Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Psoriasis adalah suatu penyakit inflamasi kulit bersifat kronis residif, dapat mengenai
semua umur yang ditandai dengan plak kemerahan yang ditutupi oleh sisik yang tebal
berwarna putih keperakan dan berbatas tegas. Umumnya lesi psoriasis berdistribusi secara
simetris dengan predileksi terutama di daerah siku dan lutut, kulit kepala, lumbosakral,
bokong dan genitalia (Gudjonsson dkk. 2012)
Prevalensi psoriasis sangat bervarisi di beberapa negara, diprakirakan prevalensi di
dunia berkisar antara 1% sampai dengan 3% jumlah penduduk. Insiden di Amerika Serikat
sebesar 2-2,6%, di Eropa Tengah sekitar 1,5% (Gudjonsson dan Elder, 2008). Selama
periode 2000 sampai 2002 ditemukan 338 penderita psoriasis (2,39%) di Poliklinik
Penyakit Kulit dan Kelamin Rumah Sakit dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta
(Wiryadi, 2004). Dari total penderita psoriasis tersebut ditemukan 28% derajat berat, 14%
derajat sedang, dan 58% derajat ringan. Psoriasis vulgaris atau tipe plak merupakan tipe
yang paling sering dijumpai, meliputi 80% dari total kasus (Wiryadi, 2004). Penyakit ini
biasanya dimulai pada usia 10–30 tahun dan risiko yang sama untuk laki-laki dan wanita.
Jika awalnya timbul pada usia kurang dari 15 tahun, biasanya terdapat riwayat
psoriasis dalam keluarga. Penyakit ini mengenai seluruh tubuh relatif lebih berat, namun
memberikan respon yang baik terhadap pengobatan. Berdasarkan data kunjungan pasien di
Poliklinik Penyakit Kulit dan Kelamin RSUP Sanglah Denpasar pada Januari sampai
Desember 2009 tercatat 156 kasus baru psoriasis dari 10.856 kunjungan (1,4%) dan belum
dilakukan penelitian(Gudjonsson dkk., 2012)
Psoriasis dikatakan sebagai penyakit multifaktorial dan multi sistem, karena
melibatkan banyak sistem dan organ, semua faktor tersebut saling terkait. Pada kulit
normal, sel basal di stratum basalis membelah diri, bergerak keatas secara teratur sampai
menjadi stratum korneum sekitar 28 hari, kemudian lapisan keratin dipermukaan kulit
dilepaskan serta digantikan yang baru. Namunpada psoriasis, proses tersebut hanya
berlangsung beberapa hari sehingga terbentuk skuama tebal, berlapis-lapis serta berwarna
keperakan. Penyebab yang pasti psoriasis belum diketahui dengan pasti, namun, banyak
faktor predisposisi yang memegang peran penting seperti predisposisi genetik dan
kelainan imunologis. Walaupun etiopatogenesis psoriasis tidak diketahui dengan pasti,
namun banyak faktor yang diduga sebagai pemicu timbulnya psoriasis seperti: infeksi
1
bakterial, trauma fisik, stress psikologis dan gangguan metabolisme. Bahkan beberapa ahli
mengatakan bahwa psoriasis merupakan tanda adanya sindroma metabolik banyak
penelitian yang menyatakan adanya hubungan antara psoriasis dengan sindroma metabolik
(Sanchez 2010)

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memahami tentang konsep sistem integrumen khususnya asuhan keperawatan Psoriasis
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian Psoriasis
b. Mahasiswa mampu menjelaskan etiologi Psoriasis
c. Mahasiswa mampu menjelaskan klasifikasi Psoriasis
d. Mahasiswa mampu menjelaskan patofisiologi Psoriasis
e. Mahasiswa mampu menjelaskan manifestasi klinis Psoriasis
f. Mahasiswa mampu menjelaskan komplikasi Psoriasis
g. Mahasiswa mampu menjelaskan pemmeriksaan penunjang Psoriasis
h. Mahasiswa mampu menjelaskan diagnosa pada pasien Psoriasis
i. Mahasiswa mampu menjelaskan Perencanaan pada pasien Psoriasis
j. Mahasiswa mampu menjelaskan evaluasi pada pasien Psoriasis

