Anda di halaman 1dari 2

OSMOSIS (Difusi melintasi membran)

Proses osmosis merupakan proses perpindahan pelarut melewati sebuah membran


semipermeabel. Pelarut dalam proses osmosis adalah air. Air akan bergerak dari daerah yang
mempunyai konsentrasi larutan rendah ke daerah yang mempunyai konsentrasi larutan tinggi.
Tekanan osmosis dapat diukur dengan suatu alat yang disebut osmometer. Masuknya air ini
dapat menyebabkan tekanan air yang disebut tekanan osmotik.

Tekanan osmositik didefinisikan sebagai tekanan hidrostatik yang dibutuhkan untuk


menghentikan aliran air bersih melintasi membran yang memisahkan larutan dengan komposisi
yang berbeda (Gambar ...). Dalam konteks ini, "membran" mungkin merupakan lapisan sel atau
membran plasma yang permeabel terhadap air tapi tidak pada zat terlarut.

Gambar ... Proses Osmosis (Campbell, 2008)

Bilayer fosfolipid murni pada dasarnya kedap air, namun kebanyakan membran seluler
mengandung protein yang memfasilitasi cepatnya pergerakan air yang masuk dan keluar dari
sel. Terdapat tiga sifat larutan yang dapat menentukan pergerakan air pada proses osmosis,
yakni hipertonik, hipotonik dan isotonik. Suatu larutan dikatakan hipertonik jika memiliki
konsentrasi zat terlarut lebih tinggi dibandingkan larutan pembandingnya, maka akan terjadi
krenasi (air keluar dari sel darah), sehingga sel mengerut dan rusak. Dalam hal tersebut, larutan
akan bersifat hipotonik jika memiliki konsentrasi zat lebih rendah dibandingkan larutan
pembandingnya, maka akan terjadi hemolisis (air masuk ke dalam sel darah), sehingga sel
darah menggelembung dan pecah. Larutan isotonik yakni larutan yang memiliki konsentrasi

zat terlarut yang sama dengan larutan pembanding. Tekanan osmotik berbanding lurus dengan
perbedaan konsentrasi jumlah total molekul zat terlarut pada setiap sisi membran.
Gambar ... Sifat Larutan Hipotonik, Hipertonik dan Isotonik

Dalam konsep tonicity, tonisitas larutan bergantung sebagian pada konsentrasi zat
terlarut yang tidak dapat melintasi membran (zat terlarut bukan penembus), relatif terdapat
dalam sel. Jika terdapat konsentrasi zat terlarut bukan penembus yang lebih tinggi dilarutan,
air akan cenderung meninggalkan sel dan demikian sebaliknya. Hewan dan organisme lain
yang tidak memilki dinding sel yang hidup dalam lingkungan yang hipertonik atau isotonik
harus memiliki kemampuan beradaptasi khusus untuk osmoregulasi (osmoregulation) yakni
mengontrol kadar keseimbangan air (Campbell, 2008).
Proses osmosis dapat juga membahayakan sel. Sel yang memiliki sitoplasma pekat
(kadar airnya rendah), jika berada dalam kondisi hipotonik akan memngalami tekanan osmosis
sel yang tinggi sehingga dapat memecah sel tersebut. Hal ini sel tersebut mengalami lisis yakni
hancurnya sel karena rusak atau robeknya membran plasma. Sebaliknya, jika sel tersebut
berada dalam kondisi hipertonik makan air di dalam sel akan keluar sehingga sel akan
mengalami krenasi, sel akan berkeriput karena kekurangan air (Campbell, 2008).
Pada sel tumbuhan keluarnya air dari sitoplasma menyebabkan volume sitoplasma
mengecil yang menyebabkan membran plasma akan terlepas dari dinding sel. Peristiwa
tersebut dinamakan plasmolisis. Plasmolisis yang parah akan menyebabkan kematian sel. pada
sel hewan pergerakan air di lapisan epitel yang melapisi tubulus vertebrata ginjal bertanggung
jawab untuk memusatkan urin. Jika ini tidak terjadi, seseorang akan mengeluarkan beberapa
liter air kencing sehari.

Anda mungkin juga menyukai