Anda di halaman 1dari 9

1.

Pendapatan Nasional

Pendapatan nasional merupakan seluruh pendapatan yang diterima oleh seluruh anggota
masyarakat atau seluruh rumah tangga keluarga (RTK) dalam suatu negara dengan kurun waktu
tertentu, biasanya dalam waktu satu tahun. Pendapatan nasional dapat juga diartikan sebagai
hasil produksi nasional, yang berarti nilai hasil produksi yang dihasilkan oleh seluruh anggota
masyarakat suatu negara dalam waktu tertentu, biasanya satu tahun.

Menghitung pendapatan nasional adalah hal penting karena memiliki banyak manfaat seperti.

1. Mengetahui tingkat kemakmuran suatu negara.

2. Mengevaluasi kinerja perekonomian dalam skala tertentu.

3. Mengukur perubahan perekonomian dari waktu ke waktu

4. Membandingkan kinerja ekonomi antar sektor.

5. Sebagai indikator kualitas hidup suatu negara.

6. Sebagai indikator perbandingan kinerja ekonomi antar negara.

7. Sebagai indikator perbandingan kualitas standar hidup satu negara dengan negara lain.

8. Sebagai ukuran dan perbandingan pertumbuhan ekonomi dari waktu ke waktu.

9. Sebagai ukuran dan perbandingan pertumbuhan ekonomi dan kekayaan antar negara.

- Konsep Pendapatan Nasional

a. Produk Domestik Bruto (GDP)

Produk domestik bruto (Gross Domestic Product) merupakan jumlah produk berupa barang dan

jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi di dalam batas wilayah suatu negara atau domestik

selama satu tahun.

GDP = Pendapatan Masyarakat DN (dalam negeri) + Pendapatan Asing DN


Dalam perhitungan GDP ini, termasuk juga barang atau jasa yang dihasilkan oleh perusahaan

maupun instansi asing yang terkait, asalkan wilayahnya masih dalam wilayah suatu negara atau

domestik tersebut. Contohnya seperti perusahaan X dari Jepang yang mempunyai cabang di

Indonesia, hasil berupa barang dan jasa tersebut termasuk ke dalam GDP. Barang yang
dihasilkan termasuk modal yang belum diperhitungkan, maka bersifat bruto atau/kotor.
b. Produk Nasional Bruto (GNP)

Produk Nasional Bruto (Gross National Product) merupakan nilai produk berupa barang dan jasa

yang dihasilkan oleh penduduk suatu negara (nasional) selama satu tahun, termasuk yang

dihasilkan oleh warga negara tersebut yang dihasilkan dil uar negeri. Contohnya seperti

seseorang pria dari Indonesia yang menjual pakaian di Malaysia, hasil berupa barang dan jasanya

termasuk dalam GNP.

GNP = Pendapatan WNI DN + Pendapatan WNI LN (luar negeri) – Pendapatan Asing DN

c. Produk Nasional Netto (NNP)

NNP = GNP – depresiasi (penyusutan barang modal)


Penyusutan adalah penggantian barang modal bagi peralatan produksi yang dipakai dalam proses

produksi. Umumnya bersifat taksiran, sehingga dapat menimbulkan kekeliruan meskipun relatif

kecil.

d. Pendapatan Nasional Netto (NNI)

Pendapatan Nasional Neto (Net National Income) merupakan pendapatan yang dihitung menurut

jumlah balas jasa yang diterima oleh masyarakat sebagai pemilik faktor produksi.

NNI = NNP – Pajak Tidak Langsung


Pajak tidak langsung adalah pajak yang bebannya dapat dialihkan kepada pihak lain seperti pajak

hadiah, pajak penjualan, dan lain-lain.

e. Pendapatan Perseorangan (PI)

Pendapatan perseorangan (Personal Income) adalah jumlah pendapatan yang diterima oleh setiap

orang dalam masyarakat , temasuk pendapatan yang diperoleh tanpa melakukan kegiatan apapun.

Misalnya gaji seorang pegawai negeri, maupun pendapatan pengusaha yang didapatkan secara

berantai.

PI = NNI – Pajak Perusahaan – Iuran – Laba Ditahan + Transfer Payment


Transfer Payment adalah penerimaan-penerimaan yang bukan merupakan balas jasa produksi,

melainkan diambil sebagian dari pendapatan nasional tahun lalu. Seperti pembayaran dana

pensiunan, tunjangan pengangguran, dan sebagainya.

f. Pendapatan yang siap dibelanjakan

Disebut juga dengan disposible income yaitu pendapatan yang siap untuk dimanfaatkan guna

membeli barang dan jasa konsumsi dan selebihnya menjadi tabungan yang disalurkan menjadi

investasi.

