Anda di halaman 1dari 46

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan Laporan Praktikum
“Overhaul Engine Toyota Dina ryno” ini. Penyusunan laporan ini bertujuan untuk
melengkapi tugas matakuliah Overhaul Motor Diesel pada semester IV di Program Studi
Perawatan dan perbaikan mesin Jurusan Teknik Mesin PDD.Politeknik Negeri Paser.

Dalam penyusunan laporan praktikum ini, penulis menyadari sepenuhnya apa bila tanpa
bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak tidak akan dapat terselessaikan dengan
baik.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu saran dan kritik
penulis harapkan dari pembaca agar laporan ini menjadi lebih baik. Demikian, semoga
Laporan Praktikum Overhaul Engine Toyota Dina ryno ini dapat bermanfaat.

Paser, Maret,2018

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTA.. i

DAFTAR ISI. ii

BAB I. 1

PENDAHULUAN.. 1

1. Latar belakang. 1
2. Tujuan. 1
3. Manfaat. 1

BAB II. 3

LANDASAN TEORI. 3

1. Sejarah motor diesel3


2. Prinsip kerja motor diesel3
3. Langkah kerja motor diesel5
4. Jenis-jenis mesin diesel6
5. Nama komponen dan cara kerja pada mesin diesel7

BAB III. 24

DISASSEMBLY DAN ASSEMBLY MOTOR DIESEL 4 JB 1. 24

1. DATA SPESIFIKASI MOTOR.. 24


2. ALAT DAN BAHAN.. 24
3. K-3. 25
4. PEMBONGKARAN.. 26
5. PEMERIKSAAN DAN PENGUKURAN.. 27
6. PERAKITAN.. 44

7. TEMUAN KASUS. 45

BAB IV.. 46

KESIMPULAN DAN SARAN.. 46

1. Kesimpulan. 46
2. Saran. 46

LAMPIRAN.. 48

1. Job sheet. 48
2. Dokumentasi49
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang

Pada Motor Diesel salah satu system terpenting adalah system aliran Bahan Bakar. Sistem
bahan bakar adalah proses mengalirnya bahan bakar dari dalam tangki hingga masuk ke
dalam system. Oleh karena itu perlunya pemahaman tentang jalur aliran bahan bakar tersebut
dan cara kerja dari komponen yang ada. Pada Sistem bahan bakar juga terdapat beberapa
komponen-komponen penting yang menunjang kelancaran aliran bahan bakar. Apabila
terdapat masalah pada sistemnya maka dapat mengganggu kerja dari mesin, maka penting
juga untuk dapat menganalisis, memperbaiki dan melakukan pengujian terhadap proses kerja
dari masing-masing komponen sistem bahan bakar motor diesel tadi.

B. Tujuan

Setelah melaksanakan praktikum, mahasiswa diharapkan dapat :

1. Melakukan overhoul engine sesuai dengan prosedur.


2. Melakukan pemeriksaan, mengidentifikasi gangguan dan menyimpulkan hasil
pengukuran dari keadaan komponen engine.
3. Merakit dan menghidupkan kembali engine sesuai dengan prosedur.
4. Memahami prinsip kerja komponen-komponen engine.
5. Menerapkan pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja dalam praktek.

C. Manfaat

Di dalam kegiatan praktek motor diesel manfaat yang bisa kami dapatkan adalah sebagai
berikut:

1. Dapat mengetahui tentang system kerja bahan bakar motor diesel.


2. Dapat Mengetahui perbedaan motor diesel dengan motor bensin.
3. Mengetahui dan memahami nama nama komponen pada motor diesel
4. Mengetahui dan memahami tentang cara kerja pada motor diesel
5. Mengetahui dan memahami fungsi dari komponen komponen motor diesel
BAB II

LANDASAN TEORI

1. Sejarah motor diesel

Mesin diesel adalah sejenis mesin pembakaran dalam; lebih spesifik lagi, sebuah mesin
pemicu kompresi, dimana bahan bakar dinyalakan oleh suhu tinggi gas yang dikompresi, dan
bukan oleh alat berenergi lain (seperti busi).

Gambar Rudolf Diesel

Mesin ini ditemukan pada tahun 1892 oleh Rudolf Diesel, yang menerima paten pada 23
Februari 1893. Diesel menginginkan sebuah mesin untuk dapat digunakan dengan berbagai
macam bahan bakar termasuk debu batu bara. Dia mempertunjukkannya pada Exposition
Universelle (Pameran Dunia) tahun 1900 dengan menggunakan minyak kacang (lihat
biodiesel). Kemudian diperbaiki dan disempurnakan oleh Charles F. Kettering.

2. Prinsip kerja motor diesel

Motor diesel dikategorikan dalam motor bakar torak dan mesin pembakaran dalam (internal
combustion engine) Prinsip kerja motor diesel adalah merubah energi kimia menjadi energi
mekanis. Energi kimia di dapatkan melalui proses reaksi kimia (pembakaran) dari bahan
bakar (solar) dan oksidiser (udara) di dalam silinder (ruang bakar). Pembakaran pada mesin
Diesel terjadi karena kenaikan temperatur campuran udara dan bahan bakar akibat kompresi
torak hingga mencapai temperatur nyala.

Pada motor diesel ruang bakarnya bisa terdiri dari satu atau lebih tergantung pada
penggunaannya dan dalam satu silinder dapat terdiri dari satu atau dua torak/. Pada umumnya
dalam satu silinder motor diesel hanya memiliki satu torak.

Tekanan gas hasil pembakaran bahan bakan dan udara akan mendorong torak yang
dihubungkan dengan poros engkol menggunakan batang torak, sehingga torak dapat bergerak
bolak-balik (reciprocating). Gerak bolak-balik torak akan diubah menjadi gerak rotasi oleh
poros engkol (crank shaft).Dan sebaliknya gerak rotasi poros engkol juga diubah menjadi
gerak bolak-balik torak pada langkah kompresi.

Berdasarkan cara menganalisa sistim kerjanya, motor diesel dibedakan menjadi dua, yaitu
motor diesel yang menggunakan sistim airless injection (solid injection) yang dianalisa
dengan siklus dual dan motor diesel yang menggunakan sistim air injection yang dianalisa
dengan siklus diesel (sedangkan motor bensin dianalisa dengan siklus otto).
3. Langkah kerja motor diesel

Berikut urutan langkah kerja dari mesin diesel:

1. Periode pemasukan = 18` = 180` = 48` = 246`

2. Pemampatan (Kompresi ) = Semua katup trtutup

3. Expansi = Semua katup tertutup

4. Pembuangan = 46` = 180` = 18` = 246`

1. Langkah Masuk

Pada saat langah pemasukan, piston bergerak dari TMA ke TMB. Dengan bergeraknya piston
maka akan menghisap udara luar. Adapun katup yang membuka adalah katup masuk dan
katup buang tertutup.

2. Langkah Kompresi

Setelah piston mengadakan atau pemasukan maka piston akan bergerak dari TMB ke TMA,
gerakan ini dimaksudkan agar udara yang ada di ruang bakar segera dikompresikan atau
dipampatkan. Adapun katup masuk dan katup buang dalam keadaan tertutut dengan demikian
udara tidak akan keluar.

3. Langkah Tenaga atau Pembakaran

Pada saat langkah kompresi maka langkah piston TMA bahan bakar yang berada dalam nozel
disemprotkan dalam ruang bakar berupa kabut , maka dengan sendirinya akan terjadi
pembakaran. Dari proses ini lah akan terdorong piston dari TMA ke TMB sedang katup
masuk dan buang masih dalam keadaan tertutup.

4. Langkah Buang

Setelah langkah terakhir maka piston akan bergerak dari TMB ke TMA, dengan gerakan
piston ini maka akan mendorong gas hasil pembkaran pada saat langkah tenaga, pada saat ini
katup buang membuka sedang katup masuk akan tertutup.

5. Waktu Injeksi

Injeksi dimulai pada saat piston dalam keadaan 62` sebelum TMA dan langkah diakhiri 18`
sesudah TMA. Diantara 60` sebelum TMA dan sesudah TMA digunakan injector untuk
injeksi kan bahan bakar didalam ruang bakar itu sendiri.
4. Jenis-jenis mesin diesel

1. Mesin diesel Silinder satu garis.

jenis mesin diesel Ini merupakan pengeturan yang paling sederhana, dengan semua silinder
sejajar, satu garis (inline) seperti dalam gambar 1-2 . Konstruksi ini biasa digunakan untuk
mesin diesel yang mempunyai silinder sampai delapan. Mesin diesel satu baris biasanya
mempunyai silinder vertikal. Tetapi mesin diese ldengan silinder horisontal digunakan untuk
bus. Mesin diesel seperti ini pada dasarnya adalah mesin vertikal yang direbahkan pada
sisinya untuk mengurangi beratnya.

