Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH AL ISLAM

“AKHLAK, ETIKA, DAN MORAL”

DOSEN PEMBIMBING : ARY ANTONY PUTRA, M.A

KELOMPOK 1 :

DWI MAHENDRA SUBHI (183510232)


DWI SHAHNA AMRISA (183510257)
NURFAJRI (183510246)
RIZKI FAUZI (183510342)

PRODI TEKNIK INFORMATIKA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
2019
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur atas kehadiran Allah SWT atas karunia
dan rahmat-Nya, kami dapat menyusun makalah yang berjudul “Akhlak, Etika,
dan Moral” dengan lancar.

Adapun maksud penyusunan makalah ini untuk memenuhi tugas pendidikan


agama islam. Rasa terima kasih kami, tidak terkirakan kepada yang terhormat
Bapak Ary Antony Putra, M.A, selaku dosen pembimbing materi dalam
pembuatan makalah ini, serta semua pihak yang telah mendukung dalam
penyusunan makalah ini yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu.

Harapan kami bahwa makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca
untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang akhlak, etika, dan moral.

Kami sebagai penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna dengan keterbatasan yang kami miliki. Tegur sapa dari pembaca akan
kami terima dengan tangan terbuka demi perbaikan dan penyempurnaan makalah
ini.

Pekanbaru, Februari 2019

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang........................................................................................ 1
BAB II .................................................................................................................... 2
PERMASALAHAN .............................................................................................. 2
2.1. Akhlak .................................................................................................... 2
2.2. Moral ...................................................................................................... 2
2.3. Etika ........................................................................................................ 2
BAB III PEMBAHASAN
3.1. Akhlak .................................................................................................... 3
3.1.1. Pengertian Akhlak ...................................................................... 4
3.1.2. Tujuan Akhlak ............................................................................ 4
3.1.3. Faktor-Faktor Pembentuk Akhlak .............................................. 5
3.1.4. Cakupan dan Lingkup Ajaran Akhlak ........................................ 5
3.1.5. Sumber dan Model Akhlak ......................................................... 7
3.1.6. Sifat – Sifat Seorang Muslim dalam Berakhlak ......................... 7
3.1.7. Bagaimana Memperbaiki Akhlak yang Buruk? ......................... 8
3.2. Moral .................................................................................................... 11
3.2.1. Pengertian Moral ...................................................................... 11
3.2.2. Perbedaan Etika, Akhlak, dan Moral ........................................ 12
3.2.3. Persamaan Etika, Akhlak, dan Moral ....................................... 13
3.2.4. Hubungan Etika, Akhlak, dan Moral ........................................ 13
3.2.5. Macam-Macam Moral .............................................................. 14
3.3. Etika ...................................................................................................... 15
3.3.1. Pengertian Etika ........................................................................ 15
3.3.2. Macam-Macam Etika ................................................................ 15
3.3.3. Karakteristik Etika dalam Islam ............................................... 17
BAB IV PENUTUP
4.1. Kesimpulan ........................................................................................... 18
4.2. Saran ..................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB II

PEMBAHASAN

1.1. Latar Belakang

Di era global yang semakin maju ini perilaku seorang muslim semakin
beraneka ragam. Manusia cenderung mengikuti pola hidup yang mewah dan
bergaya, mereka bahkan lupa dengan adanya etika, moral dan akhlak
yangtidak terlalu dihiraukan dan dijadikan pedoman dalam hidup. Karena
pada kenyataannya manusia sekarang kurang pengetahuan tentang etika,
moral, dan akhlak.

Selama ini pelajaran etika, moral, dan akhlak sudah diperkenalkan


sejak kita berada di sekolah dasar, yaitu pada pelajaran agama islam dan
kewarganegaraan. Namun ternyata pelajaran etika, moral dan akhlak itu
hanya dibiarkan saja tanpa di aplikasikan ke dalam perilaku kehidupan
sehari-hari, sehingga pelajaran yang telah disampaikan menjadi sia-sia.

Sebagai generasi penerus Indonesia, sangatlah tidak terpuji jika kita


para generasi penerus tidak memiliki etika, moral dan akhlak. Oleh karena
itu penulis menyusun makalah ini agar menjadi acuan dalam perbaikan
etika, moral, dan akhlak masyarakat.

