PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gangguan jiwa dalam berbagai bentuk adalah penyakit yang sering dijumpai
pada semua lapisan masyarakat. Penyakit ini dialami oleh siapa saja, tidak memandang
jenis kelamin, usia, serta status sosial. Gangguan jiwa dapat mempengaruhi fungsi
kehidupan seseorang, seperti aktivitas penderita, kehidupan sosial, pekerjaan serta
hubungan dengan keluarga dapat menjadi terganggu. Karena gejala ansietas, depresi, dan
psikosis.
Salah satu tanda gejala dari skizofrenia adalah terjadinya halusinasi. Halusinasi
merupakan bentuk yang paling sering terjadi dari gangguan persepsi. Halusinasi
merupakan salah satu gangguan persepsi, dimana terjadi pengalaman panca indera tanpa
adanya ransangan sensorik ( persepsi yang salah). Dengan kata lain, klien berespon
terhadap ransangan yang tidak nyata yang hanya dirasakan oleh klien dan tidak dapat
dibuktikan. Dampak dari halusinasi ini adalah pasien sulit berespon terhadap emosi,
perilaku pasien menjadi tidak terkendali, dan akhirnya pasien mengalami isolasi sosial
karena tidak mampu bersosialisasi dengan orang lain.
Seorang dengan gangguan jiwa yang dirawat di rumah sakit jiwa membutuhkan
perawatan yang baik agar gangguan yang terjadi dapat diatasi. Seorang perawat dituntut
mampu melakukan asuhan keperwatan yang sesuai dengan permasalahan yang dialami
pasien.
Penanganan pada klien dengan masalah kesehatan jiwa merupakan tantangan
yang unik karena masalah kesehatan jiwa mungkin tidak dapat dilihat secara langsung,
seperti pada masalah kesehatan fisik yang memperlihatkan berbagai macam gejala dan
disebabkan berbagai hal kejadian masa lalu yang sama dengan kejadian saat ini, tetapi
mungkin muncul gejala yang berbeda banyak klien dengan masalah kesehatan jiwa tidak
dapat menceritakan masalahnya bahkan mungkin menceritakan hal yang berbeda dan
kontradiksi. Kemampuan mereka untuk berperan dan menyelesaikan masalah juga
bervariasi (Keliat, 2002).
1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari halusinasi?
2. Apa etiologi halusinasi?
3. Apa saja tanda dan gejala pada halusinasi?
4. Apa saja klasifikasi pada halusinasi?
5. Bagaimana proses terjadinya halusinasi?
6. Bagaimana mekanisme koping pada halusinasi?
7. Bagaimana rentang respon pada halusinasi?
8. Bagaimana penatalaksanaan pada halusinasi?
9. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien halusinasi?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari halusinasi
2. Mengetahui apa saja penyebab halusinasi
3. Mengetahui tanda dan gejala pada halusinasi
4. Mengetahui klasifikasi pada halusinasi
5. Memahami proses terjadinya halusinasi
6. Memahami mekanisme koping pada halusinasi
7. Mengetahui rentang respon pada halusinasi
8. Memahami penatalaksanaan pada halusinasi
9. Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien halusinasi
2
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Halusinasi
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien mengalami
perubahan sensori, seperti merasakan sensasi palsu berupasuara, penglihatan,
pengecapan, perabaan atau penghiduan. Klien merasakan stimulus yang sebetulnya
tidak ada. (WHO, 2006)
Halusinasi merupakan proses akhir dari pengamatan yang diawali oleh proses
diterimanya, stimulus oleh alat indra, kemudian individu ada perhatian, lalu
diteruskan ke otak dan baru kemudian individu menyadari tentang sesuatu yang
dinamakan persepsi (Yosep, 2009)
Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana klien
mempersepsikansesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra
tanpa ada rangsangan dariluar. Suatu penghayatan yang dialami suatu persepsi
melalui panca indra tanpa stimuluseksteren/ persepsi palsu (Maramis, 2005).
Halusinasi adalah kesan, respon dan pengalaman sensori.
B. Etiologi
1. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi adalah factor resiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah
sumber yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stress. Diperoleh
baik dari klien maupun keluarganya. Factor predisposisi dapat meliputi factor
perkembangan, sosiokultural, biokimia, psikologis, dan genetic. (Yosep, 2009)
a. Faktor perkembangan
Jika tugas perkembangan mengalami hambatan dan hubungan interpersonal
terganggu, maka individu akan mengalami stress dan kecemasan.
b. Faktor sosiokultural
Berbagai factor dimasyarakat dapat menyebabkan seseorang merasa
disingkirkan, sehingga orang tersebut merasa kesepian dilingkungan yang
membesarkannya.
3
c. Faktor biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terhadap terjadinya gangguan jiwa. Jika
seseorang mengalami stress yang berlebihan, maka didalam tubuhnya akan
dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia seperti
buffofenon dan dimethytrenferase (DMP).
d. Faktor psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggungjawab mudah terjerumus pada
penyalahgunaan zat adiktif. Berpengaruh pada ketidakmampuanklien dalam
mengambil keputusan demi masa depannya. Klien lebih memilih kesenangan
sesaat dan lari dari alam nyata menuju alam hayal.
e. Faktor genetic
Gen yang berpengaruh dalam skizofrenia belum diketahui, tetapi hasil studi
menunjukkan bahwa factor keluarga menunjukkan hubungan yang sangat
berpengaruh pada penyakit ini.
2. Faktor Presipitasi
Respon klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan, penasaran, tidak
aman, gelisah, bingung, dan lainnya.
Menurut Rawlins dan Heacock, halusinasi dapat dilihat dari 5 dimensi yaitu :
1. Dimensi fisik
Halusinasi dapat timbul oleh kondisi fisik seperti kelelahan yang luar biasa,
penyalahgunaan obat, demam, kesulitan tidur.
2. Dimensi emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas masalah yang tidak dapat diatasi
merupakan penyebab halusinasi berupa perintah memaksa dan menakutkan.
3. Dimensi intelektual
Halusinasi merupakan usaha dari ego untuk melawan implus yang menekan
merupakan suatu hal yang menimbulkan kewaspadaan yang dapat mengambil
seluruh perhatian klien.
4. Dimensi sosial
Klien mengalami interaksi sosial menganggap hidup bersosialisasi di alam
nyata sangat membahyakan. Klien asyik dengan halusinasinya seolah
merupakan temapat memenuhi kebutuhan dan interaksi sosial, kontrol diri
dan harga diri yang tidak di dapatkan di dunia nyata.
4
5. Dimensi spiritual
Secara spiritual halusinasi mulai dengan kehampaan hidup, ritinitas tidak
bermakna, hilangnya aktifitas ibadah dan jarang berupaya secara spiritual
untuk menyucikan diri.
