Anda di halaman 1dari 7

ejournal keperawatan (e-Kp) Volume 1. Nomor 1.

Agustus 2013

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI NAPAS DALAM TERHADAP


PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI
SEDANG-BERAT DI RUANG IRINA C
BLU PROF. DR. R. D. KANDOU
MANADO

Elrita Tawaang
Mulyadi
Henry Pal andeng

Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran


Universitas Sam Ratulangi
Email : elrita_tawaang@yahoo.com

Abstract: Hypertension is a condition where a person experiences an increase in blood pressure


above normal in the long term. The therapy of diaphragmatic breathing Relaxation Technique is
very good for doing every day by people with high blood pressure, muscle relaxation that helps
the body especially the muscles that maintain the elasticity of blood vessels arteries. This study
aimed to determine the effect of a deep breath of relaxation techniques to decrease blood pressure
in patients with moderate-severe hypertension. The method of this research uses a pre-
experimental study with Non-Equivalent Control Group. Respondents were 30 people, consisting
of 15 experimental groups, 15 control groups, selected by purposive sampling technique. At first,
the blood pressure of the respondents was measured with a sphygmomanometer clock and adult
stethoscope and recorded. Deep breathing relaxation techniques taught to the experimental group
respondents for 15 minutes, and blood pressure were measured and recorded again. The control
group was given no treatment, only the initial blood pressure measurement and 15 minutes after
the initial blood pressure measurement. Analysis using the Wilcoxon Signed Rank Test (α
=0,05). Average result of reduction in systolic blood pressure and diastolic relaxation with
techniques of breathing in 165.77 mm Hg and the average diastolic blood pressure was 90.00
mmHg at day 1and at day 2was 149.33 mmHg and the mean-average decrease in diastolic blood
pressure was 84.00 mmHg. Conclusion breathing relaxation techniques can lower the blood
pressure in patients with moderate-severe hypertension.
Keywords: hypertension, deep breathing relaxation technique.

Abstark: Hipertensi adalah suatu keadaan di mana seseorang mengalami peningkatan tekanan
darah diatas normal dalam jangka waktu yang lama. Terapi relaksasi teknik pernapasan
diafragma ini sangat baik untuk di lakukan setiap hari oleh penderita tekanan darah tinggi, agar
membantu relaksasi otot tubuh terutama otot pembuluh darah sehingga mempertahankan
elastisitas pembuluh darah arteri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh teknik
relaksasi napas dalam terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi sedang-berat.
Metode penelitian menggunakan pra-eksperimen dengan Non-Equivalent Control Group.
Responden berjumlah 30 orang, terdiri dari 15 kelompok eksperimen, 15 kelompok kontrol,
dipilih menggunakan teknik purposive sampling. Mula-mula, tekanan darah responden diukur
dengan sphygmomanometer clock dan stetoskop dewasa lalu dicatat. Teknik relaksasi napas
dalam di ajarkan kepada responden kelompok eksperimen selama 15 menit, lalu tekanan darah di
ukur kembali dan dicatat. Kelompok kontrol tidak diberikan perlakuan, hanya pengukuran

1
ejournal keperawatan (e-Kp) Volume 1. Nomor 1. Agustus 2013

tekanan darah awal dan 15 menit setelah pengukuran tekanan darah awal. Analisa dengan
menggunakan uji Wilcoxon Signed Rank Test (α=0,05). Hasil rata-rata penurunan tekanan darah
sistolik dan diastolik melakukan teknik relaksasi napas dalam sebesar 165,77 mmHg dan rata-rata
penurunan tekanan darah diastolik sebesar 90,00 mmHg hari ke-1 dan hari ke-2 sebesar 149,33
mmHg dan rata-rata penurunan tekanan darah diastolik 84,00 mmHg. Kesimpulan teknik
relaksasi napas dalam dapat menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi sedang-berat.
Kata Kunci: hipertensi, teknik relaksasi napas dalam.

