METODE PRAKTIK
1
1. Data Primer
Data yang dikumpulkan dan diolah sendiri, yang dapat
diperoleh dari wawancara terhadap petugas surveilans untuk
mendapatkan informasi mengenai pelaksanaan surveilans
penyakit Hipertensi di Puskesmas Lepo-lepo.
2. Data Sekunder
Data sekunder, yakni sebagai data penunjang untuk
mengetahui gambaran distribusi penyakit Hipertensi menurut
karakteristik waktu, tempat dan orang yang diperoleh dari
instansi terkait dengan obyek penelitian yakni laporan STP
pada periode Januari 2017- September 2018 yang bersumber
dari Puskesmas Lepo- lepo bagian unit pelaksanaan sistem
surveilans. Selain itu, data sekunder lainnya diperoleh dengan
membaca berbagai literatur dari media cetak dan internet yang
berkaitan dengan penelitian penyakit Hipertensi. Data-data
yang diperoleh dari puskesmas kemudian ditabulasi sehingga
menjadi lebih informatif.
b. Sumber Data
Sumber data yang akan digunakan berasal dari data
Survailans Terpadu Penyakit (STP) Puskesmas Lepo-lepo.
3.1.4 Sampel & Informan
a. Sampel
Sampel pada kegiatan ini adalah seluruh data surveilans
penyakit Hipertensi di Puskesmas Lepo-lepo periode Januari 2017-
September 2018.
b. Informan
Informan responden dalam kegiatan penelitian ini adalah
petugas surveilans dan petugas P2M puskesmas.
2
3.2 Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan secara komputerisasi. Hasil pengolahan data
akan disajikan dalam bentuk tabel dan narasi yang menjelaskan kejadian
penyakit Hipertensi yang dihubungkan dengan waktu, tempat, dan orang.
3.3 Analisis Data
Analisis data akan dilakukan dalam laporan ini adalah dengan analisis
statistik deskriptif dengan menggunakan distribusi frekuensi dan persentase
pada variabel yang diteliti dalam penelitian seperti untuk mengetahui
gambaran karakteristik responden menurut waktu, tempat, dan orang penyakit
di Puskesmas Hipertensi periode Januari 2017- September 2018.
3.4 Waktu dan Lokasi Pengamatan
3.4.1 Waktu
Pelaksanaan pengamatan praktik surveilans dilakukan selama
lima hari dimulai pada tanggal 1– 4 Oktober tahun 2018.
3.4.2 Lokasi pengamatan
Praktik survailans akan dilaksanakan di Puskesmas Lepo-lepo
bagian unit surveilans khususnya pada Sistem Pencatatan dan
Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP) dan pencatatan khusus
lainnya.
3
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tahun
Jenis
2015 2016 2017 2018
Kelamin
N % n % n % n %
Laki-laki 45 57,0 45 52,3 39 50,0 31 60,8
Perempuan 34 43,0 41 47,7 39 50,0 20 39,2
Jumlah 79 100 86 100 78 100 51 100
Sumber: Data Sekunder Puskesmas Poasia, 2018
Tabel 7menunjukkan bahwa distribusi penderita penyakit
tuberkulosis dari tahun 2013-2015 paling banyak terjadi pada jenis
kelamin laki-laki yaitu sebanyak57,1% atau 36 orang pada tahun
2013,62,5% atau 35 orang pada tahun 2014 dan 21,5% atau 40
orangpada tahun 2015.
Banyaknya jumlah kejadian TB paru yang terjadi pada laki-
laki disebabkan karena laki-laki memiliki mobilitas yang tinggi
daripada perempuan sehingga kemungkinan untuk terpapar lebih
besar, selain itu kebiasaan seperti merokok dan mengkonsumsi
alkohol dapat memudahkan laki-laki terinfeksi TB paru. Hal ini
didukung dalam data yaitu antara tahun 1985-1987 penderita
tuberkulosis paru pada laki-laki cenderung meningkat sebanyak
2,5%, sedangkan pada wanita menurun 0,7% (Mahfuznah, 2014).
