Anda di halaman 1dari 1

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gizi kurang adalah gangguan kesehatan akibat kekurangan atau
ketidakseimbangan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan, aktivitas berfikir
dan semua hal yang berhubungan dengan kehidupan. Dari data seluruh dunia
(WHO, 2016). Gizi kurang merupakan keadaan kurang gizi tingkat berat yang
disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi protein dari makanan sehari-hari dan
terjadi dalam waktu yang cukup lama (Sodikin, 2013).
Menurut Duvall & Miller (1985) dalam Friedman (2002), keluarga
childbearing adalah keluarga yang dimulai dengan kelahiran anak pertama dan
berlanjut sampai bayi berusia 30 bulan. Keluarga childbearing adalah keluarga
yang berada pada tahap perkembangan ke II.
Pada tahun 2016, 17% atau 98 juta anak di bawah lima tahun di negara
berkembang mengalami kurang gizi (berat badan rendah menurut umur
berdasarkan standar WHO). Prevalensi tertinggi berada di wilayah Asia Selatan
sebesar 30%, diikuti Afrika Barat 21%, Osceania dan Afrika Timur 19%, Asia
Tenggara dan Afrika Tengah 16%, dan Afrika Selatan 12% (WHO, 2016).
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan permasalahan
gizi yang kompleks. Hal ini ditunjukkan dengan tingginya prevalensi stunting dan
wasting yang mana stunting di indonesia pada tahun 2015 sebesar 14,7%
kemudian mengalami penurunan 14,6% pada tahun 2016 kemudian mengalami
penurunan sebesar 13,2% pada tahun 2017 sedangkan wasting di Indonesia pada
tahun 2015 sebesar 5,6% mengalami penurunan 4,3% tahun 2016dan mengalami
penurunan sebesar 3,7% pada tahun 2017. Menurut data riskesdas prevalensi gizi
kurang pada tahun 2015 sebesar 18,4% kemudian mengalami penurunan pada
tahun 2016 menjadi 14,9% dan mengalami penurunan lagi menjadi 14,0% pada
tahun 2017. (Kemenkes 2017).
Berdasarkan Pantauan Status Gizi (PSG) 2017 yang dilakukan
Kementerian Kesehatan, bayi usia di bawah lima tahun yang mengalami masalah
gizi pada 2017 mencapai 17,8%, sama dengan tahun sebelumnya. Jumlah
tersebut terdiri dari Balita yang mengalami gizi kurang 14%. Survei yang
dipublikasi oleh Kementrian Kesehatan melalui buku saku nasional PSG pada
suatu studi di daerah terdapat 3 wilayah yang gizi kurangnya lebih tinggi dari
wilayah lain di

Anda mungkin juga menyukai