D. Klasifikasi Halusinasi
Halusinasi dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu sebagai berikut (Maramis, 2004):
a) Halusinasi penglihatan (visual, optik) adalah perasaan melihat sesuatu objek
tetapi pada kenyataannya tidak ada.
b) Halusinasi pendengaran (auditif, akustik) adalah perasaan mendengar suara-
suara,berupa suara manusia, hewan atau mesin, barang, kejadian alamiah dan
musik.
c) Halusinasi penciuman (olfaktorik) adalah perasaan mencium sesuatu bau atau
aroma tetapi tidak ada.
d) Halusinasi pengecapan (gustatorik) adalah kondisi merasakan sesuatu rasa tetapi
tidak ada dalam mulutnya, seperti rasa logam.
e) Halusinasi peraba (taktil) adalah kondisi merasa diraba, disentuh, ditiup, disinari
atau seperti ada ulat bergerak di bawah kulitnya.
5
f) Halusinasi kinestetik adalah kondisi merasa badannya bergerak dalam sebuah
ruang, atau anggota badannya bergerak.
6
F. Mekanisme Koping
Mekanisme koping merupakan tiap upaya yang diarahkan pada pengendalian stress,
termasuk upaya penyelesaian masalah secara langsung dan mekanisme pertahanan
lain yang digunakan melindungi diri. Mekanisme koping menurut Yosep, 2009
meliputi cerita dengan orang lain (asertif), diam (represi/supresi), menyalahkan orang
lain (sublimasi), mengamuk (displacement), mengalihkan kegiatan yang bermanfaat
(konversi), memberikan alasan yang logis (rasionalisme), mundur ke tahap
perkembangan sebelumnya (regresi), dialihkan ke objek lain, memarahi tanaman atau
binatang (proyeksi).
7
o. Isolasi sosial
H. Penatalaksanaan
1. Medis (Psikofarmako)
a. Chlorpromazine
1) Indikasi
Indikasi obat ini utnuk sindrom psikis yaitu berdaya berat dalam
kemampuan menilai realitas, kesadaran diri terganggu, daya ingat norma
social dan tilik diri terganggu. Berdaya berat dalam fungsi-fungsi mental
seperti: waham dan halusinasi. Gangguan perasaan dan perilaku yang
aneh atau tidak terkendali, berdaya berat dalam fungsi kehidupan sehari-
hari seperti tidak mampu bekerja, hubungan social dan melakukan
kegiatan rutin.
2) Mekanisme kerja
Memblokade dopamine pada reseptor pasca sinap di otak, khususnya
system ekstra pyramidal.
3) Efek samping
i. Sedasi, dimana pasien mengatakan merasa melayang-layang antar
sadar atau tidak sadar.
ii. Gangguan otonomi (hipotensi) antikolinergik atau parasimpatik,
seperti mulut kering, kesulitan dalam miksi dan defekasi, hidung
tersumbat, mata kabur, tekana intraokuler meninggi, gangguan
irama jantung.
iii. Gangguan ektrapiramidal seperti : distonia akut, akathsia syndrome
parkinsontren, atau bradikinesia regiditas.
4) Kontra indikasi
Kontra indikasi obat ini seperti penyakit hati, penyakit darah, epilepsi
(kejang, perubahan kesadaran), kelainan jantung, febris (panas),
ketergantungan obat, penyakit SSP (system saraf pusat), gangguan
kesadaran disebabkan oleh depresan.
5) Penggunaan obat
8
Penggunaan obat pada klien dengan kondisi akut di berikan 3x100mg.
Apabila kondisi klien sudah stabil dosisnya di kurangi menjadi 1x100mg
pada malam hari saja.
b. Haloperidol (HLP)
1) Indikasi
Indikasi dalam pemberian obat ini, yaitu pasien yang berdaya berat dalam
kemampuan menilai realitas, baik dalam fungsi mental dan dalam fungsi
kehidupan sehari-hari.
2) Mekanisme kerja
Obat anti psikis ini dapat memblokade dopamine pada reseptor pasca
sinaptik neuron di otak, khususnya system limbic dan system pyramidal.
3) Efek samping
i. Sedasi dan inhibisi psikomotor
ii. Gangguan miksi dan parasimpatik, defekasi, hidung tersumbat,
mata kabur, tekanan intraokuler meninggi, gangguan irama
jantung.
4) Kontra indikasi
Kontra indikasi obat ini seperti penyakit hati, penyakit darah, epilepsi
(kejang, perubahan kesadaran), kelainan jantung, febris (panas),
ketergantungan obat, penyakit SSP (system saraf pusat), gangguan
kesadaran.
5) Penggunaan obat
Penggunaan obat pada klien dengan kondisi akut biasanya dalam bentuk
injeksi 3x5mg IM pemberian ini dilakukan 3x24 jam. Sedangkan
pemberian peroral di berikan 3x1,5mg atau 3x5 mg.
c. Trihexyphenidil (THP)
1) Indikasi
Dalam pemberian obat ini, yaitu segala jenis penyakit parkinson,
termasuk pasca encephalitis (infeksi obat yang disebabkan oleh virus atau
bakteri) dan idiopatik (tanpa penyebab yang jelas). Sindrom Parkinson
akibat obat, misalnya reserpina dan fenotiazine.
9
2) Mekanisme kerja
Obat ini sinergis (bekerja bersama) dengan obat kiniden; obat depreson,
dan antikolinergik lainnya.
3) Efek samping
Mulut kering, penglihatan kabur, pusing, mual, muntah, bingung, agitasi
(gerakan motorik yang menunjukkan kegelisahan), konstipasi, takikardia,
dilatasi, ginjal, retensi urine.
4) Kontra indikasi
Kontra indikasinya seperti hipersensitif terhadap trihexypenidil (THP),
glaucoma sudut sempit, psikosis berat psikoneurosis, hipertropi prostat,
dan obstruksi saluran edema.
5) Penggunaan obat
Penggunaan obat ini di berikan pada klien dengan dosis 3x2 mg sebagai
anti parkinson.
2. Keperawatan
Tindakan keperawatan dapat dilakukan secara individual dan terapi berkelompok
Terapi Aktifitas Kelompok (TAK).
10
BAB III
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
b) Identitas klien
Nama : Tn.J
Umur : 25 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Buruh
Alamat : Jl. Ayani, gg.arsyad sutin no. 4D
Tanggal Masuk RS : 16 November 2016
Tanggal Pengkajian : 22 November 2016
No.CM : 00093077
Diagnosa Medis : Skizoafektif tipe manik
c) Identitas Penanggungjawab
Nama : Ny.M
Hubungan dengan klien : Kerabat
Alamat : Jl. Ayani, gg.arsyad sutin no. 4D
Pembiayaan : BPJS PBI
11
C. Faktor Predisposisi
1. Gangguan jiwa di masa lalu
Klien pernah mengalami gangguan jiwa sebelmnya dan pernah di
rawat di RS Jiwa Amino Gondohutomo sebanyak 6 kali dan rawat
inap yang terakhir bulan Agustus 2015. Alasan keluarga membawa
klien ke RSJ karena klien sering menyendiri, tidak mau keluar rumah,
sering bicara sendiri, tertawa sendiri.
