Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN AKHIR ETIKA BISNIS

Analisis Penerapan Business and Environmental Sustainability Pada Feminine Care Products
PT. Softex Indonesia

Disusun Oleh:
Dema Aulia F (2018023523)
Elka Mutiara F. L (2018023524)
Gregorius Fendi A (2018023525)
Rr. Nabila Sofiana R (2018023536)
Vina Surya M (2018023537)

PROGRAM STUDI S2
MAGISTER MANAJEMEN
WIJAWIYATA MANAJEMEN - ANGKATAN 79
SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN PPM
JAKARTA
2019
DAFTAR ISI

LAPORAN AKHIR ETIKA BISNIS .................................................................................................................. i


DAFTAR ISI .................................................................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................................................................... iii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang Penelitian .................................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................................................. 2
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................................................................ 2
BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................................................................... 3
2.1 Keberlanjutan Bisnis dan Lingkungan ............................................................................................... 3
2.1.1 Pendekatan Pasar ....................................................................................................................... 3
2.1.2 Pendekatan Peraturan ................................................................................................................ 4
2.1.3 Pendekatan Keberlanjutan.......................................................................................................... 4
2.1.4 Prinsip untuk bisnis yang berkelanjutan ..................................................................................... 5
BAB III METODOLOGI PENELITIAN........................................................................................................... 6
3.1 Rancangan Penelitian ........................................................................................................................ 6
3.2 Jenis Penelitian ................................................................................................................................... 6
3.3 Kerangka Pemikiran ........................................................................................................................... 6
BAB IV PEMBAHASAN ................................................................................................................................ 7
4.1 Deskripsi Kasus .................................................................................................................................. 7
4.2 Profil Perusahaan ............................................................................................................................... 7
4.3 Penerapan Teori Business and Environmental Sustainability .......................................................... 8
BAB V PENUTUP ....................................................................................................................................... 12
5.1 Kesimpulan ....................................................................................................................................... 12
5.2 Saran ................................................................................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................................... 13
LAMPIRAN .................................................................................................................................................. 14

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kerangka Pemikiran .................................................................................................................... 6


Gambar 2 Logo Perusahaan ........................................................................................................................ 8
Gambar 3 Peraturan Daerah Penggunaan Plastik Tahun 2018 ................................................................. 9

iii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1................................................................................................................................................... 14
Lampiran 2................................................................................................................................................... 14

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian


Bagi wanita, datang bulan menjadi suatu hal yang akan dialami setiap bulannya, lazimnya wanita
akan menggunakan pembalut selama periode datang bulan itu. Sejauh ini, rata-rata wanita tidak
mengetahui bahwa terdapat plastik di dalam pembalutnya. Hal ini cukup wajar, dikarenakan tidak ada
paksaan secara hukum untuk mencantumkan bahan pada kemasan di pembalut. Pada faktanya, 90%
bahan yang ada di pembalut adalah plastik yang tentunya ini merupakan bahan yang sulit diurai sehingga
dapat merusak lingkungan (Cooper, 2018). Pembalut yang terbuat dari plastik yang diproduksi untuk
sekali pakai membutuhkan sekitar 500-800 tahun untuk terurai. Ribuan ton limbah sanitasi sekali pakai
akan menumpuk di seluruh dunia setiap bulannya (Mehrotra, 2018). Rata-rata perempuan akan
menggunakan pembalut kemudian membuangnya di tempat sampah, hal ini pun juga akan menimbulkan
masalah kesehatan untuk pemulung ketika mengambil bekas pembalut di tempat sampah (Cooper,
2018).
Pada hakikatnya, terdapat dampak buruk dari pembalut yang sudah perlu menjadi peringatan
bagi banyak pihak yang terlibat untuk tidak terus menerus memproduksi pembalut dengan bahan plastik.
Memang hal ini cukup menantang bagi perusahaan untuk tetap memperdulikan lingkungan dengan
sebisa mungkin tetap mendapatkan keuntungan. Hanya saja untuk sekarang ini perusahaan akan
dikatakan memiliki sustainability yang baik ketika perusahaan mencari cara untuk sukses dengan
mengukur sustainability dari segi ekonomi, etika, dan lingkungan atau yang sering disebut triple bottom
line approach (Norman & Macdonald dalam Hartman, DesJardins & Macdonald, 2018).
Sejauh ini banyak dari perusahaan pembalut tidak terlalu memikirkan dampaknya bagi
lingkungan, sehingga penggunaan sampah plastik pada pembalut masih dilakukan. PT. Softex Indonesia
merupakan salah satu perusahaan terbesar di Indonesia yang memproduksi berbagai produk perawatan
manusia, salah satunya ialah menstrual pad dengan akhir pemakaian produknya menghasilkan timbunan
sampah pembalut yang akan memakan ratusan tahun untuk terurai. Dari masalah yang ada ini membuat
kami ingin melihat lebih jauh secara etika mengenai sampah pembalut.

