JAKRTA PUSAT
Sendri Segadi
NPM 1102014242
Email: sendrisegadi@gmail.com
ABSTRACT
1
of pterygium in Cempaka Putih sub-district in 2019. Method: The study was
descriptive analytic with Chi-Square test. The variables used are the duration of
outdoor activities, red eye, meanings, secretions, the presence of white membranes
in the eyes, a history of eye disease, the intensity of wearing a helmet and the
intensity of wearing glasses. Data is processed using SPSS version 25.0. The study
was conducted from November 2018 to February 2019 in the population of
motorcycle taxi riders with a research sub-class of 36 people. Results: From the
study, the number of pterygium was 5.6%. And not pterygium is 94.4%. Through
the Chi-Square test it was found that there was an association between the
factor of helmet use intensity (p = 0.006), secret eyes (p = 0.003), and the
presence of white membranes in the eyes (p = 0.000) with the incidence of
pterygium. while the factors that do not have a relationship with the pterygium
work rate are the duration of work in 1 day (p = 0.437), the intensity of wearing
glasses (p = 0.607), red eye (p = 0.246), dry eye (p = 0.146), and history eye
disease (p = 0.401). Conclusion: From this study, there was a correlation between
the use of eye protection devices in terms of the factor of helmet use intensity, and
dust exposure in terms of secret eye factors and the presence of white membranes
in the profession of motorcycle taxi riders with the incidence of pterygium in
Cempaka Putih sub-district. Further research is needed to identify other risk factors,
so as to reduce the incidence of pterygium.
Keywords: ultraviolet light exposure, use of eye protection devices, dust exposure,
incidence of pterygium
ABSTRAK
2
langsung dengan melihat faktor lamanya beraktivitas di luar ruangan. Faktor kedua,
pemakaian alat proteksi mata dalam hal ini adalah pemakaian helm dan kacamata.
Faktor ketiga, intensitas terkena debu dengan melihat kondisi mata merah, berair,
bersekret, dan adanya selaput putih pada mata. Dan faktor lainnya adalah riwayat
penyakit mata responden. Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
hubungan faktor paparan ultraviplet, intensitas pemakaian alat proteksi mata,
papran debu dan riwayatpenyakit mta pada profesi pengendara ojek dengan angka
kejadian pterigium di kecamatan Cempaka Putih tahun 2019. Metode: Penelitian
bersifat deskriptif analitik dengan uji Chi-Square. Variabel yang digunakan adalah
lama aktivitas di luar ruangan, mata merah, berarir, sekret, adanya selaput putih
pada mata, riwayat penyakit mata, intensitas pemakain helm dan intensitas
pemakaian kacamata. Data diolah menggunakan SPSS versi 25.0. Penelitian
dilakukan dari bulan November 2018 sampai bulan Februari 2019 pada populasi
pengendara ojek dengan subek penelitian sebanyak 36 orang. Hasil: Dari penelitian
didapatkan angka pterigium sebesar 5,6%. Dan tidak pterigium sebesar 94.4%.
Melalui uji Chi-Square didapatkan adanya hubungan antara faktor intensitas
pemakaian helm (p=0.006), mata bersekret (p=0.003), dan adanya selaput
putih pada mata (p=0.000) dengan angka kejadian pterigium. sedangkan faktor
yang tidak memiliki hubungan dengan angka kerjadian pterigium adalah faktor
lama kerja dalam 1 hari (p=0.437), intensitas pemakaian kacamata (p=0.607), mata
merah (p=0.246), mata kering (p=0.146), dan riwayat penyakit mata (p=0.401).
Kesimpulan: Dari penelitian ini didapatkan adanya hubungan intensitas pemakaian
alat proteksi mata ditinjau dari faktor intensitas pemakaian helm, serta paparan debu
ditinjau dari faktor mata bersekret dan adanya selaput putih pada profesi
pengendara ojek dengan angka kejadia pterigium di kecamatan Cempaka Putih.
