Anda di halaman 1dari 6

MEDICAL SOSIOLOGY AND SOCIOLOGICAL THEORY

By William C. Cockerham and Graham Scambler

Sosiologi Medis dan Teori Sosiologis

Review Singkat oleh Luthfi Purnahasna

Hubungan antara teori sosiologis dan soisologi medis sangat penting peranannya dalam
menjadikannya sebuah subdisiplin. Hal tersebut menjadikannya unik dibandingkan dengan hal-
hal sosial lain yang berkaitan dengan medis. Selain itu, tingkat teori soisologi medis juga tidak
hanya teoritis saja tetapi hingga pada tahap praktikal. Hal tersebut sangat disadari oleh Barat. Hal
ini dibuktikan dengan perkembangannya semenjak Perang Dunia II (PD II) dimana aspek sosial
pada medis sangat berpengaruh. Pada tahun 1980-an juga mulai dipelajari secara resmi di
perkuliahan di Amerika. Mereka sangat sadar akan pentingnya aspek sosial dalam dunia
medis/medis.

Pada akhir abad 20, perkembangannya makin signifikan.Pada saat itu, penelitian memang masih
berkutat pada pemecahan masalah. Meski begitu, soisologi medis berkembang luas bagik sebagai
teori maupun aplikasi (tindakan). Selain itu, ketergantungan medis terhadap Negara juga makin
menurun. Meski hubungan antara medis dan soisologi medis tidak selalu harmonis, medis
(perangkatnya) menjadi partner sejati bagi soisologi medis.

Sosiolog medis sendiri bergerak lebih dekat ke sosiologi dan menjauh dari turunan ilmu medis.
Hal itu dikarenakan 4 hal. Pertama, pengaruh dari tingkah laku sosial yang berhubungan dengan
kesehatan semakin berpengaruh sehingga penyakit sifatnya menjadi kronis daripada akut. Kedua
adalah sosiologi kesehatan telah sangat berkembang dalam hal penelitiannya sehingga makin
relevan dengan dunia medis dan kesehatan.Ketiga, kesuksesan dalam penelitiannya membuatnya
mendapatkan status profesional pada sosiologis medis. Keempat, soisologi medis memiliki
agendanya sendiri terutama dalam praktek medis dan kebijakannya sebagai objek pembelajaran.

Perkembangan soisologi medis yang lebih mendekati pada sosiologi secara umum menunjukkan
keinginan suatu subdisiplin ilmu untuk menjadi lebih dewasa. Hal ini menunjukkan bahwa aspek
sosiologis sangat berpenharuh pada dunia kesehatan dan medis itu sendiri.Hal ini juga
menunjukkan bahwa soisologi medis telah berhasil menggunakan teori sosiologi ke dalam ranah
dan level baru.

Parsons, Durkheim, dan Fungsionalisme Struktural

Hingga tahun 1951, soiologi medis merupakan riset yang teraplikasi. Lebih banyak berurusan
dengan pekerja lapangan untuk mengurusi berbagai penyakit. Tetapi tonggak baru muncul pada
1951 melalu Parson dengan bukunya The Social System. Pada bukunya yang menggunakan
pendekatan struktural-fungsionalis, dia menunjukkan peran dari (orang) sakit dan dinamikanya
terhadap masyarakat. Semenjak itulah perkembangannya secara teoritis dan akademis menjadi
pesat. Hasil kerja Parson itu sangat dipengaruhi oleh teori sosologis klasik dari Durkheim dan
Weber. Terutama dilatarbelakangi saat PD II dimana di daerahnya banya sekali orang sakit. Dia
melihat bahwa peran dari hubungan antara orang tua (orang sakit) dengan perawat/dokter
sangatlah berpengaruh pada proses kesembuhan. Begitu pula motivasi yang datang kepada orang
yang sakit. Bahkan hingga ke peran agama supaya mendatangi petugas medis saat sakit menjadi
hal yang normatif. Karena itulah hasi pekerjaannya saat itu berhasil mempromosikan soisologi
medis menjadi hal yang akademis dan teoritis.

Tetapi, struktural-fungsionalis yang memang sangat berpengaruh pada saat itu, memiliki umur
yang pendek. Pandangan ini kehilangan pengaruhnya pada 1960-an hingga awal 1970-an. Hal itu
dibuktikan oleh riset Durkheim yang mengatakan bahwa hal-hal yang terjadi pada tingkat makro
bisa sangat berpengaruh terhadap faktor kesehatan seorang individu. Meskipun begitu, hasil
kerja Parson tetap dianggap sebagai tonggak awal dari sosiologi medis.

