Anda di halaman 1dari 18

HASIL BELAJAR KELOMPOK 8

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Konsep MPKP, MAKP, SP2KP

Mata Kuliah Manajemen Keperawatan

Disusun oleh :

1. Utami Dwi Yusli (22020114120006)


2. Kunita Wuragil (22020114120055)
3. Maftukhatun Ni’mah (22020114120063)
4. Maida Yuniar Benita (22020114130078)
5. Tiara Adelina D (22020114130104)
6. M. Nur Triyanto (22020114130112)

JURUSAN KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO

2016
1. Model Praktik Keperawatan Profesional
A. Definisi MPKP
Manajemen Asuhan Keperawatan merupakan suatu pengelolaan Sumber
Daya Manusia Keperawatan dalam menjalankan kegiatan keperawatan
menggunakan metoda proses keperawatan untuk menyelesaikan masalah pasien.
Dengan demikian dalam pengelolaan asuhan keperawatan ini terdapat hubungan
antara perawat dan pasien baik langsung ataupun tidak langsung.
Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) yaitu model Keperawatan
Primer adalah metode pemberian asuhan keperawatan komprehensif yang
merupakan aplikasi dari model praktik keperawataan profesional. Model Praktik
Keperawatan Profesional (MPKP) diaplikasikan dalam bentuk model Keperawatan
Primer adalah metode pemberian asuhan keperawatan komprehensif.
Metode Keperawatan Primer adalah metode pemberian asuhan keperawatan
komprehensif yang merupakan penggabungan model praktik keperawataan
profesional. Setiap perawat profesional bertanggung jawab terhadap asuhan
keparawatan pasien yang menjadi tanggung jawabnya. Perawat primer bertanggung
jawab memberikan asuhan keperawatan secara menyeluruh dengan menulis asuhan
keperawatan, mulai pengkajian sampai perencanaan keperawatan selama 24 jam
sejak pasien mulai dirawat sampai pulang (Huber, 2000)
Modifikasi kuantitas dan kualifikasi tenaga dan berbagai persyaratan yang
berhubungan dengan MPKP seperti sarana, pengorganisasian, standar dokumentasi,
menjadikan model asuhan bukan MPKP yaitu ada berbagai macam jenis modifikasi
sesuai kondisi yang ada, misalnya modifikasi tim dan modifikasi perawat primer.
Metode modifikasi adalah penggunaan metode asuhan keperawatan dengan
modifikasi antara tim dan primer. Menurut Sudarsono (2000), MPKP dikembangkan
beberapa jenis sesuai dengan kondisi sumber daya manusia yang ada, antara lain
adalah:
a. Model Praktek Keperawatan Profesional III Melalui pengembangan model PKP
III dapat berikan asuhan keperawatan profesional tingkat III. Pada ketenagaan
terdapat tenaga perawat dengan kemampuan doktor dalam keperawatan klinik
yang berfungsi untuk melakukan riset dan membimbing para perawat melakukan
riset serta memanfaatkan hasilhasil riset dalam memberikan asuhan keperawatan.
b. Model Praktek Keperawatan Profesional II Pada model ini akan mampu
memberikan asuhan keperawatan profesional tingkat II. Pada ketenagaan terdapat
tenaga perawat dengan kemampuan spesialis keperawatan yang spesifik untuk
cabang ilmu tertentu. Perawat spesialis berfungsi untuk memberikan konsultasi
tentang asuhan keperawatan kepada perawat primer pada area spesialisnya.
Disamping itu melakukan riset dan memanfaatkan hasil- 14 hasil riset dalam
memberikan asuhan keperawatan. Jumlah perawat spesialis direncanakan satu
orang untuk 10 perawat primer pada area spesialisnya. Disamping itu melakukan
riset dan memanfaatkan hasil-hasil riset dalam memberikan asuhan keperawatan.
Jumlah perawat spesialis direncanakan satu orang untuk 10 perawat primer (1:10)
c. Model Praktek Keperawatan Profesional. Pada model ini perawat mampu
memberikan asuhan keperawatan profesional tingkat I dan untuk itu diperlukan
penataan 3 komponen utama yaitu: ketenagaan keperawatan, metode pemberian
asuhan keperawatan yang digunakan. Pada model ini adalah kombinasi metode
keperawatan primer dan metode tim disebut tim primer.
d. Model Praktek Keperawatan Profesional Pemula Model Praktek Keperawatan
Profesional Pemula (MPKP) merupakan tahap awal untuk menuju model PKP.
Model ini mampu memberikan asuhan keperawatan profesional tingkat pemula.
Pada model ini terdapat 3 komponen utama yaitu: ketenagaan keperawatan,
metode pemberian asuhan keperawatan dan dokumentasi asuhan keperawatan
Menurut Ratna S. Sudarsono (2000), bahwa penetapan sistem model MAKP
diasarkan pada beberapa alasan, yaitu :
a. Keperawatan primer tidak digunakan secara murni, karena perawat primer harus
mempunyai latar belakang pendidikan SI keperawatan atau setara
b. Keperawatan tim tidak digunakan secara murni , karena tanggung jawab asuhan
keperawatan pasien terfragmentasi pada berbagai tim
c. Melalui kombinasi kedua model ini diharapkan komunitas asuhan keperawatan
dan akountabilitasnya terdapat pada primer. Disamping itu karena saat ini
perawat yang ada di rumah sakit sebagaian besar adalah lulusan SPK, maka akan
mendapat bimbingan dari perawat primer atau ketua tim tentang asuhan
keperawatan. Nilai-nilai profesional dari penatalaksanaan kegiatan keperawatan
diaplikasikan dalam bentuk aktifitas pelayanan profesional yang dipaparkan
dalam 4 pilar sebagai berikut : 1. Pendekatan Manajemen (Management
Approach) 2. Penghargaan karir (compensatory rewards) 3. Hubungan
Profesional (professional relationship) 4. Sistem pemberian asuhan pasien
(patient care delivery system) Kegiatan yang ditetapkan pada tiap pilar
merupakan kegiatan dasar MPKP yang dapat dikembangkan jika tenaga
keperawatan yang bekerja berkualitas.

