Anda di halaman 1dari 5

Occupation health

Occupation health atau kesehatan kerja menurut WHO dapat diartikan sebagai Kesehatan fisik
maupun psikis pekerja sehubungan dgn pekerjaannya (mencakup metode kerja, kondisi kerja
dan lingkungan kerja ) yang mungkin dapat menyebabkan kecelakaan, penyakit ataupun
perubahan kesehatan pekerja. Setiap tahunnya lebih dari 100 juta pekerja mengalami
kecelakaan dalam bekerja dan lebih dari 200 ribu meninggal akibat kecelakaan kerja.
Tingginya nilai tersebut membuat occupation health memiliki dampak besar dalam kesehatan
masyarakat dunia terutama pada negara berkembang. Hal yang dapat dicapai untuk
meningkatkan occupation health:

1. Pemeliharaan & Promosi untuk peningkatan kesehatan dan kapasitas kerja pekerja
2. Perbaikan lingkungan kerja & pekerjaan yang mendukung kesehatan & keselamatan
3. Pengembangan organisasi kerja dan budaya kerja ke arah yang mendukung kesehatan
& Keselamatan di tempat kerja serta
4. lingkungan sosial yang kondusif yang berdampak pada meningkatnya produktivitas

Bahaya-bahaya yang dapat terjadi dalam pekerjaan meliputi:

1. Bahaya fisik
Leukemi akibat radiasi, tuli permanen akibat kebisingan, raynaud’s syndrome akibat
getaran
2. Bahaya kimia
Mercury, ledakan atau kebakaran akibat zat kimia, uap zat anastesi (ruang operasi)
3. Bahaya biologis
infeksi nosokomial, sampah infeksius yang tidak ditangani dengan baik, tertular oleh
pasien
4. Bahaya akibat masalah ergonomi
Varices akibat berdiri lama, keluhan musculoskeletal akibat duduk lama, sakit leher dan
pergelangan tangan operator alat kesehatan

Terdapat 4 bentuk pelayanan kesehatan yang dapat digunakan untuk meningkatkan kesehatan
kerja, yaitu:

1. Pelayanan promotif : penyuluhan tentang kesehatan kerja


2. Pelayanan preventif : pemeriksaan kesehatan berkala, imunisasi, suplemen gizi
3. Pelayanan kuratif : pengobatan terhadap penyakit yang sudah ada
4. Pelayanan rehabilitatif : Latihan dan pendidikan pekerja untuk dapat
menggunakan kemampuannya yg masih ada secara maksimal.

Manajemen bencana

Siklus manajemen atau penanggulangan bencana meliputi:

Tanggap darurat -> Pemulihan -> Pembangunan -> Pencegahan -> Mitigasi -> Kesiapsiagaan

Kegiatan tanggap darurat meliputi:

 Manajemen dan koordinasi


Diperlukan 3C, yaitu comman, control, coordination. Contohnya seperti mendirikan
posko dan membuat tim reaksi cepat.
 Perlindungan dan pendataan
Kegiatannya meliputi evakuasi korban yang masih hidup dan meninggal, memberikan
pertolongan dan perlindungan bagi korban selamat, menerima dan memberikan tempat
penampungan sementara, mendata dan mencatat.
 Pangan
Kegiatan meliputi pendirian dapur umum, menyediakan makanan siap santap, dan
pemberian jatah hidup per keluarga.
 Logistik dan transportasi
Kegiatan meliputi perbaikan prasarana jalan, jembatan, pelabuhan dan bandara yang
sangat vital dalam penyaluran bantuan logistik.
 Penampungan sementara
Penampungan sementara dapat dilakukan pada bangunan gedung yang aman seperti
sekolah, kantor, stadion, gudang, dsb. Jika tidak memungkinkan dapat ditempatkan di
lapangan terbuka dengan mendirikan tenda.
 Air bersih
Penyediaan air bersih untuk kegiatan seperti mandi, minum, cuci, dan memasak. Air
dapat diperoleh dari sungai, danau, dan sumur.
 Sanitasi
Kegiatan meliputi pengelolaan sampah dan penyediaan sarana MCK yang sudah
disesuaikan dengan kebiasaan pengungsi di daerah asal.
 Kesehatan dan nutrisi
Setiap korban bencana mendapat perawatan kesehatan secara gratis di puskesmas dan
RS rujukan. Imunisasi dan vaksinasi juga dilakukan untuk mencegah penyakit.
 Pelayanan masyarakat
Menyediakan tempat umum untu memberikan pelayanan seperti telepon, radio, televisi,
dan penyuluhan.
 Pendidikan
Proses belajar mengajar siswa harus tetap berjalan. Tempat belajar dapat menggunakan
bangunan yang ada, sekolah, atau tenda-tenda darurat.