1
BAB II

PERMASALAHAN

2.1. Akhlak

Beberapa permasalahan yang akan dibahas berkaitan dengan akhlak


diantaranya :
1. Pengertian Akhlak
2. Tujuan dari Akhlak
3. Faktor – faktor pembentuk akhlak
4. Cakupan dan lingkup ajaran akhlak
5. Sumber dan model akhlak
6. Sifat – sifat seorang muslim dalam berakhlak
7. Bagaimana cara memperbaiki akhlak yang rusak.

2.2. Moral

Beberapa permasalahan yang akan dibahas didalam moral diantaranya :


1. Apakah pengertian dari moral?
2. Apakah perbedaan etika, akhlak, dan moral?
3. Apakah persamaan etika, akhlak, dan moral?
4. Bagaimana hubungan antara etika, akhlak, dan moral?
5. Apa saja macam-macam moral?

2.3. Etika

Beberapa yang akan dibahas dalam etika diantaranya :


1. Pengertian Etika
2. Macam – macam etika
3. Karaktristik Etika dalam Islam

2
BAB III

PEMBAHASAN

3.1. Akhlak

Akhlak merupakan lambang kualitas seorang manusia, masyarakat,


umat, yang menentukan eksistensi seorang muslim sebagai makhluk Allah
Swt. Persoalan akhlak merupakan persoalan yang penting bagi kaum
muslim, sebagai pribadi dalam keluarga, sebagai individu dalam
masyarakat, sebagai muslim di tengah umat, sebagai umat di tengah
interaksinya dengan bangsa dan peradaban di dunia.
Satu demi satu, manusia mengalami proses rekontruksi visi dan
pandangan hidup mereka tentang diri mereka sendiri sebagai manusia,
tentang alam raya yang mengintari mereka, dan tentang visi kehidupan
mereka di dunia. Hal itu merupakan awal dari perubahan kepribadian
mereka.
Dalam kehidupannya, manusia memberikan penilaian terhadap
beberapa perilaku manusia lainnya, bahwa perbuatan ini baik, perbuatan itu
buruk, tindakan ini benar atau tindakan itu salah. Sering kali menentukan
baik dan buruknya itu didasarkan pada perasaan dan ukuran-ukuran yang
ditetapkan sendiri. Bahkan sering didasarkan pada kepentingan-kepentingan
dan tujuan-tujuan yang dikehendakinya sendiri.
Untuk itulah dalam meniti dan menata kehidupan, diperlukan norma
dan nilai, diperlukan standar dan ukuran untuk menentukan secara obyektif
apakah perbuatan dan tindakan yang dipilih itu baik atau tidak, benar atau
salah, sehingga yang dilihat bukan hanya kepentingan diri sendiri,
melainkan juga kepentingan orang lain, kepentingan bersama, kepentingan
umat manusia secara keseluruhan. Dan untuk itu setiap individu dituntut
memiliki komitmen moral, yaitu spiritual pada norma kebajikan dan
kebaikan (Aliya, 1992).

3
4

3.1.1. Pengertian Akhlak


a) Jati diri, karakter yang menyertai manusia dimana pun ia
berada.
b) Salah satu faktor yang menentukan derajat keislaman dan
keimanan.
c) Lambang kualitas seorang manusia, masyarakat, umat, karena
menentukan eksitensi seorang muslim sebagai makhluk Allah
SWT.

Dapat disimpulkan bahwa akhlak adalah ajaran yang


menyangkut masalah-masalah kehidupan yang berkaitan dengan
ketentuan-ketentuan dan ukuran-ukuran baik buruk atau benar
salahnya suatu perbuatan lahir maupun perbuatan batin, baik
perbuatan yang hanya menyangkut diri pribadi atau yang berkaitan
dengan orang lain atau dengan alam. Akhlak Rasulullah merupakan
akhlak islami yang merupakan refleksi nilai-nilai islami yang
diyakini dengan motivasi semata-mata mencari keridhaan Allah
SWT. Akhlak islami merupakan nilai-nilai terpuji karena nilai-nilai
islami adalah nilai-nilai fitrah insani yang bersih dan lurus.