2. Mesin diesel Pengaturan –V

Kalau jenis mesin diesel mempunyai lebih dari delapan silinder, sulit untuk membuat poros
engkol dan rangka yang tegar dengan pengaturan satu garis. Pengaturan –V (gambar 1-3 a)
dengan dua batang engkol yang dipasangkan pada pena engkol masing-masing,
memungkinkan panjang mesin dipotong setengahnya jhingga lebih tegar, dengan poros
engkol lebih kaku. Iini merupakan pengaturan yang paling umum untuk mesin diesel dengan
derlapan sampai enambelas silinder. Silinder yang terletak pada satu bidang disebut sebuah
bank; sudut a antara dua bank bervariasidari 30 sampai 120 derajat, sudut yang paling umum
adalah antara 40 dan 70 derajat.

3. Mesin diesel Radial

jenis mesin diesel radial Mempunyai silinder yang semuanya terletakpada satu bidang dengan
garis tengahnya berada pada sudut yang sama dan hanya ada satu engkol untuk tempat
memasangkan semua batang engkol. Mesin jenis mesin diesel ini dibangun dengan lima,
tujuh, sembilan dan sebelas silinder.

4. Mesin diesel Datar.

Pengaturan jenis mesin diesel semacam ini digunakan untuk bus dan truk.

5. Unit Mesin diesel Jamak.

Berat tiap daya kuda, yang disebut berat mesin diesel spesifik, makin besar dengan makin
bertambahnya ukuran mesin diesel , lubang dan langkah mesin diesel. Untuk mendapatkan
mesin dengan keluaran daya sangat tinggi tanpa menambah berat spesifiknya, maka dua dan
empat mesin lengkap, yang memiliki enam atau delapan silinder masing-masing
dikombinasikan dalam satu kesatuan dengan menghubungkan tiap mesin diesel kepada poros
penggerak utama s (gb1- 4a dan b) dengan bantuan kopling dan rantai rol atau kopling dan
roda gigi.

6. Mesin diesel torak berlawanan

Mesin diesel derngan dua torak tiap silinder yang menggerakkan doa poros engkol
digunakan dalam kapal dan ketreta rel. Disainya menunjukan banyak keuntungan dari
pembakaran bahan bakar, menyeimbangkan masa ulak-alik, pemeliharaan mesin dan mudah
dicapai.
5. Nama komponen dan cara kerja pada mesin diesel

1. Fuel Tank

Tangki bahan bakar (fuel tank) berfungsi untuk menyimpan bahan bakar, terbuat dari plat
baja tipis yang bagian dalamnya dilapisi anti karat. Dalam tangki bahan bakar terdapat fuel
sender gauge yang berfungsi untuk menunjukkan jumlah bahan bakar yang ada dalam tangki
dan juga separator yang berfungsi sebagai damper bila kendaraan berjalan atau berhenti
secara tiba-tiba atau bila berjalan di jalan yang tidak rata. Fuel inlet ditempatkan 2-3 mm dari
bagian dasar tangki, ini dimaksudkan untuk mencegah ikut t

Bagian – bagian fuel tank

1. tutup tanki

tutup tanki ini di lengkapi dengan lubang pernapasan yang berfungsi untuk mencegah
kevakuman dan tekanan yang berlebihan di dalam tanki, pada lobang pengisian biasanya
dilengkapi strainer yang berfungsi menyaring kotoran yang terbawa oleh bahan bakar.

2. drain valve

adalah lubang untuk menguras tanki atau untuk mengeluarkan kotoran/ air yang mengendap
pada tanki.

3. Stand pipe

Adalah pipa hisap transfer pump yang ujungnya diletakkan kurang lebih 5m di atas dasar
tanki agar endapan kotoran/air tidak masuk ke dalam sistem.

4. Buffle

Adalah penyekat yang berfungsi untuk menjaga permukaan bahan bakar pada stand pipe
selalu stanby pada saat mesin beroperasi pada nedan yang bergelombang.

2. Water Separator

Adalah komponen yang berfungsi menyaring partikel kotoran yang kasar/air agar tidak ikut
terbawa bahan bakar ke dalam sistem, dengan tujuan melindungi Transfer Pump dari partikel
kasar/melindungi komponen dari kemungkinan karat.

Elemen filter ini terbuat dari strainer/kawat- kawat halus yang bisa di bersihkan, sedangkan
untuk water separatornya digunakan hanya untuk sekali pakai.

Gambar water separator


Pompa Injeksi ( Fuel Injection Pump )

Adalah suatu komponen yang berfungsi untuk mendistribusikan bahan bakar dengan tekanan
tinggi kedalam masing- masing silinder melalui injektor sesuai jumlah yang di butuhkan dan
waktu yang tepat serta urutan pembakaran . pompa injeksi masih dibedakan lagi menjadi dua
model, yaitu:

a. Pompa injeksi tipe inline

Pompa injeksi inline banyak digunakan pada mesin diesel yang bertenaga besar karena
pompa injeksi mempunyai kelebihan yaitu tiap satu pompa melayani satu silinder, elemen
pompa yang terdiri dari satu silinder dan plunger keduanya sangat presisi sehingga celah
antara plunger dengan silinder sekitar 1/1000 mm, ketelitian ini sangat baik untuk mencegah
terjadinya kebocoran saat injeksi walaupun pada putaran rendah, sebuah alur diagonal yang
disebut alur pengontrol adalah bagian dari plunger yang di potong pada bagian atas. Alur ini
berhubungan dengan bagian atas plunger oleh sebuah lubang

Gambar pompa injeksi inline

Elemen Pompa Injeksi Inline ( Injection Pump Element )

a) Plunger

Jenis Plunger menurut tpenya digolongkan atas :

1. Jenis tipe normal

2. Jenis tipe Counter

Kedua tipe plunger ini sama pekerjaannya hanya berbeda caranya.

Silinder mempunyai 2 buah lubang :

1. Lubang pintu pemasukan ( Inlet port )

2. Lubang pintu simpangan/ pembocoran ( Spill Port )

b) Rack/Sleeve

Adalah komponen yang fungsinya menentukan jumlah konsumsi fuel yang akan diinjeksikan
ke dalam silinder, sesuai dengan gerakan:

 Rack : bergerak ke kanan dan ke kiri untuk menentukan posisi plunger saat dilakukan
perubahan konsumsi fuel yang akan diinjeksikan
 Sleeve : Bergerak naik dan turun untuk menentukan posisi plunger saat
diperlukan perubahan konsumsi fuel yang akan diinjeksikan
B. pompa injeksi tipe Rotary

Pompa injeksi rotary dirancang menggunakan plunger tipe tunggal untuk mengatur
banyaknya bahan bakar yang di injeksikan dengan tepat dan pemberian bahan bakar ke setiap
silinder mesin sesuai dengan urutan penginjeksiannya. Kelebihan pompa injeksi rotary
sendiri antara lain yaitu:

a. Kompak dan ringan karena hanya 4,5 kg dan komponennya hanya sedikit jumlahnya

b. Mampu digunakan untuk mesin diesel putaran tinggi

c. Seragam dalam jumlah penginjeksian bahan bakar

d. Mudah dalam menghidupkan mesin & memiliki putaran idle yang stabil

e. Mudah dalam penyetelan jumlah bahan bakar yang di injeksikan

f. Dilengkapi dengan solenoid penghenti bahan bakar

g. Konstruksinya dirancang sedemikian rupa sehingga jika terjadi mesin berputar balik
pompa tidak akan memberikan bahan bakar ke silinder

3. Solenoid

Dalam menghentikan semua jenis motor diesel diperlukan suatu metode penghentian
penyaluran bahan bakar pada injektor, yang berarti akan menghentikan motor. Pada
kebanyakan motor diesel kendaraan kecil hal tersebut dilakukan dengan cara menggunakan
sebuah selenoid listrik yang dikontrol oleh saklar pengapian dan jika selenoid pada posisi
bekerja maka tidak ada aliran bahan bakar yang masuk ke plunger pump sehingga tidak ada
bahan bakar yang diinjeksikan.

