Dosen:lr.jufriadi M.sp
Fakultas teknik
Universitas Bosowa
2018
Daftar isi
Bab I pendahuluan
Latar belakang
Daftar pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
Manusia sebagai salah satu makhluk ciptaan Tuhan dilengkapi dengan berbagai
potensi.Potensi yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya adalah akal, budi,
cipta rasa, karsa,dan karya.dengan demikian adanya potensi ini membuat manusia memiliki
tanggung jawab yang besar dalam merawat,menjaga,memelihara,dan melindungi semua
ciptaan Allah. Dengan semakin berkembangnya jaman pemikiran manusia akan semakin
terbuka luas akan potensi yang dimilikinya,pemikiran inilah yang akan menciptakan sesuatu
karya yang baru dengan mengikuti jaman tentang ilmu pengetahuan dan teknlogi
Bidang yang dominan memberikan pengaruh bagi suatu bangsa yaitu seni, lmu
pengetahuan, teknologi, dan bisnis. lmu pengetahuan dan teknologi semakinberkembang
dan maju dari zaman ke zaman. Pola pemikiran manusia sudah berkembang dengan pesat
sehingga manusia memiliki pemikiran untuk menciptakan sesuatu yang baru dan
mempermudah dalam kehidupan bermasyarakat.sedangkan dalam dunia seni manusia
memanfaat ilmu pengetahuan dan teknologi untuk menciptakan suatu karya yang berbeda
dengan yang lainnya yang tidak hanya sebuah seni yang memiliki keindahan untuk
dipandang namun juga sebuah seni yang bermanfaat bagi banyak orang . Dalam bidang
planologi aplikasi ilmu pengetahuan sangat diperlukan. Aplikasi berasal darikata application
yang artinya penerapan; lamaran; penggunaan. Secara istilah aplikasi adalah program siap
pakai yang direka untuk melaksanakan suatu fungsi bagi pengguna atau aplikasiyang lain
dan dapat digunakan oleh sasaran yang dituju.
Kota merupakan hasil cipta,rasa,karsa,dan karya manusia yang paling rumit sepanjang
peradaban.begitu banyak masalah bermunculan silih berganti akibat pertarungan
kepentingan berbagai pihal yang latar belakang visi,misi,dan motivasi yang berbeda satu
sama lain.struktur,bentuk serta penampilan kota,merupakan hasil dari penyelesaian konflik
perkotaan yang selalu terjadi,dan mencerminkan perkembangan peradaban warga kota
maupun pengelolahnya.pemahaman terhadap interaksi yang terjadi antar pelaku
pembangunan perkotaandan kajian yang mendalam terhadap alternative pemecahan
masalah sasaran kota yang ideal,akan memberikan pencerahan yang diperlukan untuk
terciptanya kota yang manusiawi dann berkepribadian.
2.1PENGERTIAN PERENCANAAN
Definisi Perencanaan adalah proses kontinyu dalam pengambilan keputusan atau pilihan
mengenai bagaimana memanfaatkan sumber daya yang ada semaksimal mungkin guna
mencapai tujuan-tujuan tertentu di masa depan.
Dari definisi tersebut maka di dalam perencanaan tentu terdapat elemen-elemennya yaitu :
Perencanaan merupakan kata kerja yang berasal dari kata dasar yaitu Rencana. Menurut
KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) “Rencana” adalah Rancangan. Melakukan rencana
disebut “Merencanakan”, dan proses/cara untuk merencana disebut dengan “Perencanaan”.
Sedangkan orang yang merencanakan disebut “Perencana” atau kata modernnya disebut
“Planner”.
Menurut peraturan
Perencanaan Wilayah dan Kota atau Planologi, adalah sebuah ilmu untuk merencanakan
dan merancang, jelas saja sebuah kota. Ekonomi, statistika, geologi lingkungan, politik serta
komunikasi adalah yang sebagian besarnya akan dipelajari di ilmu Planologi, bagaimana
ilmu Planologi ini melihat sebuah potensi kota dengan menitikberatkan pada kondisi
ekonomi wilayah (sensus penduduk, pendapatan per-kapita), kondisi sosial (masalah sosial
yang terjadi di masyarakat ; kepadatan penduduk, pemukiman kumuh, kemiskinan,
kemacetan), geologi lingkungan (kontur tanah, kecocokan sebuah lahan dengan bangunan
yang akan dibuat, intrepretasi ruang, sistem informasi geografis), politik (bagaimana sistem
politik yang dijalankan, hukum dan administrasi perencanaan).
Dari uraian perengertian diatas, Perencana kota adalah bukan orang yang
merancang suatu kota, tetapi yang sebenarnya adalah hanya menyediakan suatu
rencana berdasarkan prinsip “supply and demand” yang akan digunakan untuk
membuat kota tersebut lebih maju dalam segala bidang.