4.1.3 Gambaran Pelaksanaan Surveilans Epidemiologi di Puskesmas
Pampang
a. Pengumpulan/ Pencatatan Data
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 45 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Surveilans
Kesehatan.Pengumpulan data dapat dilakukan dengan cara aktif dan
pasif. Pengumpulan data secara aktif dilakukan dengan cara
mendapatkan data secara langsung dari fasilitas pelayanan kesehatan,
masyarakat atau sumber data lainnya, melalui kegiatan penyelidikan
epidemiologi, surveilans aktif puskesmas/rumah sakit, survei khusus,
dan kegiatan lainnya. Pengumpulan data secara pasif dilakukan dengan
cara menerima data dari fasilitas pelayanan kesehatan, masyarakat atau
sumber data lainnya, dalam bentuk rekam medis, buku register pasien,
laporan data kesakitan/kematian, laporan kegiatan, laporan masyarakat
dan bentuk lainnya. Adapun variabel yang terdapat di dalam buku
register adalah nomor indeks, nama pasien, alamat, umur, jenis
kelamin, jenis kasus, kode ICD 8, dan hasil tensi.
Pengumpulan data di Puskesmas Pampang dilakukan secara
aktif dan pasif.Pengumpulan data secara aktif dilakukan dengan
caramencari orang yang berisiko TB dan mencatat penderita
tuberkulosis yang ditemukan di lapangan, petugas yang melakukan
pengumpulan data saat turun di lapangan adalah petugaspemegang
program TBdi puskesmas Pampangmelalui. Pengumpulan data secara
pasif dilakukan dengan cara mencatat pasien penderita tuberkulosis
yang datang berkunjung ke Puskesmas Pampang melalui register rawat
jalan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kegiatan pengumpulan data
penyakit tuberkulosis di Puskesmas Pampang telah dilakukan dengan
baik.
Data kejadian penyakit tuberkulosis di puskesmas Pampang
dicatat dalam buku register rawat jalan penyakit setelah dilakukan
pemeriksaan/diagnosa terlebih dahulu oleh dokter di ruang
pemeriksaan. Pencatatan dilakukan oleh petugas yang berada dalam
ruang pemeriksaan dan secara manual (tanpa komputerisasi).Dalam
pencatatan penderita penyakit tuberkulosis ini dicatat dalam form
khusus TB.
b. Pengolahan Data
Unit surveilans Puskesmas mengumpulkan dan mengolah data
STP-Pus (Surveilans Terpadu Penyakit Puskesmas) harian bersumber
dari register rawat jalan di Puskesmas dan Puskesmas Pembantu, tidak
termasuk data dari unit pelayanan bukan puskesmas dan kader
kesehatan. Pengumpulan dan pengolahan data tersebut dimanfaatkan
untuk bahan analisis dan rekomendasi tindak lanjut serta distribusi
data.Unit surveilans Puskesmas melaksanakan analisis bulanan
terhadap tuberkulosis di daerahnya dalam bentuk tabel menurut
kelurahan dan grafik kecenderungan penyakit mingguan, jika sudah
tiga kali kunjungan dimasukkan kedalam kasus lama, kemudian
menginformasikan hasilnya kepada Kepala Puskesmas, sebagai
pelaksanaan pemantauan wilayah setempat (PWS) atau sistem
kewaspadaan dini TB di Puskesmas. Apabila ditemukan adanya
kecenderungan peningkatan jumlah penderita TB, maka Kepala
Puskesmas melakukan penyelidikan epidemiologi dan
menginformasikan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota sebulan
sekali.
Petugas Surveilans di Puskesmas Pampang tidak melakukan
pengolahan data karena mereka langsung menyetor data mentah ke
Dinas Kesehatan kota Makassar.Data yang dimiliki oleh petugas
puskesmas tidak diolah berdasarkan waktu, tempat dan orang,
sehingga dalam tahap pengolahan data, puskesmas belum mampu
menyajikan hasil pengolahan baik secara mingguan, bulanan maupun
secara rutin pertriwulannya.Hal ini menyebabkan tahap pengolahan
data di Puskesmas Pampang masih kurang baik.
c. Analisis dan Interpretasi Data
Unit surveilans Puskesmas seharusnya melaksanakan analisis
tahunan perkembangan TB dan menghubungkannya dengan faktor
risiko, perubahan lingkungan, serta perencanaan dan keberhasilan
program.Puskesmas memanfaatkan hasilnya sebagai bahan profil
tahunan, bahan perencanaan Puskesmas, informasi program dan sektor
terkait serta Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Petugas Surveilans dan
petugaspemegang program TB, Kegiatan analisis tidak dilakukan di
Puskesmas Pampang. Petugaspemegang program TB hanya menyetor
data mentah yang berupa buku Register TB 03.Kegiatan analisis untuk
penyakit tuberculosis dilakukan langsung oleh Dinas Kesehatan Kota
Makassar.