BAB II
KAJIAN TEORI
2
A. Pengertian
Psoriasis adalah suatu penyakit peradangan kronis pada kulit dimana penderitanya
mengalami proses pergantian kulit yang terlalu cepat. Penyakit ini secara klinis sifatnya
tidak mengancam jiwa dan tidak menular tetapi karena timbulnya dapat terjadi pada
bagian tubuh mana saja sehingga dapat menurunkan kualitas hidup seseorang bila tidak
dirawat dengan baik. (Effendy, 2005)
Psoriasis merupakan penyakit inflamasi non infectius yang kronik pada kulit dimana
produksi sel-sel epidermis terjadi dengan kecepatan kuranglebih 6 hingga 9 kali lebih
besar dari pada kecepatan normal (Bruner & Suddart, 2002)

B. Etiologi

Penyebab psoriasis sampai saat ini belum diketahui.Diduga penyakit ini diwariskan
secara poligenik. Walaupun sebagian besar penderita psoriasis timbul secara spontan,
namun pada beberapa penderita dijumpai adanya faktor pencetus antara lain:
1) Trauma
Psoriasis pertama kali timbul pada tempat-tempat yang terkena trauma, garukan, luka
bekas operasi, bekas vaksinasi, dan sebagainya. Kemungkinan hal ini merupakan
mekanisme fenomena Koebner.Khas pada psoriasis timbul setelah 7-14 hari terjadinya
trauma.
2) Infeksi
Pada anak-anak terutama infeksi Streptokokus hemolitikus sering menyebabkan
psoriasis gutata. Psoriasis juga timbul setelah infeksi kuman lain dan infeksi virus
tertentu, namun menghilang setelah infeksinya sembuh
3) Iklim
Beberapa kasus cenderung menyembuh pada musim panas, sedangkan pada musim
penghujan akan kambuh.
4) Faktor endokrin
Insiden tertinggi pada masa pubertas dan menopause. Psoriasis cenderung membaik
selama kehamilan dan kambuh serta resisten terhadap pengobatan setelah
melahirkan.Kadang-kadang psoriasis pustulosa generalisata timbul pada waktu hamil
dan setelah pengobatan progesteron dosis tinggi.
5) Sinar matahari

3
Walaupun umumnya sinar matahari bermanfaat bagi penderita psoriasis namun pada
beberapa penderita sinar matahari yang kuat dapat merangsang timbulnya psoriasis.
Pengobatan fotokimia mempunyai efek yang serupa pada beberapa penderita.
6) Metabolik
Hipokalsemia dapat menimbulkan psoriasis.
7) Obat-obatan
a. Antimalaria seperti mepakrin dan klorokuin kadang-kadang dapat memperberat
psoriasis, bahkan dapat menyebabkan eritrodermia.
b. Pengobatan dengan kortikosteroid topikal atau sistemik dosis tinggi dapat
menimbulkan efek “withdrawal”.
c. Lithium yang dipakai pada pengobatan penderita mania dan depresi telah diakui
sebagai pencetus psoriasis.
d. Alkohol dalam jumlah besar diduga dapat memperburuk psoriasis.
e. Hipersensitivitas terhadap nistatin, yodium, salisilat dan progesteron dapat
menimbulkan psoriasis pustulosa generalisata.

C. Klasifikasi

1. Berdasarkan bentuk lesi, dikenal bermacam-macam psoriasis antara lain:


a. Psoriasis puncata : Lesi sebesar jarum pentul atau milier
b. Psoriasis folikularis :Lesi dengan skuama tipis terletak pada muara folikel
rambut.
c. Psoriasis guttata : Lesi sebesar tetesan air
d. Psoriasis numularis : Lesi sebesar uang logam
e. Psoriasis girata : Lesi sebesar daun
f. Psoriasis anularis :Lesi melingka berbentuk seperti cincin karena adanya
involusi dibagian tengahnya
g. Psoriasis diskoidea : Lesi merupakan bercak solid yang menetap
h. Psoriasis ostracea : Lesi berupa penebalan kulit yang kasar dan tertutup
lembaran-lembaran skuama mirip kulit tiram
i. Psoriasis rupioides : Lesi berkrusta mirip rupia sifilitika
2. Berdasarkan pola dan lokasi Psoriasis antara lain (Gudjonsson dan Elder, 2012):