DI = PI – Pajak Langsung
Pajak langsung adalah pajak yang bebannya tidak dapat dialihkan kepada pihak lain, seperti

pajak pendapatan.

2. Purchasing Power Parity


Konsep Purchasing Power Parity, atau Paritas Daya Beli, PPP diperkenalkan oleh
ekonom klasik bernama David Ricardo. Konsep ini kemudian dipopulerkan oleh ekonom Swedia
yang bernama Gustave Cassel pada tahun 1920, saat negara-negara Eropa seperti Jerman, Soviet,
dan Hongaria mengalami inflasi tinggi.
Penjelasan konsep teori Purchasing Power Parity didasarkan pada hukum satu harga,
the law of one price yang menyatakan bahwa harga komoditas yang sama di dua negara yang
berbeda akan sama jika dinilai dengan mata uang yang sama.
Dengan mengunakan konsep hukum satu harga, maka dapat dihitung seluruh harga
dari sekumpulan komoditas dan jasa yang sama untuk dua negara yang berbeda.
Gagasan dari Teori Paritis Daya beli (Purchasing Power Parity) lahir dari tulisan-
tulisan dari para ekonom Inggris abad ke – 19 antara lain David Ricardo, ekonom Swedia yang
bernama Gustav Cassel mengatakan bahwa, perdagangan antar negara akan menyamakan
perbedaan harga barang-barang yang diperdagangkan, dengan mengaitkan tingkat harga-
harga masing-masing negara dan nilai tukar mata uangnya atau kurs. Dengan demikian, teori
ini mengatakan bahwa semua tingkat harga dari seluruh negara sama besarnya bila diukur dalam
satuan mata uang yang sama.
Purchasing Power Parity merupakan satu gambaran yang masuk akal mengenai
kecenderungan perilaku nilai kurs, terutama bila perbedaan inflasi antara dua negara (yang
melakukan transaksi perdagangan) tersebut besar.
Dengan demikian Teori Paritas Daya Beli mengatakan bahwa keseimbangan jangka
panjang terdapat hubungan kurs dengan nisbah harga. Misal dalam permintaan dan penawaran
uang, sehingga dapat dikatakan bahwa teori ini juga berkaitan erat dengan teori kuantitas mata
uang, mengingat pasar uang nasional berkaitan erat dengan pasar uang international.
Pernyataan teori kuantitas menyatakan bahwa disetiap negara, penawaran uang
(jumlah uang beredar) sama dengan permintaan uang yang secara langsung merupakan
bagian dari nilai produk nasional bruto.
Untuk memperoleh suatu modal yang mampu meramalkan kurs supaya lebih tepat,
maka diperlukan variabel Moneter yang lebih luas, baik yang bersifat kualitatif maupun
kuantitatif serta lebih fleksibel.
Untuk variabel yang bersifat kualitatif biasanya meliputi perilaku para pelaku ekonomi
dalam pasar valuta asing, sepereti:
a) Ekspektasi tentang jumlah uang yang beredar dimasa depan
b) Ekspektasi tentang kebijaksanaan pemerintah terhadap harta swasta
c) Reaksi terhadap intervensi pemerintah dipasar valuta asing dengan membeli dan menjual
mempengaruhi kurs
d) Beberapa situasi politik dan ekonomi
Sedangkan variabel yang bersifat kuantitatif lebih sistimatik, yang meliputi suku
bunga, tingkat inflasi dan neraca perdagangan.
Selanjutnya, teori PPP terdiri dari dua definisi dan dua dalil yang semuanya membahas
tentang keseimbangan mata uang asing. Kurs perimbangan itu sendiri ada dua macam yaitu kurs
keseimbangan jangka pendek didefinisikan sebagai kurs yang terjadi pada sistem kurs yang
mengembang (Freely floating). Sedangkan kurs keseimbangan jangka panjang adalah nilai tukar.
Yang menghasilkan keseimbangan neraca pembayaran (seperti penggunaan batasan fiskal dan
moneter atau batasan perdagangan dan pembayaran untuk mencegah atau menekan defisit).
Menggunakan data produk domestik untuk membandingkan produksi di negara –
negara tidak memperhitungkan biaya yang berbeda hidup di setiap kekuasaan negara.
Keseimbangan adalah nilai barang dan jasa yang dapat dibeli dengan satu unit mata uang suatu
negara. Keseimbangan dipengaruhi oleh:
a) Pertumbuhan Penduduk
Mengukur tingkat dimana pemerintah secara adil menyediakan standar kehidupan pendidikan
yang layak bagi masyarakat.
b) Pengklasifikasian Negara.
Negara diklasifikasikan menjadi, Negara Maju,Negara Industri baru dan negara berkembang.