Diperlukan penelitian selanjutnya untuk mengidentifikasi faktor risiko lainnya,
sehingga dapat menurunkan angka kejadian pterigium.
Kata kunci: paparan sinar ultraviolet, pemakaian alat proteksi mata, paparan debu,
angka kejadian pterigium
3
PENDAHULUAN Artinya:“Tidaklah seorang
muslim tertimpa suatu penyakit dan
Mata adalah salah satu organ
sejenisnya, melainkan Allah akan
indra manusia yang mempunyai fungsi
mengugurkan bersamanya dosa-
sangat penting dalam kehidupan
dosanya seperti pohon yang
sehari-hari. Mata membuat kita dapat
mengugurkan daun-daunnya. ”(HR.
melihat berbagai macam benda dan
Bukhari dan Muslim)
mempresepsikannya dalam otak.
Karena mata sangatlah penting bagi Tetapi sebelum penyakit itu
manusia, mata harus dijaga timbul, Islam mengajarkan umatnya
untuk selalu beriktiar dalam menjaga
kesehatanya dengan berbagai cara
kesehatan jasmani maupun rohani,
misalnya makan maupun minum yang adapun jika telah terlanjur terkena
memiliki vitamin A, menghindari penyakit maka segeralah berobat
sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
paparan sinar secara langsung dan lain
sebagianya. إن هللا تعالى أ َ ْنزَ َل الداا َء َوالد َاوا َء َو َجعَ َل ِل ُك ِل
Mata sangat beresiko terkena دَاءٍ دَ َوا ًء فتداووا وَّل تداووا بالحرام
penyakit mata, dalam ajaran Islam, Artinya:“Sesungguhnya Allah
penyakit yang diderita seseorang menurunkan penyakit dan obatnya dan
menjadikan bagi setiap penyakit ada
memiliki beberapa makna, yaitu
obatnya. Maka berobatlah kalian, dan
penyakit sebagai akibat pola hidup, jangan kalian berobat dengan yang
sebagai musibah, sebagai cobaan atau haram. ”(HR. Abu Dawud dari Abu
ujian, sebagai teguran Allah SWT, Darda)
7
n= (Zα)2 PQ Angka Kejadian Pterigium pada
Pengendara Ojek di kecamatan
d2
Cempaka Putih
n= (1,96)2 x 0,102 x (1 - 0,102)
Dari hasil penelitian diketahui
(0,1)2 bahwa angka kejadian pterigium pada
pengendara ojek di kecamatan
n= 3,8416 x 0,102 x 0,898
Cempaka Putih sebesar 5,6% (2
0,01 responden dari 36 responden). Hal ini
n= 35,18 ~ 36 bisa dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Angka Kejadian
Besar sampel minimal yang
Pterigium pada Pengendara Ojek
diperoleh menggunakan teknik diatas
adalah sebanyak 36 orang. Data yang Pterigium Frekuensi Persentase
dikumpulkan kemudian diolah dan Tidak Pterigium 34 94.4%
dianalisis dengan menggunakan Pterigium 2 5.6%
program SPSS versi 25. Hubungan Jumlah 36 100%
faktor-faktor pencetus pterigium pada
profesi pengendara ojek dengan
Hubungan Faktor-Faktor Pencetus
angka kejadian pterigium di
Pterigium pada Profesi
kecamatan Cempaka Putih dapat
Pengendara Ojek dengan Angka
dilihat menggunakan uji statistik Chi-
Kejadian Pterigium di Kecamatan
Square dengan tingkat kemaknaan
Cempaka Putih Jakrta Pusat
yang digunakan 0,05.
Hasil Uji Bivariat
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hubungan Antara Lama Kerja
Data yang digunakan pada
dalam Satu Hari dengan Angka
penelitian ini merupakan data primer
Kejadian Pterigium
yang diperoleh dari hasil wawancara
dan pemeriksaan bola mata bagian
anterior.
