Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Media dalam prespektif pendidikan merupakan instrumen yang sangat

strategis dalam ikut menentukan keberhasilan proses belajar mengajar. Sebab keberadaannya

secara langsung dapat memberikan dinamika tersendiri terhadap peserta didik. Kata media

pembelajaran berasal dari bahasa latin ”medius” yang secara harfiah berarti ”tengah”,

perantara atau pengantar. Dalam bahasa Arab, media perantara atau pengantar pesan dari

pengirim kepada penerima pesan.Gerlach dan Ely mengatakan bahwa media apabila

dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi

yangmembuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap.

Menurut Departemen Pendidikan Nasional (2004) mengatakan bahwa media merupakan

sarana yang digunakan guru dalam menyampaikan informasi untuk menstimulasi pikiran dan

perhatian siswa terhadap pembelajaran. Apabila media tersebut digunakan untuk membawa

pesan-pesan khusus dan bertujuan sebagai kegiatan belajar mengajar, maka media tersebut

merupakan media pembelajaran (Novaliendry, 2013). Berdasarkan hal tersebut, media

memiliki peran penting terhadap proses pembelajaran agar pesan yang disampaikan guru

dapat tersampaikan dan terinterpretasikan dengan baik. Demikian halnya dengan anak

berkebutuhan khusus salah satunya tuna grahita yang memiliki hambatan dalam intelektual

kemampuan intelektualnya berada dibawah rata-rata, kemampuan berfikirnya rendah,

perhatian dan daya ingatnya lemah, sukar berfikir abstrak, serta tidak mampu berfikir yang

logis. Mereka yang masih mempunyai kemungkinan untuk memperoleh pendidikan dalam

bidang,membaca, menulis dan berhitung suatu tingkat tertentu serta dapat mempelajari

ketrampilan atau permainan. Perhatian dan ingatan anak tunagrahita lemah, tidak
dapat memperhatikan sesuatu hal dengan serius dan lama, sebentar saja perhatian anak

tunagrahita akan berpindah pada persoalan lain, apalagi dalam hal memperhatikan pelajaran,

anak tunagrahita cepat merasa bosan.

Matematika merupakan mata pelajaran yang paling banyak dirasakan sulit bagi siswa

terutama anak tunagrahita ringan , mereka merasa kesulitan dalam mempelajari matematika,

karena matematika merupakan konsep-konsep yang abstrak. Sedangkan menurut Amin

(1995:221) anak tunagrahita pada umumnya mengalami kesulitan mengenal hal-hal yang

abstrak. Terutama dalam membilang, menyebut, mengurutkan dan menuliskan lambang

bilangan 1-10. Dalam konsep pengenalan lambing bilangan, anak harus terampil untuk

mengenal dan memahami bilangan 1-10 sebab jika anak tidak dapat memahami bilangan 1-10

maka akan berdampak terhadap pelajaran matematika dan mata pelajaran lainnya. Untuk

menanamkan konsep pengenalan lambang bilangan 1-10 kepada anak tunagrahita bukanlah

hal yang mudah Guru dituntut untuk memiliki keterampilan, kreatifitas dan kreasi yang tinggi

dalam memilih materi, media dan metode yang sesuai dengan kondisi dan kemampuan anak,

sehingga pembelajaran lebih menarik dan dapat tercapai tujuan pembelajaran yang

diharapkan. Dalam hal tersebut salah satu metode yang akan digunakan adalah dengan

bermain. Menurut Jean Piaget yang menyatakan bahwa : Salah satu dasar proses – proses

mental menuju kepada intelektual adalah melalui permainan, sebab anak – anak tidak akan

terasa menghadapi kesukaran apabila dijaring dalam bentuk permainan, karena permainan

memiliki beberapa kelebihan diantaranya permainan dirancang untuk bisa menjadikan konsep

– konsep yang abstrak menjadi konsep konkret, dapat dimengerti dan menyenangkan,

membantu ingatan anak terhadap pelajaran yang diberikan, permainan merupakan suatu

selingan pemberian media atau alat peraga yang secara rutin berlangsung di kelas dari hari ke

hari (Hartati 2009:15). Dengan demikian, dalam mengajarkan materi berhitung pada anak

tunagrahita peneliti membuat permainan pancing angka untuk memberikan pembelajaran


yang menyenangkan bagi siswa tunagrahita. Berdasarkan observasi serta pengalaman penulis

saat KPL di SLB Idayu I Malang, siswa disana masih banyak yang belum bisa berhitung

angka 1 – 10. Dari siswa kelas V hanya ada 2 yang bisa berhitung dari angka 1 – 10. Dengan

demikian, siswa mengalami kesulitan dalam pembelajaran matematika.

