Anda di halaman 1dari 4

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kelenjar Paratiroid (PTH)


Kelenjar paratiroid terletak diatas selaput yang membungkus kelenjar tiroid.
Terdapat 2 pasang (4 buah) yang terletak di belakang tiap lobus dari kelenjar tiroid,
dua sebelah kiri dan dua sebelah kanan. Besarnya setiap kelenjar kira-kira 5 x 5 x 3
mm, dengan berat antara 25 - 30 mg. Berat keseluruhan lebih kurang adalah 120 mg.
Kelenjar paratiroid menghasilkan hormon paratiroksin. Hormon paratiroksin
adalah suatu peptide yang terdiri dari 84 asam amino yang berfungsi mengatur kadar
kalsium dan fosfor di dalam tubuh. Produksi hormon paratiroid akan meningkat
apabila kadar kalsium di dalam plasma menurun dalam keadaan fisiologis normal.
Kadar kalsium dalam plasma berada dalam pengawasan homeostatis dalam batas
yang sangat sempit.
Mineral lain selain kalsium yang memengaruhi fungsi kelenjar paratiroid
adalah magnesium. Hambatan kerja kelenjar paratiroid mengakibatkan penurunan
kadar magnesium di dalam darah atau sebaliknya. Konsentrasi magnesium sangat
diperlukan terhadap fungsi fisiologis kelenjar paratiroid sehingga kelenjar ini
menghasilkan hormon yang diperlukan tubuh.
Pengaturan sekresi hormon paratiroid yaitu.
1. Kadar Ca plasma, peningkatan Ca plasma menghambat sekresi hormon.
2. Kadar magnesium plasma, penurunan magnesium plasma merangsang sekresi
hormon paratiroid.
Hormon kalsitonin (CTH) adalah suatu hormon yang turut berperan dalam
metabolism kalsium dan metabolisme fosfor. Hormon ini merupakan hasil sekresi sel
parafolikel kelenjar tiroid dan bukan oleh kelenjar paratiroid. Secara kimiawi hormon
ini adalah suatu rantai peptida dari 32 asam amino. Kalsitonin bekerja sama dengan
hormon paratiroid untuk hipokalsemik dan hipofosfat yang memengaruhi tulang dan
ginjal lewat reseptor dalam tulang dan ginjal.
Fungsi hormon kalsitonin adalah :

1
1. Menurunkan kadar kalsium dengan hambatan resorpsi tulang (menekan
aktifitas dan jumlah osteoblast, dan menghambat permeabilitas sel-sel pada
tulang) ; dan
2. Menghambat pelepasan kalsium dari tulang. Vitamin D merupakan
metabolisme dan mekanisme dalam banyak hal dengan hormon steroid,
menambah absorpsi kalsium dan fosfor dari traktus intestinalis. Vitamin D
mempunyai efek langsung terhadap proses kalsifikasi, membantu
pembentukan tulang, menambah ekskresi fosfat, dan membantu menurunkan
konsentrasi fosfat dalam serum.

2.2 Fungsi Kelenjar Paratiroid


Kelenjar paratiroid memiliki beberapa fungsi sebagai berikut :
1. Memelihara konsentrasi ion kalsium plasma dalam batas yang sempit
meskipun terdapat variasi-variasi yang luas.
Fungsi ion kalsium yaitu.
a. Penting dalam cairan intrasel dan ekstrasel.
b. Komponen utama dalam tulang.
c. Penting dalam pembekuan darah dan kegiatan berbagai sistem enzim.
d. Pelepasan kalsium (Ca) intrasel untuk mengaktifkan sel (proses sekresi
dan kontraksi otot).
e. Kalsium ekstrasel mengadakan perubahan kecil pada konsentrasi untuk
perubahan kepekaan sel (hipokalsemia) yang menimbulkan epilespi dan
tetani.
2. Mengontrol ekskresi kalsium dan fosfor oleh ginjal, mempunyai efek terhadap
reabsorpsi tubuler dari kalsium dan sekresi fosfor.
3. Mempercepat absorbsi kalsium di intestinum.
4. Jika pemasukan kalsium berkurang, hormon paratiroid menstimulasi resorpsi
tulang sehingga menambah kalsium dalam darah.
5. Dapat menstimulasi transport kalsium dan fosfat melalui membran dari
mitokondria.
2.3 Ganguan Fungsi Kelenjar Paratiroid.
1. Hiperfungsi paratiroid.
Suatu keadaan ketika kelenjar paratiroid memproduksi lebih banyak hormon
paratiroid dari biasanya. Jika diekskresi lebih banyak yang di butuhkan