Masalah Keperawatan : Isolasi sosial, halusinasi pendengaran
2. Pengobatan sebelumnya
Klien sudah pernah mendapat pengobatan sebelumnya yaitu obat
yang berwarna orange (Clozapine). Tetapi klien sudah satu tahun
terakhir tidak pernah minum obat.
3. Trauma
Klien mengatakan klien tidak pernah mengalami aniaya fisik, seksual,
maupun perilaku kekerasan sebelumnya.
4. Anggota keluarga lain yang mengalami gangguan jiwa
Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mempunyai
gangguan jiwa dan tidak ada yang pernah di rawat di rumah sakit jiwa
selain klien.
5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
Klien mengatakan tidak mempunyai pengalaman yang tidak
menyenangkan. Kejadian berawal dari ayahnya meninggal kemudian
klien menceraikan istri nya.
D. Pemeriksaan Fisik
1. Kesadaran
Komposmentis (E4V5M6)
2. Tanda vital
TD : 110/80 mmHg Nadi : 86x/menit
0
Suhu : 36,7 C RR : 20x/menit
3. Data Antropometri
TB : 156 cm
BB : 60 kg
12
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan dan benjolan pada kepala
klien.
b. Mata
Inspeksi : Klien tidak menggunakan alat bantu penglihatan.
Konjungtiva tidak anemis, mata simetris kanan dan kiri, tidak ada
lesi, penyebaran bulu mata dan alis mata merata,sclera tidak
ikterik, kornea jernih, ukuran pupil isokor antara kanan dan kiri.
Palpasi :Tidak ada nyeri tekan pada kedua mata klien
c. Telinga
Inspeksi : Klien tidak memakai alat bantu pendengaran. Ukuran
kedua telinga klien simetris kanan dan kiri, kedua telinga klien
terlihat bersih, fungsi pendengaran baik.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan dan benjolan pada kedua telinga
klien.
d. Hidung
Inspeksi : Warna kulit hidung sama dengan kulit sekitarnya dan
tidak terdapat lesi. Lubang hidung simetris kanan dan kiri, hidung
klien terlihat bersih dan tidak ada kotoran, klien tidak
menggunakan alat bantu pernapasan.
e. Mulut
Inspeksi :Bentuk bibir simetris, tidak ada lesi. Tidak ada sariawan,
gusi tidak ada perdarahan, dan tidak ada lesi maupun
pembengkakan. Rongga mulut bagian atas dan bawah terlihat
bersih. Gigi klien tersusun rapih. Mukosa bibir lembab.
f. Leher
Inspeksi :Warna kulit pada leher sama dengan warna kulit pada
area sekitarnya, Klien tidak mengalami gangguan menelan.
Palpasi :Tidak terdapat pembesaran vena jugularis. Kelenjar tiroid
dan kelenjar getah bening tidak mengalami pembekakan.Nadi
karotis teraba denyutnya. Tidak ada masa, lesi atau bekas luka pada
leher klien
g. Paru-paru
Inspeksi: Bentuk dada normal chest. Ekspansi dada simetris, tidak
terjadi deformitas tulang dada dan tidak ada terdapat lesi atau
jaringan parut. Tidak terlihat adanya penggunaan otot-otot bantu
pernafasan
Palpasi : Taktil fremitus teraba
Auskultasi: Suara dasar vesikular, tidak ada suara tambahan.
h. Jantung
Inspeksi:Bentuk dada simetris kanan kiri, tidak ada jaringan parut,
tidak ada lesi, tidak terlihat ictus cordis dan irama teratur.
Auskultasi : Bunyi lup dup, tidak terdapat bunyi mur-mur atau
bunyi jantung tambahan lain, irama teratur
i. Abdomen
13
Inspeksi :Bentuk abdomen normal, warna kulit sama dengan warna
kulit dada klien, umbilikus tidak mengalami inflamasi dan posisi
umbilikus tepat ditengah garis tubuh.
Auskultasi : bising usus 8x/menit
j. Genitalia
Tidak terkaji
k. Kulit dan Kuku
Kulit lembab, sedikit kering dibagian kaki, turgor kulit normal,
kulit elastis, kuku panjang, CRT < 2 detik.
l. Ekstremitas Atas
Inspeksi : Bentuk ekstremitas atas normal, tidak terdapat lesi, kulit
lembab
Palpasi : CRT klien < 2 detik, klien dapat melakukan ROM aktif,
tidak terdapat nyeri tekan pada sendi. Kekuatan otot 5
m. Ekstremitas Bawah
Inspeksi : Bentuk ekstremitas klien simestris, tidak terdapat lesi
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan pada kedua ekstremitas bawah.
Kekuatan otot 5
6. Tanda-tanda dehidrasi
Tidak ada tanda-tanda dehidrasi.
Keterangan:
: Perempuan
: Laki-laki
14
: Meninggal
: Klien
: Tinggal serumah
Penjelasan genogram :
Klien mengatakan tidak ada anggota keluarganya yang mempunyai gangguan
jiwa seperti klien. Klien merupakan anak ke tiga dari 3 bersaudara. Klien
masih tinggal serumah dengan orang tuanya. Sebelum klien masuk ke rumah
sakit klien selalu diikutkan dalam pengambilan keputusan dalam keluarga,
tetapi sejak klien dirawat di rumah sakit jiwa klien tidak diikutkan dalam
pengambilan keputusan. Klien mengaku sangat dekat dengan kedua orang
tuanya.
b. Konsep diri
1) Gambaran diri
Klien mengatakan menyukai seluruh bagian tubuhnya. Klien tidak
merasa minder atau malu dengan kondisinya sekarang. Klien
merasa bagian tubuhnya sempurna dan tidak ada alasan bagi klien
untuk minder ataupun malu
2) Identitas diri
Klien mengatakan bahwa dirinya adalah seorang anak laki-laki
satu-satunya, anak ke tiga dari bersaudara.. Klien mengatakan
asalnya dari Semarang, pendidikan terakhirnya adalah SD dan
perkerjaannya adalah buruh.
3) Peran diri
Klien mengatakan bahwa dirinya adalah seorang anak yang
mempunyai kewajiban untuk berbakti kepada orang tua dan
saudara-saudaranya. Bekerja untuk membantu orang tua.
4) Ideal diri
15
Klien mengatakan ingin segera pulang ke rumah dan berkumpul
bersama dengan keluarganya. Selain itu klien juga berharap bisa
segera bekerja lagi seperti biasanya, pingin ikut proyek yang besar.
5) Harga diri
Klien mengatakan malu dengan kondisinya sekarang yang dirawat
di RSJ. Klien mengatakan malu dan kasihan keluarga saya jika
nanti menjadi omongan tetangga.
Masalah keperawatan : Gangguan konsep diri : Harga diri rendah
c. Hubungan sosial
1) Orang dekat (di rumah dan RS)
Klien mengatakan bahwa ayahnya adalah orang yang paling dekat
dengannya ketika di rumah. Klien selalu menceritakan masalah
dan segala yang mengganggu kepada ayahnya. Sedangkan ketika
di rumah sakit klien memiliki banyak teman di RSJ dan yang
paling dekat denganya adalah Tn.A.
