Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala
yang di harapkan.
Laporan telah penulis susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan laporan ini. Untuk itu
penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
Akhir kata penulis berharap semoga Laporan Toxikologi dapat bermanfaat untuk
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................. i
ii
3.4 Prinsip .......................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iii
DAFTAR TABEL
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Logam berat ialah benda padat atau cair yang mempunyai berat 5 gram atau
lebih untuk setiap cm3, sedangkan logam yang beratnya kurang dari 5g adalah
logam ringan. Dalam tubuh makhluk hidup logam berat termasuk dalam mineral
“trace” atau mineral yang jumlahnya sangat sedikit. Beberapa mineral trace
adalah esensiil karena digunakan untuk aktivitas kerja system enzim misalnya
seng (Zn), tembaga (Cu), besi (Fe) dan beberapa unsur lainnya seperti kobalt
(Co), mangaan (Mn) dan beberapa lainnya. Beberapa logam bersifat non-esensiil
dan bersifat toksik terhadap makhluk hidup misalnya : merkuri (Hg), kadmium
menghambat enzim. Efek ini biasanya timbul akibat interaksi antara logam
dengan gugus SH pada enzim itu. Selain itu, logam dapat menggangu fungsi
akibat dari reaksi antara logam dan komponen intrasel. Untuk dapat menimbulkan
efek toksiknya pada suatu sel, logam harus memasuki sel dengan melintasi
membran. Dengan demikian, logam yang bersifat lipofilik misalnya metil merkuri
akan lebih bersifat toksik. Apabila suatu logam terikat pada suatu protein, ikatan
1
tersebut akan diserap secara endositosis. Logam juga dapat masuk ke dalam sel
Logam berat tidak mengalami metabolism, tetap berada dalam tubuh dan
menyebabkan efek toksik dengan cara bergabung dengan suatu atau beberapa
gugus ligan yang esensial bagi fungsi fisiologis normal. Ligan adalah suatu
molekul yang mengikat molekul lain yang umumnya lebih besar. Ligan member
logam. Antagonis logam berat, suatu kelator (chelating agent) khusus dirancang
ekskrsi logam dan mencegah atau menghilangkan efek toksiknya. Logam berat
biasa bereaksi membentuk ikatan koordinat dengan ligan dalam tubuh berbentuk
Tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui adanya argentums (Ag)
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Toksikologi
macam zat-zat kimia yang merugikan bagi kelangsungan hidup makhluk hidup.
Toksikologi menurut para ahli kimia merupakan ilmu yang bersangkut paut
dengan berbagai macam efek dan mekanisme kerja yang dapat merugikan dari
agen kimia terhadap binatang dan manusia. Toksikologi menurut para ahli
samping zat kimia di dalam sistem biologik. Dalam toksikologi terdapat unsur –
unsur yang saling berinteraksi antara satu dengan yang lain dengan suatu cara
tertentu sehingga dapat menimbulkan suatu respon pada sistem biologi yang dapat
Argentum atau perak adalah elemen kedua di kolom kesebelas dari tabel
elektron dan 47 proton dengan 60 neutron dalam isotop yang paling melimpah.
Dalam kondisi standar perak adalah logam lunak yang memiliki lapisan logam
mengkilap. Perak sangat elastis (yang berarti dapat ditarik ke kawat) dan lunak
tertinggi dari semua logam. Perak juga sangat reflektif. Perak sangat tidak reaktif.