a. Psoriasis vulgaris

4
Merupakan bentuk yang paling umum dari psoriasis dan sering ditemukan (80%).
Psoriasis ini tampak berupa plak yang berbentuk sirkumskrip. Jumlah lesi pada
psoriasis vulgaris dapat bervariasi dari satu hingga beberapa dengan ukuran mulai
0,5 cm hingga 30 cm atau lebih. Lokasi psoriasis vulgaris yang paling sering
dijumpai adalah ekstensor siku, lutut, sakrum dan scalp. Selain lokasi tersebut
diatas, psoriasis ini dapat juga timbul di lokasi lain.
b. Psoriasis gutata
Tampak sebagai papul eritematosa multipel yang sering ditemukan terutama pada
badan dan kemudian meluas hingga ekstremitas, wajah dan scalp. Lesi psoriasis ini
menetap selama 2-3 bulan dan akhirnya akan mengalami resolusi spontan. Pada
umumnya terjadi pada anak-anak dan remaja yang seringkali diawali dengan
radang tenggorokan.
c. Psoriasis putulosa
Gejala awalnya ialah kulit yang nyeri disertai gejala umum berupa demam, mudah
capek, mual, dan nafsu makan menurun. Kelainan kulit psoriasis yang telah ada
makin merah. Setelah beberapa jam timbul agak bengkak dan bintil-bintil bernanah
pada bercak merah tersebut. Kelainan-kelainan semacam itu akan terus muncul dan
dapat menjadi eritroderma.
d. Psoriasis eritrodermis
Dapat disebabkan oleh pengobatan topikal yang terlalu kuat atau oleh penyakitnya
sendiri yang meluas. Biasanya kelainan kulit yang khas untuk psoriasis tidak
tampak lagi karena terdapat kemerahan dan bersisik tebal yang menyeluruh. Ada
kalanya kelainan kulit psoriasis masih tampak samar-samar, yakni lebih merah dan
kulitnya lebih meninggi.
e. Psoriasis kuku
Menyerang dan merusak kuku. Permukaan kuku tampak lekukan-lekukan kecil.
Jenis ini termasuk yang bandel, sehingga penderita sulit sembuh.
f. Psoriasis artritis
Penyakit ini dapat pula disertai peradangan pada sendi, sehingga sendi terasa nyeri,
membengkak dan kaku, persis seperti gejala rematik. Pada tahap ini, penderita
harus segera ditolong agar sendi-sendinya tidak sampai keropos.
D. Patofisiologi

Patogenesis terjadinya psoriasis, diperkirakan karena:

5
1. Terjadi peningkatan “turnover” epidermis atau kecepatan pembentukannya dimana
pada kulit normal memerlukan waktu 26-28 hari, pada psoriasis hanya 3-4 hari
sehingga gambaran klinik tampak adanya skuama dimana hiperkeratotik. Disamping
itu pematangan sel-sel epidermis tidak sempurna.

2. Adanya faktor keturunan ditandai dengan perjalanan penyakit yang kronik dimana
terdapat penyembuhan dan kekambuhan spontan serta predileksi lesinya pada
tempat-tempat tertentu.

3. Perubahan-perubahan biokimia yang terjadi pada psoriasis meliputi:

a. Peningkatan replikasi DNA.

b. Berubahnya kadar siklik nukleotida.

c. Kelainan prostaglandin dan prekursornya.

d. Berubahnya metabolisme karbohidrat.

Normalnya sel kulit akan matur pada 28-30 hari dan kemudian terlepas dari
permukaan kulit. Pada penderita psoriasis, sel kulit akan matur dan menuju
permukaan kulit pada 3-4 hari, sehingga akan menonjol dan menimbulkan bentukan
peninggian kumpulan plak berwarna kemerahan. Warna kemerahan tersebut berasal
dari peningkatan suplai darah untuk nutrisi bagi sel kulit yang bersangkutan.Bentukan
berwarna putih seperti tetesan lilin (atau sisik putih) merupakan campuran sel kulit
yang mati. Bila dilakukan kerokan pada permukaan psoriasis, maka akan timbul
gejala koebner phenomenon. Terdapat banyak tipe dari psoriasis, misalnya plaque,
guttate, pustular, inverse, dan erythrodermic psoriasis. Umumnya psoriasis akan
timbul pada kulit kepala, siku bagian luar, lutut, maupun daerah penekanan lainnya.
Tetapi psoriasis dapat pula berkembang di daerah lain, termasuk pada kuku, telapak
tangan, genitalia, wajah, dll.

