Anda di halaman 1dari 5

LTM RINGKASAN MATA KULIAH AGAMA ISLAM

BAB 3 MAKNA ISLAM BAGI KEHIDUPAN

Nama Mahasiswa/NPM : Muhammad Fadhillah Ansyari/1706985786


Kelas/Nama Dosen : MPK Agama Islam – 11/Ahmad Baedowi M.Si
Tanggal Pengumpulan : Jumat, 23 Februari 2018

PERAN ISLAM DALAM KEHIDUPAN BERMASYARAKAT


Agama merupakan kewajiban bagi setiap manusia, karena manusia adalah makhluk
sosial yang lahir, hidup dan mati dalam masyarakat. Kehidupan sosial tentu menimbulkan
interaksi sosial yang akan melahirkan hak dan kewajiban. Manusia tidak dapat melakukan
kebebasan yang berlebihan di tengah-tengah masyarakat dan tidak dapat bertindak semaunya
saja, karena akan mengganggu kebebasan dan keinginan orang lain. Misalnya setiap orang
diberikan kebebasan mutlak, tentu tindakannya itu akan membatasi kebebasan orang lain. Ia
akan mengutamakan dirinya terlebih dahulu, karena manusia bersifat mencintai dirinya yang
berlebihan. Kadang-kadang cinta diri itu mendorong orang mengambil hak kebebasan
saudaranya, hal itu akan merusak ketentraman masyarakat dan akan mengakibatkan
kehancuran. Untuk itu masyarakat harus memiliki undang-undang dan norma-norma dalam
segala urusan sehingga orang tidak akan melanggar hak orang lain.
Setiap orang akan menyadari hak dan kewajibannya seperti interaki sosial diatur
berdasarkan kebaikan, keadilan, dan kemaslahatan bersama bukan untuk seseorang atau
sekelompok tertentu saja. Undang-undang itu tidak ditaati oleh seorang atau sekelompok orang
saja, tetapi seluruh masyarakat yang menyadari akan undang-undang tersebut. Kepatuhan
kepada undang-undang dengan paksaan seperti kekerasan hanya berlaku sementara, suatu saat
akan terjadi masalah, tidak akan berhasil bila pembuat undang-undang tidak mendasarkannya
kepada wahyu ilahi yang membuat semua orang tunduk dan patuh secara sadar. Agamalah yang
mampu membuat undang-undang yang benar dan tepat untuk mengatur kehidupan yang aman,
tentram, terhormat, dan bahagia secara merata.
Berpegang teguh pada prinsip agama yang melahirkan kesejahteraan dan kebahagiaan
individu maupun masyarakat dengan kehidupan yang terhormat. Agama menyuruh bergaul dan
menolong orang miskin, anak yatim, dan orang yang lemah dengan membantu mereka dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya. Minta izin diwaktu masuk kerumah orang lain, tidak boleh
menghina, mencari-cari kelemahan orang.
Ruang lingkup akhlak Islam sangat luas mencakup segala tindakan yang mendatangkan
kemaslahatan umum, seperti tidak membuang duri dijalanan, berkata baik, lemah lembut,
berseri muka ketika bertemu orang dan semua itu dianggap sedekah. Hal tersebut dapat
mempersatukan hati antar pribadi, sehingga terciptalah masyarakat yang utuh, berwibawa, dan
disegani, baik dari dalam maupun dari luar (Ahmad: 2008, 11-13).
Menurut Nasution fungsi agama dapat dibagi sebagai berikut :
1. Agama merupakan sumber moral

LTM Ringkasan MPK Agama Islam (Fakultas Teknik Universitas Indonesia) Halaman 1
2. Agama merupakan pedoman dan petunjuk kebenaran
3. Agama sebagai jalan hidup
4. Agama sebagai pandangan dan bimbingan (falsafah hidup)
5. Agama merupakan sumber informasi tentang masalah metafisika
6. Agama memberikan bimbingan rohani bagi manuisia baik dikala suka maupun duka
Secara sosiologis, agama memiliki fungsi sosial yang menyangkut pola hubungan sosial antara
manusia, dapat dilihat dari pengaruhnya seperti pengaruh yang bersifat positif atau pengaruh
yang menyatukan (integrative factor) dan pengaruh yang bersifat negatif atau pengaruh yang
bersifat destruktif dan memecah belah (desintegrative factor) (Hasanah: 2013, 16).
Hidup beragama Islam sesuai dengan martabat manusia sebagai makhluk yang tertinggi
di muka bumi, dan bagi manusia yang berakal. Orang yang tidak berakal sehat tidak
memerlukan agama, jika mereka beragama namun tidak bermanfaat bagi mereka. Mereka yang
mengingkari agama adalah orang yang mendustakan hati nuraninya sendiri. Agama dapat
membuka kepribadian manusia tentang asal, tujuan dan apa yang harus dilakukan. Agama
berperan penting dalam pembentukan watak (Rofq: 2006, 44).

