masyarakat, baik pada tatanan provinsi

maupun nasional. Hasil Survey Demokrasi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun

2015 melaporkan AKB di indonesia sebesar 32/1.000 kelahiran hidup.

Kendati terus mengalami penurunan, AKB di Indonesia masih jauh lebih

tinggi dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya (Depkes RI,

2012). Sedangkan berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota Profinsi Sulawesi Selatan tahun 2015 diperoleh AKB sebesar

11 per 1.000 kelahiran hidup, angka ini menunjukan terjadi peningkatan yang
tidak signifikan dari tahun 2014 yaitu 10,4 per 1.000 kelahiran hidup. Di

Indonesia Angka Kematian Bayi (AKB) yang disebabkan oleh penyakit

infeksi masih tinggi. Hal ini dibuktikan oleh data Riskesdas 2012 babwa

penyebab kematian bayi terbanyak yaitu infeksi saluran pernapasan, diare dan

komplikasi prenatal.

Pentingnya pemberian ASI terutama ASI Eksklusif untuk bayi sangat

luar biasa. Bagi bayi, ASI Eksklusif adalah makanan dengan kandungan gizi

yang paling sesuai untuk kebutuhan bayi, melindungi bayi dari berbagai

penyakit seperti diare dan infeksi saluran pernafasan akut (Kemenkes RI,

2012).

Dari data Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun

2012 menunju kan bahwa sebanyak 27% bayi di Indonesia mendapatkan ASI

eksklusif sampai dengan umur 4-5 bulan. Sedangkan Riset Kesehatan Dasar

(Riskesdas) tahun 2013, angka pemberian ASI eksklusif pada bayi

berumur 0-6 bulan hanya mencapai angka 30,2%. Angka yang relative masih

sedikit, padahal dengan ASI dan menyusui baik ibu dan bayinya akan

mendapatkan banyak manfaat. Bahkan hal ini juga berimbas ke lingkungan,

masyarakat, bangsa, dan Negara. (Kemenkes RI,2013).

Roesli (2013) mengungkapkan bahwa menyusui merupakan suatu seni

yang harus di pelajari kembali. Keberhasilan menyusui tidak diperlukan alat-

alat khusus dan biaya yang mahal yang diperlukan kesabaraan, waktu,

pengetahuan dann dukungan dari lingkungan. Seiring dengan perkembangan


zaman, terjadi pula peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

demikian pesat kehilangan pengetahuan yang besar, karena menyyusui adalah

suatu pengetahuan yang berjuta-juta tahun mempunyai peran penting dalam

mempertahankan kehidupan manusia.

ASI adalah air susu ibu yang mengandung nutrisi optimal, baik

kualitas dan kuantitasnya. Air susu ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak

dalam larutan protein, laktosa dan garam-garan anorganik yang disekresikan

oleh kelenjar mammae ibu, dan berguna sebagai makanan. Keseimbangan zat-

zat gizi dalam susu ibu berada pada tingkat terbaik dan air susu nya memiliki

bentuk paling baik bagi tubuh bayi yang masih muda. Pada saat yang sama,

ASI juga sangat kaya akan sari-sari makanan yang mempercepat

pertumbuhan sel-sel otak dan perkembangan system syaraf (Maryunani Anik,

2012).

Pemberian ASI merupakan metode pemberian makan bayi yang

terbaik. ASI mengandung semua zat gizi dan cairan yang dibutuhkan untuk

memenuhi seluruh gizi bayi pada 6 bulan pertama. Pemberian ASI selama 6

bulan tanpa makanan pendamping apapun sering disebut ASI eksklusif

(Roesli, 2008). UNICEFF memperkirakan bahwa pemberian ASI Eksklusif

sampai usia 6 bulan dapat mencegah kematian 1,3 juta anak berusia di bawah

lima tahun (Haryono dan sulis, 2014).

Prasetyono (2012) menyatakan bahwa kurangnya pengetahuan ibu

tentang pentingnya ASI Eksklusif dapat di pengaruhi oleh promosi produk-


produk makanan tambahan dan formula. Kemajuan teknologi dan canggihnya

komunikasi, serta genjarnya promosi susu formula membuat masyarakat

kurang mempercayain kehebatan ASI. Ibu yang aktif bekerja dalam upaya

dalam pemberian ASI eksklusif sering kali mengalami hambatan karena

singkatnya masa cuti hamil dan melahirkan. Keadaan seperti itu yang sering

menjadi kendala bagi ibu untuk memberikan ASI eksklusif sehingga

pemberian ASI eksklusif mungkin tidak tercapai.