Pemeriksaan histopatologi pada biopsi kulit penderita psoriasis menunjukkan


adanya penebalan epidermis dan stratum korneum dan pelebaran pembuluh-pembuluh
darah dermis bagian atas. Jumlah sel-sel basal yang bermitosis jelas meningkat.Sel-sel
yang membelah dengan cepat itu bergerak dengan cepat ke bagian permukaan
epidermis yang menebal.Proliferasi dan migrasi sel-sel epidermis yang cepat ini
menyebabkan epidermis menjadi tebal dan diliputi keratin yang tebal (sisik yang

6
berwarna seperti perak). Peningkatan kecepatan mitosis sel-sel epidermis ini agaknya
antara lain disebabkan oleh kadar nukleotida siklik yang abnormal, terutama adenosin
monofosfat (AMP) siklik dan guanosin monofosfat (GMP) sikli. Prostaglandin dan
poliamin juga abnormal pada penyakit ini.Peranan setiap kelainan tersebut dalam
mempengaruhi pembentukan plak psoriatik belum dapat dimengerti secara jelas.

E. Patways

Pertumbuhan kulit yang cepat (3-4 hari )



Stratum granulosum tidak terbentuk

Interval keratinisasi sel-sel stratum basale memendek

Preoses pematangan dan keratinisasi stratum korneum gagal

gangguan
rasa Terjadi parakeratosis
nyaman

ansietas
Pengelupasan kulit

Kulit merah

Gangguan
integritas kulit

F. Manifestasi klinis

Penderita biasanya mengeluh adanya gatal ringan pada tempat-tempat predileksi,


yakni pada kulit kepala, perbatasan daerah tersebut dengan muka, ekstremitas bagian
ekstensor terutama siku serta lutut, dan daerah lumbosakral.Kelainan kulit terdiri atas
bercak-bercak eritema yang meninggi (plak) dengan skuama diatasnya. Eritema berbatas

7
tegas dan merata. Skuama berlapis-lapis, kasar, dan berwarna putih seperti mika, serta
transparan. Pada psoriasis terdapat fenomena tetesan lilin, Auspitz dan Kobner.
Fenomena tetesan lilin ialah skuama yang berubah warnanya menjadi putih pada
goresan, seperti lilin digores. Pada fenomena Auspitz serum atau darah berbintik-bintik
yang disebabkan karena papilomatosis. Trauma pada kulit , misalnya garukan , dapat
menyebabkan kelainan yang sama dengan kelainan psoriasis dan disebut kobner.
Psoriasis juga dapat menyebabkan kelainan kuku yang agak khas yang disebut
pitting nail atau nail pit berupa lekukan-lekukan miliar.
Gejala dari psoriasis antara lain:
 Mengeluh gatal ringan
 Bercak-bercak eritema yang meninggi, skuama diatasnya.
 Terdapat fenomena tetesan lilin
 Menyebabkan kelainan kuku

G. Komplikasi

Menurut corwin (2009) komplikasi dari psoriasis diantaranya adalah:

1. Dapat terjadi infeksi kulit yang parah

2. Artritis deformans yang mirip dengan artritis rematoid, disebut psoriatika, timbul
pada sekitar 30-40% pasien psoriasis. bila psioriasis dapat menjadi penyakit yang
melemahkan

3. Berdampak pada penurunan harga diri pasien yang menimbulkan psikologis,


ansietas, depresi dan marah.

H. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan yang bertujuan mencari penyakit yang menyertai psoriasis perlu


dilakukan, seperti pemeriksaan darah rutin, mencari penyakit infeksi, pemeriksaan
gula darah, kolesterol untuk penyakit diabetes mellitus

2. Pemeriksaan Histopatologi

Kelainan histopatologi yang dapat dijumpai pada lesi psoriasis ialah


hyperkeratosis, parakeratosis, akantosis dan hilangnya stratum granulosum.
8
Papilomatosis ini dapat memberi beberapa variasi bentuk seperti gambaran pemukul
bola kasti atau pemukul bola golf.

Aktivitas mitosis sel epidermis tampak begitu tinggi, sehingga pematangan


keratinisasi terlalu cepat dan stratum korneum tampak menebal. Di dalam sel-sel
tanduk ini masih dapat ditemukan inti-inti sel yang disebut parakeratosis. Di dalam
stratum korneum dapat ditemukan kantong-kantong kecil yang berisikan sel radang
polimorfonuklear yang dikenal sebagai mikro abses Munro. Pada puncak papil
dermis didapati pelebaran pembuluh darah kecil yang disertai oleh sebukan sel-sel
radang limfosit dan monosit.