3
Ini tidak akan bereaksi dengan udara atau air. Perak akan memudar ketika
Perak nitrat berwarna putih dan sangat mengkilap, penghantar listrik yang
baik (daya hantar listrik perak jauh lebih baik dibandingkan tembaga karena
hambatan jenis perak jauh lebih kecil dibandingkan tembaga. Akan tetapi,
tembaga lebih banyak digunakan sebab perak lebih mahal dari pada
tembaga), tahan korosi dan mudah ditempa, logam yang tidak reaktif dan
Bila larutan argentum ditambahkan HCl atau NaCl akan terbentuk endapan
1. Nomor atom : 47
4. Kekerasan : 2,5-7,5
4
9. Warna : Putih mengkilap (Petrucci. 1987).
dengan Cl- akan membentuk endapan putih (AgCl) dan jika direaksikan dengan
Argentum (Ag) atau perak atau metal berwarna putih. Ag didapat pada
industry antara lain industry alloy, keramik, gelas, fotografi, cermin dan vcat
terikat nitrat, Ag akan menjadi sangat korosif. Agryria sistematik dapat juga
Perak terjadi secara alami dalam beberapa bilangan oksidasi, paling umum
menjadi elemen perak (Ag+). Garam perak yang umumnya lebih beracun dari
garam tidak dapat larut. Perak memasuki tubuh hewan melalui inhalasi, gerakan
menelan, dan pada selaput lender dan kulit rusak. Perbedaan kemampuan
adalah besar. Hampir semua dari total asupan perak biasanya diekresikan dalam
tinja dengan cepat, kurang dari 1% dari total asupan perak diserap dan
5
larut. Pada mamalia, perak biasanya berinteraksi secara antginistis dengan
selenium, tembaga, dan vitamin E dalam lingkungan, perairan, perak ionic atau
perak bebas mengganggu dengan metabolism kalsium dalam kulit dan annelid
laut dan dengan serapan sodium dan klorida dalam insang ikan (Eisler,1996).
Ag atau perak merupakan salah satu bahan kimia yang memiliki efek korosif,
berbahaya dan bisa menyebabkan lukabakar pada setiap jaringan tubuh, bisa fatal
kebakaran apabila kontak dengan bahan lain. (Dirjen DIKTI, 2002), Ada
1. Inhalasi
Sangat merusak jaringan dari selaput lender dan saluran pernapasan bagian
tenggorokan, sesak nafas, sakit kepala mual dan muntah. Debu yang
2006).
2. Tertelan
dan perut. Dapat menyebabkan sakit tenggorokan, muntah, diare dan beracun.
Gejalanya mmeliputi nyeri dan selaput lender, tenggorokan, dan perut, air
6
3. Kontak kulit
2006).
4. Kontak Mata
Walaupun unsure perak itu sendiri tidak beracun, banyak senyawa garamnya
senyawanya yang dapat larut) diudara jangan sampai melebihi 0,01 g/m 3
perak dapat diserap dalam system sirkulasi tubuhdan hasil reduksi perak dapat
Penangan pertama jika terpapar oleh perak pada kulit dan segera basuk kulit
menghilangkan kontaminan pada pakaian dan sepatu dan mata sambil dikedip-
kedipkan segera pertolangan medis. Jika diudara bisa dihilangkan dengan udara
7
segar atau gunakan masker. Jika tidak bernapas, berikan pernapasan buatan, jika
sulit bernapas, dan berikan oksigen agar mendapatkan perhatian medis segera
RM/BM : NaCL/58,44
Kelarutan : Larut dalam 2,8 bagian air, dalam 2,7 bagian air
RM/BM : K2CrO4/194,2
8
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
RM/BM : AgNO3/169,87
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air ;larut dalam etanol (95%)P.
9
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat Praktikum
Gorontalo.
3.2 Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk melihat adanya kandungan Ag pada sampel air
sumur.
3.3 Metode
3.4 Prinsip
dan jika direaksikan dengan K2CrO4 akan membentuk endapan merah bata.
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu tabung
reaksi, pipet tetes sampel air sumur, NaCl, K2CrO4, dan AgNo3 Pemeriksaan Ag
3.6 Analitik
10
2. Tabung I dan tabung II diisi sampel air sumur 2ml
bata
11
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Sampel (negatif)
1.
A 2. Sampel A + K2CrO4 =
bata (negatif)
1. Sampel B + AgNO3+
2. Sampel B + AgNO3+
2. Sampel B
K2CrO4= Perubahan
bata
12
4.2 Pembahasan
Perak atau argentum (Ag) adalah metal berwarna putih dengan nomor atom
47. Perak merupakan salah satu logam transisi yang berwarna putih mengkilat
dan mudah menghantarkan arus listrik maupun panas serta tahan terhadap korosi.