1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka permasalahan yang dapat dirumuskan
pada makalah ini adalah:
Apakah tindakan PT. Softex Indonesia dalam memproduksi feminine care products berdasarkan
prinsip etika business and environmental sustainability?

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan yang ingin dicapai dalam makalah ini adalah untuk mengetahui apakah tindakan
perusahaan pembalut dalam memproduksi feminine care products sesuai dengan prinsip-prinsip
business and environmental sustainability.

2
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Keberlanjutan Bisnis dan Lingkungan


2.1.1 Pendekatan Pasar
Pembela pendekatan pasar berpendapat bahwa masalah lingkungan adalah masalah ekonomi
yang patut mendapat solusi ekonomi. Pada dasarnya, masalah lingkungan melibatkan alokasi
dan distribusi dari sumber daya yang terbatas. Pasar yang efisien dapat menanggapi tantangan
lingkungan, terlepas dari peduli atau tidaknya kita terhadap alokasi sumber daya yang tidak dapat
diperbaharui seperti minyak, dan gas, atau dengan kapasitas bumi untuk menyerap produk sampingan
dari industri seperti CO2. Di sini peran manajer bisnis yang bertanggung jawab hanya perlu mencari
keuntungan dan membiarkan pasar untuk mengalokasikan sumber daya secara efisien, sehingga bisnis
memenuhi perannya di dalam sebuah sistem pasar, yang pada gilirannya melayani kebaikan
keseluruhan (utilitarianisme) yang lebih besar.
Tantangan terhadap pandangan ekonomi corporate social responsibility sudah biasa bagi ahli
ekonomi dan ahli etika. Terdapat beberapa kegagalan seperti:
1) Melibatkan masalah lingkungan, menunjukkan pada tidak memadainya solusi pasar. Misalnya:
Adanya eksternalitas.
Karena "biaya" hal-hal seperti polusi udara, air tanah kontaminasi dan deplesi, erosi tanah,
dan pembuangan limbah nuklir biasanya ditanggung oleh pihak "eksternal" ke pertukaran ekonomi
(mis.,orang-orang melawan angin, tetangga, generasi masa depan), pertukaran pasar bebas tidak
dapat menjamin hasil yang optimal.
2) Tipe kegagalan pasar kedua terjadi ketika tidak ada pasar yang menciptakan harga untuk barang
social goods.
Spesies yang terancam punah, pemandangan indah, dan keanekaragaman hayati hanyalah
beberapa barang lingkungan yang biasanya tidak diperdagangkan di pasar terbuka. Barang publik
seperti udara bersih dan perikanan laut juga belum memiliki harga pasar. Tanpa nilai tukar yang
ditetapkan, pendekatan pasar bahkan tidak bisa berpura-pura mencapai tujuannya sendiri dalam
memenuhi permintaan konsumen secara efisien. Pasar sendiri gagal untuk menjamin barang publik
yang penting tersebut dilestarikan dan dilindungi
3) Cara ketiga di mana kegagalan pasar dapat menyebabkan kerugian lingkungan yang serius
melibatkan perbedaan antara keputusan individu dan konsekuensi kelompok.
Kita dapat kehilangan pertanyaan etika dan kebijakan yang penting jika kita meninggalkan
kebijakan keputusan semata-mata untuk hasil dari keputusan individu. Pertimbangkan perhitungan

3
yang mungkin dilakukan konsumen perorangan tentang pembelian SUV dan konsekuensi dari
keputusan itu tentang pemanasan global — CO2 tambahan yang akan dipancarkan oleh satu SUV
cukup kecil sehingga seseorang mungkin akan menyimpulkan itu keputusan tidak akan membuat
perbedaan. Namun, jika setiap konsumen dibuat keputusan yang persis sama, konsekuensinya akan
signifikan berbeda.

