Anda di halaman 1dari 2

Hubungan Kebermaknaan Hidup, Kestabilan Emosi dan Depresi pada remaja pengguna

narkoba

Kehidupan manusia adalah satu rentang proses panjang. Dalam proses tersebut tersebut terjadi
perkembangan-perkembangan segenap potensi yang ada, baik fisik maupun psikis, menuju satu
tahap tertentu. Pola perkembangan tersebut memuat proses yang berasal dari dalam individu
sendiri, maupun juga dapat berasal dari hasil interaksi dengan lingkungan sosial dan alamnya
(Santrock, 2011 dalam R Hendro 2015). Proses tersebut dapat dikatakan sebagai proses manusia
dalam mencapai keutuhan eksistensinya. Hal tersebut tentunya akan bersentuhan atau bahkan
berbenturan denganaspek dan permasalahan kehidupan yang aktual, diantaranya perkembangan
jaman,struktur sosial, modernisasi, dan pola hidup tertentu yang berkembang di masyarakat
Dinamika tersebut dapat membuat manusia melakukan hal hal diluar kewajaran (Wade dan Tavris,
2007), bagi sebagian individu haltersebut dapat mengarah pada gangguan kesehatan jiwa.
Narkoba atau kepanjangan dari Narkotika, Psikotropika dan Bahan Adiktif lainnya
keberadaannya dalam kehidupan sehari-hari mempunyai dua sisi kontradiktif yang harus disikapi
dengan penuh arif dan bijaksana. Kebutuhan akan pengobatan membuat pemerintah harus mengatur
ketersediaan narkoba demi terpenuhinya rumah sakit, apotek maupun toko obat, demikian juga untuk
ilmu pengetahuan sebagai bahan penelitian. Ketidakteraturan penyediaan narkoba akan menimbulkan
peredaran dan penggunaan narkoba secara ilegal yang mana akan berdampak buruk bagi penggunanya.
Dua sisi yang saling berlawanan tersebut salah satu faktor penyebab sulitnya menanggulangi peredaran
gelap narkoba dan penyalahgunaan narkoba, disamping masih banyak faktor-faktor lain. Permasalahan
Narkotika, psikotropika dan bahan adiktif lainnya merupakan persoalan nasional maupun internasional
yang perlu segera kita tangani bersama khususnya Indonesia dan Asia pada umumnya dalam rangka
mewujudkan bebas narkoba dunia tahun 2015. (Endang, 2015)
Salah satu sebab penting yang mendorong para remaja menggunakan narkoba adalah
ada krisis makna hidup. Keadaan hidup yang kosong dan hampa menyebabkan munculnya
perasaan sepi dan bosan. Hal ini mendorong mereka mencari jalan pintas untuk mengatasinya.
Melalui penggunaan narkoba mereka berusaha untuk memperoleh hidup yang bebas dari
kecemasan, kekosongan dan kehampaan. Keadaan di atas ditegaskan oleh Frankl (1977; dalam
Koeswara, 1992; Bastaman, 1996) sebagai frustasi eksistensialism (existensialism frustation)
yang semakin meningkat. Peningkatan frustasi eksistensial ini menimbulkan dampak negatif.
Gejala-gejala yang tampak dari adanya frustasi eksistensial adalah meningkatnya bunuh diri,
penyalahgunaan obat dan alkohol, depresi, stres, psikpatologi, kekerasan dan kejahatan.
Penelitian psikologis menunjukkan bahwa makna hidup sangat penting bagi keseimbangan fisik
dan emosional. Studi Sheffied dan Pearson mengindikasikan adanya hubungan yang positif antara
kecenderungan neurotik dan introversi sosial yang diungkap melalui tes Eysenk Personality Inventory
dengan rendahnya skor tes PIL (Purpose in Life test) yang mengungkapkan kebermaknaan hidup (dalam
Yalom, 1980). Salle dan Casciani melaporkan semakin tinggi taraf frustasi dan ketidakmampuan
menyesuaikan diri secara seksual para subjek, semkain rendah skor PIL yang diperolehnya. Hasil studi
Braun dan Dolmino menunjukkan skor tes PIL remaja deliquent lebih rendah dari remaja non-deliquent
(dalam Yalom, 1980).

Faktor predisposisi lain yang ikut bertanggungjawab atas penyalahgunaan napza adalah adanya
kecemasan dan depresi pada individu (Gossop, 1994).

Anda mungkin juga menyukai