B. Rumusan Masalah

Berbagai latar belakang penyebab dirumuskan dalam pertanyaan penelitian

sebagai berikut ini.

1. Bagaimana pengetahuan ibu terhadap pemberian ASI eksklusif.

2. Bagaimana sikap ibu terhadap pemberian ASI eksklusif.

C. Tujuan Penelitian.

1. Tujuan Umum

Adapun tujuan umum dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui

pengetahuan dan sikap ibu terhadap pemberian ASI eksklusif.

2. Tujuan Khusus

a. Melakukan analisis pengetahuan ibu terhadap pemberian ASI

eksklusif.

b. Melakukan analisis sikap ibu terhadap pemberian ASI eksklusif.


D. Manfaat Penelitian.

1. Hasil penelitian ini merupakan salah satu infromasi dan bahan

pertimbangan bagi penentu kebijakan pada tingkat Dinas Kesehatan

Provinsi Sulawesi Tengah

2. Hasil penelitian ini diharapkan menambah khasanah ilmu pengetahuan

dan menjadi salah satu bahan bacaan bagi peneliti berikutnya di masa akan

datang.

3. Bagi peneliti sendiri merupakan pengalaman berharga dalam rangka

memperluas wawasan keilmuan tentang pemberian ASI Eksklusif melalui

penelitian lapangan serta manfaatnya bagi ibu dan bayinya.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Asi Eksklusif

1. Pengertian ASI Eksklusif

Pengertian ASI Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa

tambahan cairan seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih

dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur

susu, biskuit, bubur nasi dan tim (Roesli, 2009).

ASI Eksklusif (menurut WHO) adalah pemberian ASI saja

pada bayi sampai usia 6 bulan tanpa tambahan cairan ataupun

makanan lain. ASI dapat diberikan sampai bayi berusia 2 tahun

(Kristiyansari, 2009). ASI Eksklusif adalah pemberian hanya ASI saja

tanpa makanan dan minuman lain. ASI Eksklusif dianjurkan sampai 6

bulan pertama kehidupan (Depkes RI, 2005).

ASI adalah cairan putih yang dihasilkan oleh kelenjar payudara

Ibu melalui proses menyusui (Khasanah, 2011). ASI merupakan

makanan yang disiapkan untuk bayi mulai masa kehamilan payudara

sudah mengalami perubahan untuk memproduksi ASI. Makanan-

makanan yang diramu menggunakan teknologi modern tidak bisa

menandingi keunggulan ASI karena ASI mempunyai nilai gizi yang


tinggi dibandingkan dengan makanan buatan manusia ataupun susu

yang berasal dari hewan sapi, kerbau atau kambing.

2. Kandungan ASI

Kandungan ASI terdiri dari ( Suradi, 2004) :

a. Lemak

Sumber kalori utama dalam ASI adalah lemak. Sekitar 50%

kalori ASI berasal dari lemak. Kadar lemak dalam ASI antara 3,5-

4,5%. Walaupun kadar lemak dalam ASI tinggi, tetapi mudah

diserap oleh bayi karena trigliserida dalam ASI lebih dulu dipecah

menjadi asam lemak dan gliserol oleh enzim lipase yang terdapat

dalam ASI. Kadar kolestrol ASI lebih tinggi dari pada susu sapi,

sehingga bayi mendapat ASI seharusnya mempunyai kadar

kolestrol darah lebih tinggi. Disamping kolestrol, ASI mengandung

asam lemak essensial yaitu asam linoleat (Omega 6) dan asam

linolenat (Omega 3).

