Anda di halaman 1dari 3

KASUS DOLCE & GABBANA DI CHINA

PERENCANAAN BISNIS INTERNASIONAL


DOSEN PENGAMPU: GEDE BAYU RAHANATHA, SE, MM

OLEH KELOMPOK 2 :

1. Ni Made Gita Widiastiti (1607521016)


2. I Putu Hari Budi Utama (1607521038)
3. Komang Ayu Triska Anandita (1607521086)
4. Ketut Anjani Dharmayanti (1607521093)
5. Ni Putu Yuwindiah Putri (1607521095)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2019
Kasus Dolce & Gabbana di China

Pembeli China menghabiskan lebih dari sepertiga pengeluaran mereka untuk barang
mewah di seluruh dunia. Mereka juga lebih banyak berbelanja barang mewah itu di dalam negeri
ketimbang melakukan perjalanan ke luar negeri. Empat puluh persen konsumen Dolce & Gabbana
berasal dari China.
Masyarakat China mengecam kampanye video Dolce & Gabbana yang menunjukkan
seorang wanita China berjuang untuk makan pizza dan pasta dengan sumpit. Sementara narator
iklan tersebut menawarkan pelajaran makan dengan nada yang merendahkan. Kampanye iklan
tersebut dianggap merendahkan etnis Tionghoa.
Insiden ini diperparah dengan beredarnya tangkapan layar pembicaraan pribadi dari
Instagram desainer Stefano Gabbana. Dalam pesan pribadi itu, ia menyebut kalua China adalah
mafia kotor dan bau yang tak punya kepedulian. Atas tersebarnya tangkapan layar ini, perusahaan
Dolce & Gabbana mengatakan akun tersebut telah diretas. Sejumlah artis hingga brand ambassador
merek tersebut di China melakukan pemboikotan pagelaran koleksi terbaru mereka di Shanghai.
Hingga peritel Lane Crawford menarik merek Dolce & Gabbana dari toko-toko dan situs online di
China daratan dan Hong Kong. Beberapa pelanggan mereka juga mengembalikan barang-barang
Dolce & Gabbana.
Video berdurasi 85 detik ditulis dengan judul berbahasa Mandarin dan telah diposkan di
platform Twitter ala China, Weibo. Dimana video tersebut berisikan permintaan maaf oleh
Gabbana dan Co-founder Domenico Dolce mengatakan bahwa mereka telah melakukan
perenungan serius dan sangat sedih akan dampak dari kata-kata mereka. Gabbana juga meminta
pengampunan dan menawarkan permintaan maaf resmi kepada orang-orang Tionghoa di seluruh
dunia. Mereka mengakhiri video tersebut dengan mengatakan maaf dalam Bahasa Mandarin.
Pasalnya ini bukan kesalahan pertama Dolce & Gabbana di China, dimana merek tersebut
mendapat kecaman di media social tahun 2017 karena serangkaian iklan yang menunjukkan sisi
kumuh dari kehidupan China.
Pembahasan:
Menurut kami, pihak Dolce & Gabbana tidak belajar dari kesalahan/permasalahan yang
pernah dihadapi sebelumnya. Mengingat permasalahan yang terjadi saat ini tida jauh berbeda
dengan permasalahan yang sebelumnya, yaitu seputar pelecehan budaya di China. Dari hal tersebut
jelas terlihat bahwa pihak Dolce & Gabbana menganggap permasalahan yang terjadi sebelumnya
merupakan masalah kecil saja, tidak dijadikan pelajaran untuk kedepannya. Seharusnya pihak
Dolce & Gabbana mengklarifikasi permasalahan tersebut lebih cepat, dan lebih berhati-hati dalam
penggunaan kata-kata di social media. Dalam video permintaan maaf tersebut seharusnya pihak
Dolce & Gabbana lebih menunjukkan sisi ketulusan permintaan maaf, bukan hanya penyesalannya
saja. Ketidakhati-hatian atau ketidak telitian dalam pemilihan kata untuk kepentingan promosi
yang menjadi sumber permasalahan yang dihadapi Dolce & Gabbana. Melalui permasalahan ini
dapat disimpulkan pihak Dolce & Gabbana kurang menghargai, mempelajari dan memahami
norma, sosial dan budaya di negara kantor cabang, padahal hal tersebut lah yang terpenting untuk
menentukan strategi dan langkah-langkah dalam perusahaan. Pihak Dolce & Gabbana kurang
memperhatikan etika dalam berbisnis internasional.

Daftar Pustaka:
www.cnn.com, diakses tanggal 26 Pebruari 2019
www.theshonet.com, diakses tanggal 26 Pebruari 2019
www.republika.co.id, diakses tanggal 26 Pebruari 2019
www.tribunnews.com, diakses tanggal 26 Pebruari 2019
www.bbc.com, diakses tanggal 26 Pebruari 2019
www.internasional.kompas.com, diakses tanggal 26 Pebruari 2019

Anda mungkin juga menyukai