8
Dari hasil penelitian diketahui pterigium. Kemudian responden yang
bahwa responden yang bekerja jarang memakai helm didiagnosa
kurang dari 8 jam (<8 jam) memiliki tidak terkena pterigium sebanyak
persentase tidak terdiagnosa 16.6% dan yang positif terkena
pterigium sebesar 22.2% dan sebesar 2.8%. sedangkan untuk
presentase terdiagnosa pterigim pengendara ojek yang selalu
sebesar 0%. Sedangkan responden mengenakan helm sebesar 75% tidak
yang bekerja selama lebih dari 8 jam terkena pterigium dan 0% yang
(>8 jam) memiliki presentase 72.2% tekena pterigium. Hal ini juga
untuk yang didiagnosa tidak menunjukan bahwa adanya hubungan
mengalami pterigium dan 5.6% yang antara intensitas pemakaian helm
terdiagnosa pterigium. Hasil ini dapat dengan angka kejadian pterigium.
dilihat pada Tabel 2. Hasil ini dapat dilihat pada Tabel 2.
Berdasarkan Tabel 2 dapat
Hal ini dapat dibuktikan
diketahui tidak adanya hubungan
melalui Uji Chi-Square pada Tabel 2.
yang bermakna atau signifikan secara
Secara statistik ada hubungan antara
statistik antara profesi pengendara
profesi pengendara ojek dilihat dari
ojek dilihat dari faktor lama kerja
faktor intensitas pemakaian helm
dalam satu hari dengan angka
dengan angka kejadian pterigium di
kejadian pterigium di kecamatan
kecamatan Cempaka Putih dengan
Cempaka Putih dengan nilai
nilai signifikasi 0.006 (p<0.05)
signifikasi 0.437 (p>0.05).
Hubungan Antara Intensitas
Hubungan Antara Intensitas Pemakaian Kacamata dengan
Pemakain Helm dengan Angka Angka Kejadian Pterigium
Kejadian Pterigium Dari hasil penelitian diketahui
Dari hasil penelitian dapat bahwa pengendara ojek yang tidak
diketahui bahwa pengendara ojek memakai kacamata memiliki
yang tidak memakai helm memiliki persentase 30.5% tidak mengalami
persentase 2.8% baik yang didiagnosa pterigium dan 2.8% terkena
terkena maupun tidak terkena pterigium.
9
Sedangkan responden yang Dari hasil uji Chi-Square
memakai kacamata didiagnosa tidak Tabel 2 menunjukan nilai signifikasi
terkena pterigium sebanyak 63.9% 0.246 (p>0.05) yang berarti secara
dan yang positif terkena sebesar statistik tidak ada hubungan antara
2.8%. Hasil ini dapat dilihat pada profesi pengendara ojek dilihat dari
Tabel 2. faktor mata merah dengan angka
Dari hasil uji Chi-Square kejadian pterigium di kecamatan
Tabel 2 menunjukan nilai signifikasi Cempaka Putih Jakarta Pusat.
0.607 (p>0.05) yang berarti secara
Hubungan Antara Mata Kering
statistik tidak ada hubungan antara
dengan Angka Kejadian Pterigium
profesi pengendara ojek dilihat dari
Dari hasil penelitian diketahui
faktor intensitas pemakaian kacamata
bahwa pengendara ojek dengan mata
dengan angka kejadian pterigium di
tidak berair yang terdiagnosa tidak
kecamatan Cempaka Putih Jakarta
terkena pteregium sebesar 50% dan
Pusat.
yang terdiagnosa pterigium sebesar
Hubungan Antara Mata Merah 0%. Dan pengendara ojek dengan
dengan Angka Kejadian Pterigium mata kering yang terdiagnosa tidak
Dari hasil penelitian diketahui terkena pteregium sebesar 44.4% dan
bahwa pengendara ojek yang yang terdiagnosa pterigium sebesar
memiliki mata merah, terdiagnosa 5.6%. Hasil ini dapat dilihat pada
tidak terkena pteregium sebesar Tabel 2.