Interaksi Simbolis

Tantangan teoritis terhadap Parson yang pertama muncul dari interaksi simbolis. Dimana teoris
seperti Mead dan Blumer mengatakan bahwa interaksi sosial dari tingkat mikrolah yang
membentuk masyarakat itu sendiri. Hal itu juga dilihat dari pekerjaan Strauss dan Goffman yang
memberikan warna interaksi simbolis pada soisologi medis. Penelitian Strauss cenderung pada
bagaimana interaksi yang terjadi pada rumah sakit saat menangani kasus gawat darurat.
Sedangkan Goffman meneliti di rumah sakit jiwa. Intinya keduanya sama-sama menemukan
pengaruh dari interaksi tersebut terhadap keberlangsungan dan proses dari kesembuhan pasien.

Karena itu, soisologi medis pada masa itu menjadi perdebatan diantara dua pihak akademisi.
Terutama dengan munculnya Teori Label yang mana menilai orang atas konsekuensi dari apa
yang dia kerjakan bukan karena alasan mengapa dia melakukannya. Tetapi pada 1980-an, teori
interaksi simbolis juga mulai mengalami kemunduran. Terutama karena para pengikutnya yang
lari pada isu-isu sosial lain seperti pada kaum-kaum termarjiirnalkan. Terutama dalam konteks
kesehatan dan juga para petugas yang bekerja untuk kaum tersebut.

Tetapi pada dasarnya akan sangat salah jika kita menyisihkan interaksi simbolis dari pembahasan
soisologi medis. Interaksi simbolis berhasil mengisi jurang yang tidak bisa dijelaskan pada
penelitian yang sifatnya kuantitatif. Hal itu adalah masalah emosi. Emosi yang bisa sangat
berpengaruh terhadap kesehatan menjadi hal yang penting dalam proses penyembuhan orang
sakit baik dari sisi pasien mau petugas medis.

Teori Konflik

Salah satu teori penting selain interaksi simbolis dalam soisologi medis adalah konflik teori dari
Marx Dan Weber.Tetapi pengaruhnya sebenarnya tidak sebesar interaksi simbolis. Hal yang
digarisbawahi dari teori konflik adalah ketidaksamaan yang dirasakan oleh tiap kelas sehingga
menyebabkan kelas tersebut berjuang untuk mencapai kesamaan.
Pada konteks soisologi medis, teori ini menyumbangkan pemikiran tentang bagaimana sistem
layanan kesehatan tersebut bisa mencapai keseluruhan lapisan kelas. Terutama tentang
bagaimana kelas berjuang melawan otoritas untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Tetapi
sayangnya, mulai 1990-an teori yang berbasis Marxis ini mulai ditentang. Teori ini dianggap
gagal menjelaskan tentang sistem pelayanan kesehatan dan masyarakat yang sehat itu sendiri.
Teori ini menjadi tidak lagi relevan saat kebanyakan Negara yang menganutnya ternyata
memiliki catatan keshatan yang tidak terlalu bagus.

Max Weber

Weber menjadi salah satu teoris yang sangat berpengaruh dalam soisologi medis meskipun
dirinya tidak memberikan perhatian khusus padanya. Pemikirannya yang sangat berpengaruh
adalah tentang rasionalitas formal dan gaya hidup. Weber memberikan sorotan pada
berpindahnya pelayanan kesehatan dari rasionalitas substantif ke rasionalitas formal. Hal ini
dimulai ketika dia menyadari adanya “deprofesionalisasi” dari para pekerja medis dan adanya
efisiensi menyeluruh dari pelayanan kesehatan. Otoritas dianggapnya mengeliminasi lingkup
ideal bagi proses kesembuhan pasien dan menjadikan semua efisien selama pasien bisa sembuh.