1. Definisi MAKP (Manajemen Asuhan Keperawatan Profesional)


Menurut Hidayah (2013), Sistem Model Asuhan Keperawatan Profesional
(MAKP) adalah suatu kerangka kerja yang mendefiniskan keempat unsur yakni: standar,
proses keperawatan, pendidikan keperawatan dan sistem MAKP. Definisi tersebut
berdasarkan prinsip nilai yang diyakini dan akan menentukan kualitas produksi atau jasa
pelayanan keperawatan. Jika perawat tidak memiliki nilai tersebut sebagai salah satu
pengambilan keputusan yang independen, maka tujuan pelayanan kesehatan atau
keperawatan dalam memenuhi kepuasan klien tidak akan terwujud.
Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) adalah suatu sistem yang
meliputi struktur proses, dan nilai profesional yang memungkinkan perawat profesional
yang mengatur pemberian asuhan keperawatan dan mengatur lingkungan untuk
menunjang asuhan keperawatan sebagai suatu model berarti sebuah ruang rawat dapat
menjadi contoh dalam praktik keperawatan profesional di rumah sakit.
2. Tujuan Pengembangan Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP)

a. Meningkatkan mutu Asuhan Keperawatan melalui penataan sistem pemberian


Asuhan Keperawatan.
b. Memberikan kesempatan kepada perawat untuk belajar melaksanakan MAKP.
c. Menyediakan kesemapatan kepada perawat untuk mengembangkan penelitian
keperawatan.
3. Dasar pertimbangan pemilihan Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP)
Terdapat enam unsur utama dalam penentuan pemilihan model MAKP, meliputi:
a. Sesuai dengan Visi dan Misi Rumah sakit
Dasar utama penentuan model pemberian asuhan keperawatan harus didasarkan
pada Visi dan Misi Rumah sakit
b. Dapat diterapkannya proses keperawatan dalam Asuhan Keperawatan
Proses keperawatan merupakan unsur terpenting terhadap kesinambungan proses
keperawatan kepada pasien. Keberhasialan dalan asuhan keperawatan sangat
ditentukan oleh pendekatan proses keperawatan.
c. Efisien dan Efektif dalam pemilihan biaya
Setiap satu perubahan harus selalu mempertimbangkan biaya dan efektifitas dalam
kelancaran pelaksanaannya. Bagaimanapun baiknya suatu model tanpa ditunjang
oleh suatu biaya memadai, maka tidak akan dapat hasil yang sempurna.
d. Terpenuhinya kepuasan pasien, keluarga dan masyarakat
Tujuan akhir asuhan keperawatan adalah kepuasan klien terhadap asuhan yang
diberikan oleh perawat.Oleh karena itu, model yang baik adalah model asuhan
keperawatan yang dapat menunjang kepuasan pelanggan.
e. Kepuasan dan kinerja perawat.
Kelancaran pelaksanaan suatu model sangat ditentukan oleh motivasi dan kinerja
perawat. Model yang dipilih harus dapat meningkatkan kepuasan perawat, justru
bukan menambah beban kerja dan frustasi dalam tugasnya.
f. Terlaksanya komunikasi yang adekuat antara perawat dan tim kesehatan lainnya.
Komunikasi secara profesional sesuai dengan ruang lingkup perawat merupakan
dasar pertimbangan suatu model (Nursalam, 2011)
4. Faktor- Faktor yang berhubungan dalam perubahan MAKP
a. Kualitas pelayanan keperawatan
Setiap upaya untuk meningkatkan pelayanan keperawatan selalu berbicara mengenai
kualitas. Kualitas sangat diperlukan untuk:
1) Meningkatkan asuhan keperawatan kepada klien.
2) Mempertahankan pendapatan institusi.
3) Mempertahankan eksistensi institusi
4) Meningkatkan kepuasan kerja
5) Meningkatkan kepercayaan klien
6) Menjalankan kegiatan sesuai standar
b. Standar praktik keperawatan
Standar praktik keperawatan yang disusun oleh Depkes RI (1995) terdiri atas
beberapa standar. Menurut JHCO/ Joint commision acrditation of Heakth Care
Organisation terhadap delapan standar asuhan keperawatan meliputi:
1) Menghargai hak-hak pasien
2) Penerimaan sewaktu pasien masuk Rumah sakit.
3) Observasi keadaan pasien
4) Pemenuhan kebutuhan nutrisi
5) Asuhan pada tindakan non operatif dan administratif
6) Asuhan pada tindakan operasi dan invasif
7) Pendidikan kepada pasien dan keluarga
8) Pemberian asuhan secara terus menerus dan berkesinambungan
c. Model Praktik
1) Praktik keperawatan Rumah sakit
Perawat profesioanal/ ners mempunyai wewenang dan tanggung jawab
melaksanakan praktik keperawatan di Rumah sakit dengan sikap dan
kemampuannya. Untuk itu, perlu dikembangkan pengertian praktik keperawatan
Rumah sakit dan lingkup cakupannya untuk praktik keperawatan profesioanal,
seperti proses dan prosedur registrasi dan legalisasi keperawatan
2) Praktik keperawatan Rumah
Bentuk praktik keperawatan rumah diletakkan pada pelaksanaan pelayanan/
asuhan keperawatan sebagai kelanjutan dari pelayanan Rumah sakit. Kegiatan ini
dilakukan oleh perawat profesional Rumah sakit, atau melalui pengikutsertaan
perawat profesional yang melakukan praktik keperawatan profesional.
3) Praktik keperawatan berkelompok
Beberapa perawat profesional membuka praktik keperawatan selama 24 jam
kepada masyarakat yang memerlukan asuhan keperawatan dengan pola yang
diuraikan dalam pendekatan dan pelaksanaan praktik keperawatan di Rumah sakit
dan Rumah. Bentuk praktik keperawatan ini dapat mengatasi berbagai bentuk
masalah keperawatan yang dihadapi oleh masyarakat dan dipandang perlu di
masa depan. Lama perawatan pasien di Rumah sakit perlu dipersingkat karena
biaya perawatan di Rumah sakit diperkirakan akan semakin meningkat.
4) Praktik keperawatan individual