55.5% dan yang terdiagnosa Dari hasil uji Chi-Square
pterigium sebesar 5.6%. Namun hal Tabel 2 menunjukan nilai signifikasi
ini berbeda dengan pengendara yang 0.146 (p>0.05) yang berarti secara
tidak memiliki mata merah. Sebesar statistik tidak ada hubungan antara
38.9% terdiagnosa negatif pterigium profesi pengendara ojek dilihat dari
dan 0% positif pterigium. Hasil ini faktor mata kering dengan angka
dapat dilihat pada Tabel 2. kejadian pterigium di kecamatan
Cempaka Putih Jakarta Pusat.
10
Hubungan Antara Mata Bersekret untuk pengendara ojek dengan mata
dalam Satu Hari dengan Angka berselaput putih yang terdiagnosa
Kejadian Pterigium tidak terkena pteregium sebesar 0%
Dari hasil penelitian diketahui dan yang terdiagnosa pterigium
bahwa pengendara ojek dengan mata sebesar 5.6%. Hal ini juga dapat
tidak bersekret yang terdiagnosa tidak menyatakan bahwa bila mata terdapat
terkena pteregium sebesar 80.6% dan selaput putih maka secara positif
yang terdiagnosa pterigium sebesar terdiagnosa terkena pterigium. Hasil
0%. Dan pengendara ojek dengan ini dapat dilihat pada Tabel 2.
mata bersekret yang terdiagnosa tidak Dari hasil uji Chi-Square
terkena pteregium sebesar 13.9% dan Tabel 2 menunjukan nilai signifikasi
yang terdiagnosa pterigium sebesar 0.000 (p<0.05) hal ini menunjukan
5.6%. Hasil ini dapat dilihat pada secara statistik ada hubungan antara
Tabel 2. profesi pengendara ojek dilihat dari
Dari hasil uji Chi-Square faktor adanya selaput putih pada mata
Tabel 2 menunjukan nilai signifikasi dengan angka kejadian pterigium di
0.003 (p<0.05) hal ini menunjukan kecamatan Cempaka Putih Jakarta
secara statistik ada hubungan antara Pusat.
profesi pengendara ojek dilihat dari
Hubungan Antara Riwayat
faktor mata bersekret dengan angka
Penyakit Mata dengan Angka
kejadian pterigium di kecamatan
Kejadian Pterigium
Cempaka Putih Jakarta Pusat.
Dari hasil penelitian diketahui
Hubungan Antara Adanya Selaput
bahwa pengendara ojek yang tidak
Putih pada Mata dengan Angka
memiliki riwayat penyakit mata
Kejadian Pterigium
terdiagnosa tidak terkena pteregium
Dari hasil penelitian diketahui sebesar 72.2% dan terdiagnosa
bahwa pengendara ojek dengan mata pterigium sebesar 2.8%. Dan
tidak terdapat selaput putih yang pengendara ojek memiliki riwayat
terdiagnosa tidak terkena pteregium penyakit mata yang terdiagnosa tidak
sebesar 94.4% dan yang terdiagnosa terkena pteregium sebesar 22.2% dan
pterigium sebesar 0%. Sebaliknya yang terdiagnosa pterigium sebesar
11
2.8%. Hasil ini dapat dilihat pada antara profesi pengendara ojek dilihat
Tabel 2. dari faktor riwayat penyakit mata
Dari hasil uji Chi-Square dengan angka kejadian pterigium di
Tabel 2 menunjukan nilai signifikasi kecamatan Cempaka Putih Jakarta
0.401 (p>0.05) hal ini menunjukan Pusat.