2) Peran serta dalam kegiatan masyarakat di rumah dan di RS
Klien mengatakan kegiatan seperti kerjabakti sering diikuti ketika
di rumah. Di rumah sakit klien dapat membantu kegiatan
keseharian seperti menata kursi dan merapikan tempat tidur.
Klien dapat melakukan kegiatan seperti makan, mandi secara
mandiri dan dapat mengikuti kegiatan rehabilitasi. Klien dapat
mengikuti TAK yang dilakukan di ruangan.
3) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Klien mengatakan bahwa dirinya sebenarnya adalah orang yang
pemalu dan pendiam. Klien akan berkomunikasi ketika klien
diajak untuk berkomunikasi. Jika klien tidak diajak
berkomunikasi klien akan diam.
16
Masalah Keperawatan : Isolasi sosial
4) Spiritual
a) Nilai dan keyakinan
Klien mengatakan bahwa agamanya adalah islam, klien juga
mengatakan dirinya sebagai seorang muslim dan percaya
bahwa Allah itu ada. Klien mengatakan bahwa menurut
keyakinannya suara-suara yang ia dengar itu sebenarnya tidak
ada. Hal itu terjadi karna hatinya tidak tenang, kurang brdzikir,
kurang ibadahnya.
b) Kegiatan ibadah
Klien mengatakan selama di rumah, klien akan sholat jika
disuruh namun bolong-bolong (tidak 5 waktu). Di rumah sakit
klien mengatakan sholat 5 waktu tapi bolong-bolong.
9. Status Mental
a. Penampilan
Klien berpakaian sesuai dengan seragam rumah sakit, klien
mengatakan selalu mandi di pagi dan sore hari, keramas setiap
hari, selalu menyisir rambut dan berganti pakaian setiap 2 hari
sekali. Klien menggosok gigi setiap pagi, dan sore. Klien tidak mau
memotong kukunya.
b. Pembicaraan
Klien dapat berbicara dengan baik, jelas dengan volume sedang.
Klien tidak bisa memulai pembicaraan, klien harus ditanya terlebih
dahulu kemudian klien baru akan berkomunikasi dan selalu
menjawab jika ditanya dan bercerita.
c. Aktifitas motorik
Klien tidak mengalami tremor dan tidak terlihat lesu.
d. Alam perasaan
Klien mengatakan merasa biasa saja selama di rumah sakit, tidak
merasa ketakutan. Saat ini klien merasa sedih karena belum
diperbolehkan pulang.
17
e. Afek
Afek tumpul, klien akan merespon stimulus jika diberikan stimulus
terlebih dahulu.
Masalah Keperawatan : Isolasi social
18
Klien tau alasan kenapa keluarganya membawa dia ke rumah sakit
yaitu karena di rumah klien marah-marah, bicara sendiri.
k. Memori
1) Memori jangka panjang (1 bulan)
Memori baik. Klien dapat mengingat kapan terakhir ia masuk
RSJ yaitu tahun 2015.
2) Memori jangka pendek (1 minggu)
Memori baik. Klien dapat mengingat kegiatan- kegiatan
minggu lalu di RSJ seperti klien sudah mengikuti rehab
sebanyak 2 kali
3) Memori saat ini
Memori baik. Klien dapat mengingat hal- hal yang diajarkan
oleh perawat saat ini (mengingat 3 SP Halusinasi)
l. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Klien mampu berkonsentrasi dengan baik ketika diajak
berkomunikasi, focus pada pembicaraan, jawaban sesuai
pertanyaan. Klien mampu menjawab soal perhitungan sederhana
dengan benar baik itu penjumahan, pengurangan, pembagian,
maupun perkalian.
m. Kemampuan penilaian
Klien dapat mengambil keputusan yang sederhana. Misalnya ketika
diberi pilihan untuk tiduran didalam kamar atau duduk diluar, klien
memilih duduk di luar karena di dalam klien merasa ngantuk dan
saat diberi pilihan klien ingin langsung makan atau mengambil
minum terlebih dahulu klien memilih mengambil minum terlebih
dahulu. Saat di rumah, keputusan dan penilaian di lakukan secara
mandiri kadang dibantu dengan saran dari saudara-saudaranya.
n. Daya tilik diri
Daya tilik diri klien baik. Klien menyadari bahwa dirinya sedang
menjalani pengobatan karena masalah jiwanya. Klien tidak
19
mengingkari bahwa dirinya mengalami gangguan jiwa.
20
Waktu 07.00 dan 19.00
Indikasi Terapi akut dan terapi pemeliharaan untuk skizofrenia dan
psikosis lain dengan gejala utama positif dan negative.
Pengobatan episode manik edang sampai berat.
Kontraindikasi Hipersensitif
Efek samping Mulut kering, penglihatan kabur, pusing, mual, muntah,
bingung, agitasi, konstipasi, takikardi, dilatasi ginjal,
retensi urin.
2) Ikalep : Antipsikotik
Dosis 1x 250 mg
Rute per oral
Waktu 07.00
Indikasi Terapi schizofrenia resisten yang tidak memberikan
respon atau intoleran terhadap neuroleptik klasik
Kontraindikasi Hipersensitif terhadap clozapine, penderita/riwayat
granulositopeni, kegagalan fungsi sum-sum tulang,
epilepsi tidak terkontrol, serta intoksikasi obat,gagal
fungsi jantung, hati, dan ginjal yang berat
Efek samping Granulositopeni, lelah, mengantuk, sedasi, pusing, sakit
kepala, mulut kering, takikardi, postiral hipotensi, mual,
muntah dan konstipasi.
g. Pemeliharaan Kesehatan
Kakak klien mengatakan pemeliharaan kesehatan jiwa yang
dilakukan untuk klien pernah dilakukan di RSJD Provinsi
Kalimantan Barat. Untuk waktu kontrol biasanya dilakukan 2
minggu setelah klien diperbolehkan pulang. Keluarga klien
menggunakan jaminan kesehatan berupa BPJS PBI untuk membiayai
perawatan klien selama di rumah sakit.
h. Kegiatan di Rumah
21
Klien mengatakan saat dirumah klien mampu menyiapkan makan
dan minum sendiri. Kegiatan lain yang dilakukan seperti mandi,
berpakaian, mencuci baju, dan mencuci piring dapat dilakukan
secara mandiri.
i. Kegiatan di Luar Rumah
Kegiatan klien di luar rumah seperti kegiatan kerjabakti lingkungan.
13. Pengetahuan
Klien mengatakan tahu tetapi kadang lupa tentang cara-cara
mengontrol suara yang ada.
22
Terapi lain :-
Terapi medis :
1. Olanzapine : Antipsikotik
Dosis 2x 5 mg
Rute per oral
Waktu 07.00 dan 19.00
Indikasi Terapi akut dan terapi pemeliharaan untuk skizofrenia dan
psikosis lain dengan gejala utama positif dan negative.