Kedua asam lemak tersebut adalah pembentuk asam lemak

tidak jenuh rantai panjang disebut docosahexaenoic acid (DHA)

berasal dari Omega 3 dan arachidonic acid (AA) berasal dari

Omega 6 yang berfungsi sangat penting untuk pertumbuhan otak

anak. Kadar lemak ASI matur dapat berbeda menurut lama

menyusui. Pada permulaan menyusu (5 menit pertama) disebut

foremilk kadar lemak ASI rendah (1-2 g/dl) dan lebih tinggi dapat
hindmilk (ASI yang dihasilkan pada akhir menyusu setelah 15-20

menit). Kadar lemak hindmilk bisa mencapai 3 kali dibandingkan

dengan foremilk.

b. Karbohidrat

Karbohidrat utama dalam ASI adalah laktosa, yang kadarnya

paling tinggi dibanding susu mamalia lain (7gr%). Laktosa mudah

diurai menjadi glukosa dan galaktosa dengan bantuan enzim laktase

yang sudah ada dalam mukosa saluran pencernaan sejak lahir.

Laktosa mempunyai manfaat lain yaitu mempertinggi absorbsi

kalsium dan merangsang pertumbuhan Lactobasillus bifidus.

c. Protein

Protein dalam susu adalah kasein dan whey. Kadar protein ASI

sebesar 0.9%, 60% diantaranya adalah whey, yang lebih mudah

dicerna dibanding kasein. Dalam ASI terdapat dua macam asam

amino yang tidak terdapat dalam susu sapi yaitu sistin dan taurin.

Sistin diperlukan untuk pertumbuhan somatic, sedangkan taurin

untuk pertumbuhan otak. Selain dari ASI, sebenarnya sistin dan

taurin dapat diperoleh dari penguraian tirosin, tetapi pada bayi baru

lahir enzim pengurai tirosin ini belum ada.

d. Vitamin

ASI cukup mengandung vitamin yang diperlukan bayi.

Vitamin K yang berfungsi sebagai katalisator pada proses


pembekuan darah terdapat dalam ASI dengan jumlah yang cukup

dan mudah dicerna. Dalam ASI juga banyak vitamin E, terutama di

kolostrum. Dalam ASI juga terdapat vitamin D, tetapi bayi prematur

atau yang kurang mendapat sinar matahari dianjurkan pemberian

suplementasi vitamin D.

e. Zat besi

Bayi aterm normal biasanya lahir dengan hemoglobin tinggi

(1622 gr/dl), yang berukuran cepat setelah lahir. Zat besi yang

diperoleh dari pemecahan hemoglobin digunakan kembali. Bayi

tersebut juga memiliki persediaan zat besi dalam jumlah banyak

cukup untuk setidaknya 4-6 bulan. meskipun jumlah zat besi yang

terkandung dalam ASI lebih sedikit dari yang terkandung dalam

susu formula, bioavailabilitas zat besi dalam ASI jauh lebih tinggi.

70% zat besi dalam ASI dapat diserap, sedangkan hanya 10%

jumlah zat besi dapat diserap dalam susu formula. Perbedaan ini

disebabkan rangkaian interaksi kompleks yang terjadi di usus. Bayi

yang diberikan susu sapi segar atau susu formula dapat mengalami

anemia karena perdarahan kecil di usus.

f. Seng

Defisiensi mineral kelumit ini dapat menyebabkan kegagalan

bertumbuh dan lesi kulit tipikal. Meskipun seng lebih banyak

terdapat pada susu formula dibanding ASI, bioavalabilirasnya lebih


besar pada ASI. Bayi yang diberi ASI mampu mempertahankan

kadar seng dalam plasma tetap tinggi dibanding bayi yang diberi

susu formula, bahkan meskipun konsentrasi seng yang terdapat di

dalamnya tiga kali lebih banyak daripada ASI. 7) Kalsium

Kalsium lebih efisien diserap dari ASI dibanding susu pengganti

ASI karena perbandingan kalsium fosfor ASI lebih tinggi. Susu

formula bayi yang berasal dari susu sapi tidak terelakkan memiliki

kandungan fosfor lebih tingi dari pada ASI dan dilaporkan

meningkatkan resiko tetanus pada neonatus.

g. Mineral

ASI memiliki kadar kalsium, fosfor, natrium, dan kalium yang

lebih rendah daripada susu formula. Tembaga, kobalt, dan selenium

terdapat dalam kadar yang lebih tinggi. Semakin tinggi

bioavailabilitas mineral dan unsur kelumit ini, dipastikan bahwa

kebutuhan bayi terpenuhi dan pada saat yang bersamaan, juga

menimbulkan beban penyerapan yang lebih rendah pada ginjal

neonatus dari pada susu pengganti ASI (Prasetyo, 2009).

