Anda di halaman 1dari 9

Mata Kuliah : Praktikum Ekologi Hewan

RELUNG

OLEH :
Nama : Habibi SyahPutra Pane
NIM : 4162141001
Jurusan : Biologi
Prog. Study : Pendidikan Biologi
Tanggal Pelaksanaan : 01 November 2018

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2018
I. Judul : RELUNG
II. Tujuan :
1. Mengetahui pengertian relung
2. Mengetahui perbedaan relung dan habitat
3. Mengetahui tentang asas eksklusi persaingan
4. Mengetahui asas divergensi
5. Mengetahui macam-macam variasi kondisi habitat menurut ruang dan waktu

III. Tinjauan Pustaka


Relung ekologi adalah adalah status atau peran suatu mahluk hidup di dalam komunitas
atau ekosistem. Relung ekologi tergantung pada adaptasi struktural mahluk, respons fisiologis
dan perilakunya. Relung ekologi bukanlah ruang fisik, tetapi suatu abstraksi mencakup semua
faktor-faktor fisik,kimia,fisiologis dan biotik yang diperlukan mahluk untuk hidup, dalam
ekologi tidak pernah ada dua jenis menempati relung ekologi yang sama. Suatu spesies dapat
menempati relung ekologi sangat berbeda di daerah yang berbeda tergantung pada suplai
makanan yang tersedia dan pada jumlah macam pesaing-pesaingnya.
Konsep relung (niche) dikembangkan oleh Charles Elton ilmuwan Inggris, dengan
pengertian relung adalah “status fungsional suatu organisme dalam komunitas tertentu”.
Dalam penelaahan suatu organisme, kita harus mengetahui kegiatannya, terutama mengenai
sumber nutrisi dan energi, kecepatan metabolisme dan tumbuhnya, pengaruh terhadap
organisme lain bila berdampingan atau bersentuhan, dan sampai seberapa jauh organisme
yang kita selidiki itu mempengaruhi atau mampu mengubah berbagai proses dalam
ekosistem.
Relung menurut Resosoedarmo adalah profesi (status suatu organisme) dalam suatu
komunitas dan ekosistem tertentu yang merupakan akibat adaptasi struktural, fungsional serta
perilaku spesifik organisme itu. Berdasarkan uraian diatas relung ekologi merupakan istilah
lebih inklusif yang meliputi tidak saja ruang secara fisik yang didiami oleh suatu makhluk,
tetapi juga peranan fungsional dalam komunitas serta kedudukan makhluk itu di dalam
kondisi lingkungan yang berbeda. Relung ekologi merupakan gabungan khusus antara faktor
fisik (mikrohabitat) dan kaitan biotik (peranan) yang diperlukan oleh suatu jenis untuk
aktivitas hidup dan eksistensi yang berkesinambungan dalam komunitas.
Niche (relung) ekologi mencakup ruang fisik yang diduduki organisme, peranan
fungsionalnya di dalam masyarakatnya (misal: posisi trofik) serta posisinya dalam kondisi
lingkungan tempat tinggalnya dan keadaan lain dari keberadaannya itu. Ketiga aspek relung
ekologi itu dapat dikatakan sebagai relung atau ruangan habitat, relung trofik dan relung
multidimensi atau hypervolume. Oleh karena itu relung ekologi sesuatu organisme tidak
hanya tergantung pada dimana dia hidup tetapi juga apa yang dia perbuat (bagaimana dia
merubah energi, bersikap atau berkelakuan, tanggap terhadap dan mengubah lingkungan fisik
serta abiotiknya), dan bagaimana jenis lain menjadi kendala baginya. Hutchinson telah
membedakan antara niche pokok (fundamental niche) dengan niche yang sesungguhnya
(relized niche). Niche pokok didefinisikan sebagai sekelompok kondisi-kondisi fisik yang
memungkinkan populasi masih dapat hidup. Sedangkan niche sesungguhnya didefinisikan
sebagai sekelompok kondisi-kondisi fisik yang ditempati oleh organisme-organisme tertentu
secara bersamaan.
Pengetahuan tentang relung suatu organisme sangat perlu sebagai landasan untuk
memahami berfungsinya suatu komunitas dan ekosistem dalam habitat utama. Untuk dapat
membedakan relung suatu organisme, maka perlu diketahui tentang kepadatan populasi,
metabolisme secara kolektif, pengaruh faktor abiotik terhadap organisme, pengaruh
organisme yang satu terhadap yang lainnya.
Hutchinson membedakan antara relung dasar (Fundamental Niche) dengan relung
nyata (Realized Niche). Relung dasar didefinisikan sebagai sekelompok kondisi-kondisi fisik
yang memungkinkan populasi masih dapat hidup, tanpa kehadiran pesaing, relung nyata
didefinisikan sebagai kondisi-kondisi fisik yang ditempati oleh organisme-organisme tertentu
secara bersamaan sehingga terjadi kompetisi. Keterbatasan suatu organisme pada suatu
relung tergantung pada adaptasinya terhadap kondisi lingkungan tersebut.
Habitat merupakan tempat tinggal suatu organisme melaksanakan kehidupannya
(Morisson et all, 1992; Odum, 1971). Sedangkan konsep niche (relung ekologi),
dikembangkan oleh Charles Elton (Elton, 1927) yaitu status fungsional suatu organism dalam
suatu komunitas tertentu, meliputi bagaimana cara hidupnya dan peran ekologi organism
tersebut. Hutan merupakan salah satu habitat dari berbagai jenis organisme yang merupakan
suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang
didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dan lainnya tidak
dapat dipisahkan.
IV. Alat & Bahan
A. Alat
No. Alat Jumlah
1 Parang 1 buah
2 Botol Sampel 3 buah
3 Pinset 1 buah
4 Alat Tulis Seperlunya
B. Bahan
No. Bahan Jumlah
1 Kertas Label Secukupnya
2 Alkohol Secukupnya