Cara kerja

Pada saat kunci kontak on, arus mengalir kekumparan solenoid, medan magnet yang
ditimbulkan menarik inti besi kedalam kumparan, katup membuka, dengan demikian solar
mengalir masuk keruang tekanan tinggi ® mesin siap dihidupkan.

Pada saat kunci off, medan magnet hilang, pegas mendorong inti besi keluar ® katup
menutup.bahan bakar, solar terhenti, Ü motor mati.

Delivery valve

Delivery valve adalah katup yang berfungsi memberikan tekanan tinggi bahan bakar ke
injector melalui pipa tekanan tinggi dan mencegah aliran balik bahan bakar dari pipa
bertekanan tinggi ke barrel. Bahan bakar yang terkompresikan oleh tekanan tinggi oleh
plunger mendorong delivery valve ke atas dan bahan bakar menyembur keluar. Segera
setelah bahan bakar terkompresikan dengan sempurna, delivery valve akan kembali ke posisi
semula karena dorongan dari valve spring untuk menutup lubang bahan bakar (fuel Passage),
dengan demikian dapat mencegah kembalinya bahan bakar

Delivery valve bergerak turun sampai permukaan valve seat ditahan dengan kuat. Selama
langkah ini bahan bakar ditarik kembali ke injection pipe, seketika itu juga menurunkan
residual pressure antara delivery valve dan nozzle. Penarikan tersebut memperbaiki akhir
peninjeksian dan sekaligus mencegah menetesnya bahan bakar setelah penginjeksian.

Mechanic pengatur Kecepatan ( Mechanical Governor )

Fungsi Governor adalah :

1. Mengatur putaran engine agar konstan

2. Merubah putaran engine sesuai dengan power yang dinginkan

3. Mengatur respon engine

Fungsi dari governor adalah mengatur secara otomatis pemberian bahan bakar sesuai dengan
beban mesin. Mnurut mekanismenya governor dapat dibagi menjadi 2 yaitu jenis pneumatic
dan sentrifugal dan menurut fungsinya dapat dibedakan antara jenis kecepatan dan jenis
semua kecepatan. Jumlah bahan bakar yang disemprotkan diatur menurut posisi control rack
yang diatur oleh governor

Seperti yang ditunjukan pada gambar, governor terdapat dua ruangan yang dibatasi
diafragma, Ruang A dihubungan oleh selang venture yang menghadap ke saringan udara dan
ruangan B dihubungkan ke Intake manifold atau venturi tambahan. Salah satu ujung
diafragma berkaitan dengan Control rack dan selalu ditahan oleh pegas utama ke arah
penyemprotan yang banyak. Bila mesin sudah bekerja diafragma bergerak akibat perbedaan
tekanan pada saringan udara dan venture tambahan dan pengontrolan bahan bakar diperoleh
dari keseimbangan antara diafragma dan pegas utama

Bagian-Bagian dari Governor :

 Drive Gear

Adalah komponen yang dapat mendeteksi/mengetahui putaran engine

 Flyweight

Adalah komponen yang berfungsi merubah gaya putar engine menjadi gaya translasi

 Governor Spring

Adalah spring yang berfungsi membalance atau mengimbangi gaya translasi flyweight
sehingga didapatkan posisi posisi tertentu yang stabil sesuai dengan putaran engine

 Lever
Adalah bagian yang di yang dihubungkan secara mekanis dengan pedal throttle untuk
mengatur speed ( menambah/mengurangi ) putaran/power engine

 Output Linkage

Adalah bagian yang dihubungkan dengan mekanisme perubahan jumlah konsumsi fuel pada
injection pump

Governor yang terpasang pada pompa injeksi digunakan untuk mengatur kecepatan mesin.
Kecepatan mesin ini sebanding dengan mengalirnya bahan bakar ke dalam silinder ruang
bakar

Pada governor mekanik, pengaturan injeksi bahan bakarnya sesuai dengan kerja governor
yang bekerja berdasarkan gaya sentrifugal. Plunger dari pompa injeksi berputar oleh gerakan
dari batang gerigi pengatur bahan bakar ( Control Rod ), dengan demikian mengatur jumlah
bahan bakar yang diinjeksikan ke dalam silinder.

Control Rod dihubungkan ke governor melalui floating lever. Bila putaran mesin naik, batang
gerigi pengatur bahan bakar bergerak mengurangi jumlah bahan bakar yang di injeksikan.
Bila putaran mesin turun, batang gerigi pengatur bahan bakar ( Control Rod ) bergerak
menambah bahan bakar yang di injeksikan. Dengan demikian governor adalah suatu
mekanisme untuk lever ratio dari floating lever.

Jika mesin berputar idling, gaya sentrifugal dari bobot Flyweight adalah kecil. Jika gaya
sentrifugal ini tidak cukup besar untuk mengatasi tahanan dari batang gerigi pengatur bahan
bakar ( control Rod ) mesin dapat mati.

Cara Kerja Governor Sentrifugal Jenis RQ

a). Posisi start

Batang pengatur ditekan lebih dari maksimum (posisi start), Plunyer diputar maksimum,
langkah efektif paling besar . Dengan demikian volume penyemprotan menjadi paling
banyak. Bobot sentrifugal membuka karena pedal gas pada posisi maksimum.

b). Posisi putaran idle

Setelah mesin hidup pedal gas dilepas, batang pengatur kembali ke posisi putaran idle.
Plunyer diputar sedikit, volume penyemprotan juga sedikit. Bobot sentrifugal membuka
tergantung pada putaran mesin. Putaran mesin naik, bobot sentrifugal membuka dan volume
injeksi diperkecil. Putaran mesin turun, bobot sentrifugal menutup dan volume injeksi
diperbesar.

c). Posisi putaran menengah

Pada putaran menengah posisi batang pengatur hanya ditentukan oleh sopir. Pedal gas sedikit
ditekan, putaran mesin naik diatas putaran idle, bobot sentrifugal membuka bebas dari pegas
pengatur putaran idle dan terletak pada pegas putaran maksimum. Dengan demikian pada
posisi putaran menengah governor tidak bekerja.
d). Pembatasan putaran maksimum

Batang pengatur pada posisi maksimum, putaran mesin juga maksimum. Bobot sentrifugal
membuka sesuai dengan putaran maksimum. Apabila putaran mesin lebih tinggi dari putaran
maksimum, bobot sentrifugal membuka penuh maka batang pengatur tertarik ke arah stop
sedikit dengan demikian governor dapat membatasi putaran maksimum.

e). Pegas pengatur governor jenis RQ

Pada governor jenis RQ pegas pengatur dipasang menjadi satu dengan bobot sentrifugal
Pegas pengatur terdiri dari 3 buah pegas yang berfungsi untuk mengatur putaran idle dan
putaran maks. Pada putaran idle, pengaturan dilakukan oleh pegas bagian luar (pegas idle).
Bobot sentrifugal membuka tergantung dari putaran idle dan dapat membuka tergantung dari
putaran idle dan dapat membuka maksimum = 6 mm

Pada pembatasan putaran maksimum, diatur oleh semua peges pengatur bobot sentrifugal
membuka maksimum = 5 mm dari posisi gambar B ( lihat gambar)

B. Governor Sentrifugal Jenis RSV

Governor sentrifugal jenis RSV adalah satu governor yang dapat meregulasi setiap putaran
mesin (putaran idle sampai putaran maksimum). Huruf V (verstell) berarti
penyetel/pemindah.Pada governor sentrifugal jenis RSV hanya terdapat satu pegas tarik
sebagai pengatur yang terpasang diluar bobot sentrifugal.

1. Cara kerja governor sentrifugal jenis RSV

a. Posisi start

Pada saat mesin belum hidup, batang pengatur selalu pada posisi start karena tarikan dari
pegas start.Dengan demikian mesin dapat lebih mudah dihidupkan walaupun tuas penyetel
pada posisi idle.

b. Posisi idle

Tuas penyetel pada posisi putaran idle. Pegas pengatur tertarik sedikit bobot sentrifugal
membuka tergantung putaran idle dan kekuatan pegas pengatur. Putaran mesin naik, bobot
sentrifugal membuka, volume injeksi diperkecil. Putaran mesin turun, bobot sentrifugal
menutup volume injeksi diperbesarSupaya putaran idle dapat stabil, maka untuk meregulasi
putaran dipasang pegas tambahan untuk putaran idle.

c. Regulasi pada putaran menengah

Tuas penyetel pada posisi putaran menengah, pegas pengatur tertarik kuat, batang pengatur
bergerak kearah maksimum, bobot sentrifugal masih sedikit terbuka. Dengan demikian
volume injeksi menjadi besar / banyak, putaran mesin naik. Bobot sentrifugal membuka.
Apabila gaya sentrifugal lebih besar dari kekuatan pegas. Dengan demikian pengatur tertarik
kearah volume injeksi yang kecil / sedikit sampai terjadi keseimbangan antara gaya
sentrifugal dengan kekuatan pegas pengatur.
d. Posisi putaran maksimum dan pembatasan

Tuas penyetel pada posisi maksimum pegas pengatur tertarik penuh. Volume injeksi banyak
putaran mesin tinggi dan bobot sentrifugal membuka. Putaran maksimum dapat tercapai
apabila gaya sentrifugal sebanding dengan kekuatan pegas pengatur.
Putaran mesin bertambah naik bobot sentrifugal membuka tambah kuat batang pengatur
tertarik kearah stop / sedikit.