3. HUMAN DEVELOPMENT INDEX


- PENGERTIAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM)
Secara khusus Indeks Pembangunan Manusia (IPM) / Human Development Index (HDI)
adalah untuk mengukur tingkat pencapaian pembangunan manusia berbasis sejumlah
komponen dasar kualitas hidup. IPM dihitung berdasarkan data yang dapat menggambarkan
keempat komponen yaitu angka harapan hidup yang mewakili bidang kesehatan; angka melek
huruf dan rata- rata lama sekolah mengukur capaian pembangunan di bidang pendidikan; dan
kemampuan daya beli masyarakat terhadap sejumlah kebutuhan pokok yang dilihat dari rata-
rata besarnya pengeluaran per kapita sebagai pendekatan yang mewakili capaian
pembangunan untuk hidup layak.
 Variabel yang Digunakan
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan tanggapan UNDP terhadap
tuntutan perlunya indikator yang mampu menggambarkan sejauh mana suatu negara
(wilayah) telah menggunakan sumber daya penduduknya untuk meningkatkan mutu
kehidupan manusia negara atau wilayah tersebut. Isu yang kemudian berkembang adalah
bahwa keberhasilan meningkatkan prestasi ekonomi suatu negara atau wilayah ke tingkat
yang lebih tinggi tidak selalu diikuti oleh meningkatnya mutu kehidupan warga
masyarakatnya. Dengan alasan itulah muncul pemikiran bahwa mutu kehidupan
individu/perorangan menjadi prasyarat guna meningkatkan mutu kehidupan bangsanya.
Apabila peningkatan mutu kehidupan setiap bangsa bisa dicapai diharapkan rasa aman
dan damai menjadi kenyataan. Untuk itu setiap pembangunan diarahkan pada
peningkatan kesejahteraan rakyatnya. Berdasarkan dari hal diatas mengenai peran mutu
manusia dan kehidupan masyarakat maka dirasa perlu untuk menetapkan parameternya.
Parameter tersebut diharapkan bisa digunakan sebagai alat (tools) untuk mengukur mutu
pembangunan manusia berikut bagaimana cara mengukurnya.
 Formulasi Umum IPM/ Penyusunan Indeks
Seperti dikemukakan sebelumnya komponen IPM adalah angka harapan hidup
(e0), angka melek huruf (Lit), rata-rata lama sekolah (MYS), dan daya beli
atau Purchasing Power Parity (PPP). Dipilihnya ke-empat komponen tersebut mengikuti
pembakuan komponen yang dilakukan oleh UNDP. Dengan demikan sejauh mungkin
hasilnya terbandingkan secara internasional, nasional dan daerah. Rasionalitas pemilihan
komponen tersebut dibahas dalam laporan HDR (UNDP) yang dipublikasikan setiap
tahun sejak 1990 yang mempertimbangkan antara lain
a. Makna dari masing-masing indikator dalam kaitannya dengan konsep
pembangunan manusia versi UNDP.
b. Ketersediaan data secara internasional.

Masing-masing komponen tersebut terlebih dahulu dihitung indeksnya sehingga


bernilai antara 0 (keadaan terburuk) dan 1 (keadaan terbaik). Lebih lanjut komponen
angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah digabung menjadi satu sebagai indikator
pendidikan (pengetahuan) dangan perbandingan 2 : 1. Dalam penyajiannya indeks
tersebut dikalikan 100 untuk mempermudah penafsiran. Teknik penyusunan indeks
tersebut pada dasarnya mengikuti formulasi sebagai berikut :

X(i,j) = Nilai komponen IPM ke i

X(i –min) = Nilai komponen IPM ke i yang terendah

X( i- max) = Nilai komponen IPM ke I yang tertinggi

Untuk tujuan penghitungan indeks, dapat ditempuh berbagai cara untuk


menetapkan nilai maksimum dan minimum X(ij). Sebagai ilustrasi, jika tujuannya hanya
sekedar membandingkan kinerja propinsi/ kabupaten/ kota dalam satu tahun tertentu
maka nilai tertinggi dan terendah X(ij) pada tahun tersebut dapat dipilih sebagai nilai
maksimum dan minimum (nilai ekstrim).