V. Prosedur Kerja

1. Praktikan menentukan tempat relung, pada praktikum ini praktikan mengambil


relung di batang pohon yang sudah lama mati dan lapuk.
2. Praktikan menggali tempat yang menjadi pengamatan relung dengan cangkul.
3. Apabila menemukan hewan maka sampel hewan diambil dan kemudian dimasukkan
ke dalam botol sampel yang berisi alkohol.
4. Praktikan mencatat dan mencari informasi tentang hewan tersebut.
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN
6.1 Tabel Hasil Pengamatan
Kelompok 1
Tipe Jenis Kelompok
Relung Jumlah Nama Spesies
Mulut Makanan Guild
1 Caulifera sp. GK H GK-H
Atas
1 Larva Kumbang GK H GK-H
Tengah 1 Julus virgatus GK C GK-C
Bawah 1 Scolopendra gigantea GK C GK-C
Kelompok 2
Tipe Jenis Kelompok
Relung Jumlah Nama Spesies
Mulut Makanan Guild
2 Undur-undur GK C GK-C
Atas
Kaki seribu GK C GK-C
2 Kumbang GK H GK-H
Tengah
Larva Kumbang GK H GK-H
Bawah 1 Pupa Kumbang GK H GK-H
Kelompok 3
Tipe Jenis Kelompok
Relung Jumlah Nama Spesies
Mulut Makanan Guild
Atas 1 Oecophylla sp. GK C GK-C
Tengah 1 Oryctes nasicornis GK H GK-H
Bawah 1 Oryctes nasicornis GK H GK-H
Kelompok 4
Tipe Jenis Kelompok
Relung Jumlah Nama Spesies
Mulut Makanan Guild
Atas 1 Solenopsis invicta GK C GK-C
Tengah 1 Julus virgatus GK C GK-C
Bawah 1 Larva Kumbang GK H GK-H
Kelompok 5
Tipe Jenis Kelompok
Relung Jumlah Nama Spesies
Mulut Makanan Guild
Atas 1 Solenopsis invicta GK C GK-C
2 Julus virgatus GK C GK-C
Tengah
1 Larva kumbang GK H GK-H
Bawah 1 Scolopendra gigantea GK C GK-C
Kelompok 6
Tipe Jenis Kelompok
Relung Jumlah Nama Spesies
Mulut Makanan Guild
Semut (Solenopsis sp.) GK C GK-C
Atas 2
Millipedes sp. GK C GK-C
Julus terretris GK C GK-C
Tengah 2
Millipedes sp. GK C GK-C
Julus terretris GK C GK-C
Bawah 2
Larva Chacosoma atlas GK H GK-H
6.2 PEMBAHASAN
6.2.1 Deskripsi Relung
Relung menurut Resosoedarmo adalah profesi (status suatu organisme) dalam suatu
komunitas dan ekosistem tertentu yang merupakan akibat adaptasi struktural, fungsional serta
perilaku spesifik organisme itu. Berdasarkan uraian diatas relung ekologi merupakan istilah
lebih inklusif yang meliputi tidak saja ruang secara fisik yang didiami oleh suatu makhluk,
tetapi juga peranan fungsional dalam komunitas serta kedudukan makhluk itu di dalam
kondisi lingkungan yang berbeda. Relung ekologi merupakan gabungan khusus antara faktor
fisik (mikrohabitat) dan kaitan biotik (peranan) yang diperlukan oleh suatu jenis untuk
aktivitas hidup dan eksistensi yang berkesinambungan dalam komunitas.
Pengamatan relung yang telah dilakukan, dapat ditemukan dominansinya adalah
kelompok dari serangga. Serangga (disebut pula Insecta, dibaca "insekta") adalah
kelompok utama dari hewan beruas (Arthropoda) yang bertungkai enam (tiga pasang);
karena itulah mereka disebut pula Hexapoda (dari bahasa Yunani yang berarti "berkaki
enam").