I. Penatalaksanaan

Tujuan penatalaksanaan adalah untuk memperlambat pergantian epidermis,


meningkatkan resolusi lesi psoriatik dan mengendalikan penyakit tersebut. Pendekatan
terapeutik harus berupa pendekatan yang dapat dipahami oleh pasien, pendekatan ini
harus bisa diterima secara kosmetik dan tidak mempengaruhi cara hidup pasien. Terapi
psoriasis akan melibatkan komitmen waktu dan upaya oleh pasien dan mungkin pula
keluarganya. Ada tiga terapi yang standar: topikal, intralesi dan sistemik.

1. Terapi topical

Preparat yang dioleskan secara topikal digunakan untuk melambatkan aktivitas


epidermis yang berlebihan tanpa mempengaruhi jaringan lainnya.Obat-obatannya
mencakup preparat ter, anthralin, asam salisilat dan kortikosteroid.Terapi dengan
preparat ini cenderung mensupresi epidermopoisis (pembentukan sel-sel epidermis).

a. Formulasi ter

Mencakup losion, salep, pasta, krim dan sampo. Rendaman ter dapat
menimbulkan retardasi dan inhibisi terhadap pertumbuhan jaringan psoriatik
yang cepat.Terapi ter dapat dikombinasikan dengan sinar ultraviolet-B yang
dosisnya ditentukan secara cermat sehingga menghasilkan radiasi dengan panjang
gelombang antara 280 dan 320 nanometer (nm).Selama fase terapi ini pasien
dianjurkan untuk menggunakan kacamata pelindung dan melindungi
matanya.Pemakaian sampo ter setiap hari yang diikuti dengan pengolesan losion
steroid dapat digunakan untuk lesi kulit kepala.Pasien juga diajarkan untuk

9
menghilangkan sisik yang berlebihan dengan menggosoknya memakai sikat
lunak pada waktu mandi.

b. Anthralin
Preparat (Anthra-Derm, Dritho-Crème, Lasan) yang berguna untuk mengatasi
plak psoriatik yang tebal yang resisten terhadap preparat kortikosteroid atau
preparat ter lainnya.
c. Kortikosteroid
Topikal dapat dioleskan untuk memberikan efek antiinflamasi. Setelah obat ini
dioleskan, bagian kulit yang diobati ditutup dengan kasa lembaran plastik oklusif
untuk menggalakkan penetrasi obat dan melunakkan plak yang bersisik.
2. Terapi intralesi
Penyuntikan triamsinolon asetonida intralesi (Aristocort, Kenalog-10, Trymex) dapat
dilakukan langsung kedalam berck-bercak psoriasis yang terlihat nyata atau yang
terisolasi dan resisten terhadap bentuk terapi lainnya.Kita harus hati-hati agar kulit
yang normal tidak disuntuik dengan obat ini.
3. Terapi sistemik
Metotreksat bekerja dengan cara menghambat sintesis DNA dalam sel epidermis
sehingga mengurangi waktu pergantian epidermis yang psoriatik. Walaupun begitu,
obat ini bisa sangat toksik, khususnya bagi hepar yang dapat mengalamim kerusakan
yang irreversible.Jadi, pemantauan melalui pemeriksaan laboratorium harus
dilakukan untuk memastikan bahwa sistem hepatik, hematopoitik dan renal pasien
masih berfungsi secara adekuat.
Pasien tidak boleh minum minuman alkohol selama menjalani pengobatan dengan
metotreksat karena preparat ini akan memperbesar kemungkinan kerusakn hepar.
Metotreksat bersifat teratogenik (menimbulkan cacat fisik janin) pada wanita hamil.
a. Hidroksiurea
Menghambat replikasi sel dengan mempengaruhi sintesis DNA. Monitoring
pasien dilakukan untuk memantau tanda-tanda dan gejal depresi sumsum tulang.
b. Siklosporin A
Satu peptida siklik yang dipakai untuk mencegah rejeksi organ yang
dicangkokkan, menunjukkan beberapa keberhasilan dalam pengobatan kasus-
kasus psoriasis yang berat dan resisten terhadap terapi. Kendati demikian,