1. INDIKATOR IPM (INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA)


Pendekatan konseptual pembangunan manusia mencakup empat elemen pokok
yaitu; produktifitas, pemerataan, keberlanjutan dan pemberdayaan masyarakat.Peningkatan
kualitas hidup akan menjadi lebih luas dan terjamin jika kemampuan dasar yang mencakup
hidup panjang dan sehat, berpangetahuan (serta menguasai IPTEK) dan mempunyai akses
terhadap sumbar daya yang dibutuhkan agar dapat hidup secara layak (berdaya beli) dimiliki
oleh panduduk. Produktivitas berarti manusia harus dapat meningkatkan produktivitasnya
dalam artian ekonomi, yaitu untuk memperoleh pendapatan dan berpartisipasi dalam pasar
kerja. Pemerataan berarti semua mempunyai kesempatan yang sama berpartisipasi dalam
seluruh kegiatan, termasuk ekonomi, sosial dan politik. Makna berkelanjutan adalah bahwa
semua kegiatan dalam rangka pembangunan manusia dilakukan terus menerus, sedangkan
pemberdayaan berarti semua lapisan masyarakat ikut berpartisipasi penuh dalam proses
pembangunan. Sehingga pada akhirnya, sasaran pembangunan manusia diprioritaskan pada
tiga tujuan dasar, yaitu:
a) Pendidikan
Melek Huruf (Lit) dan Lama Sekolah (MYS)
Harkat dan martabat manusia akan meningkat apabila yang bersangkutan
mempunyai kecerdasan yang memadai. Tingkat kecerdasan (intilligence) seseorang pada
titik waktu tertentu merupakan produk gabungan dari keturunan (heredity), pendidikan
dan pengalamannya.
Prestasi pembangunan masyarakat akan diukur dengan melihat seberapa jauh
masyarakat di kawasan tersebut telah memanfaatkan sumber dayanya untuk memberikan
fasilitas kepada warganya agar menjadi lebih cerdas. Hidup sehat dan cerdas diyakini
akan meningkatkan kemampuan produktivitas seseorang, sedang hidup yang panjang
dalam keadaan tetap sehat dan cerdas juga akan memperpanjang masa produktif tersebut
sehingga pada gilirannya akan meningkatkan mutu peran warga tersebut sebagai pelaku
(agent) pembangunan .
Dalam kaitannya dengan IPM ini, tersebut dua jenis indikator pendidkan, yaitu
angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah. Kedua indikator pendidikan ini diharapkan
mencerminkan tingkat pengetahuan dan keterampilan penduduk. Pentingnya angka melek
huruf (Lit) sebagai kompenen IPM tidak banyak diperdebatkan. Permasalahannya adalah
Lit yang digunakan UNDP bervariasi antar negara dalam hal konsep operasional dan
kualitas data. Sebagai ilustrasi, konsep Lit yang didefinisikan sebagai “mampu membaca
dan menulis” diperkirakan akan menghasilkan angka yang berbeda jika misalnya,
didefinisikan sebagai “mampu membaca pesan tertulis yang sederhana”.
Datanya diperkirakan juga berbeda jika pengumpulannya datanya menggunakan
suatu alat peraga. Dalam publikasi ini masalah tersebut dapat dihindari karena konsep
“mampu membaca dan menulis“ dan cara menanyakannya (tanpa alat peraga) di
Indonesia diberlakukan secara seragam.
b) Kesehatan
Panjang umur seseorang tidak hanya merupakan produk dari upaya yang
bersangkutan melainkan juga seberapa jauh masyarakat atau negara dengan penggunaan
sumber daya yang tersedia berusaha untuk memperpanjang hidup atau umur
penduduknya. Secara teori, seseorang dapat bertahan hidup lebih lama apabila dia sehat
dan bilamana menderita sakit dia harus mengatur untuk membantu mempercepat
kesembuhannya sehingga dia dapat bertahan hidup lebih lama (datang kefasilitas/petugas
kesehatan). Oleh karena itu, pembangunan masyarakat dikatakan belum berhasil apabila
pemanfaatan sumber daya masyarakat tidak diarahkan pada pembinaan kesehatan agar