3. Manfaat ASI

a. Bagi Bayi

1) mengandung komposisi yang tepat

ASI Berbagai bahan makanan yang baik untuk bayi

yaitu terdiri dari proporsi yang seimbang dan cukup kuantitas


semua zat gizi yang diperlukan untuk kehidupan 6 bulan

pertama (Kristiyansari, 2009).

2) ASI meningkatkan kecerdasan bagi bayi

Lemak pada ASI adalah lemak tak jenuh yang

mengandung omega 3 untuk pematangan sel-sel otak sehingga

jaringan otak bayi yang mendapat ASI Eksklusif akan tumbuh

optimal dan terbebas dari rangsangan kejang hingga sel-sel

saraf otak (Kristiyansari, 2009).

3) Mengandung zat protektif

Bayi yang mendapat ASI lebih jarang menderita

penyakit karena adanya zat protektif dalam ASI (Sunardi,

2008).

4) Lactobasillus bifidus

Laktobasillus bifidus berfungsi mengubah laktosa

menjadi asam laktat dan asam asetat. Kedua asam ini

menjadikan saluran pencernaan bersifat asam sehingga

menghambat pertumbuhan Lactobasillus bifidus. Susu sapi

tidak mengandung faktor ini (Sunardi, 2008).

5) Lactoferin

Lactoferin adalah protein yang berikatan dengan besi.

Dengan mengikat zat besi, maka Lactoferin bermanfaat

menghambat pertumbuhan kuman tertentu, yaitu


staphylococus, E.coli, dan Entamoeba hystolytica yang juga

memerlukan zat besi untuk pertumbuhannya bakteri tersebut,

lactoferin dapat pula menghambat pertumbuhan jamur

Candida (Suradi, 2004).

6) Lizozim

Lizozim adalah enzim yang dapat memecah dinding

bakteri (bakterisidal) dan anti inflamasi, bekerja bersama

peroksida dan askorbat untuk menyerang bakteri E.coli dan

sebagian keluarga salmonella. Keaktifan lizozim ASI beberapa

kali lebih tinggi dibanding susu sapi. Keunikan lizozim

lainnya adalah bila faktor protektif lainnya adalah sesuai tahap

lanjut ASI, maka lizozim justru meningkat pada 6 bulan

pertama setelah kelahiran. Hal ini merupakan keuntungan

karena setelah 6 bulan bayi mulai mendapatkan makanan

padat dan lizozim merupkan faktor protektif terhadap

kemungkinan serangan bakteri patogen dan penyakit diare

pada periode ini (Suradi, 2004).

7) Komponen C3 dan C4

Kedua komponen ini, walaupun kadar dalam ASI

rendah, mempunyai daya opsonik, anafilatik dan kemotaktik

yang bekerja bila diaktifkan oleh IgA dan IgE yang juga

terdapat dalam ASI (Suradi, 2004).


8) Faktor antistreptococus

Dalam ASI terdapat faktor antistreptococus yang

melindungi bayi terhadap infeksi kuman streptococus (Suradi,

2004).

9) Antibodi

Secara elektroforetik, kromatografik dan radio

immunoassay terbukti bahwa ASI terutama kolostrum

mengandung imunoglobin yaitu IgA sekretorik (SigA), IgE,

IgM, dan IgG. Dari semua imunoglobulin tersebut yang

terbanyak adalah SigA. Antibodi dalam ASI dapat bertahan

dalam saluran pencernaan bayi karena tahan terhadap asam

dan enzim proteolitik saluran pencernaan dan membuat

lapisan pada mukosanya sehingga mencegah bakteri patogen

dan enterovirus masuk kedalam mukosa usus. Dalam tinja

bayi yang mendapat ASI terdapat bakteri E.coli dalam

konsentrasi yang tinggi sehingga jumlah bakteri E.coli dalam

tinja bayi tersebut juga rendah.

Di dalam ASI selain antibodi terdapat E.coli juga

pernah dibuktikan adanya antibodi terhadap Salmonella typhi,

Shigella, dan antibodi terhadap virus seperti rotavirus, polio

dan campak. Antibodi terdapat rotavirus tinggi dalam

kolostrum yang kemudian turun pada minggu pertama dan


bertahan sampai umur 2 tahun. Dalam ASI juga didapatkan

antigen terhadap Helicobacter jejuni penyabab diare.