2.1.2 Pendekatan Peraturan


Peraturan pemerintah adalah pendekatan yang lebih memadai, maka bisnis harus
mengembangkan struktur yang mematuhi peraturan untuk memastikan bahwa bisnis telah mematuhi
peraturan tersebut. Terdapat beberapa undang-undang yang memiliki pendekatan terhadap isu
lingkungan. Sebelum semua undang-undang ini diberlakukan, hukum utama penangan terkait
keprihatinan lingkungan adalah hukum tort. Hanya individu yang dapat membuktikan bahwa
mereka telah dirugikan oleh polusi-lah yang dapat mengajukan tuntutan hukum atas polusi
udara dan air. Pendekatan hukum ini menempatkan beban pembuktian pada orang yang telah
dirugikan, dan paling baik hanya menawarkan kompensasi atas kerugian setelah adanya fakta.
Terhadap spesies yang hampir punah, karena tidak memiliki perlindungan hukum, kerusakan
yang mencelakai kehidupan tanaman dan binatang bukan merupakan perhatian hukum. Selain itu
kebijakan sebelumnya tidak berbuat banyak untuk mencegah kerusakan pelestarian tanaman dan
kepunahan binatang. Kemudian, sejak tahun 1970-an, dan meluas ke bagian dunia lain mulai
diberlakukan Undang-undang yang menetapkan standar yang secara efektif memindahkan beban
pembuktian dari mereka yang terancam tindakan perusahaan kepada mereka yang melakukan
tindakan perusakan. Pemerintah menetapkan standar aturan untuk mencegah terjadinya polusi
atau kepunahan spesies alih-alih menawarkan kompensasi setelah adanya fakta.

2.1.3 Pendekatan Keberlanjutan


Mulai tahun 1980-an, model baru untuk lingkungan bisnis yang bertanggung jawab mulai
terbentuk — bisnis yang menggabungkan peluang keuangan dengan lingkungan dan etika tanggung
jawab. Konsep praktik pembangunan berkelanjutan dan bisnis berkelanjutan menyarankan visi baru
yang radikal untuk mengintegrasikan keuangan dan tujuan lingkungan. Ketiga tujuan ini, ekonomi,
lingkungan, dan etika keberlanjutan, sering disebut sebagai tiga pilar keberlanjutan. Menilai aktivitas
bisnis di sepanjang tiga garis ini sering disebut sebagai "triple bottom line."
"Circular flow model" menjelaskan sifat dari transaksi ekonomi dalam hal aliran sumber daya
dari bisnis ke rumah tangga dan kembali lagi. Dua aspek dari circular flow model patut diperhatikan.
Pertama, tidak membedakan sumber daya alam dari faktor-faktor lain produksi — tidak menjelaskan
asal sumber daya. Mereka sederhana dimiliki oleh rumah tangga tempat mereka, seperti tenaga

4
kerja, modal, dan keterampilan kewirausahaan, dapat dijual ke bisnis. Pengamatan kedua adalah
bahwa model ini memperlakukan pertumbuhan ekonomi sebagai keduanya solusi untuk semua
penyakit sosial dan juga tanpa batas - kemungkinan bahwa ekonomi tidak dapat tumbuh tanpa batas
bukanlah bagian dari model ini.

2.1.4 Prinsip untuk bisnis yang berkelanjutan


Implikasi yang tepat dari keberlanjutan akan berbeda untuk perusahaan spesifik dan industri,
tetapi tiga prinsip umum akan memandu bergerak menuju keberlanjutan, sebagai berikut:
1. Perusahaan dan industri harus menjadi lebih efisien dalam menggunakan alam sumber daya.
Disebut eco-efficiency, sudah lama menjadi bagian pergerakan lingkungan. Hal “doing more with
less” telah menjadi pedoman lingkungan dekade. Beberapa perkiraan menyarankan bahwa dengan
teknologi saat ini saja, bisnis dapat dengan mudah mencapai setidaknya empat kali lipat peningkatan
efisiensi dan sebanyak peningkatan sepuluh kali lipat.
2. Mereka harus memodelkan seluruh proses produksi mereka pada biologis proses.
Model cradle-to-grave akan memegang bisnis yang bertanggung jawab atas air tanah
kontaminasi yang disebabkan oleh produknya bahkan bertahun-tahun setelah mereka dikuburkan di
tempat pembuangan sampah. Tanggung jawab cradle-to-cradle memperluas gagasan ini lebih jauh
dan bertahan bahwa bisnis harus bertanggung jawab untuk memasukkan hasil akhirnya produk
kembali ke siklus produktif — itu akan menciptakan insentif untuk mendesain ulang produk sehingga
dapat didaur ulang secara efisien dan mudah
3. Mereka harus menekankan produksi jasa daripada produk.
Model ekonomi dan manajerial tradisional menafsirkan permintaan konsumen sebagai
permintaan akan produk — mesin cuci, karpet, lampu, konsumen elektronik, AC, mobil, komputer,
dan sebagainya. Ekonomi berbasis layanan menginterpretasikan permintaan konsumen sebagai
permintaan layanan — untuk membersihkan pakaian, penutup lantai, iluminasi, hiburan, udara sejuk,
transportasi, pengolah kata, dan sebagainya