PENDAHULUAN Berdasarkan penelitian oleh Heru


Hipertensi adalah suatu keadaan di mana Suwardianto mengenai Pengaruh teknik
seseorang mengalami peningkatan tekanan relaksasi napas dalam terhadap perubahan
darah diatas normal dalam jangka waktu tekanan darah pada penderita hipertensi pada
yang lama. Jika di ukur dengan tensi meter bulan juli 2011, terbukti teknik relaksasi
hasil pengukuran tekanan darahnya napas dalam dapat menurunkan tekanan
menunjukan 140/80mmHg (Sunanto, 2009). darah pada penderita hipertensi
Dr Margaret Chan, Direktur Jendral (Suwardianto, 2011).
World Health Organization, mengatakan Pernapasan diafragma sampai saat ini
bahwa Setiap tahun, tekanan darah tinggi menjadi metode relaksasi yang mudah dalam
menyumbang kepada kematian hampir 9,4 pelaksanaanya. Terapi relaksasi teknik
juta orang (Susanto, 2013). Penyakit pernapasan diafragma ini sangat baik untuk
hipertensi menjadi penyebab kematian di di lakukan setiap hari oleh penderita tekanan
seluruh dunia, yaitu sekitar 13% dari total darah tinggi, agar membantu relaksasi otot
kematian (Murti, Ismonah dan Wulandari, tubuh terutama otot pembuluh darah
2011). sehingga mempertahankan elastisitas
Menurut Depkes pada tahun 2006 pembuluh darah arteri (Heryanto, 2004).
hipertensi menempati urutan kedua penyakit Di Rumah Sakit Prof. Kandou
yang sering diderita oleh pasien rawat jalan Manado, pasien hipertensi di Ruangan Irina
di Indonesia (Murti, Ismonah dan C tercatat 100 pasien untuk setiap bulannya
Wulandari, 2011). yang di rawat inap.75 % pasien yang di
Diperkirakan bahwa penduduk di rawat inap di Ruangan Irina C mengalami
Indonesia berusia di atas 20 tahun dan hipertensi sedang-berat. Teknik relaksasi
terserang penyakit hipertensi adalah 1,8- merupakan salah satu intervensi dalam
2,86%. Berdasarakan data hasil survei asuhan keperawatan, namun saat calon
tersebut dapat diketahui bahwa Indonesia peneliti menjalani praktik di Ruangan Irina
prevalensi hipertensi menjadi masalah C, teknik relaksasi napas dalam masih jarang
kesehatan nasional cukup tinggi dilakukan untuk pasien hipertensi sedang-
(Dalimartha, 2008). berat.
Hipertensi mengakibatkan kerugian Berdasarkan latar belakang di atas,
yang berlebihan, mengakibatkan otot jantung maka penulis tertarik untuk melakukan
membengkak, lalu melemah, dan penelitian berhubungan dengan pengaruh
mengalami kegagalan untuk memompa teknik relaksasi nafas dalam terhadap
secara efektif, bila naiknya tekanan darah tekanan darah pada penderita hipertensi
berlangsung secara mendadak, maka dinding sedang- berat di Ruangan Irina C BLU.
pembuluh darah bisa pecah ( Sitorus, 2005). RSUP. Prof. Dr. R. D. Kandou Manado.

2
ejournal keperawatan (e-Kp) Volume 1. Nomor 1. Agustus 2013

METODE PENELITIAN HASIL dan PEMBAHASAN


Desain penelitian yang di gunakan Analisa Univari at
dalam penelitian ini ialah desain penelitian Karakteristik responden berdasarka n
Quasi-eksperimen dengan rancangan Non- Umur, Jenis kelamin, Pekerjaan.
Equivalent Control Group. Pada desain Tabel 1 Karakteristik Responden
penelitian ini dilakukan observasi pertama Berdasarkan Umur, jenis kelamin, pekerjaan
(pretest) pada kelompok perlakuan dan Pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok
kelompok kontrol. Kemudian kelompok Kontrol di Irina C RSUP. Prof. Dr. R.D.
yang mendapatkan perlakuan diikuti dengan Kandou. Manado 2013
pengukuran kedua (post-test), dan hasil Res pon den
Karakteristik N % N %
pengukuran ini akan dibandingkan dengan Ek spe rimen Kont rol
hasil pengukuran pada kelompok Umur
21 – 40 T ahun 1 6,7 4 26,7
pembanding (kontrol) yang tidak menerima 40 – 60 T ahun 8 53,3 7 46,7
perlakuan. 60 T ahun 6 40,0 4 26,7
Keatas
Populasi ialah seluruh pasien Total 15 100 15 100
hipertensi sedang-berat di Ruangan Irina C Jenis Kelamin
Laki-Laki 9 60,0 9 60,0
BLU. RSUP. Prof. Dr. R. D. Kandou. Perempuan 6 40,0 6 40,0
Manado. Sampel yang di pakai dalam Total
Pekerjaan
15 100 15 100