5. Metode pengelolaan sistem pemberian asuhan keperawatan profesional


Keberhasilan suatu asuhan keperawatan kepada pasien sangat ditentukan oleh
metode pemberian asuhan keperawatan profesional. Dengan semakin meningkatnya
kebutuhan masyarakat akan pelayanan keperawatan dan tuntutan perkembangan iptek,
maka metode sistem pemberian asuhan keperawatan harus efektif dan efesien. Meskipun
sebagian sistem pemberian asuhan keperawatan disusun untuk mengelola asuhan di
Rumah sakit, sebagian besar dapat diadaptasi ketempat lain. Untuk setiap unit atau
organisasi bergantung pada keterampilan dan keahlian staf, ketersediaan perawat
profesional yang terdaftar, sumber daya ekonomi dari organisasi tersebut, kekuatan
pasien, dan kerumitan tugas yang harus di selesaikan (Mulyono, 2013). Ada beberapa
metode pemberian asuhan keperawatan kepada pasien menurut Mc. Laughin, Thmas dan
Bartern (1995) dalam sudarsono (2009) mengidentifikasi delapan model pemberian
asuhan keperawatan, tetapi model yang digunakan di Rumah sakit adalah asuhan
keperawatan total, keperawatan tim, dan keperawatan primer. Dari beberapa metode
yang ada, institusi pelayanan perlu mempertimbangkan kesesuaian metode tersebut untuk
diterapkan.