3.1.2. Tujuan Akhlak


Akhlak merupakan dimensi ketiga dari ajaran islam setelah
aqidah dan syariah. Akhlak menyangkut masalah-masalah
kehidupan yang berkaitan dengan ketentuan-ketentuan dan ukuran-
ukuran baik buruknya suatu perbuatan. Perbuatan itu dapat berupa
perbuatan lahir maupun perbuatan batin yang hanya menyangkut
diri pribadi ataupun orang lain atau dengan alam. Akhlak juga
berkaitan dengan ajaran bagaimana seseoarang bertindak sehingga
ia dapat mengukur dan diukur moralitasnya. Dengan ajaran akhlak,
manusia baik sebagai individu maupun kelompok dibersihkan
jiwannya, ditingkatkan derajat moral kemanusiaannya, dan
5

dijauhkan dari kecenderungan untuk melakukan tindakan yang


mungkin dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain.

3.1.3. Faktor-Faktor Pembentuk Akhlak


Akhlak terbentuk oleh empat faktor, yaitu :

a. Faktor genetik. Sebagai contoh seseorang yang berasal dari


daerah yang panas cenderung berbicara “keras”.

b. Faktor psikologis. Faktor ini berasal dari nilai-nilai keluarga


(misal bapak dan ibu) tempat seseorang berkembang sejak
lahir.

c. Faktor sosial. Faktor lingkungan tempat seseorang tinggal akan


berpengaruh juga terhadap pembentukan akhlak seseorang.

d. Faktor nilai islami. Akhlak islami adalah seperangkat tindakan


/ gaya hidup yang terpuji yang merupakan refleksi nilai-nilai
islam yang diyakinidengan motifasisemmata-mata mencari
keridhoan Allah SWT.

3.1.4. Cakupan dan Lingkup Ajaran Akhlak


Akhlak sebagai ajaran tentang moral dan islam mencangkup
dimensi yang meliputi seluruh aspek hubungan yang terjalin pada
manusia. Diantaranya :

a. Akhlak terhadap Allah, yaitu ditunjukan untuk membina


hubungan yang akrab dengan Allah SWT sebagai pencipta dan
penentu segala sesuatu, sehingga Allah dirasakan hadir dalam
gerak dan langkahnya.

b. Akhlak pada diri sendiri, yaitu ditunjukan untuk membersihkan


dan menjernihkan jiwa juga perasaan sehingga ia memperoleh
ketentraman dan ketenangan dalam menghadapi berbagai
6

problema kehidupan serta memelihara eksitensinya sendiri.


Seperti sabar, tawakal, iffah (menjaga diri), syukur, tidak
boros, rendah hati dan sebagainya.

c. Akhlak terhadap sesama manusia, yaitu ditunjukan pada


penciptaan kondisi dan lingkungan sosial yang harmonis,
penuh kedamaian sehingga kondusif bagi perkembangan
individu. Seperti :

1) Akhlak terhadap orang tua seperti hormat pada orang tua.

2) Akhlak terhadap tetangga seperti tidak mengganggu dengan


perkataan maupun perbuatan.

3) Akhlak terhadap masyarakat lainnya seperti tenggang rasa,


tolong menolong, pemaaf, dermawan, rasa bersaudara, adil,
jujur dan sebagainya.

4) Akhlak terhadap pemimpin seperti taat, hormat, percaya.

5) Akhlak terhadap yang dipimpin seperti adil, musyawarah,


ramah (kasih sayang), lembut, menahan marah, tidak
otoriter, adil dan sebagainya.

6) Akhlak terhadap guru seperti hormat, taat, menghargai,


tidak mencemooh dan sebagainya.

d. Akhlak terhadap lingkungan alam ditunjukan agar lingkungan


hidup terpelihara, tidak rusak dan tetap lestari sehingga alam
terus menerus memberikan manfaat bagi kehidupan manusia
itu sendiri atau manusia di masa depan. Misalnya mengonsumsi
sekedar keperluan dan tidak mengambil secara berlebihan,
memanfaatkan apa yang dapat dimanfaatkan dan sebagainya.
7

3.1.5. Sumber dan Model Akhlak


a. Sumber Akhlak Islami

1) Al-Quran yang merupakan firman Allah SWT yang


kebenarannya tidak diragukan dan diperbantah lagi.

2) As-Sunah yang tertuang dalam hadis-hadis sebagai


keterangan dan penjabaran serta petunjuk dari apa yang
dimaksud dalam Al-Quran.

3) Perundang-undangan , selama hal itu baik bagi kehidupan


manusia.