5
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian


Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dalam menganalisis data. Sugiyono
(2008) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang digunakan untuk menganalisa data
dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya
tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi.

3.2 Jenis Penelitian


Pada penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Metode deskriptif menurut
Nazir (dalam Anwar, 2011) bahwa metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status
kelompok manusia, objek, kondisi, dan sistem pemikiran.
Tujuan dari penelitian deskriptif adalah membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara
sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan fenomena yang diselidiki
(Tarigan, 2013).

3.3 Kerangka Pemikiran

Penerapan Business and


Environmental Sustainability
Pada PT. Softex Indonesia

Kegiatan Operasional
PT. Softex Indonesia

Sustainability Principle for a


Market Approach Regulatory Approach Sustainable
Approach Business

Eco-Efficiency
Cardle-to-Cardle
Responsibility
Gambar 1. Kerangka Pemikiran

6
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Kasus


Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang, Kota Bekasi merupakan salah
satu tempat pembuangan akhir yang terbesar di Jabodetabek. Setiap hari TPST Bantargebang
menerimpa 6.500-7.000 ton. Jenis sampah yang masuk ke TPST Bantargebang adalah jenis sampah
rumah tangga, termasuk pembalut. Jenis sampah-sampah berupa pembalut ataupun pampers hingga
saat ini belum ada pengolahannya sehingga hanya dibiarkan begitu saja dan ditimbun. TPST belum
memiliki treatment khusus maupun teknologi bagi jenis sampah pembalut. Rizki selaku Kepala Satuan
Pelaksana Pengolahan Energi Terbarukan TPST Bantargebang sangat concern terhadap jenis sampah
pembalut dan menyatakan sampah pembalut ataupun sampah pampers menimbulkan potensi bahaya
dan penyakit minimal gatal-gatal. Bau yang ditimbulkan mencerminkan bakteri yang hidup. Rizki
menyatakan bahwa sebaiknya sampah sudah terpilah dari Jakarta berdasarkan jenis termasuk pembalut.
Jika sudah terpilah maka dapat direncanakan penanganan dan pengolahan yang tepat. Beliau pun
berpendapat pampers dan pembalut yang ada saat ini mengandung bahan-bahan semi plastik yang agak
susah terurai sehingga berharap para produsen pembalut bisa menggunakan bahan baku yang ramah
lingkungan (Siswanto,2017).
Dari uraian kasus diatas kami memilih salah satu perusahaan pioneer yang bergerak bidang
produk perawatan wanita yaitu PT. Softex Indonesia. Kata “softeks” saat ini juga digunakan pasar
sebagai terminologi untuk pembalut. Berdasarkan hasil survei Top Brand Award, produk-produk yang
dihasilkan oleh PT. Softex Indonesia saat ini menduduki lima posisi teratas di masing-masing kategori
dari semua brand yang beredar di pasar. Saat ini PT. Softex Indonesia belum berorientasi kepada
lingkungan, dilihat dari berbagai program CSR yang dilakukan serta visi-misi perusahaan tersebut.

4.2 Profil Perusahaan


PT. Softex Indonesia merupakan perusahaan consumer goods yang bergerak di industry
perawatan feminine, perawatan bayi dan perawatan dewasa. PT. Softex Indonesia berdiri pada tanggal
15 Oktober 1976 dengan nama awal PT. Mozambique yang beralamat di Jl. Liberia No. 2 Kecamatan
Tambora, Jakarta Barat. Seiring dengan meningkatnya permintaan pasar dan bertambahnya volume
produksi, PT. Softex Indonesia mengalami tiga kali perpindahan lokasi pabrik. Perpindahan terakhir
lokasi pabrik yang dilakukan perusahaan hingga saat ini ialah berada di depan pabrik PT. Gajah Tunggal
Prakarsa di Tangerang.