6. Pilar – Pilar MAKP


Dalam model praktik keperawatan profesional terdiri dari 4 pilar, diantaranya adalah:
a. Pilar I: Pendekatan manajemen keperawatan
Dalam model praktik keperawatan mensyaratkan pendekatan manajemen sebagai pilar
praktik keperawatan profesional yang pertama yaitu pendekatan manajemen terdiri
dari:
1) Perencanaan dengan kegiatan perencanaan yang dipakai di ruang MPKP meliputi
(perumusan visi, misi, filosofi,kebijakan dan rencana jangka pendek: harian,
bulanan dan tahunan)
2) Pengorganisasian dengan menyusun struktur organisasi, jadwal dinas dan daftar
alokasi pasien
3) Pengarahan: Dalam pengarahan terdapat kegiatan delegasi, supervisi, menciptakan
iklim motivasi, mencakup pre dan post confrence serta manajemen konflik.
4) Pengawasan
5) Pengendalian
b. Pilar II: Sistem penghargaan
Manajemen sumber daya manusia di ruang model praktik keperawatan profesional
berfokus pada proses rekruitmen, seleksi kerja orientasi, penilaian kinerja, staf
perawat. Proses ini selalu dilakukan sebelum membuka ruang MPKP dan setiap ada
penambahan perawatan baru.
c. Pilar III: Hubungan profesional
Hubungan profesional dalam pemberian pelayanan keperawatan (tim kesehatan). Pada
pelaksanaannya hubungan profesional secara internal artinya hubungan yang terjadi
antara pembentuk pelayanan kesehatan misalnya antara perawat dengan perawat,
perawat dengan tim kesehatan dan lain-lain. Sedangkan hubungan profesional secara
eksternal adalah hubungan antara pemberi pelayanan kesehatan.
d. Pilar IV: Manajemen asuhan keperawatan
Salah satu pilar praktik profesional keperawatan adalah pelayanan keperawatan
dengan menggunakan manajemen asuhan keperawatan di MPKP tertentu. Manajemen
asuhan keperawatan yang diterapkan di MPKP adalah asuhan keperawatan dengan
menerapkan proses keperawatan.
7. Komponen MAKP
a. Nilai profesional
b. Pendekatan manajemen
c. Sistem pemberian asuhan keperawatan
d. Hubungan profesional
e. Kompensasi kasus
8. Macam – macam MAKP
a. Metode Fungsional
Model pemberian asuhan Keperawatan ini, berorientasi pada penyelesaian
tugas dan prosedur keperawatan. Perawat ditugaskan untuk melakukan tugas tertentu
untuk dilaksanakan kepada semua pasien yang dirawat di semua ruangan. Model ini
digambarkan sebagai keperawatan yang berorientasi pada tugas dimana fungsi
keperawatan tertentu ditugaskan kepada setiap anggota staf. Setiap staf perawat hanya
melakukan 1-2 jenis intervensi keperawatan pada semua pasien di bangsal.
b. Metode Tim
Menurut Hidayah (2013), metode tim adalah pengorganisasian pelayanan
keperawatan dengan Manajemen Asuhan Keperawatan Muh. Aswar Anas, 2014 16
menggunakan tim yang terdiri atas kelompok klien dan perawat. Kelompok ini
dipimpin oleh perawat berijazah dan berpengalaman kerja serta memiliki pengetahuan
dibidangnya(registered nurse). Pembagian tugas dilakukan oleh ketua tim.
c. Metode Primer
Keperawatan primer merupakan suatu metode pemberian asuhan keperawatan
dimana perawat primer bertanggung jawab selama 24 jam terhadap perencanaan
pelaksanaan pengevaluasian satu atau beberapa klien sejak klien masuk sampai
dinyatakan pulang. Selama jam kerja perawat primer memberikan perawatan langsung
secara total untuk klien.
d. Metode modifikasi
Menurut Hidayah (2013), metode modifikasi adalah penggunaan metode
asuhan keperawatan dengan modifikasi antara tim dan primer. Menurut Sudarsono
(2000) dalam Hidayah (2013),
e. Metode Kasus
Metode kasus adalah metode dimana perawat bertanggung jawab terhadap
pasien tertentu yang didasarkan rasio 1 perawat untuk 1 pasien dengan pemberian
perawatan konstan untuk diterapkan untuk perawatan khusus seperti isolasi, intensive
care, perawat kesehatan komunitas.

SP2KP ( Sistem Pemberian Pelayanan Keperawatan Professional )


A. Pengertian SP2KP
Salah satu upaya dalam peningkatan indikator mutu pelayanan keperawatan
adalah melalui SP2KP. SP2KP merupakan kegiatan pengelolaan asuhan keperawatan di
setiap unit ruang rawat di rumah sakit. Komponennya terdiri dari: perawat, profil pasien,
sistem pemberian asuhan keperawatan, kepemimpinan, nilai-nilai profesional, fasilitas,
sarana prasarana (logistik) serta dokumentasi asuhan keperawatan.
Menurut Sitorus dan Yulia (2006), MPKP terdiri dari lima komponen yaitu, nilai-
nilai profesional yang merupakan inti dari MPKP, hubungan antar profesional, metode
pemberian asuhan keperawatan, pendekatan manajemen terutama dalam perubahan
pengambilan keputusan serta sistem kompensasi dan penghargaan, sedangkan SP2KP
mempunyai lingkup yang meliputi aplikasi nilai-nilai profesional dalam praktik
keperawatan, manajemen dan pemberian asuhan keperawatan, serta pengembangan
profesional diri.
SP2KP adalah sistem pemberian pelayanan keperawatan profesional yang
merupakan pengembangan dari MPKP (Model Praktek Keperawatan Profesional)
dimana dalam SP2KP ini terjadi kerjasama profesional antara perawat primer (PP) dan
perawat asosiet (PA) serta tenaga kesehatan lainnya.
Pada aspek proses ditetapkan penggunaan metode modifikasi keperawatan primer
(kombinasi metode tim dan metode keperawatan primer). Penetapan metode ini
didasarkan pada beberapa alasan sebagai berikut :
1. Pada metode keperawatan primer, pemberian asuhan keperawatan dilakukan secara
berkesinambungan sehingga memungkinkan adanya tanggung jawab dan tanggung
gugat yang merupakan esensi dari suatu layanan profesional.
2. Terdapat satu orang perawat professional yang disebut PP, yang bertanggung
jawab dan bertanggung gugat atas asuhan keperawatan yang diberikan. Pada
MPKP , perawat primer adalah perawat lulusan sarjana keperawatan/Ners.
3. Pada metode keperawataan primer, hubungan professional dapat ditingkatkan
terutama dengan profesi lain.
4. Metode keperawatan primer tidak digunakan secara murni karena membutuhkan
jumlah tenaga Skp/Ners yang lebih banyak, karena setiap PP hanya merawat 4-5
klien dan pada metode modifikasi keperawatan primer , setiap PP merawat 9-10
klien.
5. Saat ini terdapat beberapa jenis tenaga keperawatan dengan kemampuan yang
berbeda-beda. Kombinasi metode tim dan perawat primer menjadi penting
sehingga perawat dengan kemampuan yang lebih tinggi mampu mengarahkan dan
membimbing perawat lain di bawah tanggung jawabnya.
6. Metode tim tidak digunakan secara murni karena pada metode ini tanggung jawab
terhadap asuhan keperawatan terbagi kepada semua anggota tim, sehingga sukar
menetapkan siapa yang bertanggung jawab dan bertanggung gugat atas semua
asuhan yang diberikan.