4) Adat istiadat masyarakat.

b. Model Akhlak Islami

Nabi Muhamad SAW adalah model akhlak dalam


melaksanakan akhlak islami yaitu:

1. Akhlak Qurani

2. Akhlak manusia terbaik

“Sesungguhnya engkau (wahai Muhamad) memiliki akhlak


(moral) yang tinggi “ (QS Al Qalam[68] : 4)

3.1.6. Sifat – Sifat Seorang Muslim dalam Berakhlak


a) Menjauhi perkara-perkara yang su’bat (samar)
“Seorang hamba (manusia) tidak mencapai derajat orang-orang
yang bertaqwa kecuali apabila kamu meninggalakan sesuatu
yang tidak bermasalah (tidak berbahaya) agar terhindar dari
perkara yang bermasalah (bahaya).
b) Menjaga pandangan, yaitu menjaga pandangan sehingga tidak
melihat perkara-perkara yang diharamkan oleh Allah SWT
8

“Katakanlah kepada laki-laki yang beriman, ‘hendaklah


mereka menahan pandangannya....” (QS. An-Nur :30)
c) Menjaga ucapan, yaitu menjaga lisan dari ucapan-ucapan yang
tidak bermanfaat dan kotor seperti ghibah atau menggunjing.
“Bukankah banyak dari manusia yang tersungkur di dalam
neraka hanya karena akibat dari ulah lidahnya”.(HR. Tirmidzi)
d) Malu, yaitu senantiasa memiliki rasa malu dalam setiap
kondisi, tetapi tidak menghalangi keberanian untuk
menyatakan kebenaran.
e) Lapang Dada dan Sabar, alangkah indahnya kehidupan seorang
muslim ketika ia mendapat nikmat bersyukur dan ketika
mendapat cobaan bersabar.
f) Jujur, Seorang muslim harus selalu berkata benar tanpa merasa
takut terhadap ancaman orang lain, selama itu tulus dilakukan
untuk Allah SWT.
g) Rendah hati (tawadhu)
“Tidak akan masuk syurga, orang yang pada hatinya tersimpan
kesombongan walaupun hanya sebesar dzarrah,” (HR. Muslim)
h) Menghindarkan prasangka buruk, ghibah, dan tidak mencari-
cari kesalahan (QS. Al-Huzurat : 12)
i) Murah hati dan Dermawan, seorang muslim harus murah hati,
dermawan, dan mau mengorbankan diri dan hartanya dijalan
Allah SWT (QS. Al-Baqarah : 3)
j) Menjadi teladan yang baik bagi orang lain.

3.1.7. Bagaimana Memperbaiki Akhlak yang Buruk?


Berikut ini enam kiat memperbaiki akhlak dari buku Mukhtashar
Minhajul Qashidin karya Imam Ibnu Qudamah:
9

1. Kiat Pertama

Akhlak yang baik bisa didapatkan lewat pergaulan dengan


orang-orang yang baik. Sebab tabiat itu bisa diibaratkan
pencuri, yang bisa mencuri kebaikan dan keburukan. Hal ini
dikuatkan dengan sabda Rasulullah Saw., “Seseorang itu
berada pada agama teman karibnya. Maka hendaklah salah
seorang di antara kalian melihat siapa yang menjadi temannya.”
(HR. Abu Daud, Tirmidzi, dan Ahmad).

2. Kiat Kedua
Memperhatikan sebab-sebab yang mendatangkan keutamaan
berpengaruh terhadap jiwa serta dalam merubah tabiatnya,
sebagaimana bermalas-malasan yang kemudian menjadi
kebiasaan, hingga tidak ada kebaikan yang didapatkan.
3. Kiat Ketiga
Terkadang akhlak yang baik itu terwujud karena mencari, yang
dilakukan dengan latihan, yaitu dengan membawa jiwa kepada
amal-amal yang bisa mendatangkan sifat yang dimaksudkan.
Siapa yang ingin memiliki sifat dermawan dan murah hati,
maka dia harus memaksa dirinya untuk berkorban, agar dia
terbiasa dengannya. Siapa yang ingin memiliki sifat tawadhu,
maka dia harus memaksa dirinya bersikap seperti orang yang
tawadhu. Begitu pula halnya dengan sifat-sifat terpuji lainnya.
Kebiasaan untuk itu akan membawa pengaruh yang sangat
besar, sebagaimana orang yang ingin menjadi penulis, maka dia
harus melatih dirinya dalam tulis-menulis. Jika ingin menjadi
ahli fiqih, harus rajin berbuat seperti yang diperbuat para ahli
fiqih, hingga di dalam hatinya tertanam sifat orang yang
mendalami dan memahami ilmu. Tapi harus diingat, dia tidak
bisa mendapatkan pengaruh dari latihan itu dalam tempo sehari
dua hari. Pengaruhnya akan tampak setelah sekian lama,
10

sebagaimana tinggi badan yang tidak bisa diperoleh hanya


dengan latihan dalam tempo sehari dua hari. Tetapi latihan
secara kontinu akan membawa pengaruh yang besar.