secara statistik tidak ada hubungan
Tabel 2. Hubungan Faktor-Faktor Pencetus Pterigium pada Profesi
Pengendara Ojek dengan Angka Kejadian Pterigium di Kecamatan
Cempaka Putih Jakrta Pusat
Diagnosis Pterigium
Jumlah P
Variabel Tidak Pterigium Pterigium
Value
n % n % N %
Jenis Kelamin (n=36)
Laki-laki 31 86.1 2 5.6 33 91.7
Perempuan 3 8.3 0 0.0 3 8.3
Umur (n=36)
21-30 Tahun 14 39.0 0 0 14 39.0
31-40 Tahun 9 25.0 1 2.8 10 27.8
41-50 Tahun 8 22.2 0 0 8 22.2
51-60 Tahun 3 8.2 1 2.8 4 11.0
Lama kerja dalam 1 hari (n=36)
< 8 Jam 8 22.2 0 0.0 8 22.2
0.437
≥ 8 Jam 26 72.2 2 5.6 28 77.8
Intensitas pemakaian helm (n=36)
Tidak 1 2.8 1 2.8 2 5.6
Jarang 6 16.6 1 2.8 7 19.4 0.006
Selalu 27 75 0 0.0 27 75
12
Intensitas pemakaian kacamata
(n=36)
Tidak 11 30.5 1 2.8 12 33.3
0.607
Ya 23 63.9 1 2.8 24 66.7
Mata Merah (n=36)
Tidak 14 38.9 0 0 14 38.9
0.246
Ya 20 55.5 2 5.6 22 61.1
Mata Kering (n=36)
Tidak 18 50 0 0.0 18 50
0.146
Ya 16 44.4 2 5.6 18 50
Mata Bersekret (n=36)
Tidak 29 80.6 0 0.0 29 80.6
0.003
Ya 5 13.9 2 5.6 7 19.4
Adanya Selaput pada Mata (n=36)
Tidak 34 94.4 0 0.0 34 94.4
0.000
Ya 0 0.0 2 5.6 2 5.6
Riwayat Penyakit Mata (n=36)
Tidak 26 72.2 1 2.8 27 75
0.401
Ya 8 22.2 1 2.8 9 25
(Uji Chi-Square)
14
Dushku, dkk, 2001. Corneal Invasion Riordan – Eva, P, 2000. Anatomi dan
by Matrix Metalloproteinase Embriologi Mata Dalam
expressing Altered Limbal Vaughan, D, G, Asbury, T,
Epithelial Basal Cells. Arch Riordan-Eva, p, Oftalmologi
Ophthalmol : 119 ; 695-706 Umum. Jakarta: EGC; 5-7
Ilyas, S, dan Yulianti S. 2008. Sari Ilmu Shintya, Djajakusli, dkk, 2010. The
Penyait Mata. Edisi 2. Badan Profile of Tear Mucin Layer
Penerbit FKUI, Jakarta and Impression Cytology in
Pterygium Patients. Jurnal
Ilyas, S, dan Yulianti S. 2014. Ikhtisar
Oftalmologi Indonesia: 7(4);
Ilmu Penyait Mata. Edisi 1.
139-143
Badan Penerbit FKUI, Jakarta
Suprapto, N, dan Irawati, Y, 2014.
Ilyas, S, dan Yulianti S. 2015. Ilmu
Essentials of Medicine. Edisi 4.
Penyait Mata. Edisi 5. Badan
Media Aesculapius, Jakarta
Penerbit FKUI, Jakarta
Tradjutrisno, N, 2009. Pterygium:
Lang, G, K, dan Lang, G, E, 2000.
Degeneration, Exuberant
Ophthalmology a Short
Wound Healing or Benign
Textbook. Newyork; Thieme;
Neoplasm. Universa Mediana:
67-68 dan 117-119
28 (3); 179-187
Malahayati. 2010. Rahasia Bisnis
Sukses Rasulullah. Jojga Great
Publisher, Yogyakarta
15