Apabila ditinjau dari 5 sub sistem yang diidentifikasi oleh Hoffart & Woods
(1996), secara sederhana dapat diartikan sebagai berikut :

1. Nilai-nilai profesional sebagai inti model


Pada model ini, PP dan PA membangun kontrak dengan klien/keluarga sejak
klien/keluarga masuk ke suatu ruang rawat yang merupakan awal dari penghargaan
atas harkat dan martabat manusia. Hubungan tersebut akan terus dibina selama klien
dirawat di ruang rawat, sehingga klien/keluarga menjadi partner dalam memberikan
asuhan keperawatan. Pelaksanaan dan evaluasi renpra, PP mempunyai otonomi dan
akuntabilitas untuk mempertanggungjawabkan asuhan yang diberikan termasuk
tindakan yang dilakukan PA di bawah tanggung jawab untuk membina performa PA
agar melakukan tindakan berdasarkan nilai-nilai professional.
2. Pendekatan Manajemen
Model ini memberlakukan manajemen SDM, artinya ada garis komunikasi yang
jelas antara PP dan PA. performa PA dalam satu tim menjadi tanggung jawab PP. PP
adalah seorang manajer asuhan keperawatan yang harus dibekali dengan
kemampuan manajemen dan kepemimpinan sehingga PP dapat menjadi manajer
yang efektif dan pemimpin yang efektif.

3. Metode pemberian asuhan keperawatan


Metode pemberian asuhan keperawatan yang digunakan adalah modifikasi
keperawatan primer sehingga keputusan tentang renpra ditetapkan oleh PP. PP akan
mengevaluasi perkembangan klien setiap hari dan membuat modifikasi pada renpra
sesuai kebutuhan klien.
4. Hubungan professional
Hubungan professional dilakukan oleh PP dimana PP lebih mengetahui tentang
perkembangan klien sejak awal masuk ke suatu ruang rawat sehingga mampu
member informasi tentang kondisi klien kepada profesi lain khususnya dokter.
Pemberian informasi yang akurat tentang perkembangan klien akan membantu
dalam penetapan rencana tindakan medic.
5. Sistem kompensasi dan penghargaan
PP dan timnya berhak atas kompensasi serta penghargaan untuk asuhan keperawatan
yang professional. Kompensasi san penghargaan yang diberikan kepada perawat
bukan bagian dari asuhan medis atau kompensasi dan penghargaan berdasarkan
prosedur. Kompensasi berupa jasa dapat diberikan kepada PP dan PA dalam satu tim
yang dapat ditentukan berdasarkan derajat ketergantungan klien. PP dapat
mempelajari secara detail asuhan keperawatan klien tertentu sesuai dengan
gangguan/masalah yang dialami sehingga mengarah pada pendidikan ners spesialis.