penelitian ini adalah sebesar 15 untuk PNS 1 6,7 - -


kelompok ekperimen dan 15 untuk Pegawai Swasta 4 26,7 6 40,0
Petani - - 2 13,3
kelompok kontrol. 15 subjek pada setiap Buruh/T ukang 1 6,7 - -
kelompok dianggap minimum untuk riset Lainnya 9 60,0 7 46,7
Total 15 100 15 100
eksperimental (Dempsey, 2002 ). Teknik
pengambilan sampel dalam penelitian ini Sumber : Data Primer 2013
menggunakan teknik Purposive Sampling. Umur
Sampel dalam penelitian ini meliputi Untuk umur 20-60 tahun keatas pada
subjek yang memenuhi kriteria inklusi dan kelompok eksperimen dan kelompok
eksklusi. Penelitian ini di laksanakan di kontrol. Hasil yang di peroleh dalam
Ruangan Irina C BLU. RSUP. Prof. Dr. R. penelitian ini adalah umur 40-60 tahun
D. Kandou. Manado, di laksanakan pada keatas (53,3%) dan (46,7%) pada kelompok
tanggal 14 -21 Juni tahun 2013. eksperimen dan kelompok kontrol menderita
Pengumpulan data dalam penelitian ini hipertensi sedang-berat.
menggunakan Data primer dan data Menurut Palmer & Williams (2007),
sekunder. Penelitian dilaksanakan melalui tekanan darah secara alami akan meningkat
tahap: Prosedur pengumpulan seiring bertambahnya usia. Menurut laporan
Administratif, prosedur kelompok Rahajeng&Tuminah (2009) dari pusat
eksperimen, prosedur kelompok kontrol. penelitian Biomedis dan farmasi
Instrument penelitian yang mengatakan bahwa proporsi kelompok usia
digunakan adalah lembar observasi, 45-54 tahun dan lebih tua selalu lebih tinggi
sphygnomano-meter clock dan stetoskop pada kelompok hipertensi dari pada non-
untuk dewasa. Pengolaan data melalui tahap, hipertensi. Menurut Kumar, Abbas&Fausto
Editing, Coding, Entry. Analisa data (2005), setelah umur 45 tahun dinding arteri
menggunakan Univariat dan Bivariat. akan mengalami penebalan karena
Etika penelitian : Informed Consent, penumpukan kolagen pada lapisan otot
Anonimity, confidentially. sehingga pembuluh darah akan berangsur-
angsur menyempit dan menjadi kaku.