IMPLEMENTASI ISLAM MENGATUR KEHIDUPAN BERMASYARAKAT DAN


PERUBAHAN SOSIAL DALAM MASYARAKAT
1. Kerukunan antar umat beragama
Allah SWT memang menciptakan manusia dengan fitrah seorang muslim. Sejak
ditiupkannya ruh ke dalam tubuh kita, manusia telah memiliki potensi untuk memeluk
Islam. Tetapi banyak faktor yang membuat beberapa manusia tidak memeluk agama
Islam. Meskipun tidak semua manusia adalah pemeluk agama Islam, sebagai umat
Islam harus dapat hidup berdampingan dengan umat agama lain dan membina
kerukunan antar umat beragama. Sehingga harus tetap menjaga dan menghormati
eksistensi agama lain, walaupun para nabi dan rasul dulu diutus untuk menegakkan
eksistensi agama Islam. Hal ini didukung oleh surat Al-Qur’an
“Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah
selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa
pengetahuan. Demikianlah kami menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudian
kepada Tuhan merekalah kembali mereka, lalu Dia memberitakan kepada mereka apa
yang dahulu mereka kerjakan.”( Q.S. Al An’am : 108)
Namun umat muslim sendiri tidak boleh memaksa umat agama lain untuk
mengikuti ajaran Islam. Umat Islam hanya berkewajiban memberitahu dan
membenarkan seseorang yang menyimpang dari ajaran agama Islam serta mengajak
manusia untuk mengikuti agama Islam
“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (islam); sesungguhnya telah
jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar
janji kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah
berpegang kepada buhul tali yang amat kuat dan tidak akan putus. Dan Allah Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Q.S. Al Baqarah : 256).

LTM Ringkasan MPK Agama Islam (Fakultas Teknik Universitas Indonesia) Halaman 2
Selain itu Allah SWT juga telah menjelaskan dalam Al-Qur’an bahwa untuk
tetap saling menghormati dan menjaga umat agama lain serta tidak mencampuri urusan
agama mereka
“(yaitu) orang-orang yang telah diusir dari kampung halaman mereka tanpa
alasan yang benar, kecuali karena mereka berkata : ‘Tuhan kami hanyalah Allah’. Dan
sekiranya Allah tiada menolak (keganasan) sebagai manusia dengan sebagian yang
lain, tentulah telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gerja, rumah-rumah
ibadat orang Yahudi dan masjid-masjid, yang didalamnya banyak disebut nama Allah.
Ssungguhnya Allah psati menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya
Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa.” (Q.S. Al Haj : 40)
serta
“Untukmu agamamu, dan untukulah, agamaku” (Q.S. Al Kafirun : 6).
Sebagai umat Islam yang taat terhadap perintah dan menjauhi larangan Allah
SWT, maka umat Islam harus membina hubungan yang baik, hidup rukun, dan saling
menghormati antar umat beragama.
2. Islam dan hak asasi manusia
Hak asasi manusia adalah sekumpulan tuntutan pengakuan yang didukung oleh
etika dan hukum yang diajukan untuk masyarakat, pemerintah, penegak hukum oleh
indivdu atau kelompok atas hak yang mereka miliki. Hak asasi manusia juga disebut
sebagai hak yang sudah ada bersama manusia sejak manusia dilahirkan di dunia hingga
nanti di akhir hayatnya. Hak asasi manusia tidak dapat dipisahkan dari kehidupan dan
kegiatan manusia sehari-hari. Pada zaman nabi Muhammad SAW dahulu terdapat
piagam madinah, permasalahan yang pertama kali dibahas piagam tersebut adalah
tentang hak asasi manusia. Selain itu pemerintah negara tentunya juga mengatur
permasalahan hak asasi manusia, misalnya di Indonesia pada UUD 1945 tercantum
peraturan mengenai hak asasi manusia. Hal ini menyatakan bahwa hak asasi manusia
sangatlah penting bagi kehidupan umat manusia, terutama umat Islam. Tetapi perlu
diketahui bahwa Islam sangat menghargai hak asasi manusia karena telah terbukti pada
piagam madinah terdapat pasal yang mengatur mengenai hak asasi manusia, yaitu pasal
2 – 10.
Kaum Muhajirin dari Quraisy tetap mempunyai hak asli mereka, yaitu saling
tanggung-menanggung, membayar dan menerima uang tebusan darah (diyat) di antara
mereka (karena suatu pembunuhan), dengan cara yang baik dan adil di antara orang-
orang beriman (Piagam Madinah pasal 2).
Sehingga sebagai umat Islam yang mengikuti ajaran Rasulullah SAW, umat
Islam wajib menjunjung tinggi dan menegakkan hak asasi manusia tiap individu.
Kehidupan akan terasa damai dan tentram, apabila semua umat di dunia mengerti dan
paham akan pentingnya hak asasi manusia di kehidupan mereka.
3. Otonomi Masyarakat
Sebagaimana manusia-manusia pembentuknya yang mempunyai otonomi
dalam berkehendak dan bertindak, masyarakatp un diberi otonomi oleh Allah untuk
menjalani proses sosial sebagai konsekuensi hidup bersama. Allah berfirman dalam
Surat Ar-ra’du ayat 11 :