Oleh karena itu, perak banyak digunakan sebagai bahan industri konduktor listrik
dan panas, fotografi serta sebagai perhiasan. Limbah yang mengandung perak
logam berat, juga merupakan logam beracun yang dapat menimbulkan gangguan
argentum ini tujuannya yaitu untuk mengetahui adanya perak atau argentum (Ag)
Pada praktikum ini, sampel A (air sumur)di masukkan kedalam tabung I dan
tabung II. Pada tabung I sampel di tambahkan dengan larutan NaCl 2-3 tetes.
Fungsi dari larutan NaCl ini yaitu sebagai pereaksi untuk mengetahui apakah
sampel tersebut mengandung perak atau argentum (Ag). Dan pada tabung II
sampel ditambahkan dengan larutan K2CrO4. Fungsi dari larutan K2CrO4 yaitu
penambahan larutan NaCl (Tabung I) dan larutan K2CrO4 (Tabung II) tidak
terjadi perubahan warna dan tidak adanya endapan yang terbentuk. Hal ini karena
Pada sampel B (larutan AgNO3) dimasukkan pada tabung I dan tabung tabung
II. Pada tabung I sampel di tambahkan dengan larutan NaCl 2-3 tetes, terjadi
13
perubahan warna dan terbentuk endapan putih. Hal ini karena ion Cl- dari NaCl
yang terdapat dalam larutan bereaksi dengan ion Ag+ yang ditambah sehingga
terbentuk endapan putih (AgCl). Dan pada tabung II di tambahkan dengan larutan
K2CrO42-3 tetes, terjadi perubahan warna dan terbentuk endapan merah bata
(AgCrO4). Hal ini menandakan bahwa ion CrO4- dari K2CrO4bereaksi dengan
Endapan terbentuk jika larutan menjadi terlalu jenuh dengan zat yang
dari larutan jenuh. Kelarutan bergantung pada berbagai kondisi seperti tekanan,
suhu, konsentrasi bahan-bahan lain dalam larutan itu dan pada komposisi
diantaranya adalah:
Endapan putih
Dampak kesehatan bila argentum (Ag) masuk ke dalam tubuh yaitu Ag akan
disebut argyria. Argyria dalah suatu kondisi yang ditandai perubahan warna kulit
normal menjadi abu-abu kebiruan sampai abu-abu gelap. Penyakit ini disebabkan
14
tubuh tidak dapat mengekskresikannya. Sebagai debu, senyawa Ag dapat
menjadi sangat korosif. Argyria sistemik dapat juga terjadi karena perak di
15
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan hasil yang
diperoleh pada pemeriksaan unsure Ag+ menggunakan dua sampel yakni sampel
air sumur dan sampel larutan AgNO3. Untuk sampel air sumur tidak terjadi
perubahan setelah ditambahkan pereaksi NaCl dan K2CrO4. Artinya sampel air
sumur tidak mengandung unsure Ag+. Sedang untuk sampel larutan AgNO3
terjadi perubahan adanya endapan putih dan merah batas etelah ditambahkan
pereaksi NaCl dan K2CrO4. Sebab larutan AgNO3 tersebut memang mengandung
unsur Ag+.
5.2 Saran
Saran yang dapat disampaikan pada praktikum kali ini ialah untuk praktikan
lagi yang diakibatkan oleh sampel itu sendiri, dan untuk memperhatikan
16
DAFTAR PUSTAKA
Darmono. 2009. Farmasi Forensik dan Toksikologi. Jakarta : UI-Press
Dirjen Pom. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Departemen kesehatan RI.
Petrucci, Ralph H. 1987. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Jilid 3. Jakarta :
Erlangga
Sugiyarto, Kristian H. 2003. Kimia Anorganik II. Kimia FMIPA UNY : Yogyakarta
Tim Supervisi Ditjen Dikti. 2002. Pelatih Manajemen Laboratorium. Dirjen Dikti :