4. Kiat Keempat

Yang sangat diperlukan orang yang melatih jiwanya sendiri


adalah kekuatan hasrat. Selagi dia maju mundur, tentu dia tidak
akan berhasil. Selagi merasa hasratnya melemah, maka dia
harus bersabar. Jika hasratnya semakin merosot, maka dia
harus menghukumnya agar tidak terulang, seperti kata
seseorang kepada dirinya sendiri, “Mengapa engkau
mengatakan sesuatu yang tidak perlu? Akan kuhukum jiwamu
dengan puasa.”

5. Kiat Kelima

Suatu penyakit yang membuat badan kesakitan, harus diobati


dengan kebalikannya. Jika badan terasa panas, maka harus
diobati dengan yang dingin. Jika badan kedinginan harus
diobati dengan yang panas. Bagitu akhlak-akhlak yang hina,
yang termasuk penyakit hati, harus diobati dengan
kebalikannya. Penyakit kebodohan harus diobati dengan ilmu,
penyakit kikir harus diobati dengan kedermawanan, penyakit
takabur harus diobati dengan tawadhu, penyakit rakus harus
diobati dengan menghentikan hal-hal yang menggugah
nafsunya.

Yang perlu dicatat, seseorang harus bisa menahan diri


merasakan pahitnya obat dan bersabar menahan diri dari hal-
hal yang diinginkannya, demi pemulihan badannya yang
sedang sakit. Begitu pula kesabaran dalam berusaha mengobari
penyakit hati, yang justru inilah yang lebih penting. Sebab
11

penyakit badan bisa lepas karena kematian, tetapi penyakit hati


bisa berlanjut dengan siksa yang abadi setelah kematian.

6. Kiat Keenam

Jalan pertengahan dalam akhlak merupakan tanda kesehatan


jiwa. Beralih dari jalan pertengahan ini merupakan tanda
penyakit. Perumpamaan pengobatan jiwa itu seperti
pengobatan badan. Sebagaimana badan yang tidak diciptakan
dalam keadaan sempurna, yang bisa dibuat sempurna dengan
latihan dan makanan, begitu pula jiwa yang diciptakan dalam
keadaan kurang, namun bisa dibuat sempurna, yaitu dengan
pensucian dan membimbing akhlak serta menyuapinya dengan
ilmu.

3.2. Moral

3.2.1. Pengertian Moral


Kata moral berasal dari bahasa Latin "mores", jamak kata
mos, yang berarti adat kebiasaan. Perkataan moral berasal dari
bahasa Latin "Mores". Mores berasal dari kata mos yang berarti
kesusilaan, tabiat, atau kelakuan. Moral adalah istilah yang
digunakan untuk menentukan batas-batas suatu sifat, perangai,
kehendak, pendapat atau perbuatan yang layak dikatakan benar,
salah, baik, atau buruk. Dengan demikian moral dapat diartikan
sebagai ajaran kesusilaan.
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia dari W.J.S.
Poerwadarminto terdapat keterangan bahwa moral adalah ajaran
tentang baik-buruk perbuatan dan kelakuan, sedangkan etika
adalah ilmu pengetahuan asas-asas akhlak (moral).
12