6.2.2 Kesintasan
Kesintasan adalah tingkat kelangsungan hidup dari suatu populasi dalam jangka
waktu tertentu. Dari hasil yang didapatkan spesies yang paling dominan adalah serangga.
Serangga merupakan kelompok hewan yang paling dominan di muka bumi, yaitu
dengan jumlah spesies hampir 80% dari jumlah total hewan di bumi. Serangga berhasil
dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya karena dapat hidup pada habitat yang
bervariasi, kapasitas dalam bereproduksi yang tinggi, serta kemampuan memakan jenis
makanan yang berbeda dan dalam mengindari predator.
Kehadiran populasi serangga di suatu lahan dan penyebarannya (distribusinya) selalu
berkaitan dengan habitat dan relung ekologi. Habitat suatu serangga adalah tempat serangga
itu hidup atau tempat serangga untuk menemukan makanan. Relung ekologi suatu populasi
serangga merupakan status fungsional serangga itu dalam habitat yang ditempati berdasarkan
adaptasi, fisiologi, struktural, maupun perilakunya.

6.2.3 Konsumen dalam habitat relung


Konsumen dalam ekosistem adalah organisme yang tidak bisa membuat makanannya
sendiri. Konsumen merupakan organisme yang tak mampu menyusun senyawa organik
sendiri.
Zat organik ini diperlukan berasal dari produsen atau organisme lain. Karena
makannya tergantung kepada organisme lain yang juga biasa disebut dengan organisme
hetertotrof.
Berdasarkan organisme yang dimakan konsumen dapat dibedakan dalam beberapa
bagian seperti berikut ini:

 Herbivora adalah konsumen yang makanannya tumbuh-tumbuhan.


 Karnivora adalah konsumen yang makanannya hewan lain.
 Omnivora adalah konsumen yang makanannya berupa tumbuh-tumbuhan dan hewan.

Berdasarkan tingkatannya konsumen dapat dibedakan menjadi berikut:

 Konsumen tingkat I yaitu konsumen yang langsung memakan produsen.


 Konsumen tingkat II yaitu konsumen yang langsung memakan konsumen tingkat I.
 Konsumen tingkat II yaitu konsumen yang memakan konsumen tingkat ke II.
 Konsumen puncak adalah konsumen yang berkedudukan sebagai pemakan konsumen
tingkat ke III.