Berdasarkan permasalahan tersebut, peneliti ingin mencoba mengatasi permasalahan

anak dalam mengenal angka melalui permainan pancing angka. Permainan pancing angka

adalah suatu kegiatan bermain yang dimodifikasi dengan media pancing dan angka yang

diberi magnet karena bermain itu membuat suasana kelas menjadi menyenangkan dan

menarik bagi anak, sehingga anak tidak mudah bosan dengan bermain pancing angka tersebut.

Melalui media bermain pancing angka, ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan

dalam mengenal angka. Diharapkan dengan adanya modifikasi permainan pancing angka ini

dapat membantu siswa dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam mengenal angka.

Selanjutnya pengembangan media ini diangkat menjadi skripsi dengan judul “Penggunaan

Permainan Pancing Angka Untuk Meningkatkan Kemampuan Berhitung 1 sampai 10 Bagi

Anak Tunagrahita kelas V SD di SLB Idayu 1 Malang”

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana kemampuan berhitung penjumlahan 1 – 10 siswa sebelum bermain

permainan pancing angka

2. Bagaimana kemampuan berhitung penjumlahan 1 – 10 siswa sesudah bermain

permainan pancing angka

3. Apakah permainan pancing angka berpengaruh terhadap kemampuan berhitung anak

tunagrahita kelas V di SLB Idayu 1 Kota Malang?

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui kemampuan berhitung penjumlahan siswa sebelum bermain pancing

angka
2. Mengetahui kemampuan berhitung penjumlahan siswa setelah bermain pancing angka

3. Mengetahui pengaruh permainan pancing angka terhadap kemampuan berhitung

siswa tunagrahita kelas V di SLb Idayu 1 Kota Malang

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak, diantaranya :

1. Bagi peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam memperkaya

pengetahuan bahwa permainan pancing angka dapat menjadi permainan alternatif untuk

pembelajaran berhitung bagi Siswa Tunagrahita

2. Bagi guru

Membantu guru memberikan inovasi baru dalam memberikan pembelajaran

matematika bagi siswa

3. Bagi Kepala Sekolah

Sebagai referensi dalam peningkatan mutu pendidikan melalui pembelajaran yang

bervariasi dan inovatif

4. Bagi Siswa

Dengan permainan pancing angka dapat memberikan kegiatan yang menyenangkan

dalam pembelajaran

E. Asumsi

Pengembangan permainan Pancing angka dalam pembelajaran matematikia siswa

tunagrahita kelas V Sdlb Idayu 1 Malang memiliki asumsi bahwa:

a. Siswa dapat mengenal angka lebih baik

b. Siswa dapat menambah pengetahuan tentang berhitung


F. Ruang Lingkup dan Keterbatasan

a. Ruang lingkup yang akan ditteliti dalam penelitian ini adalah penggunaan permainan

pancing angka dalam pembelajaran berhitung anak Tunagrahita.

b. Permainan pancing angka terbatas pada materi pengenalan angka 1 – 10

G. Definisi Operasional

1. Tunagrahita

Tunagrahita adalah keadaaan seseorang yang mengalami gangguan intelektual dan

ketrampilan adaptif. Istilah lain tunagrahita adalah sebutan anak dengan penurunan

kemampuan atau berkurangnya kemampuan dalam segi kekuatan

2. Bermain Pancing Angka

Bermain pancing angka ini adalah bermain yang membuat hubungan antara si anak

dan angka di kehidupan sehari hari. Bermain ini akan membantu anak untuk mengenal

angka-angka dengan menggunakan alat pancing sebagai media bermain yang digunakan

3. Kemampuan Berhitung

Kemampuan berhitung merupakan kemampuan melakukan pengerjaan hitung seperti

menjumlahan, mengurang, mengalihkan dan membagi, serta kemampuan

memanipulasi bilangan – bilangan dan lambang matematika.

Anda mungkin juga menyukai