3.2.2. Perbedaan Etika, Akhlak, dan Moral


Akhlak merupakan istilah yang bersumber dari Al-Qur’an
dan al-Sunnah. Nilai-nilai yang menentukan baik dan buruk, layak
atau tidak layak suatu perbuatan, kelakuan, sifat, dan perangai
dalam akhlak bersifat universal dan bersumber dari ajaran Allah. \
Sementara itu, etika merupakan filsafat nilai, pengetahuan
tentang nilai-nilai, dan kesusilaan tentang baik dan buruk. Jadi,
etika bersumber dari pemikiran yang mendalam dan renungan
filosofis, yang pada intinya bersumber dari akal sehat dan hati
nurani. Etika besifat temporer, sangat tergantung kepada aliran
filosofis yang menjadi pilihan orang-orang yang menganutnya.
Namun demikian dalam beberapa hal antara etika dan moral
memiliki perbedaan. Pertama, kalau dalam pembicaraan etika
untuk menentukan nilai perbuatan manusia baik atau buruk tolak
ukur yang digunakan atau sumbernya adalah akal pikiran atau rasio
(filsafat), sedangkan dalam pembicaraan moral tolak ukur yanng
digunakan adalah norma-norma yang tumbuh dan berkembang dan
berlangsung dimasyarakat.
Mengenai istilah akhlak, etika dan moral dapat dilihat
perbedaannya dari objeknya, dimana akhlak menitikberatkan
perbuatan terhadap Tuhan dan sesama manusia, sedangkan etika
dan moral hanya menitikberatkan perbuatan terhadap sesama
manusia saja. Maka istilah akhlak sifatnya teosentris, meskipun
akhlak itu ada yang tertuju kepada manusia dan makhluk-makhluk
lain, namun tujuan utamanya karena Allah swt. Tetapi istilah etika
dan moral semata-mata sasaran dan tujuannya untuk manusia saja.
Karena itu, istilah tersebut bersifat antroposentris (kemanusiaan
saja).
13

3.2.3. Persamaan Etika, Akhlak, dan Moral


Ada beberapa persamaan antara akhlak, etika, dan moral
yang dapat dipaparkan sebagai berikut:
a. Pertama: akhlak, etika, dan moral mengacu kepada ajaran atau
gambaran tentang perbuatan, tingkah laku, sifat, dan perangai
yang baik.
b. Kedua: akhlak, etika, moral merupakan prinsip atau aturan
hidup manusia untuk menakar martabat dan harakat
kemanusiaannya. Sebaliknya semakin rendah kualitas akhlak,
etika, moral seseorang atau sekelompok orang, maka semakin
rendah pula kualitas kemanusiaannya.
c. Ketiga: akhlak, etika, moral seseorang atau sekelompok orang
tidak semata-mata merupakan faktor keturunan yang bersifat
tetap, stastis, dan konstan, tetapi merupakan potensi positif
yang dimiliki setiap orang.
Untuk pengembangan dan aktualisasi potensi positif
tersebut diperlukan pendidikan, pembiasaan, dan keteladanan, serta
dukungan lingkungan, mulai dari lingkungan keluarga, sekolah,
dan masyarakat secara terus menerus, berkesinambangan, dengan
tingkat keajegan dan konsistensi yang tinggi.

3.2.4. Hubungan Etika, Akhlak, dan Moral


Hubungan antara akhlak dengan etika, moral, kesusilaan
dan kesopanan ini bisa kita lihat dari segi fungsi dan perannya,
yakni sama-sama menentukan hukum atau nilai dari suatu
perbuatan yang dilakukan oleh manusia untuk ditentukan baik dan
buruknya, benar dan salahnya sehingga dengan ini akan tercipta
masyarakat yang baik, teratur, aman, damai, dan tenteram serta
sejahtera lahir dan batin.
Dari uraian di atas, dapat dikatakan bahwa antara akhlak
dengan etika, moral, kesusilaan dan kesopanan mempunyai kaitan
14

yang sangat erat, di mana wahyu, akal dan adat adalah sebuah teori
perpaduan untuk menentukan suatu ketentuan, nilai. Terlebih lagi
akal dan adat dapat digunakan untuk menjabarkan wahyu itu
sendiri. Rasulullah Saw bersabda, sebagaimana dikutip oleh Harun
Nasution, yang dikutip ulang oleh Abuddin Nata, yaitu :

ِّ َ ‫ـن ُلَ ا ْلعَـ ْقلُ ه َُو ا‬


ُ‫لد ْيـن‬ ُْ ‫لَـــهُ عَـ ْق َُل ُلَ لـ َم‬
َُ ‫ُن د ْي‬

Artinya: “Agama itu adalah penggunaan akal, tidak ada agama bagi
orang yang tidak berakal.”

3.2.5. Macam-Macam Moral


a) Moral keagamaan merupakan moral yang selalu berdasarkan
pada ajaran agama Islam.
b) Moral sekuler merupakan moral yang tidak berdasarkan pada
ajaran agama dan hanya bersifat duniawi semata-mata.