Dalam hal ini, Planologi atau Perencanaan Wilayah dan Kota adalah suatu program
studi yang mempelajari tentang cara merencana suatu wilayah dan kota. Dalam
merencanakan suatu kota ternyata banyak sekali yang harus di pertimbangkan,
misalnya kondisi ekonomi, sosial, budaya suatu wilayah dan yang lain-lain
Hasil dari Perencanaan Kota dan Wilayah tentunya ada berbagai tingkatan, yaitu
Dalam melaksanakan Perencanaan suatu Wilayah dan Kota harus berjalan sesuai dengan
undang-undang yang sedang berlaku. Untuk dapat lebih jelasnya di bawah ini adalah
Undang-Undang Tata Ruang Kota yang terbaru yaitu : UU no.26 tahun 2007
Berikutnya apabila kita ingin menjadi sarjana atau ahli di bidang Planologi maka harus
memiliki Kompetensi. Kompetensi umum yang harus dimiliki oleh lulusan dibidang Planologi
adalah :Memahami yang dimaksud dengan Perencanaan Wilayah dan Kota Memahami
bahwa masa depan dapat berorientasi utopian dan visionary, tetapi juga mengerti bahwa
rencana adalah suatu produk yang harus dilaksanakan Mampu menghasilkan produk yang
berorientasi preskriptif, yaitu kemampuan membuat intervensi bagi peningkatan
kesejahteraan di masa depan Memegang nilai-nilai kemanusiaan (humanity), membela
kepentingan umum (public interest), dan berlaku adil (justice) dan setara (equity) dalam
mempraktekkan ilmunya bagi kepentingan umum. Pemahaman mengenai perencanaan
wilayah dan kota ini sebenarnya sangat luas pengertiannya mulai dari pendapat para ilmuan
perencanaan wilayah dan kota bahkan dari masyarakat.pengertiannya juga berbeda antara
pendapat yang satu dengan pendapat lainnya
Dalam upaya pembangunan wilayah, masalah yang terpenting yang menjadi perhatian para
ahli ekonomi dan perencanaan wilayah adalah menyangkut proses pertumbuhan ekonomi
dan pemerataan pembangunan. Perbedaan teori pertumbuhan ekonomi wilayah dan teori
pertumbuhan ekonomi nasional terletak pada sifat keterbukaan dalam proses input-output
barang dan jasa maupun orang. Perencanaan Wilayah merupakan satu-satunya jalan yang
terbuka untuk menaikkan pendapatan per kapita, mengurangi ketimpangan pendapatan dan
meningkatkan kesempatan kerja (Jhingan, 2000).
2.3 UNSUR-UNSUR PERENCANAAN
1. Tujuan
Tujuan adalah suatu (object) yang ingin dicapai baik bersifat benda yang berwujud
maupun tidak berwujud yang menjadi landasan dan arah dari semua langkah dan
kegiatan organisasi.
Dalam bahasa ingris disebutkan dengan objective,end atau goal,sedang dalam
bahasa Indonesia disebut tujuan,atau ada juga yang mempertegas dan menyebut
tujuan akhir dan bagian bagiannya disebut sasaran atau sasaran antara.karena
tujuan titik tolak dan pusat dari semua proses perencanaan ,maka harus
diformulikasikan dengan bahasa yang jelas,yang mudah dimengerti.dengan demikian
pun hraus diuraikan secara jelas apa yang menjadi bagian-bagian pokok dan
hubungan dengan tujuan.selain dari itu juga ditentukan batasan-batasan tentang
materi dan sifat-sifatnya sehingga dapat dicegah ketidaksamaan dalam mengartikan
dan dalam melakukan penafsiran.
Oleh sebab itu menentukan tujuan tidak dilakukan secara mendadak tapi ditentukan
melalui tiga tahap proses analisis sebagai berikut:
a. Bermula dari adanya keinginan atau cita-cita mengenai sesuatu yang ingin
dicapai atau yang igin dimilki,kemudian dipertimbangkan secara berulang-
ulang dengan memperhitungkan harga,waktu,resiko,dan lain-lain.setelah
dipertimbangkan mungkin tetap pada keinginan semula atau mungkin ada
perubahan terhadap bentuk,sifat,atau ukuran dan lain-lain namun sudah
semakin memberi harapan bahwa angan-angan atau keinginan tersebut
dapat dijadikan gagasan.
b. Gagasan tersebut diletakkan sebagai tujuan yang sesunguhnya,tetapi baru
bersifat hipotesis yang harus dibuktikan kelalaiannya melelui analisis internal
tentang harga,analisis waktu,perbandingan dengan barang atau masalah-
masalah lainnya yang mungkin dapat sebagai pengganti,analilis kemampuan
teknologi,permodalan dana analisis yang bbersifat eksternal seperti
kewajaran,keserasian legalitas atau dasar hokum keterkaitan dengan
masalah-masalah lain.selain analisis internal dan eksternal dan masih ada
hubungan langsung dan tidak langsung dengan permasalahan,juga dilakukan
analisis non teknis yang sifatnya eksternal seperti adat kebiasaan
setempat,apakah sudah mengizinkan pencapaian tujuan seperti itu,atau
apakah aka nada perubahan di sector-sektor lain yang akan membawa
pengaruh terhadap tujuan dan lain-lain.
c. Formulasi tujuan:setelah cita-cita,angan-angan atau keinginan dibuktikan
kebenarannya melalui analisis,tugas selanjutnya ialah memformulasikan
tujuan dan bagian-bagian pokok tujuan serta persyaratannya dengan cara
sederhana mudah dimengerti ol;eh orang lain.formulasi ini sangata penting
karena mengemban fungsi konsistensi agar pesan atau informasi benar-
benar sampai kepada pelaksana secara tepat dan benar,tidak memerlukan
penafsiran.di dalam formulasi tujuan,ditentukan batas batas umum dan sifat
sifat khusus yang harus dipenuhi,kapan harus selesai.untuk diformulasikan
bagian-bagain pokok dari tujuan,sifat-sifatnya dan saling keterkaitannya baik
dalam prioritas,ini dapat disimpulkan bahwa setiap daftar yang berisi nama
sesuatu proyek yang diusulkan harus sudah menempuh pertimbangan ana-
lisis.