7
Produk-produk yang dihasilkan oleh PT. Softex, Indonesia antara lain ialah Sweety, Happy
popok, Softex, V Class, Confidence, dan Softies. Perusahaan telah berhasil memahami konsumen
mereka sehingga melalui pemasaran dan komunikasi yang baik produk-produk mereka mampu menjadi
pilihan konsumen terpopuler di kategori masing-masing. Adapun logo PT. Softex Indonesia sebagai
berikut:

Gambar 2. Logo Perusahaan PT. Softex Indonesia

Visi dan Misi PT. Softex Indonesia adalah sebagai berikut:


a. Visi : Meningkatkan aspek kualitas hidup keseharian manusia
PT. Softex Indonesia bertanggung jawab dalam meningkatkan berbagai aspek kualitas
hidup manusia. Termasuk diantaranya adalah memperhatikan efek tindakan sehari-hari perusahaan
dalam ekonomi, sosial, dan lingkungan. Perusahaan memiliki tujuan untuk memberikan program
yang berfokus pada manusia, bumi, dan profit. Kegiatan yang dilakukan ditujukan untuk memberikan
keuntungan bagi masyarakat, pelanggan, karyawan, dan pemegang saham
b. Misi : Untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat
PT. Softex Indonesia menyediakan produk dan jasa kesehatan serta perawatan pribadi yang
lengkap, berkualitas tinggi dan bernilai sesuai tahap kehidupan konsumen, guna memperbaiki
kesejahteraan sekaligus meningkatkan kualitas hidup keluarga indonesia khususnya, saat ini dan
untuk generasi mendatang pada umumnya.
Program CSR yang selama ini telah dilakukan oleh PT. Softex, Indonesia bergerak di bidang
pendidikan dan sosial, yaitu melalui program Yayasan Bina Mandiri Indonesia dengan target anak-anak
TK, bantuan rutin dan non rutin kepada panti asuhan maupun panti jompo, serta bantuan terhadap
bencana alam sebagai bentuk cepat tanggap terhadap keadaan Indonesia.

4.3 Penerapan Teori Business and Environmental Sustainability


4.3.1 Market Approach
Pendekatan pasar menyatakan bahwa pendekatan terbaik yaitu menyerahkan persoalan
lingkungan kepada pasar dan perusahaan memperbolehkan pasar untuk memilih sumberdaya secara
efisien. Pada hal ini, perusahaan tidak memberikan pilihan kepada pasar untuk memilih resource secara
efisien karena semua produk yang ditawarkan PT. Softex Indonesia berbahan dasar plastik.

8
Pada pendekatan ini juga ditemukan market failure, pada tipe pertama, PT. Softex Indonesia
sudah melakukan pencemaran terhadap lingkungan dan yang merasakan efek dari kegiatan bisnis
tersebut adalah pihak “eksternal”. Pihak eksternal yang dimaksudkan dalam hal ini adalah masyarakat
Indonesia khususnya pria, karena pria tidak membeli dan memakai produk dari PT. Softex Indonesia.
Berdasarkan hasil Survei Penduduk Antar Sensus (Supas) jumlah penduduk pria di Indonesia hingga
tahun 2019 ialah 134.025.600 juta orang sehingga dampak lingkungan akibat sampah pembalut terasa
oleh banyak orang. Hingga saat ini perusahaan belum melakukan sesuatu untuk menanggung hal
tersebut.
Untuk kegagalan tipe kedua PT. Softex Indonesia masih belum bisa menganggap lingkungan
sebagai sesuatu yang harus dilindungi dan dilestarikan karena belum memberikan harga bagi social
goods tersebut. Mereka hanya menjual produk tanpa memikirkan bagaimana cara menanggulangi
penumpukan yang terjadi akibat penggunaan produk oleh konsumen. Untuk kegagalan tipe tiga, PT.
Softex Indonesia belum bisa memberikan suatu edukasi berkaitan dengan lingkungan yang bisa dipakai
oleh konsumennya dalam menentukan keputusan pembelian. Dapat diketahui bahwa produk yang
diproduksi oleh PT. Softex Indonesia susah diurai di alam, jika semua konsumen bisa merubah
keputusan membelinya, maka konsekuensi yang dihadapi di depan juga berubah.
 Rekomendasi ke perusahaan:
Perusahaan harus melakukan CSR yang bertujuan mengurangi dampak lingkungan dan
kesehatan. Sebaiknya PT. Softex Indonesia melakukan penyuluhan kepada para wanita bagaimana
caranya untuk meminimalisir dampak pembalut bekas pakai sehingga tidak menimbulkan berbagai
penyakit. Salah satu isi programnya ialah cara membersihkan dan cara membuang pembalut bekas
pakai sehingga memudahkan pemerintah dalam mengolahnya. PT. Softex Indonesia bisa
membangun komunitas-komunitas di berbagai daerah dan melakukan pemantauan secara berkala.