3
ejournal keperawatan (e-Kp) Volume 1. Nomor 1. Agustus 2013

Jenis Kel ami n dalam sebesar 8 responden (53,3%) yang


Dari penelitian ini diperoleh data memiliki tekanan darah sistolik 160 mmHg
penderita hipertensi sedang-berat 60% dan 14 responden (93,3%) yang diastoliknya
berjenis kelamin laki-laki. Penelitian ini 100 mmHg. Sedangkan pada hari ke dua, 7
sama dengan penelitian oleh responden (46,7%) yang memiliki tekanan
Rahajeng&Tuminah (2009) yang darah sistolik 150 mmHg dan 7 responden
melaporkan bahwa di Indonesia proporsi (46,7%) yang diastoliknya 90 mmHg.
laki-laki pada kelompok hipertensi lebih Keadaan hipertensi pada kelompok
tinggi dibanding kelompok non-hipertensi eksperimen mungkin disebabkan oleh faktor
dan laki-laki secara bermakna beresiko jenis kelamin yang diketahui bahwa 60%
hipertensi 1,25 kali dari pada perempuan. penderita hipertensi kelompok eksperimen
Hal ini sesuai dengan pernyataan berjenis kelamin laki-laki, dimana menurut
Smeltzer&Bare (2001) bahwa laki-laki lebih Rahajeng&Tuminah (2009) yang
beresiko menderita hipertensi dibanding melaporkan bahwa di Indonesia proporsi
perempuan. Tekanan darah pada wanita laki-laki pada kelompok hipertensi lebih
akan meningkat secara signifikan setelah tinggi. Dan usia penderita hipertensi
menopause. kelompok eksperimen diketahui bahwa lebih
Peke rjaan dari berusia 40-60 tahun (53,3%).
Data penelitian ini pada kelompok Rahajeng&Tuminah juga mengatakan
eksperimen 9 responden (60,00%) yang bahwa proporsi kelompok usia 45-54 tahun
bekerja dan pada kelompok kontrol ada 7 dan lebih tua selalu lebih tinggi pada
responden (46,7%) yang bekerja, sehingga kelompok hipertensi dari pada non-
yenag bekerja lebih banyak yang menderita hipertensi.
hipertensi. Hal ini disebabkan tingkat stres Tekanan Darah Pre-Test Kelompok
pada individu yang bekerja lebih tinggi. Kontrol, tekanan darah awal pada kelompok
Asumsi ini didukung oleh Wolff (2006) kontrol, sebesar 13 (86,7%) dan 11 (73,3%)
yang menyatakan bahwa stres dapat terjadi responden yang memiliki tekanan darah
karena konflik tentang peran dalam berbagi sistolik 160 mmHg, dan diastolik 100
situasi hidup antara lain pernikahan dan mmHg. Untuk hari ke-2, 9 (60,0%) dan 8
pekerjaan. Stres dapat mempengaruhi respon (53,3%) responden yang tekanan darah
pembuluh darah terhadap rangsangan sistolikknya 150 mmHg dan diastoliknya 90
vasokontriksi. mmHg. Nilai tekanan darah pada kelompok
Individu dengan hipertensi sangat kontrol berbeda untuk hari ke-1 dan 2,
sensitif terhadap norepinefrin, meskipun kemungkinan disebabkan oleh faktor-faktor
tidak diketahui dengan jelas mengapa hal penyebab hipertensi yang terjadi berbeda
tersebut bisa terjadi. Pada saat bersamaan pada setiap penderita hipertensi. Keadaan
dimana sistem saraf simpatis merangsang pada penderita hipertensi kelompok kontrol
pembuluh darah sebagai respon rangsang mungkin disebabkan oleh faktor jenis
emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, kelamin yang diketahui bahwa 60%
mengakibatkan tambahan akti vitas penderita hipertensi kelompok kontrol
vasokontriksi (Smeltzer&Bare, 2001). berjenis kelamin laki-laki. Tekanan darah
Tekanan Darah yang meningkat dapat mengalami gangguan
Tekanan Darah Pre-Test Kelompok yang menetap karena adanya kompensasi
Eksperimen, tekanan darah sistolik dan dari curah jantung dalam proses homeostasis
diastolik pada kelompok eksperimen untuk mempertahankan keseimbangan
sebelum diberikan teknik relaksasi napas sistem. Keadaan hipertensi masih dapat