Keadaan geografis sebuah kota bukan hanya merupakan pertimbangan yang esensil pada
awal penentuan lokasinya,tetapi mempengaruhi fungsi dan bentuk fisiknya.jika para pendiri
kota memiliki maksud untuk meningembangkan kegiatan niaga kelautan di dalam
permukimannya,yaitu sebagai tempat pertukaran barang antara daerah daratan dan
lautan.maka kota mesti berlokasi di tepi pantai atau sepanjang tepi sungai yang memiliki
akses ke laut dengan mengunakan kapal.jika suatu kota dimaksudkan untuk menampung
para pekerja perusahaan galian di pegunungan,maka mestinya kota di bangun cukup dekat
dengan daerah penambangan untuk menghemat waktu dan biaya menglaju.sebuah kota
yang diharapkan menjadi pusat perbelanjaan dan pelayanan komersial untuk daerah
pertanian,mestinya ditempatkan pada lokasi yang dekat dengan daerah pusat,yaitu tempat
tersedianya sumber air bersih,pada persimpangna jalan,yaitu tempat yang dapat
menyebarkan jalur pergerakan dari dan ketempat penjuru yang merupakan daerah-daerah
pertanian .tidak seperti halnya masyarakat-masyarakat di Amerika serikat yang kebanyakan
memilih daerah dataran,kebanyakan kota-kota di Eropa berlokasi di lereng-lereng bukit yang
berdekatan dengan lahan pertanian yang datar hal tersebut bertujuan untuk melestarikan
lapisan tanah atas yang subur,yang terbentuk selama berabad-abad lamanya oleh erosi
perbukitan disekelilingnya.
Fungsi yang diemban oleh kota,untuk menunjukkan keberadaanya merupakan unsur dasar
utama yang mempengaruhi setiap aspek deri berfungsinya dan berkembangnya suatu
kota.kota dapat merupakan tempat untuk menghasilkan barang barang jadi atau tempat
pertukaran barang atau sebagai pusan perbelanjaan,jasa-jasa,pendidikan ,atau penelitian
dengan skala pelayanan regional,kota dapat pula merupakan ibu kota Negara atau ibukota
bagian,sebagai suatu wadah untuk kegiatan rekreasi,keagamaan,militer,atau untuk para
purnakaryawan.fungsi-fungsi yang berbeda yang diemban daerah permukiman,baik secara
terpisah ataupun merupakan kombinasi antara beberapa fungsi yang dikenal sebagai
legion.maksud di bangunnya suatu kota dapat berubah dari yang telah di tetapkan
semula.suatu masyarakat sangat dipengaruhi oleh fungsi-fungsi dasarnya,dan besarnya
pengaruh tergantung dari sifat dan banyaknya fungsi.
Umumnya,kota yang memiliki fungsi jamak secara ekonomis lebih kuat dan lebih sulit
terkena pengaruh.hal tersebut disebabkan karena berbagai akibat perkembangan yang tidak
diinginkan pada salah satu fungsi tidak akan begitu parah jika kegiatan-kegiatan ekonomi
lainnya tidak terpengaruh.faktor itulah yang menyebabkan sebagian besar kota-kota
berupaya untuk melakukan diversifikasi basis ekonominya.adapun pengaruh suatu hal yang
tidak diinginkan terjadi di tempat yang cukup jauh,terhadap salah satu dari beberapa
kegiatan produktif secara ekonomis tidak terlalu menimbulkan ganguan sebagaiman terjadi
pada kota berfungsi tunggal.fungsi-fungsi jamak secara keseluruhan dihadapkan pada
berbagai dampak potensial.
Tidak dapat dihindari bahwa funsi dasar kota-kota tercermin pada kehidupan ekonomi dan
sosio-politik,pada sifat-sifat fisik dan tata ruangnya.kota yang memiliki lapangan kerja
tunggal menunjukkan keterkaitan fungsionalnya dengan dukungan kegiatan produktif,yang
menentukan lancer atau tidaknya kegiatan ekonominya.dukungan kegiatan produktif antara
lain dapat berupa pengurangan pajak,perubahan mintakat ruang,pembagunan jalan baru
atau peningakatan aksesibilitas,penyediaan air bersih atau fasilitas pembuangan
limbah,atau berbagai bentuk kegiatan yang bersifat bantuan.pada sebagian besar
kasus,lingkungan social dan berbagai kegiatan politik masyarakat dengan pekerjaan di
bidang bisnis yang dominan,ditentukan oleh orang orang yang dipekerjakan,berbagai
pandangan dan hubungan masyarakat,dan juga ditentukan oleh pihak-pihak yang
kehidupannya tergantung pada penyediaan berbagai layanan yang bersifat sebagai
dukungan.sebagaimana diharapkan,kegiatan dan sikpa orang-orang di kota yang memiliki
fungsi jamak yang lebih beraga,mencerminkan keinginan dan perilaku yang berbeda-beda
dari berbagai jenis pekerja,dan mencerminkan lebih luasnya kisaran latar belakang
penduduk perkotaan secara keseluruhan.