10
penggunaannya amat terbatas mengingat efek samping hipertensi dan
nefroktoksisitas yang ditimbulkan (Stiller, 1994)
c. Retinoid oral (derivat sintetik vitamin A dan metabolitnya, asam vitamin A)
akan memodulasi pertumbuhan serta diferensiasi jaringan epiterial, dan dengan
demikian pemakaian preparat ini memberikan harapan yang besar dalam
pengobatan pasien psoriasis yang berat.
d. Fotokemoterapi
Terapi psoriasis yang sangat mempengaruhi keadaan umum pasien adalah
psoralen dan sinar ultraviolet A (PUVA). Terapi PUVA meliputi pemberian
preparat fotosensitisasi (biasanya 8-metoksipsoralen) dalam dosis standar yang
kemudian diikuti dengan pajanan sinar ultraviolet gelombang panjang setelah
kadar obat dalam plasma mencapai puncaknya. Meskipun mekanisme kerjanya
tidak dimengerti sepenuhnya, namun diperkirakan ketika kulit yang sudah diobati
dengan psoralen itu terpajan sinar ultraviolet A, maka psoralen akan berkaitan
dengan DNA dan menurunkan proliferasi sel. PUVA bukan terapi tanpa bahaya;
terapi ini disertai dengan resiko jangka panjang terjadinya kanker kulit, katarak
dan penuaan prematur kulit.

BAB III
KONSEP KEPERAWATAN

J. Proses Keperwatan
1. Pengkajian
berfokus pada cara pasien menghadapi kondisi kulit yang psoriatik, penampakan
kulit normal dan penampakan lesi kulit. Manifestasi utama yang terlihat adalah
11
papula merah bersisik yang menyatu untuk membentuk plak berbentuk oval dengan
batas yang jelas. Sisik atau skuama yang berwarna putih perak juga terdapat. Daerah
kulit didekatnya akan memperlihatkan plak yang licin dan merah dengan permukaan
yang mengalami maserasi. Pemeriksaan harus dilakukan pada daerah-daerah
khususnya yang cenderung untuk mengalami psoriasis, yaitu siku, lutut, kulit kepala,
celah gluteus, jari-jari tangan dan jari-jari kaki (untuk menemukan lubang-lubang
kecil).
a. Keluhan utama
Hal utama yang dirasakan pasien saat dikaji
b. Data riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
Bagaimana perjalanan pernyakit dari rumah dan penanganannya hingga dibawa
dirumah sakit
2) Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat psoriasis, hipertensi, riwayat stroke sebelumnya, diabetes
melitus, penyakit jantung, anemia, riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang
lama.
3) Riwayat penyakit keluarga
Apakah ada riwayat keluarga yang menderita psoriasis, hipertensi, diabetes
melitus, atau adanya riwayat stroke dari generasi terdahu

11 Pola Fungsional Kesehatan :


a. Pengkajian Pola Persepsi Kesehatan
 Adanya riwayat infeksi sebelumya.
 Pengobatan sebelumnya tidak berhasil.
 Riwayat mengonsumsi obat-obatan tertentu, mis., vitamin; jamu.
 Adakah konsultasi rutin ke Dokter.
 Hygiene personal yang kurang.
 Lingkungan yang kurang sehat, tinggal berdesak-desakan.
b. Pola Nutrisi Metabolik
 Pola makan sehari-hari: jumlah makanan, waktu makan, berapa kali sehari
makan
 Kebiasaan mengonsumsi makanan tertentu: berminyak, pedas.
 Jenis makanan yang disukai.
 Napsu makan menurun.

12
 Muntah-muntah.
 Penurunan berat badan.
 Turgor kulit buruk, kering, bersisik, pecah-pecah, benjolan.
 Perubahan warna kulit, terdapat bercak-bercak, gatal-gatal, rasa terbakar atau
perih
c. Pola Eliminasi
 Sering berkeringat.
 Tanyakan pola berkemih dan bowel.
d. Pola Aktivitas dan Latihan
 Pemenuhan sehari-hari terganggu.
 Kelemahan umum, malaise.
 Toleransi terhadap aktivitas rendah.
 Mudah berkeringat saat melakukan aktivitas ringan.
 Perubahan pola napas saat melakukan aktivitas.
e. Pola Tidur dan Istirahat
 Kesulitan tidur pada malam hari karena stres.
 Mimpi buruk.
f. Pola Persepsi dan Konsep Diri
 Perasaan tidak percaya diri atau minder.
 Perasaan terisolasi.
g. Pola Reproduksi Seksualitas
 Gangguan pemenuhan kebutuhan biologis dengan pasangan.
 Penggunaan obat KB mempengaruhi hormon.
h. Pola Mekanisme Koping dan Toleransi Terhadap Stress
 Emosi tidak stabil
 Ansietas, takut akan penyakitnya
 Disorientasi, gelisah
i. Pola Sistem Kepercayaan
 Perubahan dalam diri klien dalam melakukan ibadah
 Agama yang dianut
j. Pola Persepsi Kognitif
 Perubahan dalam konsentrasi dan daya ingat.