Pengobatan episode manik edang sampai berat.
Kontraindikasi Hipersensitif
Efek samping Mulut kering, penglihatan kabur, pusing, mual, muntah,
bingung, agitasi, konstipasi, takikardi, dilatasi ginjal,
retensi urin.
2. Ikalep : Antipsikotik
Dosis 1x 250 mg
Rute per oral
Waktu 07.00
Indikasi Terapi schizofrenia resisten yang tidak memberikan
respon atau intoleran terhadap neuroleptik klasik
Kontraindikasi Hipersensitif terhadap clozapine, penderita/riwayat
granulositopeni, kegagalan fungsi sum-sum tulang,
epilepsi tidak terkontrol, serta intoksikasi obat,gagal
fungsi jantung, hati, dan ginjal yang berat
Efek samping Granulositopeni, lelah, mengantuk, sedasi, pusing, sakit
kepala, mulut kering, takikardi, postiral hipotensi, mual,
muntah dan konstipasi.
23
24
B. Analisa Data
25
Do :
a. Klien tampak antusias menceritakan
tentang kemarahannya dulu
b. Klien tampak sedang mengingat kejadian
yang membuatnya marah waktu itu
26
C. Rencana Asuhan Keperawatan
No.
Hari, Tujuan dan Kriteria
DX Intervensi
tanggal Hasil
1 Selasa, Setelah dilakukan Ajarkan SP 1 Pasien
22 tindakan keperawatan 1) Bina hubungan saling percaya
November selama1 hari klien Identifikasi jenis halusinasi klien
2016 dapat mengontrol Identifikasi isi halusinasi klien
halusinasinya dengan Identifikasi waktu halusinasi klien
indikator sebagai Identifikasi frekuensi halusinasi klien
berikut : Identifikasi durasi halusinasi klien
Klien dapat membina Identifikasi situasi yang menimbulkan
hubungan saling halusinasi
percaya 2) Identifikasi respons klien terhadap
Klien dapat mengenal halusinasi
halusinasinya Ajarkan klien menghardik halusinasi
Klien dapat Anjurkan klien memasukkan cara
mengontrol menghardik halusinasi dalam jadwal
halusinasinya kegiatan harian
Ajarkan SP 2 Pasien
1) Evaluasi jadwal kegiatan harian klien
Latih klien mengendalikan halusinasi
dengan cara bercakap-cakap dengan orang
lain
Anjurkan klien memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian
Ajarkan SP 3 Pasien
1) Evaluasi jadwal kegiatan harian klien
Latih klien mengendalikan halusinasi
dengan melakukan kegiatan (kegiatan yang
biasa dilakukan klien di rumah)
27
Anjurkan klien memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian.
Ajarkan SP 4 Pasien
1) Evaluasi jadwal kegiatan harian klien
Berikan pendidikan kesehatan tentang
penggunaan obat secara teratur
Anjurkan klien memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian\Beri pujian jika
klien menggunakan obat dengan benar.
Anjurkan klien mendemonstrasikan cara
mengontrol halusinasi yang sudah
diajarkan
Anjurkan klien memilih salah satu cara
mengontrol halusinasi yang sesuai
2. Selasa, 22 Setelah dilakukan Ajarkan SP 1 Pasien
November tindakan keperawatan 1) Lakukan bina hubungan saling percaya
2016 selama 1 hari klien Identifikasi pennyebab perasaan marah
tidak melakukan Identifikasi tanda dan gejala marah yang
perilaku kekerasan, dirasakan
dengan indikator Identifikasi perilaku kekerasan yang
sebagai berikut : dilakukan
Klien dapat Tanyakan akibat yang ditimbulkan dari
mengidentifikasi perilaku kekerasan
penyebab perilaku Ajarkan cara mengontrol perilaku
kekerasan kekerasan secara fisik ke-1:
Klien dapat relaksasi napas dalam untuk mengontrol
mengidentifikasi marah.
tanda-tanda perilaku Ajarkan SP 2 Pasien
kekerasan Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara
Klien dapat fisik ke-2 : memukul bantal
28
menyebutkan jenis Ajarkan SP 3 Pasien
perilaku kekerasan Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara
yang pernah sosial atau verbal
dilakukan Ajarkan SP 4 Pasien
Klien dapat Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara
menyebutkan akibat spiritual
dari perilaku Ajarkan SP 5 Pasien
kekerasan yang Latihan mengontrol perilaku kekerasan
dilakukannya dengan minum obat
Klien dapat
menyebutkan dan
memberikan contoh
cara mengontrol
perilaku kekerasan
29
D. Implementasi dan Evaluasi
30
manggil nama frekuensi,
saya pokoknya” durasi, situasi
O: yang memicu
Klien tampak halusinasi, dan
antusias respon yang
menceritakan apa dilakukan
yang dialami terhadap
halusinasi)
S: Klien masih
Mampu Mengidentifikasi Klien mengalami
mengenal waktu waktu halusinasi berkata“Munculn halusinasi
halusinasi klien ya kalau malam pendengaran
hari pas mau Klien mampu
tidur mbak.” berkenalan
O: dengan baik
Klien tampak
antusias P:
menceritakan apao Perawat
yang dialami Ulangi SP 1
Pasien:
S: Menghardik
Mampu Mengidentifikasi Klien berkata Lanjutkan SP 2
mengidentifikasi frekuensi “Berapa kalinya Pasien:
frekuensi halusinasi klien ga mesti mbak. cara mengontrol
munculnya Biasanya ya halusinasi
halusinasi Cuma sekali dengan cara
mbak, pas mau kedua :
tidur itu” bercakap-cakap
O: dengan orang
Klien tampak lain
antusias Pasien
menceritakan apa Motivasi klien
yang dialami untuk
mengontrol
S: halusinasi
Mampu Mengidentifikasi Klien berkata dengan cara
mengidentifikasi durasi halusinasi “Paling ya pertama :
lamanya klien sekitar 1 menit menghardik
halusinasi yang mbak, ngga Klien mampu
dialami setiap lama” mempraktekkan
muncul O: cara pertama :
Klien tampak menghardik
antusias untuk
menceritakan apa mengontrol
yang dialami halusinasi
Klien mampu
31
Mampu Mengidentifikasi S: menerapkan
mengidentifikasi situasi yang Klien berkata “Ya cara pertama :
situasi yang menimbulkan pas sendirian gitu menghardik
menimbulkan halusinasi mbak, kan pas untuk
halusinasi mau tidur, kalau mengontrol
siang atau rame- halusinasi
rame jarang
mba”
O:
Klien tampak
antusias
menceritakan apa
yang dialami
Mampu Mengidentifikasi S:
mengidentifiksi respons klien Klien
respon yang terhadap berkata“Dulu pas
dilakukan halusinasi. saya di disini
setelah udah pernah
mendengar diajari mbak, tapi
halusinasi saya lupa.”