Ekonomi yang mendasari kota-kota juga tercermin pada fasilitas dan bentuk
fisiknya.sebagai contoh,sebuah komunitas yang direncanakan secara baik untuk para
purnakaryawan menyediakan ruang-ruang untuk berbagai kegiatan social dan rekreasi serta
pelayanan kesehatan yang diperlukan oleh penduduk utamanya.ibukota suatu Negara
bagian,atau suatu Negara menapilkan beberapa bentuk tata ruang yang monumental yang
mengambarkan symbol kepentingan pemerintah,yaitu dengan adanya mall,bangunan-
bangunan umum yang diatur secara menarik,atau suatu bangunan yang secara khusus
dirancang untuk tujuan tersebut.kota yang berlokasi di pesisir atau di tepi sungai berupaya
untuk memanfaatkan potensi letaknya,yaitu dalam hal menyediakan ruang dan akses untuk
kegiatan industri dan komersial yang memang harus berlokasi di tepi perairan,dan juga
menciptakan tempat-tempat pesiar dan ruang-ruang lain yang memberikan pemandangan
kea rah perairan bagi sebanyak mungkin pengunjung.kota yang memiliki fungsi jamak dapat
memiliki keadaan fisik dan tata ruang yang lebih beragam tanpa adanya suatu unsur yang
dominan atau karakter visual yang berlebihan.
Sejarah dan kebudayaan juga memengaruhi karakter fisik dan sifat-sifat kemasyarakatan
kota.sebagian besar masyarakat melestarikan tempat-tempat bersejarah tertentu secara
permanen dan melindunginya dari perambahan perkembangan lahan yang tidak
sesuai.sepanjang sejah,berbagai bangunan penting seperti kuil,gereja,masjid,dan tempat-
tempat pemujaan lainnya telah dilestarikan.makam dan kuburan oleh para perencana kota
terdahulu dianggap sebagai pembangunan tanah di perkotaan yang paling tidak dapat
diganggu gugat ,karena kepercayaan tentang hubungan dengan nenek moyang dan
keagamaan yang telah melekat di masyarakat sejak berabad-abad lamanya.dengan
berkembangnya ilmu arkeologi dan tumbuhnya minat untuk memelihara kebudayaan,banyak
kota yang mempersyaratkan perlunya pelestarian situs-situs purbakala yang penting atau
perlunya untuk menunda pembongkaran selama jangka waktu tertentu,sebelum pendirian
bangunan baru dimulai.hampir semua kota mempunyai tempat-tempat yang diperlukan
khusus untuk kepentingan sejarah atau kebudayaan.
Kepercayaan dan sikap masyarakat telah mengbakara jauh sejak beberapa waktu
yang lampau.pengaruh kebidayaan yang melusa sepanjang sejarah terlihat di dalam jumlah
dan kulaitas kegiatan perkotaan dan fasilitas pelayanan bagi minat
intelektual,seni,music,teater,dan tari.agamapun mmeganf peran penting di dalam
perkembangan perkotaan pada masa lampau dan berkelanjutan bagi sebagian besar
penduduk dunia saat ini.pada beberapa masa,agama kekuatan dominan yang memantau
dan mengarahkan perkembangan kota di beberapa Negara.bercampurnya penduduk
dengan berbagai penduduk dengan latar belakang etnologi dan kebudayaan menghasilkan
gabungan pengaruh-pengaruh perkotaan yang serasi,yang perlu dipertimbangkan dalam
perencanaan kota secara komperhesif.
Sebuah teori tentang pertumbuhan ekonomi dan satu teori yanf lebih umum tetapi masih
bersifat parsial,yaitu teori tentang sejarah sebagai suatu keseluruhan mengidentifikasi enam
tahapan perkembagan ekonomi yaitu:masyarakat tradisional(pro-newton),tahap sebelum
tinggal landas(proses perubahan)tahap tinggal landas(periode pertumbuhan),tahap
kematangan(kemajuan yang berkelanjutan)zaman komsumsi masa tingkat tinggi dan zaman
setelah komsumsi(Rostow,1971).rumusan lain menguraikan pertumbuhan kota-kota yang
lebih besar yaitu dengan mengidentifikasikan tahap awal yang berlanjut hingga tahap kedua
yaitu pada saat terjadi peningkatan ilmu dan praktik pertanian,dan pembagian tenaga kerja
ke dalam berbagai bidang kerja yang menghasilkan berbagai macam barang dan jasa untuk
diperjual belikan.tahap ketiga,produksi bahan baku digantikan oleh penyediaan berbagai
jasa dan spesialisasi pengetahuan yang semakin meningkat.pada tahap
keempat,otomatisasi dan robitisasi yang canggih memberikan kemungkinan orang-orang di
kota untuk meningkatkan kemampuan dan kepuasan,baik melalui pendidikan ataupun
melalui berbagai hiburan.tahap akhir adalah bila banyak penduduk meninggalkan kota-kota
besar dan pindah ke kota-kota yang lebih kecil yang tersebar di pedalaman.