4. Injektor

Adalah komponen yang bertugas untuk mengkabutkan bahan bakar ke dalam ruang silinder
sesuai waktu yang di yang tepat agar terjadi pembakaran yang sempurna.

Gambar injektor

Pembukaan injector ada berbagai macam cara antara lain menggunakan tekanan bahan bakar
solar yang tinggi, menggunakan solenoid, dan menggunakan cam. Tetapi yang banyak
digunakan pada motor diesel pada umumnya menggunakan tekanan solar yang tinggi karena
lebih sederhana dan lebih mudah.

Cara kerja injector:

Bahan bakar dari pompa tekanan tinggi masuk ke injector, karena penampung injector
berbebtuk kerucut sehingga ada tekanan ke atas dari bahan bakar untuk melawan tekanan dari
pegas, bila pegasnya kalah maka bahan bakar akan menyembur lewat celah yang ada dan
berupa kabut karena tekanannya tinggi. Ini berlangsung selama tekanan bahan bakar melebihi
tekanan pegas.

Pompa Pengalir

Pompa pengalir kerja tunggal

a) Langkah antara

Cara kerja :

Penumbuk rol ditekan kebawah oleh eksentrik, volume dibawah torak menjadi kecil, katup
tekan membuka Solar mengalir keruang diatas torak karena, volume diatas torak menjadi
lebih besar Pada langkah ini tidak terjadi pengisapan dan penekanan solar

b) Langkah isap dan tekan

Cara kerja :
Eksentrik tidak menekan penumbuk rol, torak ditekan keatas oleh pegas, Volume dibawah
torak menjadi besar katup hisap membuka Solar dihisap dari tangki lewat saringan kasa,
volume diatas torak menjadi lebih kecil, katup tekan menutup, solar ditekan kesaringan halus

Pompa pengalir kerja ganda

a) Langkah melawan pegas

Cara kerja :

Penumbuk rol ditekan oleh eksentrik Volume dibawah torak menjadi lebih kecil, solar
mengalir keluar melalui KT1 volume diatas torak menjadi lebih besar Solar mengalir melalui
KI2 kedalam ruang atas torak.

b) Langkah pengembali

Cara kerja :

Torak bergerak keatas karena tekanan pegas, volume diatas torak menjadi lebih kecil, solar
mengalir keluar melalui KT2 volume dibawah torak menjadi lebih besar, solar mengalir dari
tangki melalui KI1 keruang dibawah torak Pompa ini digunakan untuk motor Diesel besar

Pompa pengalir sistem membran

Cara kerja :

Tuas ditekan oleh eksentrik. Membran turun kebawah, Volume diatas membran menjadi
besar, katup hisap membuka, solar masuk keruang diatas membran

Langkah tekan

Cara kerja :

Membran bergerak keatas karena tekanan pegas volume diatas membran menjadi kecil, katup
tekan akan membuka, solar ditekan keluar melalui katup tekan

5. Turbocharger

Motor Bakar Dengan Turbocharger

Sebuah motor 4 langkah dikatakan turbocharger apabila tekanan isapnya lebih tinggi daripada
tekanan atmosfer sekitarnya. Hal ini diperoleh dengan jalan memaksa udara atmosfer masuk
ke dalam silinder selamalangkah isap, dengan pompa udara yang disebut turbocharger.

Turbocharger memanfaatkan energy yang terkandung dalam gas buang untuk menggerakkan
kompresor sehingga lebih efektif menaikkan mean effective pressure (mep) dibandingkan
dengan metode supercharger, tanpa perlu menaikkan kecepatan mesin, jumlah maupun
langkah silinder, maupun kecepatan rata-rata piston.
Tekanan efektif rata-rata (mep) mesin diesel menggunakan turbocharger mencapai sekitar
160 – 230 psi dengan penambahan daya sekitar 75% – 100 % dibandingkan mesin diesel
tanpa turbocharger. Persyaratan utama turbocharger terletak pada ketahanan dinding silinder
dalam menerima gaya tekan yang meningkat dalam silinder. Dan perbandingan berat dan
daya yang dulunya 10 : 1 sekarang dapat mencapai 6 : 1.

Untuk mencapai daya output optimum maka efisiensi volumetris dan laju pembilasan gas
bekas harus ditingkatkan. Untuk mencapai keadaan ini maka kompresi rasio harus dikurangi
sedikit dan perubahan katup overlap. Secara keseluruhan, semua turbocharger memiliki tiga
sistem dasar yaitu turbin, kompressor dan assembling bantalan.

Perbedan-perbedaan yang ada adalah pada variasi peningkatan tekanan dan debit udara yang
dimasukkan dalam ruang silinder. Rumah turbin, desain roda turbin dan konstruksi yang
berbentuk volute ataupun nozzle sangat menentukan kecepatan aliran gas yang akan
menggerakkan poros kompressor. Ketika mesin mulai digerakkan maka gas buang akan
memasuki rumah turbin yang berbentuk volute dengan variasi ruang yang semakin kecil

dengan kecepatan yang sangat tinggi. Kecepatan gas yang sangat tinggi ini akan digunakan
untuk memutar turbin, yang kemudian keluar melalui pipa buang ke atmosfir.

Akibat perputaran turbin maka compressor juga akan ikut berputar dan menyebabkan
terjadinya tekanan vakum pada sisi hisap compressor. Akibatnya tekanan atmosfer akan
memaksa udara ke dalam saluran hisap compressor pada kecepatan relative tinggi. Udara ini
kemudia memasuki diffuser dan mengalami penekanan lagi pada rumah compressor dan

dikeluarkan melalui sisi tekan ke ruang silinder.

Cara pengoperasian turbocharger

1. Turbocharger dua tingkat

Jenis ini digunakan untuk meningkatkan batas torsi mesin dan tekanan efektif rata-rata (mep).
Beberapa jenis mesin V dan inline menggunakan dua atau empat turbocharger dan aftercooler
(masing-masing satu untuk pipa manifold buang).

Cara kerja:

Udara mengalir dari saringan udara ke rumah kompressor tingkat pertama (low pressure
turbocharger), kemudian keluar dari kompressor tingkat pertama dan masuk kompressor
tingkat kedua. Setelah udara ditekan pada kompressor tingkat dua maka udara keluar
melewati aftercooler menuju pipa hisap silinder. Pada keadaan ini temperatur udara

dikurangi sampai 223°F (1060° C) dan tekanan berkisar 204,5 kpa.

Gas buang hasil pembakaran memasuki pipa manifold tipe pulsa yang kemudian memasuki
rumah turbin tingkat dua. Gas buang kemudian meninggalkan turbin tingkat dua dan
memasuki turbin tingkat pertama yang akan menggerakkan roda turbin dengan sisa-sisa
energi yang terkandung dalam gas buang. Kemudian gas ini dibuang melalui pipa saluran
buang ke atmosfer. Dengan metode ini diperkirakan diperoleh daya tambahan sebesar 75 HP
dan torsinya meningkat sampai putaran 700 rpm.
2. Turbocharger majemuk

Berdasarkan uji coba eksperimental, maka dengan metode ini efisiensi total mesin diesel
dapat mencapai 46,5%. Sistem yang mencakup roda turbin dan porosnya dihubungkan ke
sebuah kopling fluida. Kemudian turbin ini dihubungkan dengan roda gigi reduksi dan poros
outputnya dihubungkan dengan crankshaft.