Tindakan keselamatan diterapkan untuk memberi perlindungan kepada kroban, tim penolong,
dan masyarakat yang terekspos dari segala resiko yang mungkin terjadi. Tindakan pencegahan
dilakukan dengan mentepakan area larangan. Penatalaksanaan korban bencana massal terdiri
dari:

1. Pencarian dan penyelamatan (SAR)


2. Perawatan di lapangan
 Triase (merah, kuning, hijau, dan hitam)
 Pertolongan pertama
 Pos medis lanjutan
3. Pos penatalaksanaan evakuasi

Maternal Health

Maternal death berarti kematian seorang wanita saat hamil atau dalam jangka waktu 42 hari
setelah penghentian kehamilan yang disebabkan oleh semua hal yang berhubungan dengan
kehamilan atau penanganan kehamilan dan bukan dari kecelakaan. Pada 2013 tercatat bahwa
data maternal death mencapai 289.000 jiwa yang sebagian besar terjadi di negara berkembang.
Penyebab kematian yang paling sering adalah severe bleeding, eclampsia, dan komplikasi saat
melahirkan seperti infeksi. Sebagian besar dari maternal deaths seharusnya dapat dicegah.
Faktor-faktor lain yang dapat meningkatkan resiko maternal death adalah kemiskinan,
kurangnya informasi, pelayanan kesehatan yang tidak mencukupi, jarak menuju tempat
pelayanan kesehatan, dan cultural practices (dukun dsb).

Salah satu pencegahan yang dapat dilakukan adalah pelayanan antenatal. Pelayanan antenatal
yang tidak adekuat dapat meningkatkan terjadinya maternal death. Tujuan yang harus dicapai
dari pelayanan antenatal adalah:
 Menyediakan pelayanan yang bermutu
 Deteksi dini kelaianan/penyakit/gangguan saat hamil
 Melakukan intervensi
 Melaksanakan rujukan kasus sesuai sistem rujukan
 Meningkatkan kesehatan ibu dan bayi
 Menurunkan kesakitan dan kematian maternal dan neonatal

Kunjungan pertama pelayanan antenatal dilakukan sedini mungkin. Kunjungan ulang


dilakukan sekali setiap bulan sampai bulan ke 7, setiap 2 minggu sampai bulan ke 9, dan sekali
per minggu selama bulan ke 9 sampai melahirkan. Pelayanan antenatal meliputi anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan lab (urinalysis, hemoglobin dsb). Standar pelayanan
antenatal adalah:

1. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan


2. Pemeriksaan tekanan darah
3. Nilai status gizi
4. Pemeriksaan tinggi fundus uteri
5. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin
6. Skrining imunisasi tetanus dan berikan imunisasi tetanux toksoid bila diperlukan
7. Pemberian Tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan
8. Tes lab (Hb, gula darah, sifilis, HIV, dsb)
9. Tatalaksana kasus
10. Temu wicara (konseling), termasuk perencanaan persalinan dan pencegahan
komplikasi serta KB pasca persalinan

Pelayanan nifas juga penting dilakukan untuk mencegah maternal death. Pemeriksaan nifas
dilakukan pada:

 6 jam pertama : uterus kontraksi dan menutup tempat lepasnya plasenta


 Hari ke 3 : tanda infeksi dan tanda bahaya
 Hari ke 14 : rahim mengecil
 Hari ke 40
Sistem Kesehatan Nasional (Perpres 72-2012)

Sistem kesehatan nasional (SKN) adalah pengelolaan kesehatan yang diselenggarakan oleh
semua komponen bangsa indonesia secara terpadu dan saling mendukung guna menjamin
tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. SKN perlu dilaksanakan
untuk membangun kesehatan secara keseluruhan dengan mempertimbangkan aspek-aspek
yang ada. Landasan idiil SKN adalah pancasila. Landasan konstitusionalnya adalah UUD 1945
pasal 28A, 28B, 28C, 28H, dan 34. Landasan operasionalnya adalah UU Nomor 36 tahun 2009.
SKN sudah berhasil meningkatkan status kesehatan masyarakat namun belum seperti yang
diharapkan. Untuk menjamin efektifitas dari SKN, maka setiap pelaku pembangunan kesehatan
harus taat pada asas SKN, yaitu:

Perikemanusiaan Perlindungan Sinergisme dan Antisipatif dan


kemitraan yang proaktif
dinamis
Keseimbangan Keadilan Komitmen dan good Gender dan non
governance diskriminatif
Manfaat Penghormatan HAM Legalitas Kearifan lokal

Penyelenggaraan upaya kesehatan meliputi upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan
masyarakat. Sumber daya dalam penyelenggaraan meliputi tenaga kesehatan, fasilitas
kesehatan, perbekalan kesehatan, dan teknologi serta produk teknologi. Upaya kesehatan
primer terdiri dari pelayanan kesehatan perorangan primer (PKPP) dan pelayanan kesehatan
masyarakat primer (PKMP). Upaya kesehatan sekunder (rujukan) terdiri dari pelayanan
kesehatan perorangan sekunder (PKPS) dan pelayanan kesehatan masyarakat sekunder
(PKMS). Upaya kesehatan tersier (rujukan unggulan) terdiri dari Pelayanan kesehatan
perorangan tersier (PKPT) dan pelayanan kesehatan masyarakat tersier (PKMT).

SKN diupayakan agar mampu menyesuaikan dengan perkembangan dan dinamika


pembangunan kesehatan yang dilaksanakan secara berkesinambungan. SKN dapat disesuaikan
dan disempurnakan dengan kondisi dan situasi yang berkembang. Pemerintah wajib melakukan
koordinasi agar semua subsistem dan semua pelaku berfungsi dan bekerja secara sinergis.
Kepincangan pada salah satu subsistem akan mengganggu kerja SKN. Para pelaku SKN juga
wajib berperan aktif di lingkungan internasional.

Anda mungkin juga menyukai