Sudah mestinya perbedaan-perbedaan penting antara satu kota dengan kota lainnya
menarik perhatian untuk dikaji lebih jauh.namun demikian di dalam manajemen dan
perencanaan kota juga terdapat mekanisme dasar atau unsur-unsur umum yang tetap
bberlaku tanpa mengabaikan perbedaan-perbedaan yang ada:seperti bentuk pemerintahan
dan organisasi administrative system produksi ekonomi,perpajakan,manajemen
finansial;anggaran;jaringan transportasi;penyediaan air,nergi,pelayanan social,dan
pelayanan lainnya;penggunaan lahan; penanganan pusat kota dan sub pusat kota;distribusi
kepadatan;persentase peneutupan permukaan lahan oleh bangunan(building coverage)dan
ketinggian bangunan.tugas perencanaan kota secara komperhesif adalah untuk menyusun
kebijakan dan sasaran pemerintahan kota sehingga sesuai dengan unsur-unsur dasar
kota,serta menentukan mekanisme umum perencanaan yang paling tepat untuk bias di
terapkan
2.5 TOKOH TOKOH YANG BERPERAN DALAM PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
Terbentuknya sebuah kota ataupun wilayah tidak luput berbagai pemikiran mengenai
bagaimana cara membentuk,mengelolah,mengubah,mengatur sebuah wilayah maupun kota
menjadi sebuah kota yang indah dan mencapai tujuan dari perancang suatu
kota.terbentuknya suatu kota tidaklah mudah pasti memiliki banyak masalah yang berbeda
dari masa ke masa yang berbeda hal inilah yang mendorong munculnya para generasi baru
perencana kota yang berkualitas setiap tahunnya dengan demikian permasalahan kota
dapat diatasi dengan rencana dan solusi yang baru.Namun hal ini tidaklah muda dari zaman
ke zaman setiap harinya memiliki masalah yang berbeda yang berakibat pada tidak
terlaksananya suatu perencanaan.beberapa ahli perencanaan yang ikut serta dalam
pembangunan suatu kota di Negara-negara maju saat ini tidak luput dari perencanaan yang
matang yang dilakukan oleh para ahli perencana dahulu kala.beberapa ahli perencana di
masa lalu yang memiliki dampak yang sangat luar biasa bagi kota saat ini:
Tokoh Indonesia
Herman Thomas Karsten (1884-1945) tidak diragukan lagi merupakan tokoh
besar dalam sejarah arsitektur dan perencanaan kota di Indonesia. Pada 1915-1941,
dia terlibat dalam perencanaan 12 kota diantara 19 kota di Jawa (kecuali Surabaya),
3 dari 9 kota di Sumatera, dan Banjarmasin di Kalimantan.Pentingnya
Karsten dalam hal kontribusinya terhadap praktek perencanaan kota di masa
kolonial dan prinsip-prinsip arsitektur di Indonesia.
Karsten lahir di Amsterdam pada 22 April 1884. Ayahnya adalah seorang Wakil
Rektor di samping dikenal sebagai profesor filsafat. Salah satu saudari Karsten
merupakan perempuan pertama Belanda yang menekuni ilmu kimia. Sejak kecil dari
lingkungan rumahnya Karsten tumbuh menjadi pribadi yang liberal dan progresif.
Karsten menamatkan studinya di Sekolah Tinggi Teknik Delft (sekarang dikenal
sebagai Delft University of Tecnology). Karsten menekuni ilmu teknik bangunan dan
sebenarnya tidak begitu menonjol dalam hal kapasitas akademik, tetapi
kemampuannya untuk meraih diploma itu sendiri sudah menjadi hal yang
membanggakan. Bagaimanapun, hingga tahun 1920, Sekolah Tinggi Teknik Delft
hanya meluluskan 3-10 insinyur untuk setiap tahunnya. Amsterdam, tempat tinggal
Karsten, di awal permulaan 1920 merupakan kota yang mempunyai masalah sosial
dan ekonomi. Kota ini mencuat dengan tingkat kemiskinan yang tinggi dan segregasi
sosial yang tajam, di mana antara lain kalangan Yahudi merupakan pihak yang
termarjinalkan. Saat menjadi mahasiswa, dalam 1908-1911, Karsten terlibat intim
dengan proyek perencanaan permukiman kota di Amsterdam. Karsten merupakan
anggota Persatuan Insinyur Sosialis.
Di tengah berkecemaknya Perang Dunia I, Karsten mengikuti saudarinya untuk
pergi ke Hindia Belanda dan menetap di Jawa (1914). Secara khusus ia pergi ke
Semarang atas undangan dari mantan sesama mahasiswa, Henry Maclaine Pont,
untuk membantu perusahaan arsitekturnya. Di sini Karsten berhadapan dengan
masalah perencaan kota yang disesuaikan dengan kondisi spesifik di Jawa.
Semarang,saat itu salah satu wilayah gubernemen yang unik: bukan sebuah pusat
birokrasi kolonial atau kota perdagangan, seperti Batavia atau Surabaya. Semarang
adalah jalur transportasi yang utama di Jawa Tengah, memperoleh pengaruh
kebudayaan baik dari Kasultanan Yogyakarta maupun Kasunanan Surakarta, dan
menjadi tempat bermukim banyak kalangan wirausaha dan profesi-profesi lain
kalangan Eropa. Secara singkat, Semarang menjadi titik fokus dari ide-ide progresif
dan kegiatan dalam semua masyarakat ras utama di Hindia Belanda seperti halnya
Amsterdam di Belanda. Didukung oleh industri gula yang telah kembali ke
kemakmuran, tetapi dipengaruhi oleh serangkaian bencana alam yang parah,
epidemi parah kolera dan wabah, peningkatan 150% penduduk Jawa yang
menyebabkan kepadatan penduduk di luar kota, serta masuknya pendatang baru
Eropa pada dekade kedua abad ke-20 membuat Semarang menghadapi banyak
persoalan tata kota.