dapat tercegah „warga meninggal lebih awal dari yang seharusnya‟.
Dengan demikian, variabel harapan hidup (e0) ini diharapkan mencerminkan
“lama hidup” sekaligus “hidup sehat” suatu masyarakat. Hal ini sebenarya “berlebihan”,
mengingat angka morbiditas (angka kesakitan) akan lebih valid dalam mengukur “hidup
sehat”. Walaupun demikian, karena hanya sedikit negara yang memliliki data morbiditas
yang dapat dipercaya maka variabel tersebut tidak digunakan untuk tujuan perbandingan.
Sebenarnya dalam Susenas (Survei Sosial Ekonomi Nasional), setiap tahun variabel
morbiditas telah dikumpulkan datanya sehingga dapat digunakan untuk tujuan
perbandingan antar propinsi kabupaten/kota, namun sejauh ini belum diketahui tingkat
kecermatannya sehingga belum digunakan dalam publikasi ini. Estimasi angka e0 yang
digunakan dalam publikasi ini diperoleh dari Susenas. Angka ini diperoleh dengan
menggunakan metode tidak langsung dengan menggunakan 2 data dasar yaitu rata–rata
anak lahir dan rata -rata anak masih hidup. Prosedur penghitungan angka harapan hidup
sejak lahir (AHH0) dilakukan dengan menggunakan Sofware Mortpack Life. Setelah
mendapatkan angka harapan hidup sejak lahir selanjutnya dilakukan penghitungan indeks
dengan cara membandingkan angka tersebut terhadap angka yang telah distandarkan
(dalam hal ini UNDP).
c) Ekonomi
Purchasing Power Parity / Paritas Daya Beli (PPP) merupakan indicator ekonomi
yang digunakan untuk melakukan perbandingan harga-harga riil antar wilayah. Untuk
mengukur dimensi standar hidup layak (daya beli), UNDP menggunakan indikator yang
dikenal dengan real per kapita GDP adjusted.
Untuk perhitungan IPM ub nasional (provinsi atau kabupaten/kota) tidak
memakai PDRB per kapita karena PDRB per kapita hanya mengukur produksi suatu
wilayah dan tidak mencerminkan aya beli riil masyarakat yang merupakan concern IPM.
Untuk mengukur daya beli penduduk antar provinsi di Indonesia, BPS menggunakan data
rata-rata konsumsi 27 komoditi terpilih dari Survei Sosial Ekonomi Nasional
(SUSENAS) yang dianggap paling dominan dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia dan
telah distandarkan agar bisa dibandingkan antar daerah dan antar waktu yang disesuaikan
dengan indeks PPP dengan tahapan sebagai berikut (berdasarkan ketentuan UNDP):
 Menghitung rata-rata pengeluaran konsumsi perkapita per tahun untuk 27 komoditi dari
SUSENAS Kor yang telah disesuaikan (=A).
 Menghitung nilai pengeluaran riil (=B) yaitu dengan membagi rata-rata pengeluaran (A)
dengan IHK tahun yang bersangkutan.
 Agar indikator yang diperoleh nantinya dapat menjamin keterbandingan antar daerah,
diperlukan indeks ”Kemahalan“ wilayah yang biasa disebut dengan daya beli per unit (=
PPP/ Unit). Metode penghitungannya disesuaikan dengan metode yang dipakai
International Comparsion Project (ICP) dalam menstandarkan GNP per kapita suatu
negara. Data yang digunakan adalah data kuantum per kapita per tahun dari suatu basket
komoditi yang terdiri dari 27 komoditi yang diperoleh dari Susenas Modul sesuai
ketetapan UNDP.

Rumus Penghitungan Paritas Daya Beli (PPP)

Untuk melihat capaian IPM antar wilayah dapat dilihat melalui pengelompokkan IPM ke
dalam beberapa kategori, yaitu:
IPM < 60 : IPM rendah
60 < IPM < 70 : IPM sedang
70 < IPM < 80 : IPM tinggi
IPM < 80 : IPM sangat tinggi

https://www.jurnal.id/id/blog/2017-pengertian-dan-konsep-pendapatan-nasional/

http://fekool.blogspot.com/2016/02/purchasing-power-parity.html

Anda mungkin juga menyukai