Pemikiran Weber lain yang berpengaruh adalah tentang gaya hidup sehat. Pada dasarnya,
pemikiran ini bersumber dari pemikiran Weber tentang gaya hidup secara umum. Individu bisa
memilih gaya hidupnya berdasarkan kelas, tingkat kemakmuran dan kondisinya. Sehingga tiap
indvidu bisa memiliki pilihan yangb berbeda-beda. Begitu pula dengan gaya hidup sehat, tiap
orang berbeda-beda karena memiliki pilihan gaya yang berbeda-beda. Orang kelas bawah akan
cenderung tidak memperhatikan gaya hidup yang berkaitan dengan kesehatan karena fokus pada
pemenuhan kebutuhan dasar. Tetapi berbeda dengan masyarakat kelas menengah atas. Karena
itu, gaya hidup menjadi sangat berpengaruh pada kesehatan dan pada soisologi medis itu sendiri.

Teori Kritis dan Jurgen Habermas

Teori kritikal erat kaitannya dengan para filsuf jaman dulu. Tetapi konsep Habermas tentang
rasionalitas membedakannya dari para pendahulunya. Terutama konsepnya tentang “rasionalitas
komunikatif”. Pada awalnya dia membedakan antara kerja dan interaksi. Sehingga dia
menemukan konsep tentang lifeworld yang berdasarkan integrasi sosial dan sistem yang
berdasarkan integrasi sistem. Kedua konsep yang menjadikan Habermas memiliki pengaruh pada
dunia soisologi medis.

Gagasannya tentang “sistem” yang telah lebih menguasai daripada “lifeworld” dalam dunia
pelayanan kesehatan telah membuat para petugas medis tidak peka terhadap kebutuhan mendasar
dari para pasien. Gagasan Habermas juga digunakan untuk menganalisa perubahan di tingkat
makro tentang pelayanan kesehatan dan di tingkat mikro pada interaksi dan komunikasi antar
pasien dan petugas medis.

Teori pada Abad Ke Dua Puluh Satu


Abad 20 bisa dikatakan sebagai abad perubahan dan penyesuaian. Pada masa itu terjadi banyak
sekali kejadian-kejadian yang akhirnya membawa dampak perubahan besar pada sistem yang
ada. Begitu pula yang terjadi pada sosiolgi medis itu sendiri. Perubahan yang terjadi memberikan
hal baru dan penyesuaian baru terhadap soisologi medis dan pada kesehatan itu sendiri.

Poststrukturalisme: Michel Foucault

Banyak peneliti beralih ke posstrukralisme karena kemunduran dari strukturalisme pada 1960-an.
Seperti yang lainnya, postrukralisme menawarkan pembaruan dan koreksi dibandingkan dengan
pendahulunya. Salah satu teoris yang berpengaruh adalah Foucault. Gagasan Foucault tentang
hubungan antara pengetahuan dan kekuasaan memberikan kontribusi besar terhadap studi
soisologi medis. Dia memberikan gagasan tentang fungsi sosial terhadap profesi medis. Bahkan
dia meneliti tentang tubuh manusia yang akhirnya memberikan studi baru tentang sosiologi
tubuh.

Meski begitu, kritik terhadap gagasan Foucault tetap ada. Terutama kritik karena Foucault tidak
memberi batas yang jelas terhadap kekuasaan yang dia maksud dan tidak juga menjelaskan
tentang struktur kekuasan pada tingkat makro. Tetapi formulasi Foucault tentang
pengetahuan/kekuasaan yangberkaitan dengan tingkah laku sosial tetap menjadi hal yang penting
bagi soisologi medis.

Konstruksionisme Sosial

Jika membicarakan tentang postruktralisme akan sangat berhubungan dengan konstruksinisme


sosial. Paha mini beranggapan dari premis bahwa suatu fenomena tidak ditemukan tetapi
terkonstruksi secara sosial. Hal ini nantinya akan berkaitan erat dengan budaya, nilai moral,
interaksi, dan lain sebagainya.

Begitu pula dengan soisologi medis yang muncul dari gagasan Foucault. Secara umum,
dijelaskan bahwa kondisi tubuh manusia akan berbeda-beda tergantung bagaimana seorang
individu mengkonstruksi tubuhnya secara sosial sesuai dengan keadaan sosialnya. Karena itu,
pendekatan terhadap karakterisktik penyakit pda tubuh bisa menjadi berbeda-beda pula.

Meski pada konstruksinisme sosial ini dipengaruhi banyak sekali pemikiran, ide dan teori. Tetapi
pemikiran dari Foucaultlah yang paling dianggap berpengaruh.