Pada tahun 1918 Karsten telah menetapkan serangkaian prinsip-prinsip
arsitektur yang menjadikannya menjadi konsultan perencanaan kota. Dia adalah
seorang konsultan perencanaan kota Semarang (1916-1920, 1936), Buitenzorg
(sekarang Bogor 1920-1923), Madiun (1929), Malang (1930-1935), Batavia (Jakarta,
1936-1937), Magelang (1937-1938), Bandung (1941), serta Cirebon, Meester
Cornelis (bagian dari Jakarta yang dikenal sebagai Jatinegara), Yogyakarta,
Surakarta, Purwokerto, Padang, Medan dan Banjarmasin. Di Semarang misalnya,
Karsten mendesain kawasan Candi (1916), Pasar Jatingaleh (1930), dan Pasar
Johar (1933). Di Surakarta, jejak-jejak Karsten terlihat pada Pasar Gede (1930), Puro
Mangkunegaran (1917-1920), dan Stasiun Balapan. Di Yogyakarta, dapat
diperhatikan Museum Sonobudoyo (1933).
Menarik dicermati bahwa Karsten menjalin hubungan yang erat dengan
penguasaPuro Mangkunegaran, Pangeran Mangkunegoro VII, kerajaan kecil di
dekat Kasunanan Surakarta, selama hampir 30 tahun. Sang pangeran terkenal
dengan pembaruan dan ide-ide kreatifnya dan Karsten menyediakan suatu dorongan
untuk mewujudkan sebagian dari ide-ide tersebut. Bagaimanapun, Mangkunegoro
VII (putra Mangkunegoro V) pernah mengenyam pendidikan di Belanda. Seperti
halnya Kartini, ia menolak feodalisme dan menghendaki modernisasi dalam
pemahaman budaya Jawa. Sebelum mengenal Karsten, Mangkunegoro VII telah
banyak berhubungan dengan arsitek-aristek Belanda. Dan mulai 1917, Karsten
dipercaya untuk mendesain renovasi Puro Mangkunegaran.
Setelah karir yang panjang bekerja sebagai perencana kota, pemerintah
mengakuiThomas Karsten dengan menunjuk dia duduk di komite resmi. Pertama dia
berada di Bouwbeperkingscommissie (Komite Pembangunan Gedung, 1930), dan
kemudian ke Stadsvormingscommissie (Komite Perencanaan Kota 1934). Pada
tahun 1941, ia ditunjuk untuk mengajar di Sekolah Tinggi Teknik di Bandung
(sekarang ITB). Selama pendudukan Jepang di Indonesia, Thomas Karsten
dipenjarakan di kamp Baros Cimahi di dekat Bandung. Dia meninggal di kamp pada
tahun 1945. Proyek bangunan yang ditangani Karsten termasuk dua rumah besar
bertingkat dengan atap curam untuk warga Belanda elit, paviliun istana baru baik
bergaya Eropa maupun tradisional Jawa, bangunan pasar umum di Yogyakarta
(Pasar Beringharjo) dan Surakarta (Pasar Gede Hardjonegoro), dan kantor pusat
sejumlah perusahaan.
Dalam penentuan lokasi permukiman, dibutuhkan analisis dengan metode yang tepat agar
lokasi tersebut optimal. Penentukan lokasi permukiman ini perlu memperhatikan aspek-
aspek yang terdapat di dalamnya. Aspek tersebut dapat disebut juga sebagai satuan
permukiman. Adapun syarat dari satuan permukiman antara lain adanya lokasi (lahan)
dengan lingkungan dan sumber daya yang mendukung, adanya kelompok manusia
(masyarakat), sumber daya buatan, dan terdapat fungsi kegiatan ekonomi sosial dan
budaya.
Teori Christaller (1933) menjelaskan bagaimana susunan dari besaran kota, jumlah kota,
dan distribusinya di dalam satu wilayah. Bunyi teori Christaller adalah Jika persebaran
penduduk dan daya belinya sama baiknya dengan bentang alam, sumber dayanya, dan
fasilitas tranportasinya, semuanya sama/seragam, lalu pusat-pusat pemukiman
mennyediakan layanan yang sama, menunjukkan fungsi yang serupa, dan melayani area
yang sama besar, maka hal tersebut akan membentuk kesamaan jarak antara satu pusat
pemukiman dengan pusat pemukiman lainnya.
Threshold (ambang penduduk) Jumlah minimal penduduk untuk dapat mendukung suatu
penawaran jasa.
Central place yang menyediakan barang dan jasa untuk wilayah disekelilingnya
membentuk sebuah hierarki. Makin tinggi tingkat barang dan jasa, makin besar range-nya
dari penduduk di tempat kecil. Christaller berasumsi pada homogenitas karakter fisik dan
homogenitas karakteristik penduduk. Christaller menggunakan bentuk hexagon untuk
menggambarkan wilayah-wilayah yang saling bersambungan. Lingkaran yang
mencerminkan wilayah yang saling bertindih lalu dibelah dua dengan garis lurus. Sehingga
dapat dipilih lokasi yang paling efisien. Sehingga dengan membayangkan hexagonal-
hexagonal tersebut tercipatalah hierarki pemukiman dan wilayah pasaran.
Konsumen menanggung ongkos angkutan, maka jarak ke tempat pusat dinyatakan dalam
biaya dan waktu jangkauan (range) suatu barang ditentukan oleh jarak yang dinyatakan
dalam biaya dan waktu.· Konsumen memilih tempat pusat yang paling dekat untuk
mendapatkan barang dan jasa. Kota-kota berfungsi sebagai tempat pusat bagi wilayah
disekitarnya.· Wilayah tersebut adalah suatu dataran yang rata, mempunyai ciri-ciri
ekonomis sama dan penduduknya juga tersebar secara merata.