Cara kerja:

Gas buang menggerakkan roda turbin yang selanjutnya akan menggerakkan kopling fluida
yang akan menyebabkan turbin ikut berputar. Perputaran turbin akan menggerakkan ruda gigi
reduksi yang akan membantu pergerakan crankshaft. Gas buang yang meninggalkan

rumah turbin diarahkan ke turbocharger yang akan menggerakkan turbin dan kompressor
didalamnya. Akibat pergerakan kompressor maka udara atmosfer akan ditarik ke dalam
kompressor dan ditekan melalui aftercooler masuk ke dalam ruang silinder sehingga suhunya
senantiasa konstan

1. Komponen Utama Turbocharger

1. Turbin

Roda turbin yang memulai proses keseluruhan kompresi udara ke silinder, turbin
turbocharger dapat dibuat dari aluminium atau keramik, dewasa ini penggunaan keramik
lebih diutamakan karena ringan dan tahan panas, semakin ringan turbin akan menghasilkan
putaran yang lebih cepat dan mencegah turbo lag. Turbo lag adalah jeda saat mesin tidak
merespon tekanan udara yang dihasilkan turbocharger, biasanya terjadi saat mesin masih
pada putaran rendah.

Roda turbin dapat berputar antara 80.000 – 150.000 rpm, untuk itu diperlukan pelimasan
yang sangat baik untuk mencegah kerusakan pada turbin. Turbin dihubungkan dengan batang
turbin (turbine shaft). Bantalan dan sambungan yang sesuai antara turbin dan batang turbin
sangat dibutuhkan karena mereka bekerja pada putaran yang sangat tinggi.

2. Kompressor

Saat kompressor berputar, menghisap udara sekitar ke dalam air inlet yang letaknya
berlawanan dengan turbin untuk mendapatkan udara dingin. Kompressor meningkatkan
tekanan udara 6 – 8 psi. Pada tekanan permukaan laut, kepadatan udara 14,7 psi. Sehingga
kompressor dapat meningkat hingga 50%.

1. Komponen Pundukung Turbocharger

1. Blow off valve

Blow off valve merupakan komponen yang dapat mencegah kebocoran tekanan udara (boost)
terlalu awal saat meningkatkan tekanan udara yang biasanya terjadi saat pergantian roda gigi
transmisi. Banyak faktor untuk menggunakan blow off valve bergantung pada dimana blow
off valve tersebut dipasang, kapasitas dan ukuran turbocharger dan daya mesin yang
dihasilkan pada tiap kendaraan.
2. Wastegates

Salah satu komponen penting dari turbocharger penyetelan turbocharger untuk mendapatkan
hasil yang maksimal perlu diperhatikanpenggunaan wastegates yang sesuai. Penggunaan
wastegates dengan kapasitas terlalu kecil mengakibatkan kenaikan tekanan udara (boost)
berlangsung lambat dan penggunaan wastegates dengan kapasitas terlalu besar dapat
meningkatkan boost lag dan menurunkan performamesin. Wastegates dapat disetel sesuai
dengan kemampuan turbocharger.

3. Relief Valve

Relief valve dapat digunakan sebagai komponen pengaman tekanan udara ganda (secondary
boost safety device). Dengan menyetel baut dapat mengontrol titik pembuangan tekanan
udara (dari 0,8 kg/mm2 hingga 2,0 kg/mm2). Melindungi intake manifold dan mesin dari
tekanan udara tiba-tiba dan overboosting.

4. Tachometer

menampilkan putaran mesin per menit sebagai indikator untuk pengemudi. Dengan
memperhatikan kecepatan putaran mesin, pengemudi dapat segera mematikan mesin saat
mesin bekerja berlebihan. Tachometer juga dapat meyakinkan bahwa turbocharger dan mesin

bekerja dengan selaras.

5. Boost Gauge

Menunjukkan besarnya tekanan udara yang dihasilkan turbocharger dalam psi atau bar.
Selama turbocharger dan mesin bekerja bersama-sama, besarnya tekanan udara yang masuk
ke dalam mesin sangat perlu diperhatikan, besarnya harus selalu tetap dalam kapasitas yang
di ijinkan (jangan sampai melebihi batas spesifikasi atau overboost).

6. Turbo Timer

Turbin turbocharger berputar hingga 150.000 rpm, untuk itudibutuhkan pelumasan yang
sangat baik pada shaft turbin turbocharger. Jika mesin dengan turbocharger tiba-tiba
dimatikan maka turbin tidak dapat berhenti berputar dengan seketika karena gaya sentrifugal
yang dihasilkan. Jika mesin berhenti berputar, berhenti juga sulpai oli pada poros turbin, apa
jadinya jika turbin yang masih berputar 150.000 rpm bekerja tanpa pelumas. Untuk mencegah
hal tersebut maka bagi pemilik kendaraan yang dilengkapi dengan turbo hendaknya
membiarkan mesin berputar stationer selama 30 detik sebelum mesin dimatikan agar
turbocharger tidak berputar terlalu cepat. Kebanyakan pemilik kendaran enggan untuk
menunggu selama 30 detik sebelum mesin dimatikan, untuk itulah dibuat turbo timer.
Gunanya untuk menyalakan mesin selama waktu yang ditentukan (30 – 60 detik) setelah
kunci kontak off untuk mencegah kerusakan akibat kurangnya pelumasan pada komponen
turbocharger.

1. Intercooler
Intercooler merupakan suatu alat yang berfungsi untuk melepas kalor. Intercooler biasanya
dipakai untuk mendinginkan udara keluaran dari supercharger atau turbocharger. Temperatur
udara keluaran turbocharger diatas 120°C, tergantung dari tekanan (boost) yang dihasilkan
maka dari itu temperatur udara yang sangat tinggi sudah pasti memiliki kerapatan yang
sangat rendah sehingga pembakaran yang terjadi didalam silinder kekurangan oksigen
sehingga menyebabkan kemampuan unjuk kerja motor menurun. Dari sinilah muncul
pemikiran untuk membuat kerapatan udara yang masuk kedalam silinder bertambah supaya
kandungan oksigennya kaya. Maka dari itu pada motor bakar yang dilengkapi sepercharger
atau turbocharger harus disertai dengan penambahan intercooler.

Ditinjau dari pendinginannya intercooler dibagi 2 macam yaitu intercooler berpendingin


udara (air to aor intercooler) dan intercooler berpendingin air (air to liquid intercooler)

a) Intercooler berpendingin udara (air to air intercooler)

Pendinginan intercooler umumnya menggunakan udara bebas yang mengalir melalui fin-fin
intercooler akibat mobil berjalan. Ada juga yang berpendingin udara yang dihasilkan oleh
kipas pendingin yang dihembuskan ke permukaan intercooler sehingga angin tersebut
melewati fin-fin intercooler.

Ada juga yang pendinginannya dengan media udara dan cairan (semprot air), ada juga yang
cairan saja. Penurunan temperatur keluaran intercooler dengan pendinginan udara sekitar
15%-25%, dengan media udara dan semprotan air sekitar 20%-35%. Dan yang paling
extreme yang sering dilakukan pada mobil-mobil balap (Drag race) pendinginan intercooler
dengan menyemprotkan air dingin pada permukaan intercooler sehingga temperatur
keluarannya diharapkan sekitar 24-27°C (dari temperatur awal 120°C).

b) Intercooler berpendingin air (air to liquid intercooler)Intercooler dengan media


pendinginan cairan (air to liquid intercooler), cairan yang digunakan yaitu cairan pendingin
yang biasa dipakai untuk cairan pendingin radiator mobil (coolant). Karena cairan pendingin
mempunyai titik didih lebih tinggi dari pada titik didih air (diatas 100°C) sehingga lebih baik
untuk meredam panas. Prinsip kerjanya sederhana, cairan

pendingin disirkulasikan oleh pompa sehingga cairan pendingin bersirkulasi melalui pipa-
pipa pendingin yang sisi luarnya merupakan udara yang didinginkan.
BAB III
DISASSEMBLY DAN ASSEMBLY MOTOR DIESEL 4
JB 1
A. DATA SPESIFIKASI MOTOR

4 JB 1

Main specification :

1. Type : 4 cylinder, water cooled, OHV, direct injetion


2. Bore and stroke : 3.7 x 4.0 in. (93 mm x 102 mm)
3. Piston displacement : 169 cu. In. (2.8 liter
4. Compression ratio : 18.2 : 1
5. Dry weight : 524 lbs. (238 liter)
6. Dimensions L x W x H : 31.7 x 23.3 x 29.5 in. (805x590x750 mm)
7. Coolant capacity : 5.3 qts. (5.0 liter)
8. Lube oil capacity : 5.8 qts. (5.5 liter)
9. Engine rotation direction : counter clockwise from flywheel