Teori Feminis

Teori ini pada dasarnya berasumsi pada pengaruh dari konstruksi sosial terhadap kesehatan tubuh
wanita. Yaitu tentang bagaimana interaksi sosial yang terjadi bisa mempengaruhi kesehatan dari
tubuh wanita. Karena tidak adanya kesatuan tersendiri dari teori ini maka diasumsikan, jika
dikaitkan dengan soisologi medis, bahwa semua yang sifatnya “berkaitan dengan wanita”.

Teori Postmodern
Teori ini berangkat dari perpecahan antara modernitas dan sistem sosial pasca industri yang
membawa kondisi sosial baru. Sehingga, bisa menjelaskan tentang kondisi terbaru dari keadaan
sosial modern. Pada studi tentang soisologi medis, ada beberapa hasil pekerjaan yang secara
eksplisit membahas menggunakan tema postmodern.

Meski mengalami puncak kepopuleran pada awal 1990-an, teori ini dengan cepat mengalami
kemunduran pada akhir 1990-an. Begitu pula dengan pengaruhnya pada soisologi medis. Teori
ini tidak bisa benar-benar memberikan pengaruh. Kegagalannya dala menjelaskan berbagai
fenomena sosial dan penyebabnya menjadikannya tidak begitu relevan. Tetapi kelebihan dari
teori ini ada pada kondisi transisi yang dialami oleh masyarakat modern sekarang. Bisa jadi di
masa depan pengarur teori ini berubah.

Pierre Bourdieu

Sebagai salah satu intelektual kelas atas pada masanya di Perancis, Bourdieu berhasil
mengungkapkan gagasan tentang struktur eksternal dan kebiasaan yang berpengaruh pada
individu. Terkait dengan soisologi medis, karyanya yang cukup berpengaruh adalah Distinction.
Pada karnya tersebut dia menjelaskan bahwa permasalahan kebiasaan yang berbeda-beda lalu
diikuti oleh gaya hidup yang berbeda dari tiap individu dari kelas yang berbeda akan
menghasilkan kondisi kesehatan yang berbeda pula. Kebiasaan dan gaya hidup kelas atas tidak
selalu menjamin kesehatan positif begitu pula pada kelas bawah. Hal itu juga pada akhirnya,
menurut Bourdieu, akan berpengaruh pada usia harapan hidup. Bourdieu juga menambahkan
bahwa kebiasaan dan gaya hidup yang berpengaruh dengan kesehatan itu merupakan pilihan bagi
tiap individu.

Meski mendapatkan kritikan dari Williams karena sangat menyoroti peran dari kelas terhadap
kesehatan, Bourdieu tetap dianggap memberikan kontribusi penting terhadap sosiologis medis.
Terutam karena dia berhasil menunjukkan bahwa gaya hidup dan kebiasaan memang bisa sangat
mempengaruhi kesehatan individu.

Realisme Kritis

Realisme kritis merupakan suatu pandangan teoritis baru yang menentan konstruksinisme sosial.
terutama kritik pada konsepnya tentang agensi (perwakilan) dan struktur. Paham ini memisahkan
pembahasan keduanya sebagai pembahasan independen dan tidak disatukan dalam konteks
kontribusinya terhadap praktek sosial. Paha mini juga memposisikan diri bahwa sistem sosial
haruslah terbuka terhadap proses dan perubahan. Oleh karena itu, sangat penting untuk disadari
bahwa tiap individu mempunyai kemampuan untuk mengubah struktur dan menghasilkan
berbagai macam variabel.

Pada studi soisologi medis, realisme kritis sekarang ini berpusat pada penelitian tentang tubuh
dari penderita penyakit kronis dan penyandang cacat. Fokusnya pada hubungan yang terjalin
antara faktor biologis dan sosial dalam menghasilkan suatu hasil dan sebuah usaha untuk
mengembangkan ketidaksamaan dalam kesehatan sosiologi yang memang sudah keluar daristudi
epidemiologi sosial yang ortodoks.

Kesimpulan

Gagasan yang menyebutkan bahwa soisologi medis itu tidak bersifat teoritis adalah salah.
Pembahasan diatas menyebutkan bahwa semenjak dari jaman klasik hingga kontemporer
menunjukkan bahwa studi tentang sosiolog medis berangkat dari teori dan hal yang berdifat
teoritis. Para pakar dan akademisinya yang berpengaruh di bidang ini semua berangkat dari hal
yang sifatnya teoritis. Oleh karen itu, soisologi medis adalah suatu studi subdisilin yang sifatnya
teoritis.

Anda mungkin juga menyukai