O:
Klien teampak
mengingat cara
yang yang sudah
diajarkan.
Memberikan Mengajarkan S:
pengetahuan klien cara Klien berkata
kepada klien mengontrol “Jadi, kalau saya
cara mengontrol halusinasi dengan mulai mendengar
halusinasi cara pertama: suara tersebut
dengan cara menghardik saya langsung
pertama bilang Pergi
(menghardik) kamu, saya gak
mau dengar,
kamu tidak nyata,
pergi sambil
nutup telinga dan
tutup mata. Gitu
mba?”
O:
Klien terlihat
antusias
mempraktekkan
cara menghardik
32
Rabu, 23 Mengevaluasi Mengevaluasi S: S:
November 1. pengetahuan klien cara-cara - Klien berkata Klien berkata
2016 klien tentang mengontrol “Cara ngusirnya “Ya tutup mata
08.45 cara-cara halusinasi dan saat dengar suara tutup telinga
WIB mengontrol cara pertama lalu bilang, Pergi sambil bilang
halusinasi dan untuk mengontrol kamu. Kamu tidak kamu suara gak
mempraktekkan halusinasi : nyata. Pergi, nyata, pergi”
cara menghardik menghardik pergi sambil Klien berkata
menutup telinga “Saya nanti
dan tutup mata” akan ngajak
O: ngobrol teman
- Klien mampu sekamar biar
menyebutkan cara saya gak denger
mengontrol suara lagi
halusinasi mbak”
- Klien tampak O:
antusias Klien terlihat
mempraktekkan antusias
cara menghardik menyebutkan
untuk mengontrol cara-cara
halusinasi mengontrol
halusinasi
Memberikan Mengajarkan S: Klien terlihat
pengetahuan klien cara Klien berkata antusias
klien tentang mengontrol “Oh yang kedua mempraktekkan
cara mengontrol halusinasi dengan itu ngobrol cara
halusinasi cara ke-2: sama orang lain menghardik
dengan cara ke- bercakap-cakap ya mbak, oh ya A:
2: bercakap- dengan orang lain saya ingat” Klien mampu
cakap dengan Klien berkata menyebutkan
orang lain “Ketika cara-cara
mendengar mengontrol
suara, saya halusinasi
minta tolong Klien mampu
sama orang lain mempraktekkan
buat ngajak cara
saya ngobrol menghardik
biar gak dengar dengan benar
suara lagi, gitu Klien masih
ya mbak ya” mengalami
halusinasi
O: Klien bersedia
Klien terlihat melakukan cara
antusias kedua :
mempraktekkan bercakap-cakap
cara mengontrol dengan orang
33
halusinasi lain untuk
dengan cara mengontrol
kedua : halusinasinya.
bercakap-cakap Klien dapat
dengan orang mengajak orang
lain lain mengobrol
untuk
mengontrol
halusinasinya
P:
Perawat
Ulangi SP 1 dan
2 Pasien
Lanjutkan SP 3
Halusinasi :
melakukan
kegiatan
terjadwal
Pasien
Motivasi klien
untuk
mengontrol
halusinasi
dengan cara
kedua:
bercakap-cakap
dengan orang
lain
- Klien mampu
mengontrol
halusinasi
dengan cara
kedua:
bercakap-
cakap dengan
orang lain
- Klien mampu
menerapkan
cara kedua:
bercakap-
cakap dengan
orang lain
untuk
mengontrol
halusinasi
34
Kamis, 24 1. Mengevaluasi - Mengevaluasi S: S:
November pengetahuan klien cara-cara Klien berkata “ Klien berkata
2016 klien tentang mengontrol bisa mba. “Kalau
08.30 cara-cara halusinasi Pergi-pergi, kegiatan di
WIB mengontrol dengan cara kamu tidak rumah saya ya
halusinasi dan menghardik dan nyata, kamu bantu-bantu
mempraktekkan dengan cara suara palsu. bersihin rumah
cara bercakap-cakap Gitu mba mbak,kasih
menghardik, dan dengan orang sambil tutup pakan ayam
bercakap-cakap lain telinga” gitu mbak”
Klien berkata Klien berkata
“Saya kemarin “Ya kalu di
ngajak Tn. A rumah sakit ya
untuk menemani sperti ini mbak.
saya mbak, jadi Shubuh,
saya gak denger mandinya
suara–suara tergantung
teman saya” mbak, kalau pas
O: sebelum shubuh
Klien tampak penuh ya
antusias mandinya habis
menceritakan shubuh,
apa yang sudah sarapan terus
dilakukannya olah raga,
nontn tv
Memberikan - Mengajarkan S: biasanya mbak,
pengetahuan klien cara Klien berkata siang makan,
kepada klien mengontrol “Kalau di sholat dzuhur
cara mengontrol halusinasi : rumah sakit terus tidur
halusinasi Melakukan berarti ya mulai siang mbak.
dengan cara ke- kegiatan dari pagi ya Sore ya
3 : melakukan terjadwal mbak. Shubuh, ngobrol-
aktivitas sebelum shubuh ngobrol sama
terjadwal udah mandi, yang lain
terus nyuci baju sambil nunggu
ya mbak, siap- makan, terus
siap nunggu tidur deh
sarapan terus mbak”
habis sarapan
olah raga, terus O:
nanti ngobrol- Klien tampak
ngobrol sama antusias
yang lain atau Klien dapat
sama perawat memutuskan
ya mbak, Siang kegiatan yang
makan, setelah akan dilakukan
35
itu sholat dalam sehari
dzuhur terus A:
tidur siang Klien mampu
mbak. Sore ya membuat jadwal
ngobrol- kegiatan sehari-
ngobrol sama hari dengan
yang lain mandiri
sambil nunggu Klien mampu
makan, terus memutusakan
tidur deh mbak” jadwal kegiatan
yang akan
O: dilakukan sehari-
Klien tampak hari
antusias Halusinasi tadi
Klien dapat malam sudah
memutuskan tidak dialami
kegiatan yang
akan dilakukan P :
dalam sehari Perawat
Lanjutkan SP 4
Halusiansi :
Ajarkan cara
mengontrol
halusinasi
dengan cara ke-
4 : minum obat
secara teratur
Pasien
Motivasi klien
untuk
melakukan
kegiatan untuk
mengontrol
halusinasi
Klien mampu
mempraktekkan
dan
menerapkan
cara-cara
mengontrol
halusinasi
dengan
melakukan
kegiatan
terjadwal
36
Jum’at, 25 1. Mengevaluasi - Mengevaluasi S: S:
November pengetahuan klien cara-cara Klien berkata Klien berkata
2016 klien tentang mengontrol “Kemarin saya “Saya minum
09.00 cara-cara halusinasi melakukan obat 2 kali
WIB mengontrol dengan cara kegiatan yang sehari mbak,
halusinasi keempat : sudah saya buat habis sarapan
dengan cara melakukan sama mbak sama pas sore
melakukan kegiatan ning, tapi ngga hari.”