LTM Ringkasan MPK Agama Islam (Fakultas Teknik Universitas Indonesia) Halaman 3
“Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di
muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya
Allah tidak mengubah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan
yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan
terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada
pelindung bagi mereka selain Dia.”
Sebuah kaum (masyarakat) hidup dalam konteks zaman dan alam tertentu.
Karenanya, mereka harus beradaptasi dan berupaya agar keberadaanya bisa bertahan
dan berkembang. Individu-individu atau kelompok-kelompok sosial pembentuknya
mesti beraktivitas dan menjalin relasi-relasi yang terintegrasi satu sama lain sehingga
keutuhannya sebagai sebuah masyarakat tidak terganggu. Mereka mesti membangun
norma dan etos hidup bersama sehingga keseimbangan hidup bermasyarakat bisa terus
terjaga. Dinamika ini turut menentukan ‘kualitas’ hidup masyarakat tersebut, baik dari
aspek nilai, kehidupan ekonomi, politik, dan kebudayaan, termasuk teknologi dan
produk-produk budaya yang dihasilkan.
Kualitas kehidupan masyarakat ini menentukan apakah masyarakat tersebut
bersifat progresif (maju) atau mengalami kemunduran. Dalam situasi ini, Allah
menegaskan bahwa suatu masyarakat (kaum) mempunyai otonomi atau kesempatan
dan kewenangan untuk mengubah keadaannya sendiri atau tidak. Allah memberikan
kepercayaan kepada suatu kaum untuk berupaya mengubah keadaannya dari situasi
mundur (terbelakang) menjadi situasi yang maju baik secara lahiriah maupun batiniah.
Dengan kata lain, Allah menghendaki adanya kerja keras yang aktif dari sebuah
masyarakat, bukan sikap pasif yang fatalistik menerima keadaan.
Ayat ini juga mengisyaratkan kepada kita agar membangun upaya rekayasa
sosial (social engineering) menuju keadaan yang dicita-citakan. Upaya ini memerlukan
perencanaan, pengoganisasian, penggerakan dan pengendalian secara sistematis agar
bisa berjalan efektif dan efisien. Upaya ini juga membutuhkan ‘perangkat keras’ berupa
organisasi sosial, baik yang bersifat legal formal, seperti negara dengan lembaga-
lembaganya, maupun organisasi informal, seperti perkumpulan warga, dan sebagainya.
Pelembagaan dan birokratisasi ini memang bukan satu pilihan yang wajib diambil tetapi
prinsip-prinsipnya diperlukan agar proses rekayasa sosial bisa berjalan optimal.
Upaya ini dengan sendirinya merupakan proses perubahan sosial yang
memerlukan peran serta dari segenap unsur masyarakat. Dengan kata lain, diperlukan
para agen perubahan sosial yang berkhidmat bagi kemajuan masyarakat disertai
kesadaran bahwa semua upaya yang dilakukan mempunyai dimensi spriritual karena
tentu saja penentu segala keberhasilan adalah Allah SWT. Namun dengan ayat tersebut,
Allah jelas-jelas menegaskan bahwa Dia tidak akan mengubah nasib suatu kaum
kecuali kaum tersebut berupaya untuk mengubahnya.

LTM Ringkasan MPK Agama Islam (Fakultas Teknik Universitas Indonesia) Halaman 4
DAFTAR PUSTAKA

http://ejournal.stainpamekasan.ac.id/index.php/islamuna/article/view/1152
http://www.nu.or.id/post/read/72484/tujuan-beragama-dalam-kehidupan-bermasyarakat
http://journalislamic.ac.id/2017/05/peran-pendidikan-islam-dalam-perubahan.html
https://www.nu.or.id/2010/11/konsep-islam-tentang-perubahan-sosial.html
http://ruangbelajarislam.or.id/2013/11/makalah-peranislam-dan-perubahan-sosial.html
Modul MPK Agama Islam Universitas Indonesia Bab 2 : Makna Islam dalam Kehidupan
Diktat Mata Kuliah Agama Islam Universitas Padjajaran Bab 2 : Kehidupan Islam dalam
Bermasyarakat
Aminuddin, 2013 : “Membangun Sosial dari Islam” Jakarta, Erlangga
http://journalislamic.ac.id/2017/05/peran-islam-dalam-bermasyarakat.html
https://www.nu.or.id/2010/11/konsep-islam-tentang-implementasi-masyarakat.html
https://www.nu.or.id/2010/11/aturan-islam-dalam-bermasyarakat.html

LTM Ringkasan MPK Agama Islam (Fakultas Teknik Universitas Indonesia) Halaman 5

Anda mungkin juga menyukai