4
ejournal keperawatan (e-Kp) Volume 1. Nomor 1. Agustus 2013

diperbaiki kondisinya dengan penderita hipertensi sedang-berat kelompok


penatalaksanaan nonfarmakologis dan eksperimen.
mengubah perilaku hidup yang lebih sehat.
Tekanan Darah Post-Test Kelompok Analisa Bivariat
Eksperimen, tekanan darah sistolik Post-
Menggunakan Uji Wilcoxon untuk
Test kelompok eksperimen, untuk hari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
pertama dan hari ke dua sebesar 8 responden
(53,3%) yang memiliki tekanan darah Tabel 2 Statistik Deskriptif Berdasarka n
sistolik 150 mmHg, kemudian untuk tekanan Tekanan Darah Pre-Tes-Post Test Untuk
darah diastolik hari pertama ada 12 Kelompok Eksperimen dan Kelompok
responden (80,00%) yang tekanan darah 90 Kontrol Di Irina C RSUP. Prof. Dr. R. D.
mmHg. Dan hari ke dua 7 responden Kandou. Manado 2013
(46,7%) yang diastoliknya 80-90 mmHg.
Terjadi penurunan nilai tekanan darah Variabel Mean SD P N
Value
sistolik dan diastolik. Keadaan responden Tekanan Darah Sistolik Pre-Test 170,00 13, 09 15
penderita hipertensi setelah dilakukan teknik Kelompok Eskperimen Hari Ke-1
Tekanan Darah Diastolik Pre-Test 101,33 5,16
relaksasi napas dalam yaitu suatu keadaan Kelompok Eksperimen Hari Ke-1
0,00
relaksasi yang optimal melalui pengontrolan Tekanan Darah Sistolik Post-Test 165,77 11, 62
Kelompok Eksperimen Hari Ke-1
pernafasan selama 15 menit. Tekanan Darah Diastolik Post-Tes
Kelompok Eksperimenhari Ke-1
90,00 6,54

Tekanan Darah Post-Test Kelompok Tekanan Darah Sistolik Pre-Test 156,60 7,23 0,02
Kontrol, tekanan darah setelah 15 menit Kelompok Eksperimen Hari Ke-2
Tekanan Darah Diastolik Pre-Test 90,00 7,55 0,07
pengukuran tekanan darah awal pada Kelompok Eksperimen Hari Ke-2
15
Tekanan Darah Sistolik Post-Test 149,33 7,03 0,02
kelompok kontrol adalah 13 (86,7%) dan 11 Kelompok Eksperimen Hari Ke-2
(73,3%) responden yang memiliki tekanan Tekanan Darah Diastolik Post-Test
Kelompok Eksperimen Hari Ke-2
84,00 6,32 0,07

darah sistolik 160 mmHg, dan diastolik 100 Tekanan Darah Sistolik Pre-Test 162,00 5,60
Kelompok Kontrol Hari Ke-1
mmHg. Untuk hari ke-2, 9 (60,0%) dan 8 Tekanan Darah Diastolik Pre-Test 96,00 7,36
(53,3%) responden yang tekanan darah Kelompok Kontrol Hari Ke-1
1,00 15
Tekanan Darah Sistolik Post-Test 162,00 5,60
sistolikknya 150 mmHg dan diastoliknya 90 Kelompok Kontrol Hari Ke-1
Tekanan Darah Diastolik Post Test 96,00 7,36
mmHg. Keadaan hipertensi masih dapat Kelompok Kontrol Hari Ke-1
diperbaiki kondisinya dengan Tekanan Darah Sistolik Pre-Test 154,67 6,39
penatalaksanaan nonfarmakologis dan Kelompok Kontrol Hari Ke-2
Tekanan Darah Diastolik Pre-Test 92,00 6,76
mengubah perilaku hidup yang lebih sehat. Kelompok Kontrol Hari Ke-2 154,67 6,39
1,00
Tekanan Darah Sistolik Post-Test 15
Pengaruh Teknik Relaksasi Napas Kelompok Kontrol Hari Ke-2
Tekanan Darah Diastolik Post-Test 92,00 6,76
Dalam Terhadap Tekanan Darah Pada Kelompok Kontrol Hari Ke-2
Kelompok Eksperimen, berdasarkan hasil Sumber : Data Primer 2013
penelitian ini menyatakan ada penurunan Pengaruh Teknik Relaksasi Napas Dalam
tekanan darah yang signifikan sesudah Terhadap Tekanan Darah Pada Kelompok
dilakukan teknik relaksasi napas dalam pada Eksperimen, berdasarkan hasil penelitian ini
penderita hipertensi sedang-berat kelompok menyatakan ada penurunan tekanan darah
eksperimen, nilai sistolik mengalami yang signifikan sesudah dilakukan teknik
penurunan sebesar 165,77mmHg / 90,00 relaksasi napas dalam pada penderita
mmHg untuk hari ke-1, sedangkan hari ke-2 hipertensi sedang-berat kelompok
terjadi penurunan sebesar 149,33 mmHg / eksperimen, nilai sistolik mengalami
84,00 mmHg. Ini membuktikan bahwa penurunan sebesar 165,77mmHg / 90,00
teknik relaksasi napas dalam terbukti efektif mmHg untuk hari ke-1, sedangkan hari ke-2
dalam menurunkan tekanan darah pada terjadi penurunan sebesar 149,33 mmHg /