Teori tempat pusat memiliki elemen dasar yang terdiri dari : fungsi sentral, yakni adanya
suatu tempat pusat yang dibentuk oleh fungsi yang besifat memusat karena fungsi
(barang/jasa) hanya ada pada beberapa titik tertentu saja. Threshold (batas ambang) adalah
jumlah penduduk tertentu yang mendukung keberadaan fungsi tertentu. Fungsi dalam hal ini
yaitu kelancaran dan keseimbangan suplai barang. Jumlah yang dimaksud dapat meliputi
beberapa puluh keluarga bagi satu atau beberapa ratus keluarga bagi suatu pasar harian.
Kalau jumlah itu di bawah jumlah tertentu/ambang, maka pelayanan menjadi mahal dan
kurang efisien; sebaliknya bila meningkat di atas jumlah ambang pelayanan akan menjadi
kurang baik dan kurang efektif. Bila kegiatan itu menyangkut jual beli maka jumlah penduduk
di bawah ambang akan mengakibatkan rugi dan terancam tutup; sebaliknya bila di atas
ambang maka akan memperoleh untung dan mengundang entry serta dalam jangka waktu
tertentu mempertajam persaingan.
Kemudian range yakni jarak di mana penduduk masih mau untuk melakukan perjalanan
untuk mendapatkan pelayanan atau fungsi tertentu. Lebih jauh dari jarak ini orang akan
mencari tempat lain yang lebih dekat untuk memenuhi kebutuhannya akan jasa yang sama.
Dari elemen dasar tersebut muncullah sebuah pola, yaitu pola heksagonal. Pola heksagonal
yaitu pusat-pusat membentuk segitiga pelayanan yang jika digabungkan akan membentuk
pola heksagonal yang merupakan wilayah pelayanan yang dianggap optimum.
topografi yang seragam sehingga tidak ada bagian wilayah yang mendapat pengaruh
dari lereng dan pengaruh alam lain dalam hubungan dengan jalur pengangkutan;
kehidupan ekonomi yang homogen dan tidak memungkinkan adanya produksi
primer, yang menghasilkan padi-padian, kayu atau batu bara.
· Teori Christaller (1933) menjelaskan bagaimana susunan dari besaran kota, jumlah
kota, dan distribusinya di dalam satu wilayah. Model Christaller ini merupakan suatu sistem
geometri yang menjelaskan model area perdagangan heksagonal dengan menggunakan
jangkauan atau luas pasar dari setiap komoditi yang dinamakan range dan threshold.
(a) Prinsip pasar (marketing principle) k=3 : pusat pelayanan bagi daerah sekitarnya,
seperti pasar, sering disebut kasus pasar optimal. Dinamakan K=3 (K3), karena suatu
kegiatan di tempat pusat akan melayani 3 tempat pusat untuk fungsi di bawahnya yaitu 1
tempat pusat sendiri di tambah 2 tempat pusat hirarki di bawahnya.
(b) Prinsip lalu lintas (traffic principle) k=4 : bagaimana meminumkan jarak penduduk untuk
mendapatkan pelayanan fungsi di tempat pusat. Bersifat linier, karena tempat pusat berada
pada titik tengah dari setiap sisi heksagon. Sehingga daerah tersebut dan daerah sekitarnya
yang terpengaruh senantiasa memberikan kemungkinan jalur lalu lintas paling efisien, sering
disebut situasi lalu lintas yang optimum. Teori ini disebut sebagai k=4 karena 1 empat pusat
melayani empat tempat pusat lain; 1 pada tempat pusatnya itu sendiri dan 3 dari tempat
pusat lain.
Teori Tempat Pusat oleh Christaller (1933) menjelaskan bagaimana susunan dari besaran
kota, jumlah kota, dan distribusinya di dalam satu wilayah. Model Christaller
menggambarkan area pusat-pusat kegiatan jasa pelayanan cenderung tersebar di dalam
wilayah membentuk pola segi enam, yang secara teori bisa memberikan keuntungan optimal
pada kegiatan tersebut. Tempat – tempat pusat tersebut yakni sebagai suatu tempat yang
menyediakan barang dan jasa-jasa bagi penduduk daerah belakangnya.
Elemen – elemen tempat pusat yakni range (jangkauan), threshold, dan fungsi sentral
Ketiga elemen itu yang mempengaruhi terbentuknya tempat pusat dan luasan pasar baik
pelayanan barang maupun jasa pada suatu wilayah. Teori tempat pusat merupakan teori
mengenai hubungan fungsional antara satu tempat pusat dan wilayah sekelilingnya. Juga
merupakan dukungan penduduk mengenai fungsi tertentu. Christaller tidak mendasar pada
jangkauan wilayah pasar, dan meiliki hirarki – hirarki dalam pola heksagonalnya. Luas
wilayah pasar juga tidak tergantung pada barang yang diproduksi
Perkembangan modern dari teori titik pertumbuhan terutama berasal dari karya ahli-
ahli teori ekonomi regional Perancis yang dipelopori oleh François Perroux. Perroux (1955)
telah mengembangkan konsep kutub pertumbuhan (pole de croissance/ pole de
development/ growth pole).