2
disebut hiperparatiroidisme primer. Bila lebih banyak karena dibutuhkan
disebut hiperparatiroidisme sekunder.
a. Hiperparatiroidisme primer
 Berkurangnya kalsium dalam tulang sehingga timbul fraktur
spontan, sehingga sering nyeri pada tulang, tumor tulang , yang
sering terkena adalah tulang panjang.
 Kelainan traktus urinarius. Defek pada tubuli ginjal biasanya
bersifat reversible (batu ginjal kadang-kadang nefrokalsinosis
[deposisi kalsium dalam nefron]).
 Manifestasi sistem saraf sentral (depresi, konfusi, dan koma).
 Kelemahan neuromuskuler, tenaga otot berkurang , hipotoni otot,
dan keletihan kadang-kadang aritmia kardiak.
 Manifestasi gastrointestinal : kurang nafsu makan, mual, muntah,
dan konstipasi.
b. Hiperparatiroidisme sekunder
Pada penyakit ini terdapat hyperplasia dan hiperfungsi kelenjar
paratiroid yang disebabkan oleh :
 Gagal ginjal kronik ( glomerulonephritis, pielonefritis, dan
anomali kongenital dari traktus orogenitalis pada anak).
 Kurang efektifnya PTH pada beberapa penyakit (defisiensi vitamin
D, kelainan gastrointestinal).
c. Intoksikasi paratiroid akut
Kejadian ini jarang dengan gejala (penderita sangat lemah, mual , dan
muntah). Pada pemeriksaan kalsium sangat tinggi dan fosfor serum
juga tinggi. Penderita dapat koma.

2. Hipoparatiroidisme
Penyakit ini jarang terjadi pada orang dewasa, biasanya anak di bawah umur
16 tahun. Penyakit ini terjadi setelah strumektomi, terjadi paratiroidisme
sekunder. Timbul gejala-gejala reaksi neuromuskuler yang berlebihan akibat
kalsium serumyang sangat rendah, tetani dengan manifestasi spasmus
karpopedal dan kejang pada anggota gerak dan kelumpuhan otot.

3. Hiperkalsemia
Meningginya kadar kalsium dalam darah yang disebabkan oleh :
a. Berhubungan dengan paratiroidisme primer;

3
b. Berhubungan dengan keganasan (tumor hipokalsemia);
c. Berhubungan dengan vitamin D (abnormalitas metabolisme vitamin D);
d. Berhubungan dengan kegagalan ginjal; dan
e. Intoksikasi vitamin A (terlalu banyak vitamin A).

4. Hipokalsemia
Hipokalsemia subakut terjadi pada pankreatitis akut, mengakibatkan hormon
paratiroksin menjadi rendah. Klasifikasinya adalah.
a. Hormon paratiroid
 Hipoparatiroidisme herediter suatu sindrom kompleks kegagalan dari
adrenal, ovarium dan paratiroid.
 Hipoparatiroidisme didapat : komplikasi strumektomi, kerusakan
kelenjar paratiroid, setelah eksplorasi ginjal.
 Hipomagnesemia primer dan sekunder.
b. PTH tidak akftif
 Gagal ginjal kronik menyebabkan retensi fosfat, mengakibatkan
menurunnya kadar kalsium dalam darah.
 Tidak adanya vitamin D yang aktif menimbulkan penyakit tulang
seperti osteomalasia.
 Vitamin D aktif tetapi tidak efektif, malabsorpsi intestina.

Anda mungkin juga menyukai