Main features :

1. Altenator A.C : 12 V – 35 A
2. Voltage regulator : integral w / Alt
3. Starter : 12 V – 2.2 KW gear reduction
4. Exhaust outlet : Vertical-Up-Rear
5. Ait inlet : Vertical-Up-Rear
6. Flywheel housing : SAE #4
7. Flywheel : for 10” overcenter clutch 2 piece
8. Oil pan : centes sump-35’ inclination
9. Water outlet : Vertical
10. Fan : 15 in (380 mm) blower

B. ALAT DAN BAHAN

1. Alat
1. Tool box
2. Tool stan
3. Kunci L
4. Kunci momen
5. Snap joint plier
6. Valve spring compress
7. Ring expander
8. Piston expander
9. Alat ukur:
1). Vernier caliper

2). Micrometer

3). Feeler gauge

4). Straight edge

5). Dial indicator

6). Cylinder bore gauge

7). Spring tester

8). V block

1. Kape
2. Sikat baja
3. Kuas
4. Wadah
5. Majun

2. Bahan
1. Engine stan ISUZU 4 JA 1
2. Minyak pelumas (oli) 6,3 liter
3. Gasket cair
4. Bensin (untuk mencuci komponen)

3. K-3

a. Menggunakan Helm Praktik.

b. Menggunakan Safety Shoes.

c. Menggunakan Sarung Tangan Praktik.

d. Persiapkan tempat praktek yang bersih.

e. Persiapkan alat-alat dan bahan praktek.

f. Pakailah pakaian kerja atau jas lab.

g. Simpanlah alat-alat di tempat yang terjangkau dan aman.

h. Gunakanlah alat sesuai dengan fungsinya.

i. Hubungi instruktur apabila ada masalah.


j. Hindari kebiasaan bercanda ketika praktek berlangsung.

k. Hati-hati terhadap minyak pelumas.

l. Bersihkan kembali ruangan dan tempat kerja setelah praktek selesai

4. PEMBONGKARAN

Prosedur/ Urutan Kerja

1. Langkah 1

1). Water bypass hose

2). Thermostat housing

3). Cylinder head cover

4). Injection nozzle dan bracket

5). Rocker arm shaft dan rocker arm

6). Push rod

7). Cylinder head

8). Cylinder head gasket

1. Langkah 2

9). Crankshaft damper pulley

10). Timing gear case cover

11). Water pump

12). Idler gear “B” dan shaft

13). Idler gear “A”

14). Idler gear shaft

15). Crankshaft timing gear

16). Injection pump

1. Langkah 3
17). Flywheel

18). Crank case upper bearing

19). Oil pump with oil pipe

20). Camshaft timing gear lower bearing

21). Camshaft thrust plate

22). Camshaft

23). Timing gear case

24). Cylinder body rear plate

25). Piston cooling jet

26). Connecting rod bearingcap dengan lower bearing

27). Piston and connecting rod

28). Crankshaft bearing cap

29). Crankshaft thrust bearing

30). Crankshaft

31). Crankshaft upper bearing

32). Tappet

33). Crankshaft rear oil seal

34). Cylinder body

5. PEMERIKSAAN DAN PENGUKURAN

1) Pengukuran cylinder head

1. Ketinggian cylinder head

Alat ukur : vernier caliper

Ukuran standar : 91,95 mm – 92,05 mm

Hasil pengukuran : 92,02 mm


Kesimpulan : masih bagus

1. Kerataan permukaan bagian bawah

Alat ukur : straight edge, feeler gauge

Ukuran standar : 0,05 mm

Batas : 0.20 mm

Hasil pengukuran

1 0,20 mm
2 0,20 mm
3 0,03 mm
4 0,10 mm
5 0,15 mm
6 0,20 mm

Kesimpulan :

2) Pengukuran exhaust manifold

1. Penyimpangan permukaan exhaust manifold

Alat ukur : straight edge, feeler gauge

Ukuran standar : 0,05 mm

Batas : 0,20 mm

Hasil pengukuran : 0,06 mm

Kesimpulan : masih bagus

1. Penyimpangan permukaan dudukan exhaust manifold

Alat ukur : straight edge, feeler gauge

Ukuran standar : 0,05 mm

Batas : 0,20 mm

Maksimal gerinda yang diperbolehkan : 0,40 mm

Hasil pengukuran : 0,05 mm


Kesimpulan : masih bagus

3) Pengukuran katup

1. Diameter luar valve stem

Alat ukur : micrometer

Ukuran standar

1). Katup in : 7,946 mm – 7,961 mm

2). Katup ex: 7,921 mm – 7,936 mm

Batas

1). Katup in : 7,880 mm

2). Katup ex: 7,850 mm

 Cylinder 1

Hasil pengukuran

ü Katup in

1). 7,94 , 7,95 = 7,94 mm

2). 7,95 , 7,96 = 7,95 mm

3). 7,96 , 7,95 = 7,95 mm

Rata-rata : 7,95 mm

Kesimpulan : masih bagus

ü Katup ex

1). 7,95 , 7,93 = 7,94 mm

2). 7,92 , 7,93 = 7,92 mm

3). 7,80 , 7,83 = 7,81 mm

Rata-rata : 7,89 mm

Kesimpulan : masih bagus

 Cylinder 2
Hasil pengukuran

ü Katup in

1). 7,97 , 7,95 = 7,96 mm

2). 7,95 , 7,94 = 7,94 mm

3). 7,95 , 7,96 = 7,95 mm

Rata-rata : 7,95 mm

Kesimpulan : masih bagus

ü Katup ex

1). 7,92 , 7,92 = 7,92 mm

2). 7,92 , 7,92 = 7,92 mm

3). 7,91 , 7,93 = 7,92 mm

Rata-rata : 7,92 mm

Kesimpulan : masih bagus

 Cylinder 3

Hasil pengukuran

ü Katup in

1). 7,95 , 7,96 = 7,95 mm

2). 7,96 , 7,96 = 7,96 mm

3). 7,96 , 7,96 = 7,96 mm

Rata-rata : 7,95 mm

Kesimpulan : masih bagus

ü Katup ex

1). 7,95 , 7,94 = 7,94 mm

2). 7,94 , 7,95 = 7,94 mm

3). 7,95 , 7,94 = 7,94 mm


Rata-rata : 7,94 mm

Kesimpulan : masih bagus

 Cylinder 4

Hasil pengukuran

ü Katup in:

1). 7,94 , 7,94 = 7,94 mm

2). 7,94 , 7,94 = 7,94 mm

3). 7,99 , 7,94 = 7,96 mm

Rata-rata : 7,94 mm

Kesimpulan : masih bagus

ü Katup ex:

1). 7,92 , 7,92 = 7,92 mm

2). 7,91 , 7,91 = 7,91 mm

3). 7,93 , 7,91 = 7,92 mm

Rata-rata : 7,91 mm

Kesimpulan : masih bagus

1. Ketebalan valve

Alat ukur : vernier caliper

Ukuran standar : 1,8 mm

Batas : 1,5 mm

 Cylinder 1

Hasil pengukuran

üKatup in : 1,80 mm

üKatup ex : 1,75 mm

Kesimpulan : masih bagus


 Cylinder 2

Hasil pengukuran

üKatup in : 1,75 mm

üKatup ex : 1,80 mm

Kesimpulan :masih bagus

 Cylinder 3

Hasil pengukuran

üKatup in : 1,80 mm

üKatup ex : 1,80 mm

Kesimpulan : masih bagus

 Cylinder 4

Hasil pengukuran

üKatup in : 1,80 mm

üKatup ex : 1,75 mm

Kesimpulan : masih bagus

4) Pengukuran pegas katup

1. Pengukuran ketinggian valve spring

Alat ukur : vernier caliper

Ukuran standar : 49,7 mm

Batas : 48,2 mm

 Silinder 1

Hasil pengukuran

üKatup in : 49,35 mm

üKatup ex : 49,20 mm

Kesimpulan : masih bagus


 Silnder 2

Hasil pengukuran

üKatup in : 49,20 mm

üKatup ex : 49,40 mm

Kesimpulan : masih bagus

 Silinder 3

Hasil pengukuran

üKatup in : 49,35 mm

üKatup ex : 49,20 mm

Kesimpulan : masih bagus

 Silinder 4

Hasil pengukuran

üKatup in : 49,35 mm

üKatup ex : 49,30 mm

Kesimpulan : masih bagus

1. Pengukuran kelenturan katup ketika ditekan pada panjang 39 mm

Alat ukur : spring tester

Ukuran standar : 20,9 kg

Batas : 18,1 kg

 Silinder 1

Hasil pengukuran

üKatup in : 20 kg

üKatup ex : 20,5 kg

Kesimpulan : masih bagus

 Silnder 2
Hasil pengukuran

üKatup in : 19,5 kg

üKatup ex : 20 kg

Kesimpulan : masih bagus

 Silinder 3

Hasil pengukuran

üKatup in : 19,5 kg

üKatup ex : 19,5 kg

Kesimpulan : masih bagus

 Silinder 4

Hasil pengukuran

üKatup in : 20 kg

üKatup ex : 19,5 kg

Kesimpulan : masih bagus

5) Pengukuran cylinder body

1. Pengukuran kerataan cylinder body bagian atas

Alat ukur : straight edge, feeler gauge

Ukuran standar : 0,05 mm

Batas : 0,20 mm

Hasil pengukuran :