Kadarnya dalam kolostum tinggi dan menurun pada usia 1

bulan dan kemudian menetap selama menyusui (Sunardi,

2008).

10) Imunitas seluler

ASI yang mengandung sel-sel. Sebagian besar (90%)

sel tersebut berupa makrofag yang berfungsi membunuh dan

memfagositosis mikroorganisme, membentuk C3 dan C4,

lizozim dan lactoferin. Sisanya (10%) terdiri dari limfosit B

dan T. Angka leukosit pada kolostrum kira-kira 5000/ml setara

dengan angka leukosit darah tepi tetapi komposisinya berbeda

dengan darah tepi, karena hampir semuanya berupa

polimorfonuklear dan mononuklear.

Dengan meningkatnya volume ASI angka leukosit

menurun menjadi 2000/ml. Walaupun demikian kapasitas anti

bakterinya sama sepanjang stadium laktasi. Konsentrasi faktor

faktor anti infeksi tinggi dalam kolostrum. Kadar SisA,

lactoferin, lizozim dan sel seperti makrofag, neutrofil dan

limfosit lebih tinggi pada ASI prematur dibanding ASI matur.

Perbedaan status gizi pada ibu tidak mempengaruhi

konsentrasi faktor anti infeksi dalam ASI (Suradi, 2004).


11) Tidak menimbulkan alergi

Pada bayi baru lahir sistem IgE belum sempurna.

Pemberian susu formula akan merangsang aktivitas sistem ini

dan dapat menimbulkan alergi. ASI tidak menimbulkan efek

ini. Pemberian protein asing yang ditunda sampai umur 6

bulan akan mengurangi kemungkinan alergi (Suradi, 2004).

12) Mempunyai efek psikologis yang menguntungkan

Waktu menyusui kulit bayi akan menempel pada kulit

ibu. Kontak kulit yang dini ini akan sangat besar pengaruhnya

pada perkembangan bayi kelak. Walaupun seorang ibu dapat

memberikan kasih sayang yang besar dengan memberikan

susu formula tetapi menyusui sendiri akan memberikan efek

psikologis yang besar. Dengan foto infra merah, payudara ibu

menyusui lebih hangat dibanding payudara ibu yang tidak

menyusui (Kristiyansari, 2009). Interaksi yang timbul waktu

menyusui antara ibu dan bayi akan menimbulkan rasa aman

bagi bayi. Perasaan aman ini penting untuk menimbulkan

dasar kepercayaan pada bayi (basic sense of trust) yaitu

dengan mulai dapat mempercayai orang lain (ibu) maka akan

timbul rasa percaya pada diri sendiri (Suradi, 2004).


13) Mengurangi kejadian karies dentis dan maloklusi

Insiden karies dentis pada bayi yang mendapatkan susu

formula jauh lebih tinggi dibanding yang mendapat ASI

karena kebiasaan menyusui dengan botol dan dot terutama

pada waktu akan tidur menyebabkan gigi lebih lama kontak

dengan sisa susu formula dan menyebabkan asam yang

terbentuk akan merusak gigi. Kecuali itu ada anggapan bahwa

kadar selenium yang tinggi dalam ASI akan mencegah karies

dentis. Telah dibuktikan bahwa salah satu penyebab maloklusi

rahang adalah lidah yang mendorong ke depan akibat menyusu

dengan botol dan dot (Sunardi, 2008).

14) Menyebabkan pertumbuhan yang baik

Bayi yang mendapatkan ASI mempunyai kenaikan

berat badan yang baik setelah lahir, pertumbuhan setelah

periode perinatal baik dan mengurangi kemungkinan obesitas.

Ibu-ibu yang diberi penyuluhan tentang ASI dan laktasi,

turunnya berat badan bayi (pada minggu pertama kelahiran)

tidak sebanyak ibu-ibu yang tidak diberi penyuluhan.

