2 Mter
2 Mter
PENDAHULUAN
Upaya kesehatan reproduksi salah satunya adalah menurunkan angka kesakitan dan
kematian ibu hamil dan bersalin. Adapun penyebab langsung dari kematian ibu di Indonesia
adalah trias klasik yaitu perdarahan, infeksi, toksemia gravidarum. Salah satu penyebab
perdarahan saat kehamilan adalah mola hidatidosa. Mola hidatidosa merupakan penyakit wanita
pada masa reproduksi. Mola hidatidosa atau hamil anggur merupakan suatu kehamilan abnormal
yang jarang terjadi, tetapi dapat menyebabkan komplikasi yang cukup serius. Hal ini terjadi
karena ada gangguan pada saat bertemunya sel telur dan sel sperma. Pada hamil anggur terjadi
perubahan trofoblastik pada plasenta. Secara spesifik terjadi perubahan pada vili korialis plasenta
sehingga terjadi proliferasi trofoblas yang berlebihan dan pembengkakan stroma viili.
Di Indonesia, mola hidatidosa dianggap sebagai penyakit penting dengan insiden yang
tinggi Data di Rumah Sakit di Indonesia untuk mola hidatidosa yaitu 1 per 40 persalinan.
Penyebaran masih merata karena sebagian besar data masih berupa hospital based Di
negaranegara Barat kasus mola hidatidosa dilaporkan 1:200 atau 2000 kehamilan. Di
negaranegara berkembang 1:100 atau 600 kehamilan. Biasanya kasus mola lebih
seringditemukanpada umur reproduktif dan multipara. Dengan meningkatnya paritas
kemungkinan menderita mola akan lebih besar.
2. Tujuan Penulisan
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Definisi
Kehamilan mola adalah suatu kehamilan di mana setelah fertilisasi hasil konsepsi tidak
berkembang menjadi embrio tetapi terjadi proliferasi dari vili korialis di sertai dengan degenerasi
hidropik. Secara makroskopik, mola hidatidosa mudah dikenal yaitu berupa gelembung-
gelembung putih, tembus pandang, berisi cairan jernih, dengan ukuran bervariasi dari beberapa
milimeter sampai 1 atau 2 cm. Uterus melunak dan berkembang lebih cepat dari usia gestasi
yang normal , tidak di jumpai adanya janin , kavum uteri hanya terisi oleh jaringan seperti
rangkaian buah anggur. (prawirohardjo,2009).
Untuk kejadian mola hidatidosa, terdapat faktor sosial ekonomi yang memicu :
a. Perkawinan pada usia muda kurang dari 15 tahun atau di atas 45 tahun.
Mola hidatidosa di sebut juga hamil anggur, dapat di bagi menjadi mola hidatidosa total
dan mola hidatidosa parsial. Mola hidatidosa total adalah pada seluruh kavum uteri terisi jaringan
vesikuler berukuran bervariasi fektus dan adneksanya (plasenta, tali pusat, ketuban). Mola
hidatidosa parsial hanya sebagian korion bertransformasi menjadi vesik el, dapat terdapat atau
tidak terdapat fetus. (Nanda NIC-NOC)
2.2. Etiologi
Penyebab mola hidatidosa tidak diketahui banyak faktor yang dapat menyebabkan antara
lain :
1. Faktor ovum: ovum sudah patologik sehingga mati, tetapi terlambat dikeluarkan.
2. Imunoselektif dari tropoblast, yaitu dengan kematian fetus, pembuluh darah pada stroma
villi menjadi jarang dan stroma villi menjadi sembab dan akhirnya terjadi hyperplasia sel-
sel trofoblast.
3. Keadaan sosioekonomi yang rendah dan defisiensi gizi; mola hidatidosa banyak ditemukan
pada mereka dengan status ekonomi yang rendah serta diet rendah protein.
4. Paritas tinggi, ibu multipara cenderung beresiko terjadi kehamilan mola hidatidosa karena
trauma kelahiran atau penyimpangan transmisi secara genetic yang dapat di identifikasikan
dan penggunaan nstimulan drulasi seperti klomifen atau menotropiris (pergonal)
2
5. Kekurangan protein, protein adalah zat untuk membangun jaringan bagian tubuh sehubungan
dengan pertumbuhan janin, rahim dan buah dada ibu, keperluan akan zat protein pada waktu
hamil sangat meningkat apabila kekurangan protein dalam makanan mengakibatkan akan
lahir lebih kecil dari normal
6. Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas, infeksi mikroba dapat mengenai semua
orang termasuk wanita hamil
3) Hiperemesis gravidarum
4) Tiroktoksikosis
5) Emboli paru
6) Pemeriksaan fisik
Kista lutein
Balotemen negative
2.4. Patofisiologi
Mudigah mati pada kehamilan 3-5 minggu (missed abortion), karena itu terjadi gangguan
peredaran darah sehingga terjadi penimbunan cairan dalam jaringan mesenkim dari vili dan
akhirnya terbentuk gelembung-gelembung.