Metode modifikasi Perawat Primer-Tim yaitu seorang PP bertanggung jawab dan


bertanggung gugat terhadap asuhan keperawatan yang diberikan pada sekelompok pasien
mulai dari pasien masuk sampai dengan bantuan beberapa orang PA. PP dan PA selama
kurun waktu tertentu bekerjasama sebagai suatu tim yang relative tetap baik dari segi
kelompok pasien yang dikelola, maupun orang-orang yang berada dalam satu tim
tersebut . Tim dapat berperan efektif jika didalam tim itu sendiri terjalin kerjasama yang
professional antara PP dan PA. selain itu tentu saja tim tersebut juga harus mampu
membangun kerjasama professional dengan tim kesehatan lainnya.
B. Peran Managerial dan Leadership
Ketua dalam tim betugas untuk membuat rencana asuhan keperawatan,
mengkoordinir kegiatan semua staf (PA) yang berada dalam tim, mendelegasikan
sebagian tindakan-tindakan keperawatan yang telah direncanakan pada renpra dan
bersama-sama dengan PA mengevaluasi asuhan keperawatan yang diberikan.
Seorang PP harus memiliki kemampuan yang baik dalam membuat renpra untuk
klien yang menjadi tanggungjawabnya. Adanya renpra merupakan tanggung jawab
profesional seorang PP sebagai landasan dalam memberikan asuhan keperawatan yang
sesuai dengan standar. Renpra tersebut harus dibuat sesegera mungkin pada saat klien
masuk dan dievaluasi setiap hari.
PP dituntut untuk memiliki kemampuan mendelegasikan sebagian tindakan
keperawatan yang telah direncanakan pada PA. pembagian tanggung jawab terhadap
klien yang menjadi tanggung jawab tim, didasarkan pada tingkat ketergantungan pasien
dan kemampuan PA dalam menerima pendelegasian.
Metode tim PP-PA dituntut untuk memiliki keterampilan kepemimpinan. PP bertugas
mengarahkan dan mengkoordinasikan PA dalam memberikan asuhan keperawatan pada
kelompok klien. PP berkewajiban untuk membimbing PA agar mampu memberikan
asuhan keperawatan sesuai dengan standar yang ada. Bimbingan tersebut dapat
dilaksanakan secara langsung, misalnya mendampingi PA saat melaksanakan tindakan
tertentu pada klien atau secara tidak langsung pada saat melakukan konferens. PP juga
harus senantiasa memotivasi PA agar terus meningkatkan keterampilannya,misalnya
memberikan referensi atau bahan bacaan yang diperlukan.
Selain terkait dengan bimbingan keterampilan pada PA, sebagai bagian dari peran
kepemimpinan seorang PP, PP seharusnya juga memiliki kemampuan untuk mengatasi
konflik yang mungkin terjadi antar PA. PP harus menjadi penengah yang bijaksana
sehingga konflik bisa teratasi dan tidak mengganggu produktifitas PA dalam membantu
memberikan asuhan keperawatan.

C. Komunikasi Tim Melalui Renpra, Konferensi, dan Ronde Keperawatan

Komunikasi yang efektif merupakan kunci keberhasilan dalam melakukan


kerjasama profesional tim antara PP-PA. Komunikasi tersebut dapat melalui ;renpra,
konferensi, dan ronde keperawatan yang terstruktur dan terjadwal.
D. Komunikasi Tim Melalui Renpra
Rencana asuhan keperawatan ( renpra ) selain berfungsi sebagai :
1. Pedoman bagi PP-PA
2. Landasan profesional bahwa asuhan keperawatan diberikan berdasarkan ilmu
pengetahuan

Kerjasama profesional PP-PA, renpra selain berfungsi sebagai penunjuk


perencanaan asuhan yang diberikan juga berfungsi sebagai media komunikasi PP pada
PA. Berdasarkan renpra ini, PP mendelegasikan PA untuk melakukan sebagian tindakan
keperawatan yang telah direncanakan oleh PP. Oleh sebab itu, sangat sulit untuk tim PP-
PA dapat bekerjasama secara efektif jika PP tidak membuat perencanaan asuhan
keperawatan ( renpra ). Hal ini menunjukan bahwa renpra sesungguhnya dibuat bukan
sekedar memenuhi ketentuan ( biasanya ketentuan dalam menentukan akreditasi rumah
sakit ).

Renpra seharusnya dibuat sesegera mungkin, paling lambat 1 kali 24 jam setelah
pasien masuk karena fungsinya sebagai pedoman dan media komunikasi. Berdasarkan
ketentuan tugas dan tanggung jawab PP tidak sedang bertugas ( misalnya pada malam
hari atau hari libur ), PA yang sebelumnya telah didelegasikan dapat melakukan
pengkajian dasar dan menentukan satu diagnosa keperawatan yang terkait dengan
kebutuhan dasar pasien. Selanjutnya segera setelah PP bertugas kembali maka
pengkajian dan renpra yang telah ada harus divalidasi dan dilengkapi.

Penting juga diperhatikan bahwa renpra yang dibuat PP harus dimengerti oleh
semua PA. Semua anggota tim harus memiliki pemahaman yang sama tentang istilah-
istilah keperawatan yang digunakan dalam renpra tersebut. Misalnya dalam renpra, PP
menuliskan rencana tindakan keperawatan ; " monitor I/O ( Intake/Output = pemasukan /
pengeluaran ) tiap 24 jam".

Maka harus dipahami oleh semua anggota tim yang dimaksud dengan monitor
I/O, contoh lain dalam perencanaan PP menuliskan "berikan dukungan pada pasien dan
keluarganya" , maka baik PP dan PA dalam timnya harus memiliki persepsi yang sama
tentang tindakan yang akan dilakukan tersebut. Oleh sebab itu PP harus menjelaskan
kembali pada PA tentang apa yang disusunnya tersebut.
Pendelegasian tindakan keperawatan yang berdasarkan pada renpra, PP terlebih
dahulu harus memiliki kemampuan masing-masing PA. Hal yang tidak dapat
didelegasikan pada PA adalah tanggung jawab dan tanggung gugat seorang PP (Dunville
dan McCuock, 2004). Tindakan yang telah didelegasikan pada PA, PP tetap
berkewajiban untuk tetap memonitor dan mengevaluasi tindakan yang dilakukan oleh
PA.