Moral juga dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:

a) Moral murni, yaitu moral yang terdapat pada setiap manusia,


sebagai suatu pengejawantahan dari pancaran Ilahi. Moral
murni disebut juga hati nurani.
b) Moral terapan, adalah moral yang didapat dari ajaran pelbagai
ajaran filosofis, agama, adat, yang menguasai pemutaran
manusia.
15

3.3. Etika

3.3.1. Pengertian Etika


Kata etik (atau etika) berasal dari kata ethos (bahasa
Yunani) yang berarti karakter, watak kesusilaan atau adat. Dalam
kamus umum bahasa Indonesia, etika diartikan ilmu pengetahuan
tentang azaz-azaz akhlak (moral). Etika berhubungan dengan
upaya menentukan tingkah laku manusia. Etika adalah sebuah
refleksi kritis dan moral yang menentukan dan terwujud dalam
sikap dan pola perilaku hidup manusia, baik secara pribadi maupun
kelompok. Menurut Magnis Suseno, etika adalah sebuah ilmu dan
bukan suatu ajaran. Pada dasarnya etika dan moralitas sama-sam
memberi orientasi bagaimana dan kemana kita harus melangkah
dalam hidup ini. Tetapi bedanya moralitas langsung mengatakan
“inilah caranya harus melangkah”, Sedangkan etika justru
mempersoalkan “apakah harus melangkah dengan cara ini dan
mengapa harus dengan cara ini.”

3.3.2. Macam-Macam Etika


Etika secara umum dapat dibagi menjadi 2 kategori :

1. Etika umum

Kondisi dasar yang menjadi pegangan bagi manusia


dalam bertindak serta tolak ukur dalam menilai baik atau
buruknya suatu tindakan bagaimana manusia bertindak secara
etis, bagaimana manusia mengambil keputusan etis, teori-teori
etika dan prinsip-prinsip moral dasar. Etika umum dapat di
analogkan dengan ilmu pengetahuan yang membahas
mengenai pengertian umum dan teori-teori. Etika umum
berbicara mengenai kondisi-kondisi dasar bagaimana manusia
bertindak secara etis, mengambil keputusan secara etis serta
tolak ukur dalam menilai baik buruknya suatu tindakan.
16

2. Etika khusus

Etika khusus merupakan penerapan prinsip-prinsip


moral dasar dalam bidangkehidupan yang khusus. Penerapan
seperti “bagaiman saya mengambil keputusan dan bertindak
dalam bidang kehidupan dan kegiatan khusus yang lakukan
yang didasari olah cara, teori dan prinsip moral dasar.”

a. Etika individual
Etika individual menyangkut kewajiban dan sikap
manusia terhadap dirinya sendiri.
b. Etika social
Etika sosial berbicara mengenai kewajiban, sikap
dan pola perilaku manusia sebagai anggota manusia.

Dalam kaitannya dengan nilai dan norma, ada 2 macam


etika :

a. Etika Deskriptif
Etika deskriptif berbicara mengenai fakta apa
adanya, yakni mengenai nilai dan pola prilaku manusia
sebagai suatu fakta yang terkait dengan situasi dan realitas
konkrit yang membudaya.
b. Etika Normatif
Tingkah laku manusia, serta memberi penilaian dan
himbauan kepada manusia untuk bertindak sebagaimana
seharusnya berdasarkan norma-norma.
Perbedaannya adalah etika deskriptif memberi fakta
sebagai dasar untuk mengambil keputusan tentang
perilaku dan sikap yang mau diambil, sedangkan etika
normatif memberi penilaian sekaligus memberi norma
sebagai dasar dan kerangka tindakan yang diputuskan.
17

Menurut buku yang berjudul 7 habith of highly efective


people etika terbagi menjadi dua macam yaitu :
a. Etika Karakter
Yaitu sebagai dasar dari keberhasilan-hal hal seperti
integritas , kerendahan hati, kesetiaan, pembatasan diri
keberanian, keadilan, kesabaran, kerajinan, kesederhanaan
kesopanan dan hukum utama ( berbuatlah kepada orang
lain seperti yang kamu kehendaki mereka berbuat
padamu).
b. Etika kepribadian
Fungsi kepribadian, citra masyarakat, sikap dan
perilaku, keterampilan dan tknik, yang melicinkan proses
interaksi manusia. Etika kepribadian ini pada dasarnya
mengambil dua jalan : satu adalah tekik hubungan
manusia dan masyarakat, dan yang satu lagi adalah sikap
mental positif ( SMP ). Etika Kepribadian yang mana
keberhasilan lebih merupakan suatu

3.3.3. Karakteristik Etika dalam Islam


Etika dalam Islam memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Etika Islam mengajarkan dan menuntun manusia kepada


tingkah laku yang baik dan menjauhkan diri dari tingkah laku
yang buruk.