6.2.4. Macam-Macam Kompetisi


Mahluk tidak exis dalam ruang dan waktu secara sendirian, tetapi salam suatu ,matrik
dengan mahluk lain yang tergolong dalam berbagai spesies. Banyaknya spesies dalam suatu
daerah tidak akan terpengaruh oleh adanya mahluk lain, tetapi dalam beberapa kasus satu
atau beberapa spesies akan berinteraksi. Jadi dapat dikatakan bahwa populasi suatu spesies
akan berbeda dengan adannya atau dengan tidak adanya spesies kedua.
Akibat positif maupun negative dapat terjadi karena adanya interaksi tersebut. Interaksi
positif. Misalnya yang disebut mutualisme, merupakan kehidupan bersama antara dua spesies
yang saling menguntungkan, contohnya adalah antara bakteri dan rumen sari. Dengan adanya
bakteri dalam rumen, memungkinkan sapi dapat mencerna cellulose, sedangkan bakteri
sendiri mendapat keuntungan karena dapat hidup dalam lingkungan yang hangat dan sesuai
untuknya. Contoh interaksi positif lainnya adalah komensalisme, merupakan kehidupan
bersama antara dua spesies tetapi hanya satu spesies yang mendapat keuntungan, sedangkan
spesies yang lain tidak terpengaruh oleh adanya interaksi tersebut, misalnya algae tumbuh
pada carapax kuratura. Sedangkan yang tergolong dalam interaksi negative misalnya
persaingan antara dua spesies yang menimbulkan kerugian atau penderitaan pada kedua
spesies yang hidup bersama tersebut. Dan contoh lainnya adalah pemangsaaan seperti yang
telah diterangkan di muka.
Ada dua bentuk persaingan yang ditakrifkan menurut Birch (1957) yaitu :
1. Persaingan sumber daya (resource competition) terjadi bila sejumlah mahluk ( yang sama
atau berbeda spesies) menggunakan sumber daya bersama yang ketersediaanya sedikit.
2. Persaingan saling merugikan (interference competition) terjadi bilamana mahluk dalam
mencari sumber daya akan saling merugikan walaupun sumber daya tersebut ketersediaanya
tidak sedikit. Perlu diingat bahwa persaingan tersebut dapat interspesifik (antara dua atau
lebih spesies) atau intraspesifik (antara anggota spesies yang sama).
Persaingan dapat mengenai sumber daya dan bermacam-macam sumber daya
merupakan pusat interaksi kompetitif. Untuk tumbuhan, cahaya, zat hara dan air adalah
sumber daya yang penting. Tetapi tumbuhan juga dapat bersaing mengenai penyerbuk atau
mengenai tempat melekat. Untuk hewan, air, makanan dan lawan jenis berkembangbiak
adalah contoh sumber persaingan. Persaingan untuk ruang juga terjadi pada beberapa jenis
hewan dan mungkin meliputi beberapa keperluan khusus misalnya tempat bersarang dan
tempat yang aman dari gangguan pemangsa.
Beberapa konsekuensi persaingan perlu diperhatikan antara lain :
1) Hewan tidak perlu melihat atau mendengar atau berjumpa dengan kompetitornya. Suatu
spesies yang makan suatu jenis tumbuhan pada siang hari mungkin bersaing dengan spesies
yang makan tumbuhan yang sama pada malam hari, karena ketersediaan tumbuhan tersebut
terbatas.
2) Kebanyakan mahluk yang dapat dilihat atau dapat didengar oleh seekor hewan tidak
menjadi competitor. Hal tersebut akan lebih tampak jika ada sumnerdaya yang dipergunakan
bersama. Oksigen misalnya adalah contoh sumber daya yang digunakan oleh kebanyakan
hewan terrestrial, tetapi persaingan untuk mendapatkan oksigen tidak terjadi, sebab oksiigen
tersedia melimpah.
3) Persaingan antara tumbuhan biasa terjadi antara individu yang berakar di tempat yang
sama, jadi berbeda dengan persaingan antara hewan yang bergerak. Penjarakan merupakan
hal yang penting dalam persaingan tumbuhan tersebut