E. Komunikasi Tim Oleh Konferensi


Konferensi adalah pertemuan yang direncanakan antara PP dan PA untuk membahas
kondisi pasien dan rencana asuhan yang dilakukan setiap hari. Konferensi biasanya
merupakan kelanjutan dari serah terima shift. Hal-hal yang ingin dibicarakan lebih rinci
dan sensitif dibicarakan didekat pasien dapat dibahas lebih jauh didalam konferensi.
Konferensi akan efektif jika PP telah membuat renpra dan membuat rencana apa yang
akan dibicarakan dalam konferensi. Konferensi ini lebih bersifat 2 arah dalam diskusi
antara PP–PA tentang rencana asuhan keperawatan dari dan klarifikasi pada PA dan hal
lain yang terkait.

F. Komunikasi tim melalui Ronde Keperawatan


Ronde keperawatan yang dilakukan dalam tim ini harus dibedakan dengan ronde
keperawatan yang dilakukan dengan clinical manager (ccm). Tujuan ronde keperawatan
dalam tim adalah agar PP dan PA bersama-sama melihat proses yang diberikan.

G. Kerjasama dengan Tim Lain


Tim kesehatan lain adalah dokter, ahli gizi, ahli farmasi, fisioterapi, staf
laboratorium dll. Peran PP dalam melakukan kerjasama dengan tim lain tersebut adalah :
1. Mengkolaborasikan.
2. Mengkomunikasikan.
3. Mengkoordinasikan semua aspek perawatan pasien yang menjadi tanggung
jawabnya.
4. PP dituntut untuk memiliki pengetahuan yang memadai baik segi tingkat pendidikan
dalam pengalamannya.

PP bertanggung jawab untuk memberikan informasi kondisi pasien yang terkait


dengan perawatannya. PP dapat memberikan informasi yang akurat bagi tenaga
kesehatan lain, sehingga keputusan medis atau gizi misalnya akan membantu
perkembangan pasien selama dalam perawatan, agar PP melakukan komunikasi yang
efektif dengan tim kesehatan lain tersebut, maka haruslah disepakati waktu yang tepat
untuk mengkomunikasikan pada tim kesehatan yang lain, misalnya melalui ronde antar
professional.

Kondisi dimana dokter tidak berada di ruang perawatan dapat menyebabkan


komunikasi langsung sangat sulit dilakukan oleh karena itu komunikasi antar tim
kesehatan dapat juga terbina melalui dokumentasi keperawatan. Dokumentasi tersebut
dibuat oleh PP tetapi sebelumnya harus telah disepakati oleh semua tim kesehatan bahwa
dokumentasi yang ada juga dimanfaatkan secara efektif sebagai alat komunikasi.

Terciptanya komunikasi yang efektif dengan tim kesehatan dari profesi lain,
seorang PP harus memenuhi kepribadian yang baik serta keterampilan berkomunikasi,
misalnya memiliki sikap mampu menghargai orang lain, tidak terkesan memerintah atau
menggurui atau bahkan menyalahkan orang lain dalam hal ini tim kesehatan dari profesi
lain, merupakan kemampuan yang harus dimiliki PP. Melakukan komunikasi antar
profesi ini PP dituntut untuk selalu berpegang pada etika keperawatan.

Seorang PP harus melakukan tugas mengkordinasikan semua kegiatan yang


terkait dengan pengobatan dan perawatan pasien, misalnya dokter menjadwalkan pasien
untuk di rontgen dada dan di USGabdoment sekaligus pemeriksaan mata pada hari yang
sama, maka seorang PP harus mampu mengkoordinasikan semua kegiatan tersebut agar
tidak melelahkan dan membingungkan bagi pasien dan keluarganya. Misalnya dalam hal
ini perawat dapat menjadwal ulang semua kegiatan tadi.

H. Tantangan yang Dihadapi dalam Dinamika Tim PP-PA dan Tenaga Kesehatan Lainnya.
Tim PP-PA dapat dipandang sebagai suatu kelompok. Masalah atau tantangan
yang dapat dialami dalam membina kerjasama profesional dalam kelompok dan antar
profesi. tersebut diantaranya adalah :
1. PP tidak mampu ( tidak kompeten ) melakukan perannya, misalnya tidak mampu
membuat renpra, atau memberikan pendelegasian kepada PA yang tidak sesuai
dengan kemampuan PA tersebut.
2. PA tidak mampu menjalankan perannya, misalnya PA tidak mampu melakukan
tindakan yang sesuai dengan tugas yang telah didelegasikan oleh PP.
3. Sikap tenaga kesehatan lain yang kurang menghargai keberadaan profesi
keperawatan.
4. Adanya friksi diantara sesama PA.
Tantangan seperti disebutkan diatas dapat di pandang sebagai dinamika yang
terjadi dalam kelompok. Menghadapi tantangan tersebut seluruh pihak yang terkait
dalam komunikasi perawat pasien baik secara tidak langsung seperti CCM (Clinical Care
Manajer) , kepala ruangan, dan secara langsung PP dan PA sendiri harus melakukan
evaluasi dan mencari alternatif penyelesaiannya.