1). 0,06 mm

2). 0,06 mm

3). 0,06 mm

4). 0,07 mm

5). 0,06 mm
6), 0,06 mm

Rata-rata : 0,06 mm

Kesimpulan : masih bagus

1. Pengukuran diameter lubang silinder

Alat ukur : vernier caliper, cylinder bore gauge

Ukuran standar : 93 mm

Batas : 93,08 mm

 Silinder 1

Hasil pengukuran

1). Atas : 0,07 , 0,07 = 0,07 mm

2). Tengah : 0,05 , 0,08 = 0,06 mm

3). Bawah : 0,06 , 0,07 = 0,06 mm

Rata –rata : 0,06 mm

Kesimpulan : masih bagus

 Silnder 2

Hasil pengukuran

1). Atas : 0,05 , 0,05 = 0,05 mm

2). Tengah : 0,05 , 0,08 = 0,06 mm

3). Bawah : 0,06 , 0,07 = 0,06 mm

Rata –rata : 0,05 mm

Kesimpulan : masih bagus

 Silinder 3

Hasil pengukuran

1). Atas : 0,04 , 0,08 = 0,06 mm

2). Tengah : 0,04 , 0,08 = 0,06 mm


3). Bawah : 0,06 , 0,07 = 0,06 mm

Rata –rata : 0,06 mm

Kesimpulan : masih bagus

 Silinder 4

Hasil pengukuran

1). Atas : 0,03 , 0,06 = 0,04 mm

2). Tengah : 0,02 , 0,06 = 0,04 mm

3). Bawah : 0,04 , 0,06 = 0,05 mm

Rata –rata : 0,06 mm

Kesimpulan : masih bagus

6) Pengukuran piston

1. Pengukuran diameter piston

Alat ukur : micrometer

Ukuran standar : 92,995

 Piston cylinder 1

Hasil pengukuran : 92,59 mm

Kesimpulan : masih bagus

 Piston cylinder 2

Hasil pengukuran : 92,28 mm

Kesimpulan : masih bagus

 Piston cylinder 3

Hasil pengukuran : 92,58 mm

Kesimpulan : masih bagus

 Piston cylinder 4

Hasil pengukuran : 92,38 mm


Kesimpulan : masih bagus

Pengukurn diameter piston

No
Atas Tengah Bawah
Silinder
1 92 mm 92,32 mm 92,47 mm
2 92 mm 92,38 mm 92,40 mm
3 92,36 mm 92,30 mm 93,10 mm
4 92,43 mm 92,35 mm 92,38 mm

1. Pengukuran celah piston dan ring piston:

Alat ukur : feeler gauge

Ukuran standar :

1st : 0,09 mm – 0,125 mm

2nd : 0,05 mm – 0,085 mm

Ring oli : 0,03 mm – 0,07 mm

Batas : 1,5 mm

PISTON 1
1st Compression Ring 0,30 mm
2nd Compression Ring 0,13 mm
Oil Ring 0,03 mm

PISTON 2
1st Compression Ring 0,15 mm
2nd Compression Ring 0,03 mm
Oil Ring 0,03 mm

PISTON 3
1st Compression Ring 0,13 mm
2nd Compression Ring 0,10 mm
Oil Ring 0,03 mm
PISTON 4
1st Compression Ring 0,20 mm
2nd Compression Ring 0,10 mm
Oil Ring 0,03 mm

7) Pengukuran rocker arm dan rocker arm shaft

1. Pengukuran diameter dalam rocker arm

Alat ukur : vernier caliper

Ukuran standar : 19,01 mm – 19,03 mm

Batas : 19,1 mm

 Rocker arm 1

Hasil pengukuran:

1). 19,02 mm

2). 19,02 mm

Rata-rata: 19,02 mm

Kesimpulan: masih bagus

 Rocker arm 2

Hasil pengukuran:

1). 19,01 mm

2). 19,02 mm

Rata-rata: 19,015 mm

Kesimpulan: masih bagus

 Rocker arm 3

Hasil pengukuran:

1). 19,02 mm
2). 19,02 mm

Rata-rata: 19,02 mm

Kesimpulan: masih bagus

 Rocker arm 4

Hasil pengukuran:

1). 19,02 mm

2). 19,02 mm

Rata-rata: 19,02 mm

Kesimpulan: masih bagus

 Rocker arm 4

Hasil pengukuran:

1). 19,01 mm

2). 19,02 mm

Rata-rata: 19,015 mm

Kesimpulan: masih bagus

 Rocker arm 5

Hasil pengukuran:

1). 19,02 mm

2). 19,02 mm

Rata-rata: 19,02 mm

Kesimpulan: masih bagus

 Rocker arm 6

Hasil pengukuran:

1). 19,02 mm

2). 19,02 mm
Rata-rata: 19,02 mm

Kesimpulan: masih bagus

 Rocker arm 7

Hasil pengukuran:

1). 19,03 mm

2). 19,02 mm

Rata-rata: 19,025 mm

Kesimpulan: masih bagus

 Rocker arm 8

Hasil pengukuran:

1). 19,02 mm

2). 19,02 mm

Rata-rata: 19,02 mm

Kesimpulan: masih bagus

1. Pengukuran run out rocker ram shaft

Alat ukur : V block dan dial indicator

Batas : 0,3 mm

Hasil pengukuran : 0 (tidak ada)

Kesimpulan : masih bagus

1. Pengukuran diameter luar rocker arm shaft

Alat ukur : micrometer

Ukuran standar : 18,98 mm – 19 mm

Batas : 18,90 mm

Hasil pengukuran : 18,97 mm

Kesimpulan : masih bagus


8) Pengukuran camshaft

1. Pengukuran diameter journal

Alat ukur : micrometer

Ukuran standar : 49,945 mm – 49,975 mm

Batas : 49,60 mm

 Jurnal 1

Hasil pengukuran:

1). 49,97 mm

2). 49,96 mm

Rata-rata: 49,965 mm

Kesimpulan: masih bagus

 Jurnal 2

Hasil pengukuran:

1). 49,95 mm

2). 49,95 mm

Rata-rata: 49,95 mm

Kesimpulan: masih bagus

 Jurnal 3

Hasil pengukuran:

1). 49,93 mm

2). 49,94 mm

Rata-rata: 49,935 mm

Kesimpulan: masih bagus

1. Pengukuran tinggi cam

Alat ukur : micrometer


Ukuran standar : 42,016 mm

Batas : 41,65 mm

 Cam 1

Hasil pengukuran: 41,90 mm

Kesimpulan: masih bagus

 Cam 2

Hasil pengukuran: 41,96 mm

Kesimpulan: masih bagus

 Cam 3

Hasil pengukuran: 41,93 mm

Kesimpulan: masih bagus

 Cam 4

Hasil pengukuran: 41,99 mm

Kesimpulan: masih bagus

 Cam 5

Hasil pengukuran: 41,88 mm

Kesimpulan: masih bagus

 Cam 6

Hasil pengukuran: 41,91 mm

Kesimpulan: masih bagus

 Cam 7

Hasil pengukuran: 41,95 mm

Kesimpulan: masih bagus

 Cam 8

Hasil pengukuran: 41,87 mm


Kesimpulan: masih bagus

1. Pengukuran run out

Alat ukur : V blocks dan dial indicator

Ukuran standar : 0,02 mm

Batas : 0,1 mm

Hasil pengukuran : 0,05 mm

Kesimpulan : masih bagus

9) Pengukuran cranksfat

1. Pengukuran bearing spread jurnal

Alat ukur : vernier caliper

Batas : 64,5 mm

 bearing spread jurnal 1

Hasil pengukuran: 64,60 mm

Kesimpulan: masih bagus

 bearing spread jurnal 2

Hasil pengukuran: 64,60 mm

Kesimpulan: masih bagus

 bearing spread jurnal 3

Hasil pengukuran: 64,60 mm

Kesimpulan: masih bagus

 bearing spread jurnal 4

Hasil pengukuran: 64,65

Kesimpulan: masih bagus

1. Pengukuran diameter crankshaft jurnal

Alat ukur : micrometer


Ukuran standar : 59,921 mm – 59,928 mm

Batas : 59,91 mm

 diameter crankshaft jurnal 1

Hasil pengukuran:

1). 59,92 mm

2). 59,92 mm

Rata-rata: 59,92 mm

Kesimpulan: masih bagus

 diameter crankshaft jurnal 2

Hasil pengukuran:

1). 59,92 mm

2). 59,92 mm

Rata-rata: 59,92 mm

Kesimpulan: masih bagus

 diameter crankshaft jurnal 3

Hasil pengukuran:

1). 59,92 mm

2). 59,92 mm

Rata-rata: 59,92 mm

Kesimpulan: masih bagus

 diameter crankshaft jurnal 4

Hasil pengukuran:

1). 59,92 mm

2). 59,92 mm

Rata-rata: 59,92 mm
Kesimpulan: masih bagus

 diameter crankshaft jurnal 5

Hasil pengukuran:

1). 59,92 mm

2). 59,92 mm

Rata-rata: 59,92 mm

Kesimpulan: masih bagus

1. Pengukuran diameter crangkpin jurnal

Alat ukur : micrometer

Ukuran standar : 52,915 mm – 52,930 mm

Batas : 52,9 mm

 diameter crangkpin jurnal 1

Hasil pengukuran:

1). 52,92 mm

2). 52,93 mm

Rata-rata: 52,925 mm

Kesimpulan: masih bagus

 diameter crangkpin jurnal 2

Hasil pengukuran:

1). 52,92 mm

2). 52,92 mm

Rata-rata: 52,92 mm

Kesimpulan: masih bagus

 diameter crangkpin jurnal 3

Hasil pengukuran:
1). 52,919 mm

2). 52,919 mm

Rata-rata: 52,919 mm

Kesimpulan: masih bagus

 diameter crangkpin jurnal 4

Hasil pengukuran:

1). 52,92 mm

2). 52,92 mm

Rata-rata: 52,92 mm

Kesimpulan: masih bagus

 diameter crangkpin jurnal 5

Hasil pengukuran:

1). 52,925 mm

2). 52,93 mm

Rata-rata: 52,92 mm

Kesimpulan: masih bagus

 diameter crangkpin jurnal 6

Hasil pengukuran:

1). 52,92 mm

2). 52,92 mm

Rata-rata: 52,92 mm

Kesimpulan: masih bagus

10)Pengukuran diameter piston pin

Alat ukur : micrometer

Ukuran standar : 30,995 mm – 31,000 mm


Batas : 30,97 mm

 Piston pin cylinder 1

Hasil pengukuran : 31 mm

Kesimpulan : masih bagus

 Piston pin cylinder 2

Hasil pengukuran : 31 mm

Kesimpulan : masih bagus

 Piston pin cylinder 3

Hasil pengukuran : 30,98 mm

Kesimpulan : masih bagus

 Piston cylinder 4

Hasil pengukuran : 30,99 mm

Kesimpulan : masih bagus

11)Pengukuran diameter luar tappet

Alat ukur : micrometer

Ukuran standar : 12,97 mm – 12,99 mm

Batas : 12,95 mm

 Tappet 1

Hasil pengukuran : 12,95 mm

Kesimpulan : masih bagus

 Tappet 2

Hasil pengukuran : 12,97 mm

Kesimpulan : masih bagus

 Tappet 3

Hasil pengukuran : 12,97 mm


Kesimpulan : masih bagus

 Tappet 4

Hasil pengukuran : 12,96 mm

Kesimpulan : masih bagus

 Tappet 5

Hasil pengukuran : 12,97 mm

Kesimpulan : masih bagus

 Tappet 6

Hasil pengukuran : 12,97 mm

Kesimpulan : masih bagus

 Tappet 7

Hasil pengukuran : 12,95 mm

Kesimpulan : masih bagus

 Tappet 8

Hasil pengukuran : 12,95 mm

Kesimpulan : masih bagus

6. PERAKITAN

1. Langkah 1

1) Cylinder body

2) Tappet

3) Crankshaft upper bearing

4) Crankshaft

5) Crankshaft thrust bearing

6) Crankshaft bearing cap dengan lower bearing


7) Camshaft

8) Timing gear case

9) Camshaft thrust plate

10) Camshaft timing gear

11) Piston and connecting riod dengan upper bearing

12) Connecting rod bearing cap dengan lower bearing

13) Piston cooling oil pipe

14) Oil pump dengan oil pipe

15) Crankshaft rear oil seal

16) Crankcase

17) Cylinder body rear plate

18) Flywheel

1. Langkah 2

19) Crankshaft timing gear

20) Idler gear shaft

21) Idler gear “A”

22) Idler gear “B” dan shaft

23) Injection pump

24) Water pump

25) Timing gear case cover

26) Crankshaft damper pulley

1. Langkah 3

27) Cylinder head gasket

28) Cylinder head

29) Push rod


30) Rocker arm shaft dan rocker arm

31) Thermostat housing dengan thermo switch

32) Water by-pass hose

33) Injection nozzle dan bracket

34) Cylinder head cover dengan gasket

7. TEMUAN KASUS

Dari praktik yang dilaksanakan tidak ada temuan kasus yang berat, tetapi hanya baud yang
tidak ada, mur yang longgar.

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan

Setelah melakukan praktik kelompok kami dapat melakukan overhoul engine sesuai dengan
prosedur, melakukan pemeriksaan, mengidentifikasi gangguan dan menyimpulkan hasil
pengukuran dari keadaan komponen engine, merakit dan menghidupkan kembali engine
sesuai dengan prosedur, memahami prinsip kerja komponen-komponen engine, menerapkan
pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja dalam praktek. Dapat disimpulkan bahwa
kondisi komponen engine ISUZU 4 JB 1 rata-rata masih layak dan bisa dimanfaatkan (masih
masuk ukuran standard dan belum diluar batas yang ditentukan) serta masih bisa bekerja
dengan baik. Jadi tidak perlu adanya penggantian komponen secara menyeluruh, akan tetapi
hanya gasket dan oil seal saja yang perlu diganti.

B. Saran

Saran yang ingin di sampaikan adalah sifatnya yang membangun:

1. Diharapkan peralatan praktik bisa lebih lengkap.


2. Diharapkan peralatan praktik di perbanyak, sehingga tidak meminjam pada kelompok
lain.
3. Bahan praktik di harapkan bisa disediakan sebelum praktik, dari pengalaman kami
pada saat mau menghidupkan engine, bahan bakar solar tidak tersedia, sehingga
menunggu lama, dengan demikian waktu terbuang dan tidak efisien.
4. Komponen engine harap di lengkapi sehingga tidak menganggu kelompok lain karena
beberapa komponennya di dipinjam oleh kelompok lain karena terbatasnya komponen
engine.

DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Mesin_diesel

http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&ved=0C
CYQFjAA&url=http%3A%2F%2Fid.wikipedia.org%2Fwiki%2FRudolf_Diesel&ei=mTPU
Uv_kBcTwiAfQ_IHYCQ&usg=AFQjCNE8qUSNVQ7lLuWzMqKz8_QBCF21Fw

ü
http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&ved=0C
CYQFjAA&url=http%3A%2F%2Fgriya-com.blogspot.com%2F2013%2F05%2Fnama-
komponen-komponen-pada-mesin-
diesel.html&ei=ujPUUoS0DvGiiAeXjoGwCw&usg=AFQjCNG9KbF37kOD7LPE_eQp7H0
3Z0Xdkg

ü http://griya-com.blogspot.com/2013/05/komponen-komponen-sistem-injeksi-bahan.html

ü http://ebookbrowsee.net/isuzu-4jb1-engine-specifications-pdf-d164485771

ü https://www.google.com/#q=SPESIFIKASI+ENGINE+DIESEL+4JB1&start

Anda mungkin juga menyukai