kegiatan terjadwal semua. Tadi Klien berkata
terjadwal malam juga gak “Ya mbak saya
denger suara akan minum
suara lagi obat secara
mbak” teratur”
O:
O: Klien tampak
Klien antusias antusias
menceritakan Klien bersedia
apa yang untuk minum
dilakukan obat secara
kemarin teratur
A:
Memberikan - Mengajarkan S: Klien mampu
pengetahuan klien cara Klien berkata menyebutkan
kepada klien mengontrol “Saya minum berapa jenis
cara mengontrol halusinasi : obat 2 kali obat yang
halusinasi Minum obat sehari mbak, diminum
dengan cara ke- secara teratur habis sarapan Klien mampu
4: minum obat sama pas sore menjelaskan
secara teratur hari” pengaruh dari
Klien berkata obat yang
“Ya mbak saya diminum
akan minum Tidak ada
obat secara halusinasi
teratur dan saya yang dialami
pastikan P:
obatnya itu o Perawat
milik saya” Ulangi SP 1-4
O: Pasien untuk
Klien tampak mengontrol
antusias halusinasi
Klien bersedia
untuk minum 2. Pasien
obat secara Klien mampu
teratur mengenal dan
mengingat 4
cara mengontrol
37
halusinasi
Klien mampu
mempraktekkan
dan
menerapkan
cara-cara
mengontrol
halusinasi
dengan teratur
Klien mampu
mengontrol
halusinasi
dengan
menggunakan 4
cara yang telah
diajarkan
Motivasi klien
untuk
mempraktekkan
cara mengontrol
halusinasi
Sabtu, 26 2 Mampu Membantu S: S:
November mengetahui mengidentifikasi Klien berkata: Klien berkata:
2016 pennyebab penyebab “ya ngga tau “ya ngga tau
09.30IB perasaan marah perasaan marah mba pastinya mba pastinya
kenapa. kenapa.
Pokoknya Pokoknya
setelah denger setelah denger
suara bisikan- suara bisikan-
bisikan gitu bisikan gitu
saya jadi saya jadi
marah-marah. marah-marah.
Saya pusing, Saya pusing,
masa ngga ada masa ngga ada
yang percaya yang percaya
saya kalau saya saya kalau saya
dengar suara dengar suara
itu.” itu.”
O: Klien berkata:
Klien sangat “kalau saya
antusias saat lagi marah ya
bercerita saya
ngomongnya
Klien Membantu S: kasar mba,
mengreahui mengidentifikasi Klien berkata: ngomong
tanda dan gejala tanda dan gejala “kalau saya dengan nada
38
marah yang marah yang lagi marah ya tinggi, gelisah,
dirasakan dirasakan saya pusing, sakit
ngomongnya kepalanya”
kasar mba, Klien berkata:
ngomong “kalau saya
dengan nada marah ya
tinggi, gelisah, biasaya saya
pusing, sakit terika-teriak,
kepalanya” kadang buang
O: barang, pernah
klien antusias mukul orang
juga. Tapi itu
S: dulu mba”
Klien Membantu Klien berkata: Klien berkata:
mengetahui mengidentifikasi “kalau saya “iya mba
perilaku perilaku marah ya kemarin sudah
kekerasan yang kekerasan yang biasaya saya diajarin sama
dilakukan dilakukan terika-teriak, mba-mba nya.
kadang buang Saya sudah bisa
barang, pernah mba”
mukul orang
juga. Tapi itu O:
dulu mba. Klien
Sekarang kooperatif
pernah marah- Klien mampu
marah, tapi mempraktikan
jarang sampai teknik nafas
buang barang- dalam
barang” A:
O: Klien kadang
klien kooperatif masih marah-
marah
S: Klien masih
Klien Membantu Klien berkata: mengalami
mengetahui mengidentifikasi “ya karena saya resiko perilaku
akibat yang akibat yang marah-marah, kekerasan
ditimbulkan dari ditimbulkan dari orang-orang P:
perilaku perilaku jadi pada takut,o Perawat
kekerasan kekerasan saya akhirnya Ulangi SP 1
dibawa ke sini. Pasien: relaksasi
Nyesel saya nafas dalam
mba, pingin Lajutkan SP 2
pulang Pasien: Latihan
sebenarnya” mengontrol
O: perilaku
klien kooperatif kekerasan secara
39
Klien Mengajarkan cara S: fisik ke-2 :
mengetahui cara mengontrol Klien berkata: memukul bantal
mengontrol perilaku “iya mba o Pasien
perilaku kekerasan secara kemarin sudah Motivasi klien
kekerasan secara fisik ke-1: diajarin sama untuk melakukan
fisik ke-1: relaksasi napas mba-mba nya. relaksasi nafas
relaksasi napas dalam untuk Saya sudah bisa dalam saat marah
dalam untuk mengontrol marah mba”
mengontrol O:
marah. klien mampu
mempraktikan
cara relaksasi
napas dalam
untuk
mengontrol
marah
Senin, 28 Mengevaluasi Mengevaluasi S: S:
November cara mngontrol cara klien Klien berkata:” Klien berkata:”
216 marah klien mengontrol marah begini kan mba, begini kan mba,
09.00 dengan cara dengan cara tenang, tenang,
WIB nafas dalam pertama: nafas kemudian tarik kemudian tarik
dalam nafas pelan. nafas pelan.
Biasanya saya Biasanya saya
sambil tutup sambil tutup
mata mba” mata mba”
O: klien berkata:
klien mampu “oh iya mba,
mempraktikan jadi kalau
cara nafas dalam marah ke kamar
aja pukul bantal
Memberikan Mengajarkan cara S: atau kasur kan
pengetahuan mengontrol klien berkata: mba?”
cara mengontrol perilaku “oh iya mba,
perilaku kekerasan secara jadi kalau O:
kekerasan fisik ke-2 : marah ke kamar Klien
dengan cara memukul bantal aja pukul bantal kooperatif
yang kedua: atau kasur kan A:
memukul bantal mba?” Klien kadang
O: masih marah-
klien belum marah
mau Klien masih
mempraktikan mengalami
cara memukul resiko perilaku
bantal secara kekerasan
langsung. P:
o Perawat
40
Ulangi SP 1
Pasien: relaksasi
nafas dalam
Ulangi SP 2
Pasien: Latihan
mengontrol
perilaku
kekerasan secara
fisik ke-2 :
memukul bantal
Lanjutkan :
SP 3 Pasien:
Latihan
mengontrol
perilaku
kekerasan secara
sosial atau verbal
SP 4 Pasien:
Latihan
mengontrol
perilaku
kekerasan secara
spiritual
SP 5 Pasien:
Latihan
mengontrol
perilaku
kekerasan dengan
minum obat
o Pasien
Motivasi klien
untuk melakukan
relaksasi nafas
dalam saat marah
Motivasi klien
untuk melakukan
pukul bantal saat
marah
41
walaupun lagi walaupun lagi
ngga marah” ngga marah”
O: klien Klien berkata: “
mempraktikan yang kedua
bisa nafas dalam pukul bantal
mba. gini mba
Mengevaluasi Mengevaluasi S: saya mukulnya,
cara mngontrol cara klien Klien berkata: “ sampai puas
marah klien mengontrol marah yang kedua pukul mukulnya,
dengan cara klien dengan cara bantal mba. gini sampai
pukul bantal pukul bantal mba saya marahnya
mukulnya, sampai ilang”
puas mukulnya, Klien berkata:
sampai marahnya “Hari, minta
ilang” tolong ambilin
O: klien minum ya?”
mempraktikan klien berkata:
cara pukul bantal “yang keempat
spiritual.