5
ejournal keperawatan (e-Kp) Volume 1. Nomor 1. Agustus 2013

84,00 mmHg. Ini membuktikan bahwa menyatakan ada perbedaan tekanan darah
teknik relaksasi napas dalam terbukti efektif yang signifikan antara tekanan darah Pre-
dalam menurunkan tekanan darah pada Test dan Post-Test pada kelompok
penderita hipertensi sedang-berat kelompok eksperimen dan kelompok kontrol di
eksperimen. ruangan Irina C BLU RSUP Prof. Dr. R. D.
Juga terdapat pengaruh pada tekanan Kandou Manado. Perbedaan dapat dilihat
darah kelompok eksperimen, dengan pada mean tekanan darah sistolik dan
melakukan teknik relaksasi napas dalam, diastolik Pre-Test hari ke-1 pada kelompok
nilai P. Value 0,000 dimana (< α=0,05), eksperimen yaitu, nilai mean 170,00 mmHg
sedangkan pada kelompok kontrol P.Value / 101,33 mmHg,hari ke-2 156,60 mmHg /
1,000 dimana (>=α 0,05) tidak ada 90,00 mmHg. Setelah Post-Test nilai mean
pengaruh. Maka dapat disimpulkan bahwa hari ke-1 165,77 mmHg / 90,00 mmHg, hari
ada pengaruh teknik relaksasi napas dalam ke-2 nilai mean 149,33 mmHg / 84,00
terhadap penurunan tekanan darah hipertensi mmHg. Sedangkan pada kelompok kontrol,
sedang-berat di Ruangan Irina C hari ke-1 nilai mean Pre-Test sebesar 162,00
BLU.RSUP. Prof. Dr. R.D. Kandou. mmHg / 96,00 mmHg, hari ke-2 154,67
Manado. Penelitian ini juga didukung oleh mmHg / 92,00 mmHg. Setelah Post-Test
Heryanto (2004) yang mengatakan bahwa nilai mean hari ke-1 sebesar 162,00 mmHg /
Terapi relaksasi teknik pernapasan 96,00 mmHg, hari ke-2 154,67 mmHg /
diafragma ini sangat baik untuk dilakukan 92,00 mmHg. Pada kelompok eksperimen
setiap hari oleh penderita tekanan darah, terjadi penurunan tekanan darah, baik pada
agar membantu relaksasi otot tubuh hari ke-1 dan hari ke-2, sedangkan pada
terutama otot pembuluh darah sehingga kelompok kontrol tidak terjadi penurunan
dapat mempertahankan elastisitas pembuluh tekanan darah, baik pada hari ke-1 dan ke-2.
darah arteri. Hasil penelitian ini senada dengan penelitian
Menurut Evelyn (2011), Tekanan sebelumnya yang di lakukan oleh Heru
darah sistolik dihasilkan oleh otot jantung Suwardianto yang menyatakan ada pengaruh
yang mendorong isi ventrikel masuk teknik relaksasi napas dalam menurunkan
kedalam arteri yang telah teregang. Selama tekanan darah, sedangkan pada kelompok
diastolik arteri masih tetap menggembung kontrol tidak terjadi penurunan tekanan
karena tahanan perifer dari arteriole-arteriole darah pada pasien hipertensi Di Puskesmas
menghalangi semua darah mengalir kedalam Wilayah Selatan Kota Kediri tahun 2011.
jaringan.Demikianlah maka tekanan darah
sebagian tergantung kepada kekuatan dan SIMPULAN
volume dalam dinding arteriole. Kontraksi Simpulan yang dapat ditarik dalam
ini dipertahankan oleh saraf vasokontriktor, penelitian ini ialah ada pengaruh teknik
dan dikendalikan oleh pusat vasomotorik relaksasi napas dalam terhadap penurunan
dalam media oblongata.Tekanan darah tekanan darah pada pasien hipertensi
mengalami sedikit perubahan bersamaan sedang-berat di Ruangan Irina C BLU.
bersamaan dengan perubahan-perubahan RSUP. Prof. Dr.R.D. Kandou. Manado.
gerak yang fisiologik, seperti sewaktu
latihan jasmani, waktu adanya perubahan
mental karena kecemasan dan emosi.
Perbedaan Tekanan Darah Pre-Test
dan Post-Test pada Kelompok Eksperimen
dan Kelompok Kontrol, hasil penelitian