4.3.2 Regulatory Approach


Pemerintah saat ini telah mengeluarkan peraturan penggunaan bahan plastik melalui perda di
daerah masing-masing. Namun pemerintah belum membuat peraturan khusus kepada para pemain
industri feminine care untuk mengganti bahan baku mereka ke bahan yang ramah lingkungan. Selain itu,
hingga saat ini masyarakat belum ada yang menuntut pihak PT. Softex Indonesia akan produknya yang
tidak ramah lingkungan. Masyarakat yang sudah sadar akan hal ini lebih banyak tergerak untuk
membentuk kelompok kecil dan mulai memproduksi pembalut yang ramah lingkungan. Adapun perda
yang telah terbit sebagai berikut:

9
Gambar 3. Peraturan Daerah Penggunaan Plastik Tahun 2018

4.3.3 Sustainability Approach


Deskripsi produk:
Pembalut wanita adalah sebuah perangkat yang digunakan oleh wanita di saat menstruasi.
Komposisi pembalut yang diproduksi PT. Softex Indonesia ialah pulp, nonwoven fabric, paper tissue,
polyethylene film, paper, dan hotmelt adhesive. Jenis sampah pembalut kerap digolongkan ke dalam
sampah plastik karena material polyethylene film yang digunakan. Data yang didapat dari Kementrian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) total sampah di Indonesia mencapai 64 juta ton per tahun dan
sebanyak 14% merupakan sampah plastik.
Berdasarkan teori sustainability approach, terdapat tiga lingkup kebijakan yakni lingkungan,
sosial dan ekonomi.
 Rekomendasi ke perusahaan
1. Untuk lingkup kebijakan ekonomi, sebaiknya PT. Softex Indonesia mulai memasukkan program
peduli lingkungan ke dalam proses bisnisnya, seperti mulai memproduksi pembalut dengan
bahan dasar kain sehingga pemakaian pembalut dapat digunakan lebih dari sekali. Pembalut
kain tersebut dapat dibuat menggunakan teknologi laminasi polyutherene yang biasa digunakan
untuk kebutuhan medis. Bahan dapat bersifat lentur, lembut, menahan cairan sehingga wanita
tidak akan khawatir pembalut akan bocor. Selain itu tidak menggunakan bahan kimia sehingga
lebih sehat. Pembalut kain akan dilengkapi perekat di belakang.
Target pasar dari produk ini adalah para wanita menengah keatas dan telah memiliki tingkat
concern yang lebih tinggi terhadap kelestarian lingkungan. Salah satu keunggulan dari PT.

10
Softex Indonesia ialah diferensiasi produk sehingga perusahaan dapat menjadi pioneer dalam
inovasi produk ini dengan memanfaatkan sistem distribusi yang telah dimiliki saat ini.
2. Untuk kebijakan lingkungan, sebaiknya PT. Softex Indonesia memasukkan isu lingkungan ke
dalam visi-misinya sebagai bentuk komitmen perusahaan. Dengan demikian, segala bentuk
kegiatan perusahaan akan berorientasi pada lingkungan.
3. Untuk kebijakan sosial, kegiatan CSR yang dapat dilakukan oleh PT. Softex Indonesia dapat
melakukan edukasi tentang kesehatan reproduksi wanita melalui komunitas-komunitas.
Perusahaan harus mampu menyadarkan target pasarnya untuk peduli terhadap kesehatan
reproduksinya, salah satu isi programnya ialah mengajarkan cara penggunaan pembalut yang
tepat.