Menurut pendapatnya, petumbuhan ataupun pembangunan tidak dilakukan di
seluruh tata ruang, tetapi terbatas pada beberapa tempat atau lokasi tertentu. Tata ruang
diidentifikasikannya sebagai arena atau medan kekuatan yang didalamnya terdapat kutub-
kutub atau pusat-pusat. Setiap kutub mempunyai kekuatan pancaran pengembangan ke luar
dan kekuatan tarikan ke dalam. Teori ini menjelaskan tentang pertumbuhan ekonomi dan
khususnya mengenai perusahaan-perusahaan dan industri-industri serta saling
ketergantungannya, dan bukan mengenai pola geografis dan pergeseran industri baik
secara intra maupun secara inter, pada dasarnya konsep kutub pertumbuhan mempunyai
pengertian tata ruang ekonomi secara abstrak.
Perroux menekankan pada dinamisme industri-industri dan aglomerasi industri-
industri di bagian-bagian tata ruang geografis. Konsep kutub pertumbuhan dapat digunakan
sebagai alat untuk mengamati gejala-gejala pembangunan, proses kegiatan-kegiatan
ekonomi, timbul dan berkembangnya industri-industri pendorong serta peranan keuntungan-
keuntungan aglomerasi. Secara esensial teori kutub pertumbuhan dikategorisasikan sebagai
teori dinamis. Proses pertubuhan digambarkan sebagai keadaan yang tidak seimbang
karena adanya kesuksesan atau keberhasilan kutb-kutub dinamis. Inti pokok dari
pertumbuhan wilayah terletak pada inovasi-inovasi yang terjadi pada perusahaan-
perusahaan atau industri-industri berskala besar dan terdapatnya ketergantungan antar
perusahaan atau industri.
Dalam mengembangkan teorinya, Perroux sangat terpengaruh dan mendasarkan
pada teori Schumpeter. Pada umumnya unit-unit ekonomi berskala besar dapat
mendominasi pengaruh-pengaruhnya terhadap unit-unit ekonomi lainnya. Konsep Perroux
mempunyai pengertian adanya kaitan erat antara skala perusahaan, dominasi, dan
dorongan untuk melakukan inovasi. Dalam kerangka dasar pemikiran Perroux, suatu tempat
merupakan suatu kutub pertumbuhan apabila di tempat tersebut terdapat industri kunci (key
industry/industries clef) yang memainkan peranan sebagai pendorong yang dinamik karena
industri tersebut mempunyai kemampuan untuk melakukan inovasi.
Suatu kutub pertumbuhan dapat merupakan pula suatu kompleks industri, yang
berkelompok di sekitar industri kunci. Industri kunci adalah industri yang mempunyai
dampak berantai ke depan (forward linkage) yang kuat. Dengan contoh : industri baja di
suatu daerah akan menimbulkan kekuatan sentripetal, yaitu menarik kegiatan-kegiatan yang
langsung berhubungan dengan pembuatan baja, baik pada penyediaan bahan mentah
maupun pasar. Industri tersebut juga menimbulkan kekuatan sentrifugal, yaitu rangsangan
timbulnya kegiatan baru yang tidak berhubungan langsung dengan industry baja. Jadi pada
dasarnya teori kutub pertumbuhan menerangkan akibat dari sekelompok kesatuan-kesatuan
yang memimpin atau karena polarisasi.
3. Teori Daerah/Wilayah Inti
https://medium.com/planologi-2015/dari-planologi-untukmu-negeri-2fc14eaf4680
https://www.itb.ac.id/news/read/1824/home/djoko-sujarto-maestro-perencanaan-wilayah-dan-
kota-di-indonesia
http://azissyahban2005.blogspot.com/2012/12/sejarah-perencanaan-wilayah-dan-kota-di.html
https://www.google.com/search?safe=strict&client=firefox-
b&q=teori+perencanaan+wilayah+menurut+para+ahli&sa=X&ved=0ahUKEwj7u5ikhszdAhXLLY8KHd2
MDHEQ1QIIdCgD&biw=1366&bih=657
http://triyantopamungkas0.blogspot.com/2014/05/teori-perencanaan-wilayah.html
http://hedisasrawan.blogspot.com/2014/07/20-pengertian-kota-menurut-para-ahli.html
http://aliefirham11.blogspot.com/2015/11/pengertian-perencanaan-wilayah-dan-kota.html
http://danielkawuwung.blogspot.com/2012/11/perencanaan-menurut-beberapa-para-
ahli.html
http://danielkawuwung.blogspot.com/2012/11/perencanaan-menurut-beberapa-para-
ahli.html
https://dokumen.tips/documents/definisi-perencanaan-wilayah-dan-kota.html
http://alferanewblog.blogspot.com/2016/04/pengertian-perencanaan-wilayah-dan-kota.html
http://daruspatty.blogspot.com/2014/06/pengertian-perencanaan-wilayah-dan-kota.html
https://akbarabdulfattah.wordpress.com/2013/11/04/tentang-perecanaan-wilayah-dan-kota-
ugm-1/
http://aliefirham11.blogspot.com/2015/11/pengertian-perencanaan-wilayah-dan-kota.html
http://www.radarplanologi.com/2016/07/sejarah-perencanaan-kota-di-amerika-serikat.html
https://travel.kompas.com/read/2016/11/11/073000227/menapaki.jejak.thomas.karsten.si.per
ancang.modernisme.semarang.
https://www.kompasiana.com/isharyanto/551ff67ca333118940b65f73/karsten-perencana-
kota-indonesia