Alasannya ialah bahwa kelompok ibu-ibu tersebut segera

memberikan ASInya setelah melahirkan. Frekuensi menyusui

yang sering (tidak dibatasi) juga dibuktikan bermanfaat karena


volume ASI yang dihasilkan lebih banyak sehingga penurunan

berat badan bayi hanya sedikit (Suradi, 2004).

b. Bagi Ibu

1) Aspek kesehatan ibu

Isapan bayi pada payudara akan merangsang terbentuknya

oksitosin oleh kelenjar hipofisis. Oksitosin membantu involusi

uterus dan mencegah terjadinya perdarahan pasca persalinan.

Penundaan haid dan berkurangnya perdarahan pasca persalinan

mengurangi prevalensi anemia defisiensi besi. Kejadian

karsinoma mammae pada ibu menyusui lebih rendah dibanding

yang tidak menyusui (Kristiyansari, 2009).

2) Aspek keluarga berencana

Menyusui secara murni Eksklusif dapat menjarangkan

kehamilan. Ditemukan rata-rata ibu yang menyusui adalah 24

bulan sedangkan yang tidak menyusui 11 bulan. Hormon yang

mempertahankan laktasi bekerja untuk menekan hormon ovulasi

sehingga dapat menunda kembalinya kesuburan. Ibu yang sering

hamil kecuali menjadi beban sendiri juga merupakan risiko

tersendiri bagi ibu untuk mendapatkan penyakit seperti anemia,

risiko kesakitan dan kematian akibat persalinan (Suryoprajogo,

2009).
3) Aspek psikologis

Keuntungan menyusui bukan hanya bermanfaat bagi bayi

tetapi juga untuk ibu. Ibu akan merasa bangga dan diperlukan,

rasa yang dibutuhkan oleh semua manusia (Suradi, 2004).

c. Bagi Keluarga

1) Aspek ekonomi

ASI tidak perlu dibeli sehingga dana yang seharusnya

digunakan untuk membeli susu formula dapat digunakan untuk

keperluan lain. Kecuali itu, penghematan juga disebabkan karena

bayi yang mendapatkan ASI lebih jarang sakit sehingga

mengurangi biaya berobat (Sunardi, 2008).

2) Aspek psikologis

Kebahagiaan keluarga bertambah karena kelahiran lebih jarang

sehingga suasana kejiwaan ibu baik dan dapat mendekatkan

hubungan bayi dengan keluarga (Suradi, 2004).

3) Aspek kemudahan

Menyusui sangat praktis karena dapat diberikan dimana saja

dan kapan saja. Keluarga tidak repot untuk menyiapkan air masak,

botol dan dot yang harus selalu dibersihkan, orang tidak perlu

minta pertolongan orang lain (Arif, 2009).


d. Bagi Negara

1) Menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi

Adanya faktor protektif dan nutrien yang sesuai dalam ASI

menjamin status gizi baik serta kesakitan dan kematian anak

menurun. Beberapa penelitian epidemiologis menyatakan bahwa

ASI melindungi bayi dan anak dari penyakit infeksi, misalnya

diare, otitis media dan infeksi saluran pernafasan akut bagian

bawah (Kristiyansari, 2009).

2) Mengurangi subsidi kesehatan

Subsidi untuk rumah sakit berkurang karena rawat gabung

akan memperpendek lama rawat ibu dan bayi, mengurangi

komplikasi persalinan dan infeksi nosokomial, serta mengurangi

biaya yang diperlukan untuk perawatan sakit. Anak yang diberi

ASI lebih jarang dirawat di rumah sakit dibanding anak yang

mendapat susu formula (Suradi, 2004).

3) Menghemat devisa untuk membeli susu formula

ASI dapat dianggap sebagai kekayaan nasional. Jika semua ibu

menyusui Eksklusif selama 6 bulan berapa banyak devisa yang

dapat dihemat oleh negara yang sebelumnya dipakai untuk

membeli susu formula (Sunar, 2009).


4) Meningkatkan kualitas sumber daya manusia

Anak yang mendapat ASI dapat bertumbuh dan berkembang

secara optimal sehingga kualitas generasi penerus bangsa akan

terjamin.

5) Mengurangi polusi

Untuk pembuatan dan distribusi susu formula diperlukan bahan

bakar minyak. Selain itu juga kaleng serta karton kemasan susu

juga menyebabkan pencemaran lingkungan (Sunar, 2009).

6) Alasan Pemberian ASI Eksklusif

ASI diberikan kepada bayi karena mengandung banyak

manfaat dan kelebihan antara lain menurunkan resiko penyakit

infeksi misalnya : diare, infeksi saluran nafas dan infeksi telinga.