3
Dikatakan yang abnormal adalah sel-sel trofoblas, yang mempunyai fungsiabnormal pula,
dimana terjadi reabsorbsi cairan yang berlebihan ke-dalam vili sehingga timbul gelembung.Hal
ini menyebabkan gangguan peredaran darah dan kematian mudigah.
Mola hidatidosa komplit berasal dari genom maternal (genotype 46XX lebih sering) dan 46 XY
jarang, tapi 46XXnya berasal dari replikasi haploid sperma dan tanpa kromosom dari ovum.
Mola parsial mempunyai 69 kromosom terdiri dari kromosom 2 haploid paternal dan 1 haploid
maternal (tripoid, 69XX atau 69XY dari 1 haploid ovum dan lainnya reduplikasi paternal dari 1
sperma atau fertilisasi disperma).
2.5. Komplikasi
a. Perdarahan hebat
b. Syok
c. Infeksi
d. Perforasi uterus
e. Keganasan (PTG)
1. Foto thoraks
3. USG
4. Uji sonde menurut Hanifa. Sonde masuk tanpa tahanan dan dapat diputar dengan deviasi
sonde kurang dari 10.
2.7. Penatalaksanaan
4
Yang dimaksud usaha ini yaitu koreksi dehidrasi, transfuse darah bila anemia (Hb 8 gr%),
jika ada gejala preeklampsia dan hiperemis gravidarum diobati sesuai dengan protocol
penanganannya. Sedangkan bila ada gejala tirotoksikosis di konsul ke bagian penyakit dalam.
a) Kuretase
- Dilakukan setelah persiapan pemeriksaan selesai (pemeriksaan darah rutin, kadar β-hCG, serta
foto thoraks) kecuali bila jaringan mola sudah keluar spontan.
- Bila kanalis servikalis belum terbuka, maka dilakukan pemasangan laminaria dan kuretase
dilakukan 24 jam kemudian.
- Sebelum kuretase terlebih dahulu disiapkan darah dan pemasangan infus dengan tetesan
oxytocin 10UI dalam 500 cc Dextrose 5%/.
b) Histerektomi: tindakan ini dilakukan pada wanita yang telah cukup (> 35 tahun) dan
mempunyai anak hidup (>3 orang).
Pemberian kemoterapi repofilaksis pada pasien pasca evaluasi mola hidatidosa masih
menjadi kontroversi. Beberapa hasil penelitian menyebutkan bahwa kemungkinan terjadi
neoplasma setelah evaluasi mola pada kasus yang mendapatkan metotreksat sekitar 14%,
sedangkan yang tidak mendapat sekitar
47%. Pada umumnya profilaksis kemoterapi pada kasus mola hidatidosa ditinggalkan dengan
pertimbangan efek samping dan pemberian kemoterapi untuk tujuan terapi definitive
memberikan keberhasilan hampir 100%. Sehingga pemberian profilaksis diberikan. Apabila
dipandang perlu pilihan profilaksis kemoterapi adalah: Metotreksat 20 mg/hari IM selama 5 hari
- Setelah pengawasan penderita dianjurkan memakai kontrasepsi kondom, pil kombinasi atau
diafragma dan pemeriksaan fisik dilakukan setiap kali pada saat penderita datang kontrol.
- Pemeriksaan kadar β-hCG dilakukan setiap minggu sampai ditemukan kadar β-hCG normal
tiga kali berturut-turut.
5
- Setelah itu pemeriksaan dilanjutkan setiap bulan sampai kadar β-hCG normal selama 6 kali
berturut-turut.
- Bila terjadi remisi spontan (kadar β-hCG, pemeriksaan fisis, dan foto thoraks setelah saru tahun
semuanya normal) maka penderita tersebut dapat berhenti menggunakan kontrasepsi dan hamil
lagi.
- Bila selama masa observasi kadar β-hCG tetap atau bahkan meningkat taua pada pemeriksaan
klinis, foto thoraks ditemukan adanya metastase maka penderita harus dievaluasi dan dimulai
pemberian kemoterapi. Seluruh jaringan hasil kerokan dikirim ke laboratorium PA.