Di puskesmas Pampang, juga tidak melakukan analisis trend
dari tahun ke tahun adahal jika ingin menganalis kejadian tuberkulosis
sangatlah mudah karena di puskesmas Pampang telah tersedia
Software SITT (Sitem Informasi Tuberkulosis Terpadu) namun, tidak
pernah dilakukan oleh petugas pemegang program TB maupun Petugas
Surveilans puskesmas pampang sehingga, di puskesmas pampang tidak
memiliki bentuk penyajian informasi hasil analisis dan interpretasi data
d. Penyebarluasan Data
Penyebarluasan data/diseminasi informasi dapat disampaikan
dalam bentuk buletin, surat edaran, laporan berkala, forum pertemuan,
termasuk publikasi ilmiah. Diseminasi informasi dilakukan dengan
memanfaatkan sarana teknologi informasi yang mudah
diakses.Diseminasi informasi dapat juga dilakukan apabila petugas
surveilans secara aktif terlibat dalam perencanaan, pelaksanaan dan
monitoring evaluasi program kesehatan, dengan menyampaikan hasil
analisis.
Data penyakit tuberkulosis di Puskesmas Pampang dilaporkan
menggunakan formkhusus buku register TB (TB 03).Pelaporan
dilakukan sebelum tanggal 5 setiap 3 bulan sekali dan diserahkan
kepada Dinas Kesehatan Kota Makassar.
Puskesmas Pampang tidak pernah kekurangan formulir
pencatatan dan pelaporan untuk kegiatan surveilans selama 4 bulan
terakhir.Karena Dinas Kesehatan Kota Makassar langsung
memberikan formulir sesuai kebutuhannya, biasanya untuk satu buku
register (formulir) digunakan untuk pertahun.Proses pengiriman
laporan STP tuberkuosis ke Dinkes Kota melalui laporan
langsung,untuk mengarsipkannya petugas surveilans menyimpan
hardcopy STP tuberkulosis.
e. Evaluasi
Evaluasi adalah upaya yang dilakukan secara sistematis untuk
mengetahui efektifitas program. Secara umum tujuannya untuk
menjelaskan kegunaan dari sumber kesehatn masyarakat (public health
resource) melalui pengembangan sistem surveilans yang efektif dan
efisien. Pedoman ini dapat dipakai sebagai pedoman perorangan dalam
melakukan evalaluasi dan sebagai bahan acuan untuk mereka yang
sudah biasa dengan proses evaluasi.
Evaluasi dilaksanakan untuk mengukur hasil dari Surveilans
Kesehatan yang telah dilaksanakan dalam perode waktu
tertentu.Disebabkan banyaknya aspek yang berpengaruh dalam
pencapaian suatu hasil, maka evaluasi objektif harus dapat digambarkan
dalam menilai suatu pencapaian program. Peran dan kontribusi
Surveilans Kesehatan terhadap suatu perubahan dan hasil program
kesehatan harus dapat dinilai dan digambarkan dalam proses evaluasi.
Kegiatan Evaluasi di Puskesmas Pampangtidak berjalan
sebagaiman mestinya, karena evaluasi yang dilakukan hanya sebatas
untuk mengetahui berapa jumlah kejadian tuberkulosis di wilayah kerja
puskesmas.Adapun kegiatan evaluasi yang lainnya mengenai penyakit
tuberkulosis dilakukan dalam bentuk kegiatan Monitoring dan evaluasi
yang dilaksanakan oleh Dinas kesehatan kota Makassar setiap 6 bulan
sekali.Adapun bentuk feedback (umpan balik) dari Dinas Kesehatan
Kota Makassar kepada puskesmas berupa bulletin dan pertemuan rutin
setiap bulannya untuk membahas angka kejadian penyakit tuberkulosis
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan tujuan yang telah diuraikan di atas, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Distribusi penyakit tuberkulosis menurut waktu (time), tempat (place) dan
orang (person) di Puskesmas PampangKota Makassar tahun 2013-2015.
a. Berdasarkan waktu (bulan), penderita tuberkulosistertinggi yang
ditemukan pada pada tahun 2013 distribusi penyakit tuberkulosis
dengan persentase terbesar terjadi pada bulan April, September dan
Desember sebesar 3,6% atau 53 penderita, sedangkan persentase
terendah terjadi pada bulan Maret sebesar 1,0% atau2 penderita. Pada
tahun2014 distribusi penyakit dengan persentase terbesar terjadi pada
bulan Mei sebesar 4,1% atau8 penderita, sedangkan persentase
terendah terjadi pada bulan Juli dan September sebesar 0,5% atau1
penderita. Pada tahun 2015 persentase terbesar terjadi pada bulan
Maret sebesar 6,2% atau 12 penderita, sedangkan persentase terendah
terjadi pada bulan Mei dengan persentase 0,5% atau 1 penderita.