13
 Pengetahuan akan penyakitnya.
k. Pola Hubungan dengan Sesama
 Hidup sendiri atau berkeluarga
 Frekuensi interaksi berkurang
 Perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran
2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala terkait penyakit ditandai
dengan adanya gatal, rasa terbakar pada kulit, ansietas, klien tampak gelisah, dan
gangguan pola tidur.
b. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi zat kimia, faktor mekanik,
faktor nutrisiditandai dengan kerusakan jaringan kulit (kulit bersisik, turgor kulit
buruk, pecah-pecah, bercak-bercak, gatal).
c. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan biofisik, penyakit, dan perseptual
ditandai dengan tidak percaya diri, minder, perasaan terisolasi, interaksi
berkurang.
d. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan ditandai dengan klien
gelisah, ketakutan, gangguan tidur, sering berkeringat.

3. Rencana Asuhan Keperawatan


No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
1. Gangguan rasaSetelah dilakukan- Kaji penyebab- Sebagai dasar
nyaman tindakan selamagangguan rasa dalam menyusun
berhubungan 1x24 jam kliennyaman rencana intervensi
dengan gejaladapat keperawatan
terkait penyakitmempertahankan - Rasa gatal dapat
ditandai dengantingkat kenyamanan- Kendalikan faktor- diperburuk oleh

14
adanya gatal, rasaselama perawatanfaktor iritan. panas, kimia dan
terbakar padadengan kriteria- Pertahankan fisik
kulit, ansietas,hasil: lingkungan yang- Kesejukan
klien tampak- klien tampakdingin atau sejuk. mengurangi gatal.
gelisah, dantenang - Gunakan sabun- Upaya ini
gangguan pola- gangguan tidurringan atau sabun mencakup tidak
tidur hilang khusus untuk kulit adanya larutan
- klien menerimasensitif. detergen, zat
akan penyakitnya pewarna atau bahan
- gatal dan perih pengeras.
hilang - Kolaborasi dalam- Tindakan ini

pemberian terapi membantu

topical seperti yang meredakan gejala

diresepkan dokter.
2. Gangguan integrit Setelah dilakukan - Kaji atau catat 1. - Memberikan
as kulit intervensi selama ukuran, warna, informasi dasar tentang
berhubungan 3x24 jam, keadaan luka / penanganan kulit
dengan iritasi zat diharapkan kondisi sekitar luka.
kimia, faktor Kerusakan integritas- Lakukan kompres - Merupakan tindakan
mekanik, faktor kulit dapat teratasi, basah dan sejuk atau protektif yang dapat
nutrisi ditandai dengan kriteria terapi rendaman. mengurangi nyeri.
dengan kerusakan hasil: - Lakukan perawatan - Memungkinkan
jaringan kulit - turgor kulit baik luka dan hygiene pasien lebih bebas
(kulit bersisik, - gatal hilang sesudah itu keringkan bergerak dan
turgor kulit - kulit tidak bersisik kulit dengan hati-hati meningkatkan
buruk, pecah- - bercak-bercak dan taburi bedak yangkenyamanan.
pecah, bercak- hilang tidak iritatif.
bercak, gatal). - Berikan prioritas
untuk meningkatkan - Mempercepat proses
kenyamanan dan rehabilitasi pasien
kehangatan pasien
- Kolaborasi dengan
dokter dalam - Untuk mempercepat
pemberian obat- penyembuhan.
15
obatan
3. Gangguan citra Setelah dilakukan1. - Berikan 1. - Klien membutuhkan
tubuh tindakan asuhan kesempatan pada pengalaman
berhubungan keperawatan selama klien untuk didengarkan dan
dengan biofisik, 1X24 jam, mengungkapkan dipahami dalam proses
penyakit, dan diharapkan tidak perasaan tentang peningkatan
perseptual terjadi gangguan perubahan citra kepercayaan diri.
ditandai dengan body image. tubuh. - Memberikan
tidak percaya diri, Dengan kriteria - Nilai rasa kesempatan kepada
minder, perasaan hasil: keprihatinan dan perawat untuk
terisolasi, - Menyatakan ketakutan klien. menetralkan
interaksi penerimaan situasi kecemasan dan
berkurang diri. memulihkan realitas
- Bicara dengan situasi.
keluarga/orang 3. - Kesan seseorang
terdekat tentang 3. - Bantu klien dalam terhadap dirinya sangat
situasi, perubahan mengembangkan berpengaruh dalam
yang terjadi. kemampuan untuk pengembalian
menilai diri dan kepercayaan diri.
mengenali serta
mengatasi masalah.
- Mendukung upaya4. - Pendekatan dan saran
klien untuk yang positif dapat
memperbaiki citra membantu menguatkan
diri, mendorong usaha dan kepercayaan
sosialisasi dengan yang dilaku
orang lain dan
membantu klien ke
arah penerimaan diri.
4. Ansietas yang Setelah dilakukan1. - Kaji tingkat 1. - Identifikasi masalah
berhubungan intervensi selama ansietas dan spesifik akan
dengan perubahan3x24 jam, diskusikan penyebab meningkatkan
status kesehatan diharapkan Ansietas bila mungkin kemampuan individu
ditandai dengan dapat diminimalkan untuk menghadapinya