Di samping itu ASI juga bisa mencegah penyakit non infeksi

misalnya alergi, obesitas, kurang gizi, asma dan eksem. ASI dapat

pula meningkatkan kecerdasan anak.


B. Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan

1. Pengertian

Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu

seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilkinya (mata, hidung,

telinga dan sebagainya (Notoatmodjo, 2014).

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan ( Budiman dan

Riyanto, 2013) yaitu:

a. Pendidikan

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan

kepribadian dan kemampuan didalam dan diluar sekolah (baik formal

maupun non formal), berlangsung seumur hidup.

b. Informasi atau media massa

Informasi adalah sesuatu yang dapat diketahui, namun ada pula

yang menekankan informasi sebagai transfer pengetahuan.

c. Sosial, Budaya, dan Ekonomi.

Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa

melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Status

ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas

yang diperlukan untuk kegiatan tertentu sehingga status sosial

ekonomi akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.


d. Lingkungan

Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya

pengetahuan ke dalam individu dalam lingkungan tersebut.

e. Pengalaman

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara

untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang

kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah

yang dihadapi di masa lalu.

f. Usia

Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang.

Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap

pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin

membaik.

3. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan yang tercakup dominan kognitif mempunyai

beberapa tingkatan sebagai berikut (Notoatmodjo, 2014):

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Kata kerja untuk mengukurbahwa orang tahu

tentang apa yang di pelajari yaitu menyebutkan, menguraikan,

mengidentifikasi, menyatakan dan sebagainya.


b. Memahami (comprehension)

Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek

tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus

dapat menginterprestasikan secara benar tentang objek yang diketahui

tersebut.

c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek

yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip

yang diketahui tersebut pada situasi lain.

d. Analisis(Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan seseorang untuk

menjabarkan atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara

komponen-kompenen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek

yang diketahui.

e. Sintesis (Syntesis)

Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk

merangkum atau meletakkan dalam suatu hubungan yang logis dari

komponen-komponen pengetahuan yang dimilki.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk

melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu.


4. Cara pengukuran pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara dan

angket yang menanyakan materi yang ingin diukur. Pengetahuan yang

diukur dapat digolongkan dalam kategori baik, cukup dan kurang

(Notoatmodjo, 2014).

Pengukuran pengetahuan seseorang dapat dikategorikan sebagai

berikut:

a. Baik: jika diperoleh skor 76-100%

b. Cukup: jika diperoleh skor 56-75%.

c. Kurang baik: jika diperoleh skor < 56%

(Nursalam, 2008)

C. Tinjaun Umum Tentang Sikap (Attitude)

1. Pengertian Sikap (Attitude)

Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek

tertentu yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang

bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik,

dan sebagainya) ( Notoatmodjo 2014).


2. Komponen Sikap

Komponen sikap terbagi atas tiga komponen adalah ( Notoatmodjo ,

2014):

a. Komponen Kognitif

Komponen kognitif terbentuk dari pengetahuan dan informasi

yang diterima yang selanjutnya diproses menghasilkan suatu

keputusan untuk bertindak.

b. Komponen Afektif

Komponen afektif menyangkut masalah emosional subjektif

sosial terhadap suatu objek, secara umum komponen ini disamakan

dengan perasaan yang dimiliki terhadap suatu objek.

c. Komponen Konatif

Komponen konatif bagaimana perilaku atau kecenderungan

berperilaku yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan objek

sikap yang dihadapinya.

3. Tingkatan Sikap

Sikap terdiri dari berbagai tingkatan yaitu ( Notoatmodjo, 2014) :

a. Menerima (Receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan

memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).


b. Merespon (Responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan

menyelesaikan tugas yang diberikan. Terlepas dari pekerjaan itu benar

atau salah, adalah berarti bahwa orang menerima ide tersebut.

c. Menghargai (Valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan

suatu masalah.

d. Bertanggung Jawab (Responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya

dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sikap

Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap (Wawan, A Dan Dewi, M,

2010) yaitu:

a. Pengalaman pribadi

Pengalaman pribadi harus meninggalkan kesan yang kuat agar

dapat dijadikan sebagai dasar pembentukan sikap yang baik.