Cradle-to-grave
Produk dari PT. Softex Indonesia belum bisa mengurangi penggunaan sumber daya, karena
setelah dipakai mereka langsung dibuang. Dalam arti untuk memproduksi produk tersebut, PT. Softex
Indonesia membutuhkan bahan baku baru untuk memproduksi ulang produknya, dikarenakan tidak dapat
di daur ulang. Pembalut termasuk limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun).
 Rekomendasi ke perusahaan
Perusahaan dapat mengembangkan teknik terbaru untuk mendaur ulang produk-produk seperti
pembalut dan popok yang telah dipakai menjadi energi. Hal ini sudah dibuktikan oleh perusahaan di
Jepang dimana mereka mengancurkan popok kemudian dijadikan pulp dan plastik. Pulp dan plastic
tersebut dapat digunakan sebagai bahan material atau bahan bangunan.

11
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari penelitian pada penerapan prinsip-prinsip Business and Environmental
Sustainability pada PT. Softex, maka dapat disimpulkan bahwa PT. Softex belum memproduksi produk
yang ramah lingkungan dan termasuk pada produk yang mengandung B3 (Bahan Berbahaya dan
Beracun) dan sejauh ini PT. Softex belum membuat penanggulangannya untuk polusi lingkungan yang
ditimbulkan oleh limbah produk tersebut setelah digunakan oleh konsumen.

5.2 Saran
5.2.1 Saran Teoritis
Penerapan Business dan Environmental Sustainability dapat menjadi pedoman bagi perusahaan
agar perusahaan menjadi lebih baik lagi. Sebaiknya hal ini diterapkan secepat mungkin dikarenakan
dampak terhadap lingkungan yang begitu besar bila hal ini terus dibiarkan terjadi. Hal yang dapat
dilakukan oleh Softex adalah mulai melakukan product development dengan mengganti produksi
pembalut yang sekarang ini berbahan baku plastik menjadi kain atau bahan baku lainnya yang mudah di
daur ulang.
5.2.2 Saran Praktis
Dari sisi produk sebaiknya PT. Softex Indonesia disarankan untuk melakukan CSR dengan
memberikan penyuluhan ke masyarakat tentang bahaya penggunaan plastik serta menjelaskan ke
masyarakat bahwa pembalut pun mengandung plastik, sehingga mulai sekarang harus disadarkan akan
bahaya penggunaan pembalut dikarenakan hal ini termasuk tindakan yang tidak ramah lingkungan.
Kemudian, PT Softex juga perlu membuat CSR dengan program yang berisi anjuran kepada masyarakat
untuk ikut serta dalam perubahan penggunaan pembalut yang ada sekarang ini ke pembalut yang lebih
ramah lingkungan.

12
DAFTAR PUSTAKA

Cooper, K. L. (2018). The People Fighting Pollution with Plastic-Free Periods. Retrieved from
https://www.bbc.co.uk/news/amp/world-43879789

Dahlan, Mohammad. 2009. Pemikiran Filsafat Moral Immanuel Kant (Deontologi, Imperatif Kategoris,
dan Postulat Rasio Praktis). Ilmu Ushuluddin. Vol. 8., 44. Dalam
https://www.researchgate.net/publication/317432216_PEMIKIRAN_FILSAFAT_MORAL_IMMANUEL_K
ANT_Deontologi_Imperatif_Kategoris_dan_Postulat_Rasio_Praktis

Hartman, 2018. Business Ethics: Decision Making for Personal Integrity & Social Responsibility fourth
edition. McGraw-Hill Education International Edition.

Mehrotra, A. (2018). Sustainable Menstruation - The Impact of Menstrual Products on the Environment.

Satrio, M. (2015). Sistem Informasi Racking Number Guna Memaksimalkan Just in time-distribusi di divisi
warehouse finished good PT. Softex Indonesia (Unpublished doctoral dissertation). STMIK
Raharja.

Siswanto. 2017. Perjalanan Si Pembalut Wanita Begitu Sampai di Bantargebang. Dalam


https://www.suara.com/news/2017/08/06/111812/perjalanan-si-pembalut-wanita-begitu-sampai-di-
bantargebang

http://softexindonesia.com/id/page/vision-mission

http://softexindonesia.com/id/page/who-we-are

13
LAMPIRAN
Lampiran 1

Lampiran 2

14

Anda mungkin juga menyukai