Pengertian
Plasenta Previa adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah rahim sehingga
menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum (jalan lahir) yang ditandai dengan
perdarahan uterus yang dapat keluar melalui vagina tanpa adanya rasa nyeri pada kehamilan
trimester terakhir, khususnya pada bulan kedelapan.
Plasenta previa yaitu suatu kehamilan dimana plasenta berimplantasi abnormal pada
sigmen bawah rahim, menutupi atau tidak menutupi ostium uteri internum, sedangkan
kehamilan tersebut sudah vilable atau mampu hidup di luar rahim (usia kehamilan 22 minggu
atau berat janin >500 gram) (Achadiata, 2004, dalam buku Yulianingsih, 2009; h. 66).
B. Anatomi
Plasenta berbentuk bundar dengan diameter 15-20 cm, tebal kira- kira 2,5 cm, berat rata-rata
500gr. Sebelum kelahiran plasenta secara normal terletak pada segmen atas uterus, di depan atas
di belakang dinding uterus agak ke atas ke arah fundus uteri. Hal itu dikarenakan permukaan
bagian ataskorpus uteri lebih luas sehingga lebih banyak tempat untuk berimplantasi.Fungsi
plasenta adalah sebagai alat yang memberi makanan pada janin (nutritif), sebagai alat yang
mengeluarkan bekas metabolisme (ekskresi), sebagai alat yang memberi zat asam dan
mengeluarkan CO2 (respirasi), alat pembentuk hormon dan menyalurkan antibodi ke janin.
C. Fisiologi
Plasenta terbentuk lengkap mulai usia kehamilan 16 minggu sedangkan bentuk ukuran normal
plasenta berbentuk seperti cakram yang bundar atau lonjong (oval), mempunyai ukuran 20 x 15
cm dan tebal 1,5 sampai 2,0 cm. Berat plasenta, yang biasannya 20 persen dari berat janin, berkisar
antara 425 dan 550 g. Secara normal plasenta tertanam atau berimplantasi pada dinding depan,
dinding belakang uterus atau di daerah fundus uteri (bagian atas uterus). Kadang-kadang plasenta
berada pada segmen bawah dan adakalanya terletak di atas cerviks. Keadaan terakhir ini disebut
dengan istilah plasenta previa dan menjadi penyebab timbulnya perdarahan dalam trimester 3
(antepartum) (Oxorn, 2010; h. 483).
D. Etiologi
Plasent previa meningkat kejadiannya pada keadaan-keadaan yang endometriumnya
kurang baik, misalnya karena atrofi endometrium atau kurang baiknya vasikularisasi desidua
pada sigmen atas uterus. maka placenta akan meluas dalam upanyanya untuk mendapatkan suplai
darah yang lebih memadai. Keadaan ini bisa di temukan pada:
1) Multipara, terutama jika jarak antara kehamilannya pendek serta kalau placentanya lebar
serta tipis.
2) Usia kehamilan ( umur lanjut >35th)
3) Mioma uteri
4) Riwayat tindakan medis yang dilakukan pada uterus seperti dilatasi dan Kuretase atau aborsi
medialis yang berulang.
5) Chorion leave persistent
6) Corpus luteum bereaksi lambat dimana endometrium belum siap menerima hasil kosepsi
7) Konsepsi dan nidasi terlambat
8) Bekas seksio sesaria (yang dapat menyebabkan cacat atau jaringan parut pada endometrium
pada ibu atau wanita yang pernah menjalanai oprasi cesar dan riwayat operasi SC
sebelumnya juga akan mengakibatkan proses peradangan dan kejadian atrofi di
endometrium),
9) Perubahan inflamasi atau atrofi, misalnya pada wanita perokok atau pemakai kokain
hipoksemi yang terjadi akibat karbon monoksida akan dikompensasi dengan hiperterofi
plasenta. Hal ini terjadi terutama pada perokok berat (lebih dari 20 batang sehari). Palsenta
previa juga dapat terjadi pada plasenta yang besar dan yang luas, seperti pada eritroblastosis,
diabetes militus, atau kehamilan multipel
10) Riwayat plasenta previa sebelumnya
F. Komplikasi
Ada beberapa komplikasi yang dapat timbul pada ibu dan bayi dengan plasenta previa.
5) Kematian.
b) Anemia,
c) Kematian.
G. Penatalaksaan
1. Terapi ekspektatif
Tujuan terapi ekspektatif adalah supaya janin tidak terlahir prematur, pasien
dirawat tanpa melakukan pemeriksaan dalam melaui kanalis servisis. Upaya diagnosis
dilakukan secara non invasif. Pemantauan klinis dilaksanakan secara ketat dan baik.
Syarat pemberian terapi ekspektatif :
Hipovolemik Anemi
Kekurangan Metabolisme
volume cairan anaerob
Kelelahan
Intoleransi
aktivitas
1. Nyeri b.d terputusnya kontinuitas jaringan
2. Resti infeksi b.d insisi luka operasi
3. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit b.d syok hipovolemik
Nyeri
NOC
NIC
Resiko infeksi
Cairan
a. Monitor tanda vital.
b. Monitor urin meliputi warna hemates sesuai indikasi.
c. Pertahankan pencatatan komulatif jumlah dan tipe pemasukan cairan.
d. Monitor berat badan tiap hari.
e. Awasi pemeriksaan laboratorium (Hb, Ht, dan natrium urin).
f. Kolaborasi pemberian diuretik.