b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Individu cenderung mempunyai sikap yang searah dengan

orang yang dianggapnyapenting karena dimotivasi oleh keinginan

untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggapnya penting

tersebut.
c. Pengaruh kebudayaan

Kebudayaan memberi corak pengalaman individu-individu

masyarakat asuhannya sehingga kebudayaan yang dianut menjadi

salah satu faktor penentu sikap seseorang.

d. Media massa

Media massa yang harusnya disampaikan secara objektif

cenderung dipengaruhi oleh sikap penulis sehingga berpengaruh juga

terhadap sikap konsumennya.

e. Lembaga pendidikan dan lembaga agama

Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan

lembaga agama sangat menentukan sistem kepercayaan sehingga

konsep ini akan ikut mempengaruhi pembentukan sikap.

f. Faktor emosional

Sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi sebagai

pertahanan egonya.

5. Cara Pengukuran sikap

Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan menilai pernyataan sikap

seseorang. Pernyataan sikap adalah rangkaian kalimat yang mengatakan

sesuatu mengenai objek sikap yang hendak diungkap. Pernyataan sikap

mungkin berisi hal-hal positif mengenai objek sikap yang bersifat

mendukung atau memihak pada objek sikap. Pernyataan ini disebut

dengan pernyataan yang favorable sebaliknya pernyataan sikap mungkin


pula berisi hal-hal negatif mengenai objek sikap yang bersifat tidak

mendukung maupun kontra terhadap objek sikap. Pernyataan seperti ini

disebut dengan pernyataan yang unfavorable (Azwar,2005 dalam Wawan,

A& Dewi, M. 2010).

Notoatmodjo (2014) bahwa pengukuran sikap dapat dilakukan secara

langsung atau tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan

bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek.

Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pernyataan-pernyataan

hipotesis kemudian ditanyakan pendapat responden melalui kuesioner.

Pengukuran sikap dapat menggunakan skala likert. Masing-masing

responden diminta melakukan egreement atau disegreement-nya masing-

masing item dalam skala yang terdiri dari 4 point (sangat setuju, setuju,

tidak setuju, sangat tidak setuju). Semua item yang favorable kemudian

diubah nilainya dalam angka, yaitu untuk sangat setuju nilainya 4,

sedangkan untuk yang sangat tidak setuju nilainya 1. Sebaliknya untuk

item yang unfavorablenilai skala sangat setuju adalah 1, sedangkan untuk

yang sangat tidak setuju nilainya 4.

Hasil pengukuran sikap dimasukkan kedalam ketegori penilaian

sebagai berikut:

a. Baik: jika diperoleh skor 80-100%

b. Cukup: jika diperoleh skor 65-79%.

c. Kurang baik: jika diperoleh skor <65% (Nursalam, 2008)


D. Kerangka Konsep

ASI adalah air susu ibu yang mengandung nutrisi optimal, baik

kualitas dan kuantitasnya. Air susu ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak

dalam larutan protein, laktosa dan garam-garan anorganik yang disekresikan

oleh kelenjar mammae ibu, dan berguna sebagai makanan.Pada saat yang

sama, ASI juga sangat kaya akan sari-sari makanan yang mempercepat

pertumbuhan sel-sel otak dan perkembangan system syaraf.

Air Susu Ibu (ASI) mengandung semua nutrisi yang diperlukan bayi

untuk bertahan hidup pada enam bulan pertama, mulai dari hormon, antibodi,

antioksidan, dan faktor kekebalan.

Kurangnya Pengetahuan dan sikap ibu terhadap pemberian asi esklusif

pada bayi dapat menyebabkan kurangnya nutrisi dan asupan gizi yang tidak

optimal. Sehingga bayi lebih rentan terhadap penyakit, pertumbuhan yang

kurang baik serta dapat menyebabkan kematian pada payi.

Faktor yang menyebabkan pemberian ASI eksklusif tidak optimal,

antara lain karena faktor si ibu sendiri, tenaga kesehatan, produsen susu

formula dan penyelenggara pelayanan kesehatan.


Berdasarkan hal tersebut, kerangka konsep pada penelitian ini dapat di

gambarkan sebagai berikut:

Pengetahuan Ibu

Asi Esklusif

Sikap Ibu

Anda mungkin juga menyukai