16
klien gelisah, sampai dengan dengan lebih realistis.
ketakutan, diatasi, dengan - Sebagai indikator
gangguan tidur, kriteria hasil : -Kaji ulang keadaan awal dalam
sering - klien tampak umum pasien dan menentukan intervensi
berkeringat. tenang TTV berikutnya
-klien menerima - Agar pasien merasa
tentang penyakitnya - Berikan waktu diterima
- gangguan tidur pasien untuk
hilang mengungkapkan
masalahnya dan
dorongan ekspresi
yang bebas, misalnya
rasa marah, takut,
ragu - Ketidaktahuan dan
4. - Jelaskan semua kurangnya pemahaman
prosedur dan dapat menyebabkan
pengobatan timbulnya ansietas
5. - Mengurangi
kecemasan pasien
5. - Diskusikan perilaku
koping alternatif dan
tehnik pemecahan
masalah

17
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Psoriasis adalah suatu penyakit peradangan kronis pada kulit dimana penderitanya
mengalami proses pergantian kulit yang terlalu cepat. Penyakit ini secara klinis sifatnya
tidak mengancam jiwa dan tidak menular tetapi karena timbulnya dapat terjadi pada
bagian tubuh mana saja sehingga dapat menurunkan kualitas hidup seseorang bila tidak
dirawat dengan baik. (Effendy, 2005)

Penyebab psoriasis sampai saat ini belum diketahui.Diduga penyakit ini diwariskan
secara poligenik. Penderita biasanya mengeluh adanya gatal ringan pada tempat-tempat
predileksi, yakni pada kulit kepala, perbatasan daerah tersebut dengan muka, ekstremitas
bagian ekstensor terutama siku serta lutut, dan daerah lumbosakral.

Kelainan kulit terdiri atas bercak-bercak eritema yang meninggi (plak) dengan
skuama diatasnya. Eritema berbatas tegas dan merata. Skuama berlapis-lapis, kasar, dan
berwarna putih seperti mika, serta transparan.

Pada psoriasis terdapat fenomena tetesan lilin, Auspitz dan Kobner. Fenomena tetesan
lilin ialah skuama yang berubah warnanya menjadi putih pada goresan, seperti lilin

18
digores. Pada fenomena Auspitz serum atau darah berbintik-bintik yang disebabkan
karena papilomatosis. Trauma pada kulit , misalnya garukan , dapat menyebabkan
kelainan yang sama dengan kelainan psoriasis dan disebut kobner. Psoriasis juga dapat
menyebabkan kelainan kuku yang agak khas yang disebut pitting nail atau nail pit berupa
lekukan-lekukan miliar.

B. Saran

Kepada mahasiswa (khususnya mahasiswa perawat) atau pembaca disarankan agar


dapat mengambil pelajaran dari makalah ini sehingga apabila terdapat tanda dan gejala
penyakit psoriasis dalam masyarakat maka kita dapat melakukan tindakan yang tepat agar
penyakit tersebut tidak berlanjut ke arah yang lebih buruk. Makalah ini juga dapat
dijadikan referensi awal untuk bahan belajar dan tugas.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddart. 2002. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius: Jakarta.

Djuanda, A. 2007. Dermatosis Eritroskuamosa dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin ed.5.
Penerbit FK UI. Jakarta

Doengoes, E, Marilynn. (2000). “Rencana Asuhan Keperawatan”, Edisi 3, EGC: Jakarta

Effendy. 2005.Asuhan Keperawatan Sistem Integrumen. Salemba Medika : Jakarta.

Gudjanssun & Elder (2012). “Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah”, Edisi 8, Volume 3,
EGC: Jakarta.

19

Anda mungkin juga menyukai