I. Peran dan Tangguna Jawab Perawat Sesuai dengan Jabatannya


1. Peran Kepala Ruangan ( KARU)
a. Sebelum melakukan sharing dan operan pagi, KARU melakukan ronde
keperawatan kepada pasien yang dirawat.
b. Memimpin sharing pagi.
c. Memimpin operan.
d. Memastikan pembagian tugas perawat yang telah di buat olek Katim dalam
pemberian asuhan keperawatan pada pagi hari.
e. Memastikan seluruh pelayanan pasien terpenuhi dengan baik, meliputi : pengisian
Askep, Visite Dokter (Advise), pemeriksaan penunjang (Hasil Lab), dll.
f. Memastikan ketersediaan fasilitas dan sarana sesuai dengan kebutuhan.
g. Mengelola dan menjelaskan komplain dan konflik yang terjadi di area tanggung
jawabnya.
h. Melaporkan kejadian luar biasa kepada manajer.

2. Peran Ketua Tim ( KATIM )


Tugas utama KATIM adalah mengkoordinir pelaksanaan Askep sekelompok pasien
oleh Tim keperawatan di bawah koordinasinya.
a. Mengidentifikasi kebutuhan perawatan seluruh pasien oleh Tim keperawatan di
bawah koordinasinya pada saat Pre Croference
b. Mengidentifikasi seluruh PP membuat rencana asuhan keperawatan yang tepat
untuk pasiennya.
c. Memastikan setiap PA melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan rencana
yang telah dibuat PP
d. Melaksanakan validasi tindakan keperawatan seluruh pasien di bawah
koordinasinya pada saat Post Conference.
3. Penanggung Jawab Shift (PJ Shift)
Tugas utama PJ Shift adalah menggantikan fungsi pengatur pada saat shift
sore/malam dan hari libur.
a. Memimpin kegiatan operan shift sore-malam
b. Memastikan PP melaksanakna follow up pasien tanggung jawabnya
c. Memastikan seluruh PA Melaksanakan Asuhan Keperawatan sesuai dengan
rencana yang telah dibuat PP
d. Mengatasi permasalahan yang terjadi di ruang perawatan
e. Membuat laporan kejadian kepada pengatur ruangan.

4. Perawat Pelaksana (PP) dan Perawat Asosiet (PA) :


Tugas utamanya adalah mengidentifikasi seluruh kebutuhan perawatan pasien yang
menjadi tanggung jawabnya, merencakan asuhan keperawatan, melaksanakan
tindakan keperawatan dan melakukan evaluasi (follow up) perkembangan pasien.
a. Mengevaluasi tindakan keperawatan yang sudah dilaksanakan oleh PA.
b. Memastikan seluruh tindakan keperawatan sesuai dengan rencana.

DAFTAR PUSTAKA

https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/11617/3421/9%20KAJIAN%20PENERAP
AN%20MODEL%20PRAKTIK%20KEPERAWATAN.pdf?sequence=1
https://adysetiadi.files.wordpress.com/2012/05/metode-mpkp.pdf

http://repository.unand.ac.id/18323/1/PERSEPSI%20KEPALA%20RUANG%20RAWAT%2
0DAN%20PERAWAT%20PELAKSANA%20TERHADAP%20%20STRUKTUR
,%20PROSES%20SERTA%20NILAI-
NILAI%20PROFESIONAL%20%20DALAM%20PELAKSANAAN%20MODEL
%20PRAKTEK%20KEPERAWATAN%20PROFESIONAL%20%20DI%20RUA
NG%20RAWAT%20ANAK,%20KELAS%20INTERNE,%20VIP%20KHUSUS%
20%20VIP%20AMBUNSURI.pdf

Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan DEPKES RI. (2009). Modul Sistem pemberian
Pelayanan Keperawatan Profesional. Jakarta: Departemen Kesehatan
Kusnanto.2004. Pengantar Praktik dan Keperawatan Profesional, EGC : Jakarta.

Nursalam. 2008. Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam praktik Keperawatan Profesional


Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika

Sitorus, R., 2012. The effect of implementing professional nursing practice model on quality
of nursing care in the hospital in Indonesia, Journal of Education and Practice Vol
3. No 15,www.iiste.org/journal/index.php /JEP diakses 22 Oktober 2013 jam 5.49
WIB

Sitorus dan Yulia. (2006). Model Praktik Keperawatan Profesional di Rumah Sakit:
penataan struktur & proses (sistem) pemberian asuhan keperawatan di ruang
rawat: panduan implementasi. Jakarta: EGC
Waty, N. L., 2010. Analisa pelaksanaan pemberian asuhan keperawatan di ruang rawat
Murai I dan Murai II RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau, http://ejournal.unri.ac.id
diakses 22 Oktober 2013

Anda mungkin juga menyukai