2. Etika Islam menetapkan bahwa yang menjadi sumber moral,


ukuran baik dan buruknya perbuatan seseorang didasarkan
kepada al-Qur’an dan al-Hadits yang shohih.

3. Etika Islam bersifat universal dan komprehensif, dapat


diterima dan dijadikan pedoman oleh seluruh umat manusia
kapanpun dan dimanapun mereka berada.
BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Dapat disimpulkan bahwa akhlak adalah ajaran yang menyangkut


masalah-masalah kehidupan yang berkaitan dengan ketentuan-ketentuan dan
ukuran-ukuran baik buruk atau benar salahnya suatu perbuatan lahir maupun
perbuatan batin, baik perbuatan yang hanya menyangkut diri pribadi atau
yang berkaitan dengan orang lain, serta dengan alam. Moral adalah istilah
yang digunakan untuk menentukan batas-batas suatu sifat, perangai,
kehendak, pendapat atau perbuatan yang layak dikatakan benar, salah, baik,
atau buruk. Sedangkan etika adalah sebuah refleksi kritis dan moral yang
menentukan dan terwujud dalam sikap dan pola perilaku hidup manusia,
baik secara pribadi maupun kelompok.
Mengenai istilah akhlak, etika, dan moral dapat dilihat perbedaannya
dari objeknya, dimana akhlak menitikberatkan perbuatan terhadap Tuhan
dan sesama manusia, sedangkan etika dan moral hanya menitikberatkan
perbuatan terhadap sesama manusia saja. Maka istilah akhlak sifatnya
teosentris, meskipun akhlak itu ada yang tertuju kepada manusia dan
makhluk-makhluk lain, namun tujuan utamanya karena Allah swt. Tetapi
istilah etika dan moral semata-mata sasaran dan tujuannya untuk manusia
saja. Karena itu, istilah tersebut bersifat antroposentris (kemanusiaan saja).
Hubungan antara akhlak dengan etika, moral, kesusilaan dan
kesopanan ini bisa kita lihat dari segi fungsi dan perannya, yakni sama-sama
menentukan hukum atau nilai dari suatu perbuatan yang dilakukan oleh
manusia untuk ditentukan baik dan buruknya, benar dan salahnya sehingga
dengan ini akan tercipta masyarakat yang baik, teratur, aman, damai, dan
tenteram serta sejahtera lahir dan batin. Dari uraian di atas, dapat dikatakan
bahwa antara akhlak dengan etika, moral, kesusilaan dan kesopanan
mempunyai kaitan yang sangat erat, di mana wahyu, akal dan adat adalah

18
19

sebuah teori perpaduan untuk menentukan suatu ketentuan, nilai. Terlebih


lagi akal dan adat dapat digunakan untuk menjabarkan wahyu itu sendiri.

4.2. Saran

Dalam kehidupan ini hendaknya seseorang harus memiliki akhlak,


moral, dan etika yang sesuai dengan aturan yang telah di tetapkan agar
tercipta tatanan masyarakat yang beradap. Adapun penerapan akhlak, moral,
dan etika harus di tanamkan sejak dini. Penanaman sejak dini diharapkan
mampu mencetak generasi bangsa yang diharapkan oleh semua masyarakat.
Penerapan ketiga hal tersebut dapat dilakukan di lingkup formal maupun
informal. Sedangkan bagi mereka yang telah menginjak remaja, akhlak,
moral, dan etika mencerminkan kepribadian diri dari seseorang tersebut.
Sehingga apabila akhlak, moral, dan etikanya baik maka orang lain akan
dipandang baik dan akan dihargai di kehidupan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Prof. H. Mohammad Daud Ali, S.H.1998. Pendidikan Agama


Islam.Jakarta:Rajawali Pers.

Diunduh dari https://ismailmg677.wordpress.com/2014/01/08/perbedaan-antara-


akhlak-etika-dan-moral/

Dari buku Mukhtashar Minhajul Qashidin karya Imam Ibnu Qudamah.

Anda mungkin juga menyukai