Sedangkan bedasarkan tahun kejadian tuberkulosis mengalami
fluktuasi setiap tahunnya. Pada tahun 2013 terdapat 63 penderita
(33,9%), kemudian pada tahun 2014 mengalami penurunan menjadi 56
penderita (30,1%). Namun pada tahun 2014 meningkat menjadi 67
penderita (36,0%).
b. Berdasarkan tempat, penderita penyakit tuberkulosis yang datang
melakukan pemeriksaan di Puskesmas Pampang dari tahun ke tahun
adalah kebanyakanpenderita yang bertempat tinggal di Kelurahan
Pampang, dan yang terendah adalah di Luar Wilayah Kerja Puskesmas
Pampang.
c. Berdasarkan orang, dari data yang diperolehmenunjukkan
bahwapersentase jumlah penderita penyakit tuberkulosis pada tahun
2013 paling banyak terdapat pada kelompok umur 15-14 tahun yaitu
sebanyak 23,8% atau 15 orang dan paling sedikit pada kelompok umur
0-14 tahun dan ≥75 tahun dengan persentase sebesar 0%. Pada tahun
2014persentase jumlah penderita tuberkulosis paling banyak terdapat
pada kelompok umur 15-24 tahun dan 35-44 tahun yaitu sebanyak
21,4% atau 12 orang dan paling sedikit pada kelompok umur 65-74
tahun yaitu sebanyak 1,8% atau 1 orang. Pada tahun 2015persentase
jumlah penderita tuberkulosis paling banyak terdapat pada kelompok
umur 25-34 tahun dan 45-54 tahun yaitu sebanyak 22,4% atau 15
orang dan paling sedikit pada kelompok umur ≥75 tahun dengan
persentase sebesar 0%. Sedangkan menurut jenis kelamin,distribusi
penderita penyakit tuberkulosis dari tahun 2013-2015 paling banyak
terjadi pada orangjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak57,1% atau
36orang ,62,5% atau 35orang dan 21,5% atau 40 orang.
2. Pelaksanaan Surveilans tuberkulosis di Puskesmas Pampang tahun 2013-
2015belum cukup baik karena ada yang seharusnya di lakukan di
Puskesmas namun tidak dilaksanakan.
3. Atribut sistem surveilans tuberkulosis di PuskesmasPampang tahun 2013-
2015telah dilaksanakan dengan cukup baik mulai dari kesederhananaan
(simplicity), fleksibilitas (flexibility), dan ketepatan waktu (timeliness).
5.2 Saran
1. Kepada petugas surveilans diharapkan agar melakukan pengamatan,
pencatatan dan pelaporan secara lengkap dan akurat agar data yang
dikumpulkan mengenai distribusi penyakit berdasarkan orang, tempat dan
waktu lebih baik. Selain itu, dalam pelaksanaan surveilans di Puskesmas
Pampang Kota Makassar, sebaiknya pihak Puskesmas Pampang
menganalisis data berdasarkan tempat secara rinci per Rukun Warga (RW)
sehingga apabila ada program pencegahan atau penanggulangan penyakit
tuberkulosis dapat tepat sasaran.
2. Penyelenggaraan Surveilans penyakit tuberkulosis diharapkan dapat
optimal, maka diperlukan peran serta semua sektor, terutama seluruh
fasilitas pelayanan kesehatan milik pemerintah ataupun masyarakat,
instansi kesehatan baik di daerah maupun di pusat.
3. Dalam pelaksanaan surveilans di Puskesmas Pampang diharapkan ada
penambahan jumlah fasilitas penginputan data (komputer) agar lebih
mempermudah dalam menganalisis data. Selain itu disarankan agar
mengikuti pelatihan penggunaan software bagi petugas surveilans untuk
peningkatan keterampilan dalam melakukan pengolahan data serta
penggunaan komputer dalam pencatatan dan pengolahan data.
4. Dokumen-dokumen hasil pencatatan penderita yang berkunjung di
Puskesmas Pampang hendaknya disimpan dengan baik agar mudah
didapatkan apabila dibutuhkan.
5. Distribusi epidemiologi berdasarkan waktu, tempat dan orang sangat perlu
dilakukan karena sangat penting dalam menentukan program dan
intervensi yang akan dilakukan selanjutnya. Misalnya distribusi
berdasarkan waktu, dapat dilihat dari peningkatan kasus pada musim hujan
atau musim dingin perlu dilakukan antisipasi dalam bentuk kegiatan
penyuluhan dalam menghadapi perubahan musim
DAFTAR PUSTAKA