6.2.5 Asas eksklusif dalam persaingan dan pemisahan relung


Dengan adanya interaksi persaingan antara dua spesies atau lebih yang memiliki
relung ekologi yang sangat mirip maka mungkin saja spesies-spesies tersebut tidak
berkonsistensi dalam habitat yang samasecara terus-menerus. Hal ini menunjukkan bahwa
suatu relung ekologi tidak dapat ditempati secara simultan dan sempurna oleh populasi stabil
lebih dari satu spesies. Pernyataan ini dikenal sebagai ” Asas Eksklusi Persaingan” atau ”
Aturan Gause”.
Sehubungan dengan asas tersebut di atas, menurut ” asas koeksistensi’, beberapa
spesies yang dapat hidup secara langgeng dalam habitat yang sama ialah spesies-spesies yang
relung ekologinya berbeda-beda. Tentang pentingnya perbedaan-perbedaan diantara berbagai
spesies telah lama dikemukakan oleh Darwin (1859). Darwin menyatakan ahwa makin besar
perbedaan-perbedaan yang diperlihatkan oleh berbagai spesies yang hidup di suatu tempat,
makin besar pula jumlah spesies yang dapat hidup di suatu tempat itu. Pernyataan Darwin
tersebut dikenal sebagai ” Asas Divergensi”.
Dari uraian tersebut di atas tampak bahwa aspek relung ekologi yang menyangkut
dimensi sumberdaya, khususnya yang vital untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan, dari
beberapa spesies harus berbeda (terpisah) agar dapat berkoeksistensi dalam habitat yang
sama. Perbedaan atau pemisahan relung itu juga mencakup aspek waktu aktif.
Contoh dari kasusu pemisahan relung antara berbagai spesies yang berkohabitasi
dapat dilihat dari contoh berikut ini. Serumpun padi dapat menjadi sumberdaya berbagai jenis
spesies hewan. Orong-orong (Gryllotalpa africana) memekan akarnya, walang sangit
(Leptocorisa acuta) memakan buahnya, ulat tentara kelabu (Spodoptera maurita) yang
memakan daunnya, ulat penggerek batang (Chilo supressalis) yang menyerang batangnya,
hama ganjur (Pachydiplosis oryzae) menyerang pucuknya, wereng coklat (Nilaparvata
lugens) dan wereng hijau (Nephotettix apicalis) yang menghisap cairan batangnya. Tiap jenis
hama tersebut masing-masing telah teradaptasi khusus untuk memanfaatkan tanaman padi
sebagai sumberdaya makanan pada bagian-bagian yang berbeda-beda.
VII.KESIMPULAN
Dari praktikum yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Relung ekologi adalah adalah status atau peran suatu mahluk hidup di dalam
komunitas atau ekosistem.
2. Habitat merupakan tempat tinggal suatu organisme melaksanakan kehidupannya.
Sedangkan konsep niche (relung ekologi) yaitu status fungsional suatu organism
dalam suatu komunitas tertentu, meliputi bagaimana cara hidupnya dan peran ekologi
organism tersebut.
3. Asas eksklusi persaingan atau Aturan Gause : suatu relung ekologi tidak dapat
ditempati secara simultan dan sempurna oleh populasi stabil lebih dari satu spesies.
4. Asas Divergensi menurut Darwin : makin besar perbedaan-perbedaan yang
diperlihatkan oleh berbagai spesies yang hidup di suatu tempat, makin besar pula
jumlah spesies yang dapat hidup di suatu tempat itu.
5. Berdasarkan Variasi kondisi habitat menurut ruang, habitat dapat diklasifikasikan
menjadi 3 macam yaitu habitat yang bersinambung, habitat yang terputus-putus,
habitat yang terisolasi. Sedangkan menurut waktu dapat dibagi menjadi 4 macam
habitat yaitu habitat yang konstan, habitat yang bersifat semusim, habitat yang tidak
menentu, dan habitat yang efemeral.

VIII.DAFTAR PUSTAKA
Darmawan,Agus. 2005. Ekologi Hewan. Malang: Universitas Negeri Malang
Kramadibrata, H. 1996. Ekologi Hewan. Bandung : Institut Teknologi Bandung Press
Odum, Eugene P. 1971. Fundamentals of Ecology. Saunders College Publishing
Wirakusumah. Sambas. 2003. Dasar-Dasar Ekologi. Jakarta: Penerbit UI Press
Usmiyatun, Penuntun Praktikum Ekologi Hewan Edisi Pertama. IAIN Palangka Raya. 2015.

Anda mungkin juga menyukai