6
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1. Pengkajiana
a. Biodata
Mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi : nama, umur, agama, suku bangsa,
pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, perkawinan ke-, lamanya perkawinan dan alamat
b. Keluhan utama
Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya perdarahan pervaginam berulang
Yaitu keluhan sampai saat klien pergi ke Rumah Sakit atau pada saat pengkajian seperti
perdarahan pervaginam di luar siklus haid, pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.
- Riwayat pembedahan
Kaji adanya pembedahan yang pernah dialami oleh klien, jenis pembedahan, kapan, oleh
siapa dan di mana tindakan tersebut berlangsung.
Kaji adanya penyakit yang pernah dialami oleh klien misalnya DM, jantung, hipertensi, masalah
ginekologi/urinari, penyakit endokrin, dan penyakit-penyakit lainnya.
Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari genogram tersebut dapat diidentifikasi mengenai
penyakit turunan dan penyakit menular yang terdapat dalam keluarga.
7
Kaji bagaimana keadaan anak klien mulai dari dalam kandungan hingga saat ini,
bagaimana keadaan kesehatan anaknya.
- Riwayat seksual
Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi yang digunakan serta keluahn
yang menyertainya.
Kaji riwayat pemakaian obat-obatankontrasepsi oral, obat digitalis dan jenis obat lainnya.
Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi (BAB dan BAK), istirahat,tidur,
hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan saat sakit.
d. Pemeriksaan Fisik
a) Inspeksi adalah proses observasi yang sistematis yang tidak hanya terbatas pada penglihatan
tetapi juga meliputi indera pendengaran dan penghidu. Hal yang diinspeksi antara lain :
mengobservasi kulit terhadap warna, perubahan warna, laserasi, lesi terhadap drainase, pola
pernafasan terhadap kedalaman dan kesimetrisan, bahasa tubuh, pergerakan dan postur,
penggunaan ekstremitas, adanya keterbatasan fifik, dan seterusnya.
b) Palpasi adalah menyentuh atau menekan permukaan luar tubuh dengan jari. Sentuhan :
merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat kelembaban dan tekstur kulit atau
menentukan kekuatan kontraksi uterus. Tekanan : menentukan karakter nadi, mengevaluasi
edema, memperhatikan posisi janin atau mencubit kulit untuk mengamati turgor. Pemeriksaan
dalam : menentukan tegangan/tonus otot atau respon nyeri yang abnormal.
c) Perkusi adalah melakukan ketukan langsung atau tidak langsung pada permukaan tubuh
tertentu untuk memastikan informasi tentang organ atau jaringan yang ada dibawahnya.
Menggunakan jari : ketuk lutut dan dada dan dengarkan bunyi yang menunjukkan ada
tidaknya cairan, massa atau konsolidasi. Menggunakan palu perkusi : ketuk lutut dan amati
ada tidaknya refleks/gerakan pada kaki bawah, memeriksa refleks kulit perut apakah ada
kontraksi dinding perut atau tidak.
d) Auskultasi adalah mendengarkan bunyi dalam tubuh dengan bantuan stetoskop dengan
menggambarkan dan menginterpretasikan bunyi yang terdengar. Mendengar : mendengarkan
di ruang antekubiti untuk tekanan darah, dada untuk bunyi jantung/paru abdomen untuk bising
usus atau denyut jantung janin. (Johnson & Taylor, 2005)
e. Pemeriksaan Laboratorium
8
Pemeriksaan laboratorium :
a) Darah dan urine serta pemeriksaan penunjang : rontgen, USG, biopsi, pap smear.
b) Keluarga berencana
Kaji mengenai pengetahuan klien tentang KB, apakah klien setuju, apakah klien
menggunakan kontrasepsi, dan menggunakan KB jenis apa.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan asupan oral,
ketidaknyamanan mulut
BAB IV
PENUTUP
11
4.1. Kesimpulan
2. Prevalensi mola hidatidosa lebih tinggi di Asia, Afrika dan Amerika Latin
4. Perdarahan pervaginaan dari bercak sampai perdarahan berat merupakan gejala utama dari
mola hidatidosa
6. Penatalaksanaan :
7. Komplikasi
- Syok
- Anemia
- Infeksi Sekunder
4. 2 Saran
12
Demikianlah makalah ini kami buat untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan kita
tentang asuhan keperawatan Mola Hidatidosa. Kami selaku penulis sadar bahwa makalah ini
masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari para pembaca agar makalah selanjutnya dapat lebih baik lagi. Terima Kasih
13