6
ejournal keperawatan (e-Kp) Volume 1. Nomor 1. Agustus 2013

DAFTAR PUSTAKA Brunner&Suddarth, Alih bahasa


Ardiansyah, M. (2012), Medikal Bedah Agung
Untuk Mahasiswa. Jogjakarta: DIVA Waluyo, (edisi 8, Vol. 2). Jakarta: EGC.
Press Susanto, H. (2013). Hipertensi Penyebab
Dalimartha, (2008).Care Your Self, Krisis Kesehatan.
Hipertensi. Jakarta :Penebar Plus. http://www.sukamampir.com/who-
Dempsey, P dan Dempsey, A(2008),Riset hipertensi-penyebab-krisiskesehatan-
Keperawatan Buku Ajar Dan Latihan. global Diakses 15 Mei, pukul 22.04
Jakarta:EGC. Sunanto, H. (2009), 100 Resep Sembuhkan
Evelyn. Pearce, (2011), Buku Anatomi dan Hipertensi, Asam Urat, Dan Obesitas.
Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta : Jakarta: Elex Media Komputindo.
Gramedia Suwardianto. H, (2011) STIKES RS. Baptis
Heryanto, (2004).National Safety Kediri. Pengaruh Terapi Relaksasi
Council.Manajemen Stress, Jakarta: Napas Dalam Terhadap Penderita
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hipertensi Di Puskesmas Wilayah
Kumar, V., Abbas, A.K., Fausto, N. (2005). Selatan Kota Kediri.
Hypertensive vascular disease. puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.php/s
Philadelphia: Elsevier Saunders. tikes/article/download/.../18257
Murti, Ismonah, dan Wulandari, (2011). Diakses 5 Mei 2013,pukul 01.00 Wita.
Stikes Telogorejo Semarang. Wolff, H.P. (2006). Hipertensi : Cara
Perbedaaan Tekanan Darah Pada Mendeteksi Dan Mencegah Tekanan Darah
Pasien Hipertensi esensial sebelum Tinggi Sejak Dini. Alih bahasa
dan sesudah pemberian relaksasi oto Lily Endang Joeliani. Jakarta: Bhuana
progresif di RSUD. Ilmu Populer.
Tugurejo.Semarang.
http://ejournal.stikestelogorejo.ac.id/in
dex.php/ilmukeperawatan/article/view/
78. Diakses tanggal 04 Mei 2013,
pukul 00.15 wita di akses tanggal 5Mei
2013, pukul 01.00 Wita.
Palmer. A., Wiliam, B. (2007). Tekanan
darah tinggi. Alih bahasa dr. Elizabeth
Yasmine. Jakarta : Erlangga
Rahajeng, E. & Tuminah, S. (2009).
Prevalensi hipertensi dan
determinannya di Indonesia. Majalah
Kedokteran Indonesia (Vol. 59,
No.12).
Riyanto, A. (2011) Metodologi Penelitian
Kesehatan. Yogyakarta: NOHA
MEDIKA.
Sitorus, R. (2005), Gejala Penyakit Dan
Pencegahannya. Bandung :Yrama
Widya.
Smeltzer, S.C., Bare, B.G. (2001). Buku ajar
keperawatan medikal bedah

Anda mungkin juga menyukai