Dengan cara
Memberikan Mengajarkan SP S: berdoa,
pengetahuan 3 Pasien: Latihan Klien berkata: berdzikir”
cara mengontrol “gimana mba Klien berkata:
mengontrol perilaku tadi?” “iya mba besok
perilaku kekerasan secara Klien berkata: kalau udah
kekerasan secara sosial atau verbal “Hari, minta pulang,
sosial atau tolong ambilin dirumah juga
verbal minum ya?” akan rutin
Klien berkata: minum obat
“ngga boleh ras biar ngga
dan kasar masuk RS lagi”
ngomongnya ya
mba?” O:
O: Klien
Klien kooperatif kooperatif
Klien mampu Klien mampu
memraktikan cara mempraktikan
minta tolong yang cara memukul
baik bantal
Klien bersedia
S: minum obat
Memberikan Mengajarkan klien berkata: secara teratur
pengetahuan SP 4 Pasien: “yang keempat
cara Latihan spiritual. Dengan A:
mengontrol mengontrol cara berdoa,
Klien kadang
perilaku perilaku berdzikir”
masih marah-
42
kekerasan secara kekerasan secara O: klien marah
spiritual spiritual kooperatif Klien mampu
menyebutkan 5
SP cara
S: mengontol
Memberikan Mengajarkan Klien berkata: perilaku
pengetahuan SP 5 Pasien: “saya rutin kekerasan
cara Latihan minum obat kok Klien masih
mengontrol mengontrol mba. setiap pagi mengalami
perilaku perilaku dan sore selalu resiko perilaku
kekerasan kekerasan dengan minum obat.” kekerasan
dengan minum minum obat Klien berkata:
obat “iya mba besok P:
kalau udah o Perawat
pulang, Ulangi SP 1-5
dirumah juga Pasien untu
akan rutin mengontrol
minum obat perilaku
biar ngga kekerasan
masuk RS lagi”
o Pasien
O: Pasien mampu
Klien kooperatif mengenal dan
mengingat 5
cara mengontrol
perilaku
kekerasan
Pasien mampu
mrmpraktikan 5
cara mengontrol
perilaku
kekerasan
Pasien mampu
mengontrol
perilaku
kekerasan
dengan 5 cara
mengontrol
perilaku
kekerasan yang
sudah diajarkan
BAB IV
43
PENUTUP
A. Kesimpulan
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien mengalami
perubahan sensori, seperti merasakan sensasi palsu berupasuara, penglihatan,
pengecapan, perabaan atau penghiduan. Klien merasakan stimulus yang sebetulnya
tidak ada. (WHO, 2006). Ada beberapa faktor yang menyebabkan halusinasi yaitu
faktor predisposisi dan faktor presipitasi. Faktor predisposisi meliputi faktor
perkembangan, sosiokultural, biokimia, psikologis, dan faktor geneik. Sedangkan
faktor presipitasi meliputi dimensi fisik, emosional, intelektual, sosial, dan spiritual.
Menurut Yosep, 2009 tanda dan gejala halusinasi yaitu melihat bayangan
yang menyuruh melakukan sesuatu berbahaya, melihat seseorang yang sudah
meninggal, melihat orang yang mengancam diri klien atau orang lain, bicara atau
tertawa sendiri, marah-marah tanpa sebab, menutup mata, mulut komat-kamit, ada
gerakan tangan, tersenyum, gelisah, menyendiri, dan melamun.
Halusinasi dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu sebagai berikut (Maramis, 2004):
1. Halusinasi penglihatan (visual, optik)
2. Halusinasi pendengaran (auditif, akustik
3. Halusinasi penciuman (olfaktorik)
4. Halusinasi pengecapan (gustatorik)
5. Halusinasi peraba (taktil)
6. Halusinasi kinestetik
1. Tahap pertama
karakteristik yang tampak pada individu adalah orang yang berhalusinasi
mengalami keadaan emosi seperti ansietas, kesepian, merasa takut serta mencoba
memusatkan penenangan pikiran untuk mengurangi ansietas.
2. Tahap kedua
karakteristik yang tampak pada individu yaitu individu merasa kehilangan
kendali dan mungkin berusaha untuk menjauhkan dirinya dari sumber yang
44
dipersiapkan, individu mungkin merasa malu dengan pengalaman sensorinya dan
menarik diri dari orang lain.
3. Tahap ketiga
karakteristik yang tampak adalah orang yang berhalusinasi menyerah untuk
melawan pengalaman halusinasinya dan membiarkan halusinasi tersebut
menguasai dirinya, individu mungkin mengalami kesepian jika pengalaman
sensori tersebut berakhir.
4. Tahap keempat
karakteristik yang tampak adalah pengalaman sensori mungkin menakutkan jika
individu tidak mengikuti perintah, dimana halusinasi bisa berlangsung beberapa
jam atau beberapa hari, apabila tidak ada intervensi terapeutik.
Mekanisme koping menurut Yosep, 2009 meliputi cerita dengan orang lain
(asertif), diam (represi/supresi), menyalahkan orang lain (sublimasi), mengamuk
(displacement), mengalihkan kegiatan yang bermanfaat (konversi), memberikan alasan
yang logis (rasionalisme), mundur ke tahap perkembangan sebelumnya (regresi),
dialihkan ke objek lain, memarahi tanaman atau binatang (proyeksi).
45
5. Implementasi keperawatan dilakukan sesuai dengan intervensi yang telah
dibuat, klien sangat kooperatif saat petugas melaksanakan implementasi
sesuai rencana.
6. Evaluasi yang dilakukan tercapai dan berhasil karna pasien mampu
melakukan serta menerapkan implementasi yang telah dilatih oleh
petugas.
B. Saran
1. Sebagai pemberi asuhan keperawatan, sebaiknya perawat selalu
melakukan pendekatan terus menerus dan bertahap kepada pasien dengan
halusinasi pendengaran untuk mengontrol halusinasi yang muncul. Klien
dengan halusinasi pendengaran biasanya menyendiri atau melamun,
kebiasaan tersebut merupakan faktor pencetus munculnya kembali
halusinasi.
2. Perawat sebaiknya selalu mengawasi dan memberi dukungan kepada
klien, memperhatikan kebutuhan klien, selain itu perawat juga harus
memotivasi klien agar melakuka kegiatan yang dapat mengontrol
halusinasi serta sesering mungkin menemani pasien saat terlihat
menyendiri.
46